Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Retorika Dr. Arwan, M. Ag

Tahap Penyusunan Pidato

Disusun oleh Kelompok 4 : ilham fadillah (12040415603)

Khairunnisa (12040425026)

Nur hayda (12049421282)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM

TA 2021
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarokatuh….

Alahamdulillah, segala puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah nya kepada kami,sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah retorika yang berjudul “Tahap
Persiapan Pidato” pada waktu yang tepat.

Kami mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan juga semoga dengan adanya makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya bagi kami, tentang
bagaimana tahapan dalam pembuatan pidato.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini.

Pekanbaru, 11 oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................. 2

2.1 tahap penyusunan pidato .................................................................. 2

BAB 3 PENUTUP ....................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara yang bisa meningkatkan kualitas si pembicara itu sendiri, serta


mampu membuat pendengar terbuai dengan apa yang kita bicarakan tidak
semudah membalikkan telapak tangan.Namun hal itu bisa di lakukan oleh
pembicara dengan ilmu atau jurus-jurus jitu dari retorika. Dalam retorika di
katakan pembicara dituntut mampu berbicara yang menarik, mempunyai nilai
informasi, bersifat menghibur, dan tentu mempunyai pengaruh bagi pendengar.

Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan oleh seseorang kepada


sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Pada makalah ini akan
membicarakan tahap apa saja yang diperlukan dalam penyusunan pidato, sehingga
pidato kita memiliki daya tarik, informatif, rekreatif, dan persuasive.

1.2 Rumusan masalah

 Apa saja tahapan dalam persiapan pidato?

1.3 Tujuan

 Menyelesaikan tugas mata kuliah retorika

 agar dapat mengetahui apa saja tahapan dalam pembuatan pidato

 agar dapat menyusun pidato dengan baik dan benar

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tahap Persiapan Pidato

1. Memilih Topik

Sebelum berpidato, kita harus mengetahui lebih dulu apa yang akan kita
sampaikan, yakni dengan membuat naskah pidato. Dalam membuat naskah pidato,
hal pertama yang diperlukan adalah pokok pembahasan (topik) dan tujuan pidato.
Dalam memilih sebuah topik, yang harus diperhatikan adalah topik harus sesuai
dengan minat pembuat pidato dan juga harus menarik minat pendengar. Jika
seorang pembuat pidato tidak berminat dalam menyampaikan sebuah pidato,
orang tersebut juga tidak akan semangat dalam menyampaikannya. Begitu juga
jika topik yang disampaikan tidak menarik minat pendengar, mereka akan cepat
bosan dan mengantuk.

Maka topik yang harus ditentukan adlah yang sesuai dengan situasi acara.
Setelah mendapatkan topik pidato, alangkah baiknya jika mencari referensi
pendukung untuk argumen-argumen, seperti misalnya data-data ataupun fakta-
fakta dari bertbagai sumber, ini akan menambah keyakinan pendengar terhadap
kualitas pidato yang disampaikan. Adapun kriteria topik yang baik :

1) Topik harusn sesuai dengan latar belakang pengetahuan yang kita miliki

2) Topik harus menarik minat kita

3) Topik harus menarik minat pendengar

4) Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar

5) Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasannya

6) Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi

7) Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain

2
2. Merumuskan Judul

Setelah menentukan topik, langkah selanjutnya adalah membuat judul. Bila


topik adalah bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan
untuk pokok bahasan tersebut. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat, yakni
relevan, provokati, dan singkat.

Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan. Provokatif


artinya dapat menimbulkan hasrat keingin tahuan dan antusiasme pendengar.
Singkat artinya mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan enteng
diingatnya.

3. Menentukan Tujuan

Ada dua macam tujuan pidato yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum pidato yakni biasa dirumuskan dalam tiga hal:

a) Informatif (memberitahukan), yaitu ditujukan untuk menambah wawasan


pengetahuan pendengar.

b) Pidato persuasif (mempengaruhi), yaitu bertujuan agar orang mempercayai


sesuatu untuk melakukannya atau terbakar semangat antusiasmenya.

c) Pidato rekreatif (menghibur), yaitu bertujuan untuk membuat pendengar


terhibur. Perhatian, kesenangan, dan humor adalah reaksi pendengar yang
diharapkan di sini. Bahasanya bersifat enteng dan mudah dicerna.

Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan
umum. Misalnya dari tujuan menghibur dapat disampaikan ribuan jenis pidato,
tetapi apa yang ingin dicapai oleh kita pada saat ini terlihat dari tujuan khususnya.
Tujuan khisus bersifat kongkret dan sebaliknya dapat diukur atau dibuktikan
segera.

3
4. Membuat Pembukaan Pidato

Setelah membuat judul dan tujuan pidato, langkah selanjutnya adalah


membuat pembukaan pidato. Pembukaan pidato adalah bagian yang takkalah
menentukan bagi kesuksesan sebuah piddato, pembukaan pidato yang baik akan
memancing perhatian pendengar, sehingga mereka akan siap mendengarkan isi
pidato yang kita sampaikan.

Akan tetapi, pembukaan yang tidak baik akan membuat pendengar langsung
mendapatkan kesan bahwa kemungkinan besar isi pidato yang akan kita
sampaikan tidaklah menarik.

5. Mengembangkan Pembahasan

Sebuah pidato dinilai menarik atau tidak, dapat dilihat dari pembahasan.
Karena pendengar akan bosan jika pembahasannya itu-itu saja setiap ia
mendengarkan pidato. Jika kita mempunyai topik yang sama dengan orang lain,
kita bisa mengambil sudut pandang dan pembahasan yang berbeda, yang lebih
menarik, sehingga perhatian pendengar bisa dipastikan tertuju pada kita. Hal lain
yang perlu diberhatikan terkait isi podato adalah, kita harus bisa menghubungkan
antara pidato yang kita sampaikan dengan situasi acara.

Dalam membuat pembahasan, kita harus bisa memasukkan kata-kata yang


sederhana dan tidak berbelit-belit, dan tentunya harus sesuai dengan topik dan
judul pidato. Selain itu, yang harus kita perhatikan adalah bahasa yang digunakan
harus jelas dan sesuai dengan bahasa dan pola pikir pendengar.

Teknik pengembangan bahasan dapat dikelompokkan dalam enam macam, yakni :

a) Penjelasan, penjelasan yang sempurna selalu menyertakan keterangan


penunjang lainnya.

Contoh, contoh dapat berupa cerita yang biasa disebut ilustrasi.

b) Analogi, yakni perbandingan dua hal atau lebih untuk menunjukkan


persamaan atau perbedaannya.
4
c) Testimoni, hal ini dapat berupa kutipan pernyataan ahli untuk menunjang
pembicaraan.

d) Statistik, yakni angka-angka yang digunakan untuk menunjukkan


perbandingan kasus dalam jenis tertentu.

e) Pengulangan, pengulangan berfungsi mengingatkan kembali dengan


penyajian berbeda.

6. Membuat Penutup Pidato

Mskipun bertindak sebagai penutup, penutup pidato juga sangat penting untuk
diperhatikan. Bayangkan saja bagaimana kita menjaga pidato kita dari awal agar
terlihat bagus dan memuaskan pendengar, tetapi semuanya hancur dan menjadi
kesan yang buruk karena penutupan yang tidak tepat. Oleh karena itu, selain
pembukaan dan isi, penutup pidato juga haru diperhatikan.

Untuk menutup pidato, kita bisa memasukkan kata-kata pujian dan terima
kasih kepada audoensi dengan sewajarnya dan tulus (tidak sampai berlebihan
karena justru akan terkesan dibuat-buat). Penutup juga bisa dilakukan dengan
mengucapkan kalimat-kalimat lucu atau anekdot pendek. Selain itu, cara lainnya
adalah dengan melantunkan pantun atau puisi pendek.

2.2 Tahap Penyusunan Pidato

a. Prinsip Penyusunan Pidato

1) Kesatuan (Unity)

Aristoteles pernah membandingkan komposisi sebagai satu tubuh. Seluruh


gubahan harus merupakan kesatuan yang tidak dapat diceraiberaikan, anggota
yang satu melengkapi anggota yang lain. Hilangnya satu bagian anggota tubuh
menyebabkan bentuk yang rusak dan tidak lengkap. Komposisi yang baik harus
merupakan kesatuan yang utuh, ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat
(mood).

5
2. Pertautan (Coherence)

Pertautan menunjukkan urutan dan bagian uraian yang berkaitan satu sama
lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok
yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan
gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu menarik gagasan
pokok dari selurh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan perencanaan yang tidak
memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan kata-kata yang jelek.

3. Titik-berat (Emphasis)

Titik-berat menunjukkan pendengar pada bagian-bagian penting yang patut


diperhatikan. Hak-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada isi komposisi
pidato, tapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama, ikhtisar uraian,
pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak adalah
contoh-contoh bagian yang harus dititikberatkan, atau ditekankan. Titik-berat
dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf
besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian, tekanan suara yang
dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya.

4. Menyusun Pesan Pidato

Adapun menyusun pesan pidato dengan organisasi pesan. Organisasi pesan


dapat mengikuti enam macam urutan (sequence): deduktif, induktif, kronologis,
logis, spasial, dan topikal.

 Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama,


kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan
dan bukti.

 urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian


menarik kesimpulan. Dalam urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan
urutan waktu terjadinya peristiwa.

6
 urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab – ke – akibat atau akibat –
ke – sebab.

 urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan


kalau pesan berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik
lokasi.

 urutan topikal, pesan disusun berdasarknn topik pembicaraan:


klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang
mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing.

5. Membuat Garis-Garis Besar Pidato

Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga


bagi pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis
besar adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan
retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar
yang salah akan mengacaukan perjalanan pembicaraan, seperti juga garis besar
yang teratur akan menertibkan jalannya pidato.

a) Ciri Garis Besar yang Baik

Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup.
Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat
membaginya menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan, pemuasan,
visualisasi, dan tindakan.

b) Macam-macam Garis Besar

Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H.


Monroe menunjukkan tiga macam garis besar yaitu garis besar lengkap
(fullcontent outline), garis besar singkat(key-word outline), garis besar alur
teknis (outline of technical plot).

7
 Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan
pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam
penyajiannya. Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan kalimat-kalimat
yang sempurna, dan di bawahnya disertakan lengkap bahan-bahan
yang digunakan untuk memperjelas uraian. Dengan membaca garis
besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui gambaran isi
pidato itu secara keseluruhan.

 Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau


pengingat saja, digunakan oleh pembicara ahli dalam proses
penyampaian pidato. Di dalamnya hanya ditulis inti-inti
pembicaraan saja. Orang lain mungkin tidak dapat
membacanya. Garis besar alur teknis dipergunakan untuk
memeriksa dan meneliti teknik-teknik pidato.

 Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar
Slengkap diletakkan pada kertas lain. Pada jenis garis besar ini
dijelaskan teknik-teknik pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian
fakta, daya tarik motif, dan sebagainya. Di bawah diberikan contoh
ketiga macam garis besar tersebut.

8
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saat kita akan berpidato, kita pasti akan mempersiapkan semuanya, seperti
salah satunya penyusunan naskah/teks pidato. Dengan harapan, nantinya pidato
kita akan menarik, semua pendengar dapat menikmati kata demi kata yang kita
ucapkan. Sebaliknya, jika kita tidak menyusun naskah/teks pidato, bisa saja pidato
kita akan membosankan ketika didengar oleh orang banyak, bahkan pendengar
tidak ada minat untuk mendengarkan pidato yang sedang kita sampaikan.

Pada intinya, seseorang yang mampu berpidato dengan baik itu tidak lepas
dari mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin dan senantiasa belajar
berpidato. Tidak mungkin orang yang baru pertama kali berpidato, dan pidatonya
langsung bagus. Semua butuh proses untuk menjadi sempurna.

9
DAFTAR PUSTAKA

ainurrika52.blogspot, (online), (diakses pada 10 oktober 2021).

Puspita, Ristina Yani. 2014. Cara Praktis Belajar Pidato, MC, dan Penyiar Radio.
Yogyakarta: Notebook.

Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Retorika Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai