UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Semoga shalawat
serta salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan kita semua sebagai umat yang taat
terhadap ajaran yang dibawanya.
Karena atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Analisis Kesalahan-Kesalahan Pembicara” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Public Speaking dengan Dosen Pengampu Ibu Dra. Aas Saraswati, M.Pd. dan Ibu
Dahlian Rineva, S.Pd., M.Pd..
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penyusun. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak akan kami terima dengan baik demi
kesempurnaan makalah ini. Kami pun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan seluruh mahasiswa FKIP PGSD Universitas Pasundan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Pengertian Pembicara...........................................................................
B. Kesalahan-Kesalahan dalam Mengolah Pidato dan Organisatoris.......
C. Kesalahan-Kesalahan dalam Berbicara, Penampilan dan Sikap...........
D. Kesalahan-Kesalahan dalam Hubungan dengan Pendengar.................
E. Kesalahan-Kesalahan dalam Hubungan dengan Teks atau Manuskrip
F. Kesalahan-Kesalahan dalam Membaca Pidato.....................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup selalu berkelompok mulai dari kelompok kecil,
misalnya keluarga, sampai kelompok besar seperti organisasi sosial. Dan
kelompok itu, mereka berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dimana ada
kelompok baru, disitu pasti ada Bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada
masyarakat nasional maupun masyarakat modern. Dalam setiap
masyarakat diperlukan komunikasi lisan dan tulisan.
Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi lisan biasanya
sering terjadi dalam kehidupan manusia misalnya dialog dalam kehidupan
keluarga, percakapan antar tetangga maupun percakapan formal antara
pembicara dengan pendengar. Interaksi antara pembicara dan pendengar
ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung
dapat bersifat dua arah atau multi arah. Sedangkan interaksi tidak langsung
bersifat satu arah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau
menangkap makna apa yang disampaikannya.
Pada umumnya, seorang pembicara didepan public selalu menjadi
pusat perhatian karena semua pandangan dan perhatian tertuju kepadanya.
Apalagi bagi orang yang suka memperhatikan keistimewaan dan
kelemahan orang lain. Perhatian yang bersifat negative akan hilang apabila
pembicara bisa menarik perhatian pendengar dengan gaya berbicara,
keterampilan berbicara, ketepatan berargumentasi, karasteristik dan
ketenangan dalam penyampaian materi. Dalam kehidupan sehari-hari
banyak sekali orang yang berbicara dengan tidak sistematis dan dengan
Bahasa yang kacau serta sukar ditangkap maknanya secara langsung.
Sering terjadi miscommunication diantara para pembicara dan pendengar
karena adanya gangguan-gangguan, baik itu dari diri pembicara, saluran
komunikasi maupun dari penerima atau lawan bicara yang tidak dapat
menerima pesan yang disampaikan.
Jadi seorang pembicara tidak harus memilih Pendidikan yang
tinggi, asalnya pembicara mempunyai wawasan yang luas dan dapat
menguasai beberapa Bahasa, baik itu Bahasa umum maupun Bahasa asing.
Seorang pembicara yang professional atau handal harus tenang dan jelas
dalam menyampaikan materi. Karena perhatian seorang pendengar
terhadap pembicara tergantung pada keterampilan berbicara, ketetapan
argumentasi dan pada gaya meyakinkan yang disampaikan. Oleh karena
itu, dalam makalah ini pemateri akan membahas lebih lanjut mengenai
kesalahan-kesalahan pembicara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu
sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari pembicara dan pendengar?
2. Apa saja kesalahan-kesalahan dalam mengolah pidato dan
organisatoris?
3. Bagaimana kesalahan-kesalahan dalam berbicara, penampilan dan
sikap?
4. Apa saja kesalahan-kesalahan dalam hubungan dengan pendengar?
5. Apa saja kesalahan-kesalahan dalam hnbungan dengan text atau
manuskrip?
6. Apa saja kesalahan-kesalahan dalam membawa pidato?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari pembicara dan pendengar.
2. Untuk mengetahui mengetahui kesalahan-kesalahan dalam mengolah
pidato dan organisatoris.
3. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam berbicara, penampilan
dan sikap.
4. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam hubungan dengan
pendengar.
5. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam hubungan dengan text
atau manuskrip.
6. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam membawa pidato.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembicara
Pembicara merupakan seseorang yang dipercaya untuk
menyampaikan suatu hal, berita atau informasi didepan umum. Seorang
pembicara dapat saja memiliki bidang dan mengambil kedudukan yang
berbeda dalam menyampaikan isi pembicaranya. Kedudukan pembicara
dapat menyampaikan pembukaan atau penutup, menambah pengetahuan,
serta memotivasi dan mempersuasi pendengarnya untuk melakukan
sesuatu. Seorang pembicara yang baik harus mengetahui Teknik-teknik
dasar yang diperlukan dalam pembicaraannya agar dapat memperoleh
perhatian dari pendengarnya, seperti seorang pembicara tidak boleh terlalu
terpaku kepada teks, tetapi harus tampil prima, antusias, memiliki kontak
mata dengan pendengarnya, terlihat sabar dan memiliki dedikasi yang
tinggi. Pembicara akan dikatakan berhasil apabila pembicara tersebut
berhasil memberikam sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi para
pendengarnya.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan Bahasa lainnya.
Pembicara yang baik mampu memeberikan contoh agar dapat ditiru oleh
pendengar yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan
pendengar untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan. Seorang
pembicara dapat menyampaikan pesan kepada orang lain pasti mempunyai
tujuan, ingin mendapatkan responsa tau reaksi. Respons atau reaksi itu
merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan
pembicaraan sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara.
Secara umum, tujuan pembicaraan sebagai berikut:
a. Mendorong atau Menstimulasi
Pembicara berusaha memberi semangat gairah dan hidup kepada
pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah memberikan inspirasi atau
membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya pidato ketua umum
koni dihadapan para atlet yang bertanding diluar negeri bertujuan agar
para atlet memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam
rangka membela negara.
b. Meyakinkan
Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap
para pendengar. Alat paling penting dalam penyampaian materi adalah
argumentasi. Untuk itu diperlukan bukti, fakta dan contoh konkret agar
dapat meyakinkan pendengar. Para pendengar akan memperlakukan
pembicara dengan sepenuhnya bila yang dibicarakan oleh pembicara
itu masuk akal dan bila pembicara mampu menyajikan pembicaraan
yang segar dan actual dan meyakinkan pendengar.
c. Menggerakkan
Pembicara menghendaki adanya Tindakan atau perbuatan dari para
pendengar. Misalnya berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan,
pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi
social.
d. Menginformasikan
Pembicara memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar
dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya seorang guru
memberikan pelajaran dikelas, seorang dokter menyampaikan masalah
kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib
berlalu lintas dan sebagainya.
e. Menghibur
Pembicara sebisa mungkin menggembirakan dan menyenangkan
para pendengarnya. Pembicara seperti ini biasanya dilakukan dalam
suatu resepsi, ulang tahun, pesta atau pertemuan gembira lainnya.
Humor merupakan alat yang paling utama dalam uraian seperti itu.
Reaksi atau respons yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira,
senang dan Bahagia pada hati pendengar.
Kepribadian pembicara adalah unsur penting yang menentukan
efektifitas komunikasi retoris. Seorang pembicara hendaknya memiliki
dasar Pendidikan yang cukup dan pengetahuan umum yang luas. Memiliki
rasa percaya diri dan kepastian. Setiap pembicara harus tahu tenggang rasa
dan memperhatikan tata sopan santun dalam setiap penampilan pembicara
bersikap sederhana, tetapi menarik dan asli apa adanya. Pembicara harus
mengenali situasi masyarakat, khususnya para pendengarnya. Penampilan
seorang pembicara yang meyakinkan dapat merebut hati para pendengar
dan mempengaruhi pendengar.
6. Tidak Senyum
Kecuali public speaking dalam suasana duka, senyum wajib
dilakukan, bahkan saat Anda memulai pidato.
7. Melihat ke Atas. Mata ke mana-mana.
Poor use of eye contact. Jangan lihat ke atas, ke samping, ke
dinding, atau ke arah lain selain hadirin. Hadapkan wajah kepada
hadirin. Tatap mata mereka secara bergantian, putar kepala Anda secara
perlahan pisan.
8. Monoton.
Suara datar. Vokal tidak variatif. Monoton: mono = satu, tone =
nada. Satu nada. Gak enak didengar! Variasikan nada bicara tinggi,
rendah, pelan, keras, mungkin sesekali perlu "berteriak" sampil
mengepalkan tangan.
9. Tempo
Terlalu cepat = susah ditangkap, sukar dimengerti. Terlalu
lambat = bikin kesel, ngantuk, boring! Maka, atur tempo atau kecepatan
(speed) pembicaraan
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa berbicara merupakan
suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan
(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian
ekstensif social. Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan
kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa
lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri).
B. Saran
https://www.academia.edu/41045340/Analisis_Kesalahan_Pembica
ra_dan_Demam_Panggung
Diakses pada 25 November 2022 pukul 10.02.
Sabardila Atiqa. 2021. “kesalahan berbahasa dalam berpidato”
https://www.researchgate.net/publication/
357452084_ANALISIS_KESALAHAN_BERBAHASA_DALAM
_PIDATO_MAHASISWA_MPBI-
UMS_Analysis_of_Language_Errors_in_MPBI-
UMS_Student_Speech
Diakses pada 25 november 2022 pukul 10.17.
MEDIA ROMELTEA. 2016. Kesalahan dalam berpidato.
https://www.romelteamedia.com/2016/07/9-kesalahan-dalam-
public-speaking-pidato.html
Diakses pada 25 november 2022 pukul 11.02.