Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENYUSUN PIDADATO
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata kuliah Bahasa
Indonesia
Dosen pengampu: Nurmayasari S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

ANNISA AULIA KAMARUDDIN B1B121028


ANGELA MARICI TETURAN B1B121027
SITI HANALIFA RAHARENG B1B121029
NUR INGGA MAKUITUIN B1B121031

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2021

I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar-Dasar
Komunikasi Semester ke-1 tahun 2021/2022. Berkat rahmat dan karunia-Nya, serta didorong
kemauan yang keras disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang membahas tentang “MENYUSUN PIDATO” dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nurmayasari selain dosen pengampuh
Bahasa Indonesia yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurnah.
 
Makassar, 7 Desember 2021

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................... ii
DAFTAR ISI ..........................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN...........................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan Penulis........................................................................2
BAB 2: PEMBAHASAN............................................................3
A. Pengertian Pidato..................................................................3
B. Fungsi Pidato..........................................................................4
C. Jenis-Jenis Pidato...................................................................5
D. Kerangka Susunan Pidato .....................................................6
E. Langkah-Langkah Penyusunan Pidato ....................................
F. Penyusunan Pidato..................................................................
G. Hal-Hal Yang Harus Diperlihatkan Dalam Pidato.....................
BAB 3: PENUTUP....................................................................9
A. Kesimpulan ..........................................................................9
B. Kritik danSaran.......................................................................9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….1

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah pengada retorika. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut


beretorika karena untuk berbicara baik dalam bermasyarakat. Manusia perlu beretorika
agar bertahan hidup bahkan melawan. Oleh karenanya dibutuhkan sebuah teknik
berbicara agar manusia mampu menjadi retoris yang baik.
Adapun salah santu bentuk pengaplikasian retorika adalah dengan berpidato.
Tidak sedikit orang yang pandai berpidato, namun tidak begitu pandai menerapkan
retorika dalam sebuah pidato yang akan dan telah disampaikan.
Pidato yang baik adalah pidato yang sudah dipersiapkan dengan matang,
mengenai proses pembuatan naskah pidato, penyusunan naskah pidato dan teknik
penyampaian pidato. Dalam makalah ini, akan sedikit dijelaskan tentang penyusunan
naskah/teks pidato, yang nantinya dapat kita terapkan ketika akan berpidato.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian Pidato?
2. Apakah Fungsi Pidato?
3. Apakah Jenis-Jenis Pidato?
4. Bagaimana Kerangka Susunan Pidato?
5. Bagaimana Langkah-Langkah Penyusunan Pidato?
6. Bagaimana Penyusunan Pidato?
7. Apa Saja Hal-Hal Yang Harus Diperlihatkan Dalam Berpidato?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian Pidato
2. Mengetahui Fungsi Pidato
3. Mengetahu Jenis-Jenis Pidato
4. Mengetahui Kerangka Susunan Pidato
5. Mengetahu Langkah-Langkah Penyusunan Pidato
6. Mengetahui Penyusunan Pidato
7. Mengetauhi Hal-Hal Yang Harus Diperlihatkan Dalam Berpidato

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pidato

Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang dilakukan di
hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai alatnya.

Berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran


dalam bentuk kata-kata (lisan) yang ditunjukkan kepada orang banyak dalam
sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato meyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.

Menurut Emha Abdurrahman dalam bukunya teknik dan pedoman


berpidato, pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal
(masalah) dengan mengutarakan keterangan sejalas-jelasnya di hadapan massa
atau orang yang banyak pada suatu waktu tertentu.

Namun, dalam abad modern ini saluran-saluran berpidato tidak terbatas


kepada pidato secara langsung di depan massa melainkan bisa menggunakan
saluran-saluran lain, misalnya pidato di saluran radio, saluran televisi, atau
rekaman pada kaset.

B. Fungsi Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini:
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan yang disarankan
dengan suka rela.
2. Meyampaikan informasi dan atau suatu pemahaman kepada pendengarnya.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang
lain senang dan puas dengan ucapan yang disampaikan.
4. Mendidik
5. Propaganda
6. Penyambung lidah seseorang
Dengan melihat beberapa fungsi pidato diatas maka seseorang dapat dengan
lebih jelas menentukan sikap pada saat akan atau ketika sedang berpidato, bahkan
dengan mengetahui manfaat tersebut seseorang yang bepidato dapat mengukur
sendiri, apakah pidato yang dibawakannya itu berhasil ataukah gagal.
C. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:
1. Pidato Pembukaan adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca
acara atau mc (master of ceremony)
2. Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.

5
3. Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan
atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan
waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang yang
berpengaruh ketika akan meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas
atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggung Jawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan
pertanggung jawaban terhadap suat kegiatan tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pidato,
jenis-jenis pidato dibedakan atas:
1. Pidato Impromptu (serta merta) yaitu pidato yang dilakukan secara tiba-
tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Misalkan apabila seseorang
menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato maka
pidato yang disampaikan itu adalah pidato jenis impromptu.

Keuntungan:
 Lebih mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena
pembicara tidak sempat lebih dalam memikirkan apa yang akan ia
sampaikan.
 Gagasan datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.
 Memugkinkan Pembicara terus berpikir.
Kerugian:
 Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar
pengetahuan yang tidak memadai.
 Mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar dan tersendat-sedat.
 Biasanya gagasan yang disampaikan bisa acak-acakkan dan ngawur.
 Pembicaran kemungkinan besar biasanya demam panggung.
2. Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah
‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Karena pembicara akan
membacakan pidato dari awal sampai akhir. Jenis pidato ini sangat perlu
dilakukan, jika isi pidato yang akan disampaikan tidak boleh terdapat
kesalahan. Misalnya, ketika seseorang diminta untuk melaporkan keadaan
keungan, beberapa pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan beberapa
pengeluaran serta untuk apa uang dikeluarkan, orang tersebut perlu
menuliskannya dalam bentuk naskah dan baru kemudian membacakannya.
Manuskrip juga sangat dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan
sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.

6
Keuntungan:
 Kata- kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan
arti yang tepat dan pertanyaan yang gamblang.
 Pertanyaan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali.
 Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan.
 Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dpat dihindari.
 Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.

Kerugian:
 Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak
berbicara langsung kepada mereka.
 Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih
berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan
bersifat kaku.
 Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek
atau memperpanjang pesan.
 Pembuatannya lebih lama.

3. Pidato Memoriter yaitu pesan pidato yang ditulis dalam bentuk naskah
kemudian dihapalkan kata demi kata.

Keuntungan:
 Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki persiapan
yang baik.
 Jika mampu menghapalnya pidato akan lancar.
 Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.

Kerugian:
 Pidato tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak akan
mampu menarik perhatian hadirin.
 Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada
usaha untuk mengingat kata-kata.
 Memerlukan banyak waktu persiapan.

4. Pidato Ekstemporan yaitu pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya


berupa garis-garis besar (outline) dan pokok penunjang pembahasan
(supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi
kata. Pidato jenis ini adalah pidato yang paling baik dan paling sering
digunakan oleh pembicara yang telah mahir dan berpengalaman. Out-line
hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran
pembicara.

7
Keuntungan:
 Komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena pembicara
berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya.
 Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan
penyajiannya lebih spontan.
Kerugian:
 Memerlukan latihan yang intensif bagi pembicaranya.
 Kemungkinan menyimpang dari garis besar sangat besar
 Kefasihan bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata.
Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato
dibedakan atas:
1. Pidato Informatif (memberitahu/mengabarkan) adalah pidato yang
tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang menjadi
tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan adalah adanya pengertian
dan pemahaman pendengar atas informasi yang disampaikan.
2. Pidato Persuasif (mendorong/mengajak) adalah pidato yang tujuan
utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar mau
menerima ajakan yang disarankan secara sukarela bukan dengan sukar
rela. Reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi agar
pendengar dapat menyetujui atau meyakini dan mungkin
membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengar.
3. Pidato Rekreatif (menghibur) adalah pidato yang tujuan utamanya
adalah menyenangkan atau menghibur orang lain. Reaksi yang
diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu
kegembiraan.

Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam kenyataannya ketiga


jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata
hanya terketak pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.

D. Kerangka Susuna Pidato


Skema susunan suatu pidato yang baik:
1. Pembukaan dengan salam terbuka.
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
3. Isi atau materi pidato secara sistematis: maksud, tujuan, sasaran, rencana,
langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

8
E. Langkah-Langkah Penyusun Pidato

Sebelum berpidato, berdakwah, atau berceramah, seseorang harus mengetahui


lebih dulu apa yang akan disampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari
khalayak bagaimana akan mengembangkan topik bahasa. Dengan demikian,
yaitu:
1. Memilih Topik dan Tujuan Pidato
Seringkali seseorang menjadi bingung ketika harus mencari topik
yang baik, seakan-akan dunia ini kekeringan bahan pembicaraan, seakan-
akan dirinya tidak memiliki keahlian apa-apa. Jangan bingung, karena
sebenarnya setiap orang memiliki keahlian masing-masing, hanya diri
seringkali tidak menyadarinya. Mang Endang mungkin tidak dapat
berbicara tentang hukum waris dengan baik, tetapi Mang Endang dapat
dengan lancar berbicara tentang cara memperbaikin mobil yang rusak. Pak
Haji Holis mungkin akan sangat lacar berbicara tentang hukum waris,
tetapi hampir beliau akan gagap jika diminta menjelaskan bagaimana
caranya memperbaiki mobil yang mogok. Inilah yang disebut keahlian
spesifik. Setiap orang punya potensi untuk ahli di bidangnya masing-
masing. Hal yang akan menjadi masalah bagi seseorang ketika harus
berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri berbicara tentang
persoalan yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya (Numawi
kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu urang nyalira henteu ngartos
kana naon anu dicarioskeun!).
1.1 Kriteria Topik yang Baik
Untuk menentukan topik yang baik, seseorang dapat menggunakan
ukuran-ukuran sebagai berikut:
Topik Harus Sesuai dengan Latar Belakang Pengetahuan Pembicara
Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan
kemungkinan Anda lebih tahu daripada khalayak, Anda lebih ahli
dibandingkan dengan kebanyakan pendengar. Jika Anda merupakan orang
lain, maka berpidatolah dengan tema atau itu; sebaliknya jika Anda tidak
begitu paham tentang tata cara sholat yang baik, jangan pernah Anda
memaksa diri untuk berbicara tentang masalah itu.

Topik Harus Menarik Minat Pembicara


Topik yang enak dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling
Anda senangi atau topik yang paling menyentuh emosi Anda. Anda akan
dapat bebicara lancar tentang kaitan berpuasa dengan ketentraman hati,
sebab Anda pernah merasa tidak tenang ketika pernah tidak berpuasa
secara sengaja di bulan ramadhan.

9
Topik Harus Menarik Minat Pedengar
Dalam berdakwah atau berpidato, seseorang berbicara untuk orang
lain, bukan untuk dirinya sendiri. Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar
atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus berbicara tentang sesuatu yang
diminati mereka. Walaupun hal-hal yang menarik perhatian itu sangat
tergantung pada situasi latar belakang khalayak/hadirin, namun hal-hal
yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang menyentuh rasa kemanusian,
petualangan, konflik, ketegangan, ketidakpastian, hal yang berkaitan
dengan keluarga, humor, rahasia, atau hal-hal yang memiliki manfaat
nyata bagi hadirin adalah topik-topik yang akan menarik perhatian.

Topik Harus Sesuai dengan Pengetahuan Pendengaran


Betapapun baiknya topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak,
topik itu bukan saja tidak menarik tetapi bahkan akan membingungkan
mereka. Oleh karena itu, sebelum Anda menentukan topik dakwah,
ketahuilah terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat pengetahuan
pendengaran yang menjadi khalayak sasaran pidato Anda. Gunakanlah
bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin,
bukan istilah-istilah yang hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah itu
keren sekali).

Topik Harus Jelas Ruang Lingkup dan Pembatasnya


Topik yang tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya
memperoleh ulasan sekilas saja, atau “ngawur”. Misalnya, Anda memilih
topik Agama, tetapi orang tahu agama itu luas sekali. Agama biasa
menyangkut moralitas, sistem kepercayaan, cara beribadah, dan lain-lain.
Agar topik yang diambil jelas, maka ambilah misalnya tentang cara
beribadat, lebih jelas lagi ambillah topik tentang sholat yang khusu’, dan
seterusnya.

Topik Harus Sesuai dengan Waktu dan Situasi


Maksudnya, seseorang harus memilih topik pidato atau topik
dakwah yang sesuai dengan waktu yang tersediah dan situasi yang terjadi.
Jika Anda diberikan waktu untuk berbicara selama 10 menit, jangankah
Anda memilih topik yang terlalu luas yang tidak mungkin dijelaskan dlam
waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di hadapan para santri yang
rata-rata usianya belum akil baligh, janganlah Anda memilih topik dakwah
tentang tata cara hubungab suami-istri, bicaralah tentang kebersihan
sekolah, misalnya.

10
Topik Harus Dapat Ditunjang dengan Bahan Yang Lain
Jika Anda memilih topik tentang Hadist Shahih dan Dhoif,
lengkapi bahan pembicaraan Anda dengan sumber-sumber rujukan (bisa
berupa: kitab, buku, atau perkataan ulama) yang sesuai.

1.2 Merumuskan Judul Pidato


Hal yang erat kaitannya dengan topik adalah judul. Bila topik
adalah pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang
diberikan untuk pokok bahasa itu. Seringkali judul telah dikemukakan
lebih dahulu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan terlebih
dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu: relevan,
propokatif, dan singkat. Relavan artinya ada hubungannya dengan
pokok-pokok bahasan; Propokatif artinya dapat menimbulkan hasrat ingin
tahu dan antusiasme pendengar; Singkat berarti mudah ditangkap
maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.

1.3 Menentukan Tujuan Pidato


Ada dua macam tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal:
memberitahukan (informatif), mempengaruhi (persuasif), dan
menghibur (rekreatif). Tujuan khusus bersifat kongkret dan sebaiknya
dapat diukur tingkat pencapainnya atau dapat dibuktikan segera.
Hubungan antara topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat
dilihat pada contoh-contoh di bawah ini:
Topik : Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul : Pemaaf Sumber Kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif (memberi tahu)
Tujuan Khusus : Pendengar mengetahui bahwa:

 Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani


dan rohani.
 Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa
dan kesehatan.

2. Teknik Mengembangkan Pokok Bahasa

Bila topik yang baik sudah ditemukan, maka yang diperlukan adalah
keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang
(supporting point) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat

11
kesan, menambah daya tarik dan mempermudah pengertian. Ada enam
macam teknik pengembangan bahasa dalam berpidato antara lain:
1) Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap istilah atau
kata-kata yang disampaikan. Memberikan penjelasan dapat
dilakukan dengan cara memberikan pengertian atau definisi.
Misalnya, istilah Iman Kepada Allah Anda jelaskan dengan
kalimat: “Iman adalah rasa percaya dan yakni akan kebenaran
adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.”
2) Contoh adalah upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga
lebih mudah untuk dipahami. Contoh dalam berpidato dapat
berupa cerita yang rinci yang disebut ilustrasi. Untuk memberikan
contoh tentang kesabaran, misalnya Anda menggunakan cerita
tentang kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi cobaan Allah
melulai penyakit kulit yang dideritanya.
3) Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk
menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam
analogi yaitu analogi harfiyah dan analogi kiasan. Analogi
harfiyah (literal analogy) adalah perbandingan di antara objek-
objek dari kelompok yang sama, karena adanya persamaan dalam
beberapa aspek tertentu. Misalnya, membandingkan manusia
dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan adalah
perbandingan diantara objek-objek di antara kelompok yang tidak
sama.
4) Testimoni adalah pernyataan ahli yang dikutip untuk menunjang
pembicaraan pembicara. Pendapat ahli yang dikutip dari pidato
seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara televisi, dan lain-lain,
termasuk kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.
5) Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk
menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik
diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelasn, dan
meyakinkan. Misalnya, untuk melukiskan betapa bobroknya
akhlak generasi muda di Indonesia, seseorang menggunakan
kalimat, “Wahai saudara-saudara, menurut hasil penelitian, saat
ini lebih dari 65 persen remaja di Indonesia telah melakukan
hubungan seks sebelum nikah…”
6) Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan yang sama
dengan kata-kata yang berbeda. Perulangan berfungsi untuk
menegaskan dan mengingatkan kembali.

2.1 Teknik Menyusun Pidato

12
H.A. Overstreet, seorang ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi
manusia, berkata, “let your speech march”. Suruh pidato Anda berbasis
tertib seperti barisan tentara dalam suatu pawai. Pidato yang tersusun
tertib (well-organized) akan menciptakan suasana yang favorble,
membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas,
sehingga memudahkan pengertian, mempertegaskan gagasan pokok, dan
menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis.
Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu sendiri atau
dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama disebut
organisasi pesan (messages organization) dan yang kedua disebut
pengaturan pesan (message arrangemen).

2.2 Organisasi Pesan


Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence), yaitu:
1) Urutan Deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan
utama, kemudian memperjelaskan dengan keterangan penunjang,
penyimpulan, dan bukti.
2) Urutan Induktif dikemukakan perincian-perincian dan kemudian
menarik kesimpulan. Jika seseorang menyatakan dulu mengapa
perlu menghentikan kebiasaan merokok, lalu menguraikan alasan-
alasannya, berarti orang tersebut menggunakan urutan deduktif.
Tetapi bila seseorang menceritakan sekian banyak contoh dan
pernyataan dokter tentang akibat buruk merokok dan kemudian
menyimpulkan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, maka
orang tersebut menggunakan urutan induktif.
3) Urutan Kronologis pesan disusun berdasarkan urutan waktu
terjadinya peristiwa.
4) Urutan Logis pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau dari
akibat ke sebab. Bila Anda menjelaskan proses kekufuran dari
sebab-sebabnya lalu ke gejala-gejalanya, maka Anda mengikuti
urutan logis dari sebab ke akibat.
5) Urutan Spasial pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini
dipergunakan jika pesan berhubungan dengan subjek geografis
atau keadaan fisik lokasi.
6) Urutan Topikal pesan disusun berdesarkan topik pembicaraan:
klasifikasinya, dari yang penting ke yang kurang penting, dari
yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing.
2.3 Pengaturan Pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kemudian perlu
menyesuaikan organisasi pesan ini dengan cara berpikir khalayak
pendengar. Urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia
disebut oleh Alan H. Monroe sebagai motivated sequence (urutan
bermotif). Menurut Monroe, ada lima tahap urutan bermotif: perhatian

13
(attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi
(visualization), dan tindakan (action). Dengan demikian, pidato yang
baik dan efektif adalah pidato yang sejak awal mampu membangkitkan
perhatian khalayak pendengar, mampu membuat pendengar merasakan
adanya kebutuhan tertentu, memberikan petunjuk bagaimana cara
memuaskan kebutuhan tersebut, dapat menggambarkan dalam pikirannya
penerapan usul yang dianjurkan kepadanya dan akhirnya mampu
menggerakkan khalayak untuk bertindak sesuai anjuran yang disarankan.
Misalnya seseorang akan mengajak yang lainnya untuk memotong
rambutnya yang gondrong. Pembicaraan memulai pembicaraan dengan
melontarkan perkataan: “Lihat rambutmu!!! Kutu-kutu bergelantungan
dengan bebasnya…” Anda sedang memasuki tahap perhatian. Lalu Anda
berkata lagi, “Kutu-kutu itu tentu membuat kepalamu gatal dan kamu
pasti tidak bisa tidur nyenyak…” Anda tengah berada pada tahap
membangkitkan kebutuhan. “Memotong rambut itu mudah dan murah,
cukup dengan uang RP 3.000 atau bahkan gratis…” Anda masuk pada
tahap pemuasan. “Jika kamu tetap membiarkan rambutmu jabrig begitu
dan membebaskan kutu-kutu menyedot darahmu, kamu tampak seperti
orang kurang waras dan mustahil gadis-gadis di desa ini akan tertarik
kepadamu…, tapi jika kamu cepat memotomg dan merapihkan rambutmu,
kutu-kutu itu akan segera mengucapkan selamat tinggal pada kepalamu
dan gadis-gadis cantik akan mengucapkan selamat datang arjunaku…”
Anda sudah masuk pada tahap visualisasi. “Ayo, cukurlah rambutmu
sekarang…!!!” Anda melakukan tahap tindakan.
2.4 Membuat Garis-garis Besar Pidato
Garis-garis besar (out-line) pidato merupakan pelengkap yang
amat berharga bagi pembicara yang berpengalaman dan merupakan
keharusan bagi pembicara yang belum berpengalaman. Garis besar pidato
ibarat peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan
retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis
besar yang salah akan mengacukan “perjalanan” pembicaraan, dan garis
besar yang teratur akan menertibkan “jalannya” pidato. Garis-garis besar
pidato yang baik terdiri dari tiga bagian: pengantar, isi, dan penutup.
Dengan menggunakan urutan bermotif daru Alan H. Monroe, dapat dibagi
mejadi lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan
tindakan. Perhatian ditempatkan pada isi; dan tindakan ditempatkan pada
penutup pidato.

F. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan
persiapan berikut ini:
1. Mengetahui wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan

14
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.

G. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Berpidato


Berpidato yang baik harus memperhatikan beberapa syarat, diantaranya:
1. Berbusana yang sopan dengan melihat situasi, macam latar belakang
pendengarnya, acara yang akan disuguhkan panitia
2. Pergunakan bahasa yang sopan dan komunikatif yang sesuai dengan
tingkat bahasa pendengarnya. Pergunakan bahasa baku jika berpidato
dalam forum resmi, misalnya: seminar, rapat, sidang, dsb.
3. Materi pidato harus sesuai dengan yang di inginkan pendengar. Jangan
menggunakan materi yang justru bertentangan dengan kemauan, adat,
norma, agama atau tatanan yang dianut oleh masyarakat pendengar.
4. Penampilan harus dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah diri,
takut, bingung atau grogi. Jangan memfonis pendengar dengan
memaksakan pendapat atau kehendak.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pidato adalah ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai
alatnya.
2. Fungsi Pidato antara lain: mempengaruhi orang lain, menyampaikan
informasi dan atau suatau pemahaman, menghibur, mendidik,
propaganda, penyambung lidah seseorang.
3. Jenis-Jenis Pidato
 Berdasarkan sifat dan isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:
Pidato Pembuka, Pidato Pengarahan, Pidato Sambutan, Pidato
Peresmian, Pidato Laporan, dan Pidato Pertanggungjawaban
 Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan sebelum
melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan atas: Pidato
Impromptu (serta merta), Pidato Manuskrip, dan Pidato
Ekstemporan.
 Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis
pidato dibedakan atas: Pidato Informatif, Pidato Persuasif, Pidato
Rekreatif.
4. Kerangka Susunan Pidato adalah pembukaan dengan salam pembuka,
pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi, atau materi pidato secara
sistematis: maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll, penutup
(kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

16
5. Kriteria topik yang baik sebagai berikut: topik harus sesuai dengan latar
belakang pengetahuan pembicara, menarik minat pembicara, menarik
minat pendengar, sesuai dengan pengetahuan pendengar, jelas ruang
lingkup dan pembatasnya, sesuai dengan waktu dan situasi, di tunjang
dengan bahas yang lain.
6. Dalam merumuskan judul pidato sebaiknya harus memenuhi tiga syarat,
yaitu: relevan, propokatif, dan singkat.
7. Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan dalam Berpidato ada enam
macam yakni: Penjelasan, Contoh, Analogi, Testimoni, Statistik,
Perulangan.
8. Dalam manyusun sebuah pidato dan mengurutkan gagasan utama dan
penjelasan yang di sebut Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam
urutan (sequence), yaitu: deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan
topikal.
9. Dalam penyampaian pesan pidato, pesan harus sejalan dengan urutan
proses berfikir manusia yakni disebut sebagai motivated sequence (urutan
bermotif) yang terdiri atas lima urutan yakni: perhatian (attention),
kebutuhan (needs), pemuasan (sataisfaction), visualisasi (visualization)
dan tindakan (action).
10. Dalam melakukan pidato sebaiknya mengadakan persiapan antara lain
seperti: Mengetahui wawasan pendengar pidato secara umum,
mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan,
menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti, mengetahui
jenis pidato dan tema acara, menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan
pidato, dsb.
11. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berpidato diantaranya: berbusana
yang sopan dengan melihat situasi, macam latar belakang pendengarnya,
acara yang akan disuguhkan panitia, pergunakan bahasa yang sopan
dan komunikatif sesuai dengan tingkat bahasa pendengarnya, materi
pidato harus sesuai dengan yang diinginkan pendengarnya, penampilan

17
harus dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah hati, takut, bingung
atau grogi.

B. Saran
Keberhasilan pidato dilihat dari diterimanya pesan pidato yang
disampaikan oleh pembicara kepada para pendengar. Agar itu semua bisa
terwujud, kita harus menguasai semua teknik-teknik yang berkaitan dengan
berpidato. Mulai dari menulis naskah pidato, hendaknya kita menulis naskah
pidato yang sesuai dan diminati pendengar. Selain itu kita juga harus
mengetahui kiat-kiat apa saja yang harus kita lakukan agar pendengar
tertarik untuk mendengarkan pidato yang kita sampaikan serta tidak
menyinggung perasaan pendengar. Selain itu kita harus banyak berlatih agar
pidato yang kita sampaikan dapat berjalan dengan lancar dan kita tidak
mengalami. Diharapkan setelah mempelajari dan memahami makalah ini,
mahasiswa dapat mengetahui cara berpidato yang baik, dan mahasisawa
dapat mengembangkan kemampuan berpidato serta diharapkan tampilan
mahasiwa dalam berpidato benar-benar menunjukkan kualitas sebagai insan
yang terpelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Emha. __. Tehnik dan Pedoman Berpidato. Surabaya: CV. Amin
Al Ansori, Sofyan. 2010.Jenis-Jenis Pidato
.http://copiyan.wordpress.com/2010/02/28/jenis-jenis-pidato/(diakses tanggal4 Mei
2010)
Anonim. 2008. Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan dan Persiapan
Pidato Sambutan.
http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-
pidato-sambutan(diakses tanggal 4 Mei2010)
Anonim. 2010.Jenis Pidato.http://archevn.host22.com/page4.html(Diakses
tanggal4 Mei 2010)
Anonim. 2010.Langkah-langkah Menyusun Pidato

18
.http://palakacomputer.blogspot.com/2010/01/langkah-menyusun-pidato.html
(Diakses tanggal 14 Mei 2010)
Isdaryanto. 2010.Pengertian Pidato dan Kata Sambutan
.http://www.isdaryanto.com/kumpulan-contoh-pidato-lengkap(diaksestanggal 4
Mei 2010)
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai