BAHASA INDONESIA
Tentang
Kalimat Efektif
Dosen Pengampu :
Oleh Kelompok 4 :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat,
nikmat sehat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia tentang Kalimat
Efektif. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW. semoga selalu berpegang teguh pada sunnah-Nya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mendeskripskan Pengertian dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif.
2. Untuk Mendeskripsikan Cara Menggunakan Kalimat Efektif.
3. Untuk Mendeskripsikan Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
10. Tidak bercabang: Hindari kalimat yang bercabang atau terlalu rumit.
Setiap kalimat harus memiliki fokus yang jelas.
11. Memperhatikan tata bahasa: Pastikan penggunaan tata bahasa yang
benar, termasuk penggunaan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa
lainnya.
4
rapat dinas, seminar, atau penulisan karya ilmiah adalah situasi
pemakaian bahasa resmi. Dalam situasi resmi semacam itu, kita
dituntut menggunakan bahasa yang mencerminkan sifat keresmian,
yaitu bahasa baku. Apabila dalam situasi semacam itu kita tidak
menggunakan bahasa baku, misalnya menggunakan kata- kata dong,
gimana, dibilang, dibikin, ngapain, dan lain- lainnya, bahasa yang kita
gunakan dapat berstruktur seperti :
a. "Kemarin telah dibilang oleh pembicara bahwa masalah itu sangat
kompleks"
b. " Ngapain kamu kamu menanyakan masalah itu dalam seminar?
c. " Tadi jawabannya sudah dibikin komunikatif .
5
Bahasa baku adalah bahasa resmi atau formal baik tertulis
maupun lisan.Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui
oleh sebagian besar masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi
dan sebagai kerangka rujukkan norrna- norrna bahasa dalam
penggunaannya( Ida Bagus putrayasa, 2OO7).Ragam baku mempunyai
sifat- sifat sebagai berikut:
a. Kemantapan Dinamis
Kemantapan dinamis berupa kaidah- kaidah dan aturan- aturan
yang tetap. Bahasa baku atau standar tidak dapat berubah setiap
saat.
b. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada
tempat-tempat resmi perwujudannya dalam kalimat, paragraph,dan
satuan bahasa yang lain yang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
Proses pencendekiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan
ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber
dari bahasa asing, harus dapat disamapaikan dalam bahasa
Indonesia.
c. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakuan adalah
proses penyeragaman bahasa. Jadi pembakuan bahasa adalah
pencarian titik- titik keseragaman. Bahasa baku memiliki ciri- ciri
sebagai berikut:
a) Memakai ucapan baku, Ucapan baku / benar berkaitan dengan
penggunaan bahasa lisan. Pembakuan ucapan atau pelafalan
masih sulit dilakukan sampai sekarang. Sebagai acuan, pelafalan
yang baik adalah pelafalan yang tidak terpengaruh oleh ucapan-
ucapan kedaerahan. Sebagai contoh masyarakat Jawa
mengucapkan bunyi b, d, j, dar g, diucapkan di awal kata:
mBandung, mDemak, nJombang, ngGarut. Demikian pula,
pengucapan kata- kata bersuku mati fonem akhir/b/,/ct/, dan lgl,
6
dilafalkan/p/,/t/rtkl Misalnya pad,akata: bab, murid, ajeg,
diucapkan menjadi bap, murit, ajek.
b) Memakai ejaan resmi, Bahasa Indonesia memakai ejaan resmi,
yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempumakan( EYD)dalam bahasa tulis.
c) Menghindari unsur- unsur daerah baik leksikal maupun
gramatikal Unsur- unsur leksikal adalah kata, terutam a kata-
kata dari bahasa daerah atau kata- kata gaul yang merusak
eksistensi bahasa Indoneia.
d) Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. Secara teknis, yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata
dan penggunaan tanda baca. Penggunaan Ejaan yang
Disempurnakan merupakan salah satu faktor pendukung
keefektifan kalimat.
3. Penulisan huruf
7
b. Penulisan Huruf Miring
1) Huruf miring dipakai menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar.
2) Huruf miring untuk menuliskan kata nama- nama ilmiah.
4. Penulisan Kata
1) Kata turunan
Penulisan imbuhan dirangkai dengan kata yang mengikutinya.
contoh:
-Penulisan yang salah
(1) di makan
(2) ketidak adilan
-Penulisan yang benar
(1) dimakan
(2) ketidakadilan
2) KataDepan
Kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya,
kecuali daripada dan
kepada ( dianggap satu kata).Contoh:
- Penulisan yang salah
(1)Lebih baik pergi dari pada makan hati.
(2) Iapergi kejakarta.
-Penulisan yang ben ar
(1) Lebih baik pergi dari pada makan hati.
(2) Ia pergi ke Jakarta
8
yang kacau atau kalimat yang susunanny atidak teratur sehingga
informasinya sulit dipahami.
2. Pleonasme
Pleonasme berarti kata- kata yang berlebihan. Gejala Pleonasme
muncul karena beberapa kemungkinan, antara lain,
(1)pembicara tidak sadar, bahwa apa yang diucapkan itu mengandung sifat
yang berlebih
(2)dituangkan bukan karena tidak sengaja, melainkan karena tidak tahu
bahwa kata kata yang digunakan mengungkapkan pengertian yang
berlebihan
(3) dibuat dengan sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk
memberikan tekanan pada arti (Intensitas).
3. Ambiguitas
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih
menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif.
Contoh : Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera di jual Pada
kalimat terseut mengandung makna ambigu. frase yang aneh menerangkan
kata rumah atau sang jutawan? Jika yang aneh menerangkan rumah, kata
yang didapat dihilangkan kata aneh didekatkan pada kata rumah, lalu
ditambahkan kata milik diantara aneh dan sang jutawan. sementara itu,
jika yang aneh itu menerangkan sang jutawan , kata yang dapat
dihilangkan sehingga makna kalimat tersebut menjadi jelas. Jika kalimat
tersebut diperbaiki maka akan menjadi kalimat sebagai berikut :
a. Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera di jual.
b. Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera di jual.
4. Ketidakjelasan Unsur inti Kalimat
Suatu Kalimat yang baik memang harus mengandung unsur kalimat
yang lengkap. Dalam hal ini kelengkapan unsur kalimat itu, sekurang
kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu sebjek dan predikat. jika
predikat kalimat itu berupa kata kerja transtitif, unsur kalimat yang disebut
objek juga harus hadir. Unsure lain, yakni keterangan, kehadirannya
bersifat sekunder atau tidak terlalu dipentingkan.
9
5. Kemumbaziran preposisi dan kata
Ketidakektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian kata
depan (Preposisi) yang tidak terlalu perlu. Keektifan dalam penggunaan
bahasa, selain dapat dicapai melalui pemilihan kata yang tepat, dapat
dilakukan dengan menghindari pemakaian kata yang mumbazir. kata
mubazir dimaksud disini ialah kata yang kehadirannya tidak terlalu
diperlukan sehingga jika dihilangkan tidak merubah makna yang ingin
disampaikan.
6. Kesalahan nalar
Nalar menentukan apakah kalimat yang logis atau tidak. Nalar ialah
aktifitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis. jadi dalam bertutur
atau menulis guanakan nalar sebaik baiknya sehingga dapat menghasilkan
kalimat yang logis dan tepat makna serta efektif.
7. Ketidak tepatan Bentuk kata.
Sekarang ini, banyak kita temui bentuk kata yang menyimpang dari
aturan yang ada. Misalnya : pengrusakan, pengluasan, perlawatan, dan
perletakan. Bentuk seperti itu timbul karena pengaruh bahasa jawa. Jadi
dalm menulis atau bertutur perhatikan bentuk kata yang digunakan .
Gunakanlah bentuk kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Hindakan kesalahan dalam memilih bentuk kata.
8. Ketidakpastian bentuk kata
Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaian pun
mungkin tidak akan tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan,
kekaburan, dan salah tafsir. Disamping ketidaktepatan makna yang
menjadi penyebab ketidakektifan kalimat, hubungan kata dengan
maknanya juga sering menimbulkan ketidakektifan kalimat, oleh karena
itu kita harus memerhatikanya dengan cermat.
9. Pengaruh Bahasa Daerah
Banyak kata dari bahasa daerah masuk kedalam bahasa Indonesia,
memperkaya perbendaharaan kat-katanya. Kata kata bahasa daerah yang
sudah diserap ke dalam bahasa indonesia tampaknya tidak menjadi
masalah jika digunakan dalam pemakaian bahasa sehari - hari . Akan
10
tetapi bahasa daerah yang belum diterima ke dalam bahasa indonesia
inilah yang perlu dihindari penggunaanya agar tidak menimbulkan
kemacetan dalam berkomunikasi sehingga informasi yang disampaikan
menjadi tidak efektif.
10. Pengaruh Bahasa asing
Dalam perkembanganya, bahasa indonesia tak lepas dari pengaruh
bahasa lain, bahasa daerah ataupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi
dapat memperbanyak khazanah bahasa indonesia, tetapi disisilain dapat
juga mengganggu kaidah tata bahasa indonesia sehingga menimbulkan ke
tidakektifan kalimat.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Batasan dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif.
a) Jelas
b) Ringkas
c) Relavan
d) Tepat
e) Tidak bertele-tele
f) Varian Struktur
g) Tepat sasaran
h) Menggunakan kata penghubung
i) Tidak bercabang
j) Memperhatikan tata bahasa.
2. Faktor pendukung kefektifan kalimat
a) Bahasa Indonesia yang baik dan benar
b) Bahasa baku
c) Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan
3. Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat
a) Kontaminasi atau Keracunan
b) Pleonasme
c) Ambiguitas
d) Ketidakjelasan Unsur inti Kalimat
e) Kemumbaziran preposisi dan kata
f) Kesalahan nalar
g) Ketidak tepatan Bentuk kata
h) Ketidakpastian bentuk kata
i) Pengaruh Bahasa Daerah
j) Pengaruh Bahasa asing
12
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H.et.al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
13
TUGAS
Masalah ekonomi sangat perlu dan penting untuk dibahas karena masih tingginya
tingkat
Walaupun di Indonesia mayoritas muslim dan terhitung Negara yang kaya, disisi
lain tingkat
terjadi di Kota Solok. Menurut data resmi Badan Statistik kota Solok pada tahun
2020 data
kemiskinan tercatat sebanyak 1,99 ribu Jiwa jumlah penduduk miskin di Kota
Solok. Hal ini
Menurut sebagian masyarakat tidak cukup dengan hanya membayar zakat tapi
juga giat
dalam berinfak dan sedekah. Dengan melaksanakan tiga perintah, baik perintah
zakat, infaq dan
14
sadaqah dan ini dapat menjadi jurus untuk mengurang kemiskinan seperti halnya
yang dilakukan
Umar bin Abdul Aziz yang mampu menjadikan rakyat menjadi adil dan sejahtera
sehingga tidak
ada yang menjadi mustahik karena semua telah menjadi muzakki dalam waktu
tiga puluh bulan.
1. “Masalah ekonomi sangat perlu dan penting untuk dibahas karena masih
tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.” Kalimat ini efektif dalam
membuka topik yang akan dibahas, yaitu masalah ekonomi dan pengangguran di
Indonesia. Ini memberikan konteks awal yang baik.
4. “Seperti yang terjadi di Kota Solok. Menurut data resmi Badan Statistik kota
Solok pada tahun 2020 data kemiskinan tercatat sebanyak 1,99 ribu Jiwa jumlah
penduduk miskin di Kota Solok.” Kalimat ini efektif dalam memberikan contoh
konkret tentang masalah kemiskinan di Kota Solok dan menyediakan data resmi
untuk mendukung pernyataan tersebut.
15
5. “Hal ini menjadi alasan diperlukan para amil yang mengemban dan
melaksanakan manajemen pengelolaan dana zakat, infak dan sedekah secara
optimal.” Kalimat ini efektif dalam menghubungkan masalah kemiskinan dengan
solusi yang disarankan, yaitu manajemen dana zakat, infak, dan sedekah. Ini
mengarahkan pembaca ke arah tindakan yang dapat diambil.
6. “Dengan melaksanakan tiga perintah, baik perintah zakat, infaq dan sadaqah
dan ini dapat menjadi jurus untuk mengurang kemiskinan seperti halnya yang
dilakukan Umar bin Abdul Aziz yang mampu menjadikan rakyat menjadi adil dan
sejahtera sehingga tidak ada yang menjadi mustahik karena semua telah menjadi
muzakki dalam waktu tiga puluh bulan.” Kalimat ini mencoba memberikan
contoh sejarah tentang bagaimana tiga perintah (zakat, infak, dan sedekah) telah
berhasil mengurangi kemiskinan di masa lalu. Namun, kalimat ini mungkin terlalu
panjang dan kompleks. Ini bisa diperjelas agar lebih mudah dipahami.
16