Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR BERBICARA

Disusun untuk memenuhi tugas Dasar-Dasar Berbicara yang diampu oleh

Ibu Elen Inderasari, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

1. Mey Dwi Herdanto ( 196151081 )

2. Asrul Amin (196151083)

3. Nia Khusnul Ma’arifah (196151086)

4. Miss. Wilda Sueree ( 196151097)

TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
Tahun 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar
Berbicara.

Makalah ini disusun agar pembicara dapat memperluas ilmu tentang faktor-faktor
yang mendukung berbahasa, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai informasi dan jurnal penelitian. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah dan
akhirnya makalah in I dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat menamah wawasan pembicara.

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar belakang..................................................................................................3
B. Rumusan masalah............................................................................................4
C. Tujuan penulisan makalah..............................................................................4
D. Manfaat penulisan makalah............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Praktik kehidupan islami Al Quran sebagai sumber materiil .................... 5
B. Praktik Hadist sebagai sumber materiil dalam kehidupanislami 6
C. Alam semesta sebagai sumber materiil dalam kehidupan islami 7
D. Aplikasi dari ketiga sumber materiil dalam kehidupan islami 7
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
KESIMPULAN..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam masa sekarang ini berbicara merupakan salah satu hal penting dalam
menjalin komunikasi antar masyarakat dan golongannya. Salah satunya adalah
menggunakan bahasa, tentunya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baik dan
sopan yang sekiranya bisa menempatkan bagaimana dan dimana ia berbicara.
Berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi yang sering digunakan.
Berbicara merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
kepada orang lain. Berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara lisan.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Dalam berbicara kadang seorang dituntut dapat berbicara dengan efektif.
Faktor-faktor itu dapat berupa faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

B. Rumusan masalah
1. Apa faktor-faktor kebahasaan?
2. Apa faktor-faktor nonkebahsaan?
C. Tujuan penulisan makalah
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan penulisan,
antara lain :
1. Pembaca dapat mengetahui faktor-faktor kebahasaan
2. Pembaca dapat mengetahui faktor-faktor nonkebahasan.
D. Manfaat penulisan makalah
Manfaat penulisan makalah ini, yaitu pembaca dapat menemukan banyak
informasi dalam makalah ini, terutama tentang bagaimana praktik faktor-faktor yang
mendukung berbahasa. Dan diharapkan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN
BERBICARA

1.      Faktor-Faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

a)      Ketepatan ucapan.

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa


secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan
perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak
sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi,
kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu
penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

b)      Penempatan tekanan, nada, dan durasi yang sesuai.

Kesesuaian tekanan, nada, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun
masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, dan
durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika
penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara tentu berkurang.

      c)      Pilihan kata (Diksi).                       

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang
dan akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sudah

5
dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada
kata-kata yang tidak populer, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.

Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu,


namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-
kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret
menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan kata
itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara
(pendengar).

Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata


untuk menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan dari
segi konteks.

Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah:

1.       memiliki kosakata      

2.       memahami makna kata tersebut,

3.       memahami cara pembentukannya

4.       memahami hubungan-hubungannya,

5.      memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi kaidah


struktural dan logis.

Berikut beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari segi

1.   bentuk kata

2.   baku tidaknya kata

3.   makna kata

4.   konkret atau abstraknya kata

6
5.   keumuman dan kekhususan kata

6.   menggunakan gaya bahasa/majas

7.   idiom.

d) Ketepatan sasaran pembicaraan.

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan


kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan
penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat
yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan
kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan,
pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap
tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya
hubungan pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan
logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian
kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat.

2.       Faktor-Faktor Nonkebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti


yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan.
Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi
keefektifan berbicara. Dalam proses belajar-mengajar berbicara, sebaliknya faktor
nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, Ketika berbicara di depan umum,
mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang kualitas
pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran
gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak banyak mahasiswa
yang mampu menggunakan dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, perlu adanya
bahasa yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi atau berbicara di depan

7
umum. dapat dimulai dari segi penggunaan bahasa yang digunakan dalam berbicara.
Kemudian selanjutnya pada ilmu retorika yang harus digunakan, yaitu metode dan
etika retorika.

Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan


berbicara mahasiswa akan termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara
secara intelektual”. sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan
memudahkan penerapan faktor kebahasaan.

     Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :

     1.   Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika


berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan
bersemangat dalam berbicara.

     2.   Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan


matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat dalam
pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif,
misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.

     3.   Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam


mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia menerima
kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau tidak
dilandasi argumentasi yang kuat.

     4.   Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu


mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk
mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari penggunaan gerak-gerik
yang tidak ajeg, berlebihan, dan bertentangan dengan makna kata yang digunakan.

     5.   Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara


yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi akustik.
Kenyaringan yang terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik sedangkan

8
kenyaringan yang terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem, lesu dan tanpa
gairah

     6.    Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya


dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar menangkap
keutuhan isi paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari bunyi-bunyi
penyela seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak berarti pembicara harus berbicara
dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya

     7.   Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang


dibicarakan. Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang, penguasaan
materi yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri. dan Penalaran,
seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran yang baik dalam menata
gagasannya sehingga pendengar akan mudah memahami dan menyimpulkan apa yang
disampaikannya.

3.Faktor Penghambat Keefektifan Berbicara

Faktor penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu


hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal
dari dalam diri pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang
berasal dari luar pembicara (Taryono, 1999:68). Adapun hambatan internal yang
dimaksud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak
sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil
postur dan posisi tubuh

Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu:
hambatan mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan mental
yang temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi. Hambatan

9
mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah, tipe ehm vokalis,
tipe penggumam, dan tipe tuna gairah;

Hambatan lain-lain meliputi

            a.       kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat;

           b.      kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;

            c.       kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan

           d.      adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).

      Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara agar berbicara kita
efektif antara lain sebagai berikut :

        1.         Cerdas Menguasai Suasana

         Orang belajar menulis semestinya terlebih dahulu mempelajari hal-hal yang


tidak akan dia tulis. Begitu juga orang belajar berbicara semestinya terlebih dahulu
mempelajari kapan seharusnya tidak berbicara. Kita tentu pernah memdengar pepatah
“bicara itu perak, diam itu emas”, entah perkataan itu benar atau tidak akan tetapi
sebelum membahasa bagaimana  seharusnya berbicara akan lebih baik kalau kita
terlebih dulu memahami bagaimana seharusnya tidak berbicara kita diam bukan
berarti tidak bersuara. Mungkin kita sedang mempraktekkan ilmu padi semakin
merunduk semakin berisi. Karena didalam berbicara kita harus tahu berbicara dengan
siapa dan di mana kita berbicara. Dengan demikian kita bisa menguasai
suasana. Sering juga kita dengar orang berkata banyak bicara banyak salah, mengapa
demikian karena tidak bisa menguasai suasana.

        2.  Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup  dan bisa dinikmati oleh
semua yang terlibat, adapun caranya sebagai berikut :

     

10
      a.       Pilih topik yang dapat melibatkan semua orang sebelum berbicara tentu
terlebih dahulu memikirkan apa yang akan kita bicarakan. Dalam hal itu kita tidak
perlu memilih topic-topik yang berat misalnya tentang politik, bila orang-orang yang
kita ajak bicara tidak banyak suka politik.Bila kita lakukan maka kemungkinana besar
orang-orang yang kita ajak bicara akan tutup mulut dan secara otomatis pembicaraan
kita akan mati.

      b.      Meminta pendapat, kita akan dikenang sebagai pemicara yang baik jika kita
meminta pendapat dari orang sekitar yang akan kita ajak berbicara. Dengan demikian
pembicaraan kita tidak bisa timbal balik

      c.       Bantulah orang yang paling pemalu dalam kelompok, sebagai pembicara


yang baik kita perlu mengajak orang-orang disekitar  kita atau orang-orang yang kita
ajak bicara untuk ikut serta dalam pembicaraan. Khususnya mereka yang tampaknya
enggan untuk bergabung dan dengan berbagai macam cara misanya memacing orang
yang kurang terlibat itu dengan topic yang anda tahu akan dia nikmati.

      d.      Jangan memonopoli percakapan atau pembicaraan, dalam berbicara kita


tidak perlu berbicara terus menerus seperti seorang monolog atau interrogator,
walaupun demikian juga jangan terlalu sedikit berbicara. Bila kita terlalu pelit
berbicara, orang-orang akan menganggap kita tidak cukup pandai atau tidak ramah.

      e.       Memancing pendapat, pertanyaan-pertanayaan yang dapat memancing


pendapat sangat efektif untuk memulai percakapan atau pembicaraan dalam
lingkungan sosial atau untuk memecahkan keheningan misalnya kita dapat
menanyakan hal yang sedang menjadi topic hangat dan yang akan ada dibenarkan
orang-orang saat itu.

11
BAB III

PENUTUP

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, baik itu faktor
penunjang maupun penghambat. Faktor penunjang yang dimaksud terbagi menjadi
dua bagian yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan terdiri
atas Ketepatan ucapan, Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,
Pilihan kata (Diksi), dan Ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun
factor nonkebahasaan adalah Sikap pembicara, Pandangan mata, Keterbukaan, Gerak-
gerik dan mimik yang tepat, Kenyaringan suara, Kelancaran, dan Penguasaan topic.
Di samping factor penunjang tersebut, terdapat beberapa factor penghambat. Faktor
penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan internal
dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar
pembicara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, H.G. 1981. “Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”.  Bandung:


Angkasa.

13
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
1. Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán (dan Hadits) maka akan
menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak mau membaca
dan mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang harus
dianut sebagai seorang muslim atau dengan kata lain menjadi orang yang
bodoh (jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama dan akibatnya bisa diduga,
umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan menjadi kaum yang lemah
bahkan menuju kepada kehancuran.
2. Bila umat islam memahami perintah perintah allah ,amka dengan sadar dia
akan selalu menjaga alam semesta dan seisinya tanpa harus dengan
paksaan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/abilismail/5c210c816ddcae3f7c379269/islam-dan-alam-
semesta
https://id.m.wikipedia.org/wiki/hadits

14
https://www.kompasiana.com/jemilfirdaus/55289a29f17e616d698b4598/alquran-
solusi-peradaban-modern-untuk-manusia-abad-21

15

Anda mungkin juga menyukai