Anda di halaman 1dari 21

KETERAMPILAN BERBICARA

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Berbicara I


Dosen Pengampu : Welly Nores Kartadireja., S.Pd., M.Pd.

Oleh :

Fahmi Reza Ahmad Fahrezi 192121117


Intan Nurul Aulya 192121106

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah diterima pada hari..................tanggal..........
Oleh
Dosen Mata Kuliah Berbicara I

Welly Nores Kartadireja., S.Pd., M.Pd.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor-
faktor keefektifan berbicara”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Berbicara I.

Penulisan karya tulis ini dimungkinkan oleh adanya bantuan dan


bimbingan dari berbagi pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
atas bantuan dan bimbingan kepada:
1. Kedua orang tua yang telah mendukung dan membantu secara moril.
2. Bunda Welly selaku dosen mata kuliah Berbicara I yang telah membimbing
sehingga terselesaikannya makalah ini.
3. Kawan-kawan jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah membantu dan
memotivasi sehingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda

Kami membuat makalah ini sebaik-baiknya, namun kami juga menyadari


kemungkinan adanya kekurangan atau kesalahan yang tidak disengaja. Oleh
karena itu kami mohon maaf kepada para pembaca. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami selaku penulis dan
pembaca.

Tasikmalaya,4 agustus 2019


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Faktor – faktor yang dapat mengefektifkan keterampilan berbicara.

2.2 Hambatan – hambatan berbicara dan upaya dalam penanggulangannya.

2.3 Syarat – syarat bahasa retoris dalam berbicara

BAB 3 SIMPULAN

3.1 Simpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Tarigan (1986:15) memaparkan, berbicara adalah suatu


bentuk perilaku manusia yang mengatakan faktor fisik, psikologis,
neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas
sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting dalam
kontrol sosial.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dimana


keterampilan ini wajib dimiliki oleh setiap orang karena fungsinya yang
vital dalam berkomunikasi. Seorang pembicara selain harus memberikan
kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan pembicara juga harus
memperhatikan kebenaran dan juga arus berbicara dengan jelas dan tepat,
hal ini lah yang berkenaan dengan efektivitas berbicara.

Mengingat pentingnya hal tersebut maka seorang pembicara yang


baik harus memperhatikan keefektifan berbicara karena akan menunjang
keberhasilan dalam berkomunikasi, yakni pesan-pesan yang akan
disampaikan akan tersampaikan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor – faktor yang dapat mengefektifkan berbicara?
2. Apa saja hambatan – hambatan dalam berbicara dan bagaimana
cara menanggulanginya?
3. Apa saja syarat-syarat bahasa dan retoris dalam berbicara?
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor – faktor yang dapat mengefektifkan berbicara.
2. Mengetahui hambatan – hambatan dalam berbicara dan upaya
penanggulangannya.
3. Mengetahui syarat – syarat bahasa dan retoris dalam berbicara.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan pembuatan makalah tersebut, penulis berharap
makalah ini mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat:
a. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pandangan
Keterampilan berbicara.
b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam pendidikan yaitu dengan
adanya penulisan ini sebagai bentuk suatu karya ilmiah.
c. Sebagai referensi dalam materi faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan berbicara.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi efektivitas berbicara dan pengalaman langsung
falam bidang praktik efektivitas berbicara yang baik dan benar.

b. Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan mengenai efektivitas
berbicara dan faktor apa saja yang mempengaruhinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor – faktor yang dapat mengefektifkan keterampilan berbicara
1. Pengertian Efektivitas Berbicara

Kegiatan berbicara terjadi dalam fase awal ketika pembicara


memiliki gagasan. Gagasan tersebut merupakan pesan psikologis yang
baru diketahui melalui gejala-gejala perilakunya dalam bentuk ujaran.
Sebelum diungkapkan, gagasan atau pesan ini ditata menurut pengetahuan
linguistik atau bahasa yang telah diperolehnya melalui pengalamannya
dalam peristiwa pemerolehan atau pembelajaran bahasa. Penataan tersebut
dilakukan atas pertimbangan-pertimbangan dalam segi komunikasinya.
Dalam kaitan ini, Djago Tarigan (1995:186) mengemukakan pentingnya
penataan pembicaraan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
komunikasi yaitu “tujuan komunikasi, materi komunikasi, cara
komunikasi dan efek komunikasi”.

Sehubungan efektivitas berbicara ada beberapa faktor yang perlu


diperhatikan. Dalam kaitan ini, Djago Tarigan (1995:187) mengemukakan
empat faktor yang bersinegi dan besar pengaruhnya terhadapefektivitas
berbicara, yaitu “situasi , pembicara, penyimak dan ragam ujaran”. Situasi
berbicara mengacu padakeadaan lingkungan tempat kegiatan berbicara
diselenggarakan, situasi berbicara dapat diklasifikasikan atas situasi
geografis dan situasi sosial. Keduanya memiliki pengaruh yang besar
terhadap efektivitas berbicara, baik yang sifatnya verbal maupun non
verbal.

Efektivitas berbicara ditentukan pula oleh derajat kekomunikatifan


antara pembicara dan penyimak. Untuk berbicara secara efektif, pembicara
dituntut menguasai bahasa yang sama-sama dikuasai pula oleh penyimak.
Dalam hal ini pembicara harus mampu menyajikan gagasan atau pesannya
ke dalam bentuk bahasa yang berupa ujaran. Kemampuan pembicara
dalam menggunakan bahasa dapat ditinjau dari kemampuan linguistiknya.
Masing-masing tercakup dalam aspek-aspek ponologis, gramatiknya, dan
aspek kosa kata atau leksikal yang berlaku dalam bahasa tersebut.

Maka penulis mengartikan bahwa efektivitas berbicara dapat


diartikan sebagai keberhasilan pembicara dalam menyampaikan gagagsan
atau pesan-pesan yang hendak ia sampaikan dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.

B. Faktor Kebahasaan yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara

1. Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-


bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat,
dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan
artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing-masing
mempunyai gaya tersendiri dan gayabahasa yang dipakai berubah-ubah
sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi,
kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi
suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu

2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya


tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan
faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan
menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika
penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan
dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya


mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan
lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan
sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Selain itu,
hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami
pendengar. Kata-kata konkret menunjukkan aktivitas akan lebih mudah
dipahami pembicara . Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuiakan
dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar).

Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih


kata-kata untuk menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai
dengan keselarasan dari segi konteks. Orang yang memiliki kemampuan
memilih kata adalah

a. memiliki kosakata

b. memahami makna kata tersebut,

c. memahami cara pembentukannya

d. memahami hubungan-hubungannya,

e. memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang


memenuhi kaidah struktural dan logis.

Ada 6 kriteria yang dapat digunakan untuk memilih kata, yaitu kriteria

a. humanis antropologis

b. linguistis pragmatis

c. sifat ekonomis

d. psikologis

e. sosiologis
f. politis.

4. Ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang


menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap
pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar
pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara
harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran.
Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menimbulkan akibat.. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan
adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal atau akhir
kalimat

C. Faktor Non Kebahasaan yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara

Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan


seperti yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor
nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor
nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan berbicara. Dalam
proses belajar-mengajar berbicara, sebaliknya faktor nonkebahasaan ini
ditanamkan terlebih dahulu, Ketika berbicara di depan umum, mahasiswa
juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang kualitas
pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar
akan kebenaran gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada
kenyataannya, tidak banyak mahasiswa yang mampu menggunakan
dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, perlu adanya bahasa yang
digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi atau berbicara di depan
umum. dapat dimulai dari segi penggunaan bahasa yang digunakan
dalam berbicara.
Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan
berbicara mahasiswa akan termasuk dalam kategori “mahasiswa yang
berbicara secara intelektual”. sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah
dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan.

Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :

1. Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif


ketika berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas
pribadinya, tenang dan bersemangat dalam berbicara.

2. Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan


pandangan matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar
merasa terlihat dalam pembicaraan. Pembicara harus menghindari
pandangan mata yang tidak kondusif, misalnya melihat ke atas, ke
samping, atau menunduk.

3. Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka,


jujur dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau
gagasannya dan bersedia menerima kritikan dan mengubah
pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau tidak dilandasi
argumentasi yang kuat

4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut


mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan
ekspresi wajah untuk mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu
perlu dihindari penggunaan gerak-gerik yang tidak ajeg, berlebihan,
dan bertentangan dengan makna kata yang digunakan.

5. Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi


suara yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar,
dan kondisi akustik. Kenyaringan yang terlalu tinggi akan
menimbulkan rasa gerah dan berisik sedangkan kenyaringan yang
terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem, lesu dan tanpa
gairah

6. Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya


dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar
menangkap keutuhan isi paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu
menghindari bunyi-bunyi penyela seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak berarti
pembicara harus berbicara dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit
memahami apa yang diuraikannya

7. Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang


dibicarakan. Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang,
penguasaan materi yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa percaya
diri. dan Penalaran, seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan
penalaran yang baik dalam menata gagasannya sehingga pendengar akan
mudah memahami dan menyimpulkan apa yang disampaikannya.

B. Hambatan – hambatan berbicara dan upaya penanggulangannya

a. hambatan – hambatan berbicara

Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di depan umum.


Namun, kemampuan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses
belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam
proses belajar mengajar belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan
berbicara.
       Rusmiati (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 63), mengemukakan
hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datang dari pembicara sendiri
(internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).

·        Hambatan internal
Hambatan internal  adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara.
Hal–hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut:
- Ketidak sempurnaan alat ucap.
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurnanya alat ucap akan
mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar akan salah menafsirkan
maksud pembicara.
- Penguasaan komponen kebahasaan, meliputi hal berikut ini:
1. Lafal dan intonasi
Seorang pembicara harus mampu menggunakan lafal dan intonasi
dengan benar supaya tidak salah penafsiran dari para pendengar.
2. Pilihan kata
Seorang pembicara dituntut mampu memilih dan menggunakan kata-
kata dengan tepat.

3. Struktur bahasa
Seorang pembicara harus tahu bagaimana bagian-bagian dari sesuatu
berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu t\ersebut disatukan.
4.   Gaya bahasa
Seorang pembicara harus memiliki ciri khas tersendiri dalam
menyampaikan sesuatu untuk menarik perhatian para pendeng\arnya.
- Penggunaan komponen isi, meliputi hal-hal berikut ini:
  

1.   Hubungan isi dengan topic


Seorang pembicara harus membawakan sebuah berita yang selaras
antara isi dengan topik.
2.   Struktur isi
Seorang pembicara harus menyampaikan isi dari apa yang
dibicarakannya dengan urutan-urutan yang terstruktur atau berurutan.
3.   Kualitas isi
Tentunya isi yang disampaikan oleh pembicara harus bermutu, tidak
hanya asal banyak tetapi apa yang disampaikan jauh dari isi tema.
4.   Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental seorang pembicara yang
tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut diatas akan
menghambat keefktifan berbicara.
·         Hambatan eksternal
             Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi
hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan itu kadang-
kadang muncul dan tidak disadari sebelumn\ya oleh pembicara.

Hambataneksternal meliputi:

a.    Suara atau bunyi


Hendaknya pembicara harus berani dan siap mental dalam
menghadapi \suara-suara sumbang dari para pendengar yang bisa
membuat mental turun.
b.    Kondisi ruangan
Kegaduhan, keributan-keributan kecil yang terjadi di ruangan bisa
sedikit membuat konsentrasi buyar. Pembicara harus fokus pada apa
yang dibawakannya,\harus bisa mengondisikan pendengar supaya tetap
tenang dan tertib.
c.       Media
Dalam menyampaikan berita, pembicara harus menyiapkan media-
media pendukung supaya komunikasi berjalan lancar tanpa hambatan
d.      Pengetahuan pendengar
Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu mengetahui
sejauh mana pengetahuan yang dimiliki para pendengarnya, sehingga
apa yang disampaikannya bisa dipahami para pendengarnya dan juga
tidak terjadi salah komunikasi.
Dalam menjalankan sesuatu kegiatan ada baiknya kita
pertimbangkan hambatan-hambatan yang mungkin ditemui dalam
berbicara.
Dalam berbicara hambatan-hambatan yang sering dijumpai sebagai
berikut :
a.  Kegagalan memahami masalah.
b. Kegagalan karena tetap bertahan terhadap masalah.
c. Salah paham terhadap makna-makna setiap kata orang lain.
d. Kegagalan memebedakan antara fakta-fakta yang “dingin” dan
pendapat-pendapat yang “panas”.
e.  Perselisihan p\endapat yang meruncing tanpa adanya keinginan
dalam kompromi.
f.  Hilangnya kesabaran dalam kemarahan yang tidak bertanggung-
tanggung.
g. Kebingungan menghadapi suatu perbedaan pendapat dengan suatu
serangan terhadap pribadi seseorang.
h. Mempergunakan waktu untuk membantah sebagai pengganti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
i.  Mempergunakan kata-kata yang bernoda ( stigma words ) yang
menumpulkan pikiran.
j.   Takut gagal                                      
k. Kurangnya ras\a percaya diri           
l.     Kurang persiapan
m. Takut dinilai/dihakimi                      
n.   Stress
o.   Phobia terhadap banyak orang        
p.   Traumatis,takut

b. Cara Mengatasi Hambatan dalam Berbicara


Berikut ini disajikan sejumlah saran yang berkenaan dengan cara
menaggulangi atau menangani sejumlah situasi yang sering dihadapi
dalam mengatasi hambatan berbicara :
- Latihan berbicara: Jika Anda memiliki masalah berbicara di depan
umum. Maka Anda bisa latihan berbicara dengan teman atau anggota
keluarga Anda.
- Ambil inisiatif: Dengan ambil inisiatif dalam memulai pembicaraan,
misalnya membahas hal utama dalam topik pembicaraan. Tujukan aspek
positif yang dapat Anda soroti ketika Anda berbicara di depan umum.
- Tidak argumentatif: Berbicara di depan umum merupakan peristiwa
pendek dan terikat waktu. Anda harus sangat tepat tentang poin yang ingin
Anda sampaikan. Berikan pandangan yang jelas dan tidak argumentatif
karena terkesan negatif.
- Bahasa tubuh yang positif dan ekspresi: Setiap emosi atau bahasa tubuh
yang negatif bisa membuat kesan buruk tentang Anda. Bahkan, jika Anda
merasa gugup atau stres, cobalah untuk tidak menunjukkannya dan
menutupinya dengan kepercayaan diri Anda.

C. Syarat – syarat bahasa retoris dalam berbicara

1. Bahasa dan Retorika
            Bahasa merupakan alat pengukur nilai seseorang dalam hbungan antar
manusia. Keberhasilan dan kegagalan sesesorang dalam hidup sering
bergantung dari kepandaina berbicara. Apa gunanya pengetahuan luas yang
dimiliki dalam otak, kalau tidak bisa diungkapkan dengan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan, hanya
sedikit orang yang:
1)   Mengenal kemampuan dan bentuk berbahasa.
2)   Tahu, apakah bahasanya kedengaran indah dan buruk.
3)   Merasa, apakah berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
4)   Tahu bahwa ia berbicara tidak logis.
5)   Berbicara sebagai orang terdidik dan berwibawa.
6)   Mendengarkan dan menilai perbendaharaan katanya.
7)   Mengontrol dirinya sendiri selama berbicara.
8)   Tahu, bagaimana rupanya yang tampak waktu ia sedang berbicara.
9)   Memiliki kesadaran penuh sewaktu berbicara.

a)   Pentingnya Bahasa
Bahasa juga perlu untuk bidang-bidang ilmu yang membutuhkan
keandalan rohani yang tinggi, tergantung bagaimana orang menyusun dan
membawakannya. Oleh karena itu, berlakulah norma-norma di bawah ini:
1)   Bahasa tidak hanya merajai manusia, tetapi juga politik.
2)   Bahasa adalah nafas dari jiwa manusia.
3)   Bahasa adalah sebuah batu loncatan emasmenuju keberhasilan dalam
hidup dan karya.
4)   Bahasa adalah penampakkan luaran dan roh.
5)   Bahasa adalah tanda pengenal materil dan sinar kepribadian.
6)   Yang lebih penting daripada pidato ialah orang yang berpidato.
7)   Seorang yang berbudi luhur hendaknya memiliki bahasa yang halus dan
luhur.
8)   Bahasa juga akan menjadi kerdil, kalau orang tidak menghiraukannya.
b)   Kesadaran Berbicara dan Efektivitasnya
Setiap pembicara harus memiliki kesadaran akan akibat-akibat
pembicaraanya.Berarti ia harus mengontrol bahasanya. Untuk itu orang harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini:
1)   Setiap orang akan menjadi lebih liar dalam berbahasa.
2)   Tanpa kesadaran berbicara orang tidak akan memiliki kesadaran.
3)   Bila berbicara, pembicara tidaka akan melihat mata para pendengar.
4)   Seorang pembicara yang ramah akan mendapat simpati.
5)   Tak seorang pun boleh kehilangan kesadaran.

2.  Ritme dan Dinamika Bicara


a)   Dinamika Bicara
Suara adalah penopang atu pembantu dalam membina dinamika
bicara. Sering terjadi bahwa orang terdidik seperti guru, dosen atau
profesor berbicara terlalu pelan dan membosankan tanpa dinamika.
Bahasa yang memiliki dinamika akan memberikan kesan-kesan
terhadap pembicaranya sebagai berikut:
1)   Kaku dan bersifat rutin
2)   Kurang rasa kepastian
3)   Kehendak dan kemauan yang lemah
4)   Kurang sumber-sumber kekuatan/daya
5)   Kurang percaya diri
6)   Tanpa semangat
7)   Memiliki rasa takut dan cemas
8)   Kurang memiliki perasaan

Dinamika ini dapat dibina dengan jalan:


1)   Memperkuat hembusan napas
2)   Memperkuat resonansi dalam tubuh
3)   Mempertajam dan mempertepat artikulasi
4)   Memperlambat tempo bicara oleh memperlambat ucapan vokal dan
urutan bicara.
b)   Ritme Bicara
Untuk kecakapan sehari-hari bahasa dan popular tidak
diperlukan suatu ritme bahasa. Dalam kehidupan praktis, substansi
bahasa harus juga diberi busana yang indah dan menarik. Beberapa
nasehat penting:
1)   Berikan pada ungkapan-ungkapan bahasa anda adan daya yang
indah.
2)   Aktifkanlah suara dan bahasa anda.
3)   Bernyayilah sesering mungkin karena dengan anda memperkuat
selaput suar anda.
4)   Ceritakanlah dua orang atau tiga cerita pendek.

3.    Perbendaharaan Kata
a)   Fungsi Perbendaharaan Kata
Menurut penyelidikan, orang paling terdidik dapat memahami
12.000 pengertian. Orang terdidik memahamai kira-kira 8 sampai 10
ribu pengertian. Orang  yang berpendidikan sederhana hanya
memahami 6 sampai 8 ribu pengertian seluruh perbendaharaan kata.
Dari sejumlah perbendaharaan kata-kata yang dipahami secara pasif ini,
hanya kira-kira seperlima sampai seperempat yang dapat dipergunakan
secara aktif.
Setiap kata memiliki isi. Isi kata ini mengantar manusia kepada
pengertian. Jadi,kata-kata adalah tanda bahsa dari pengertian-
pengertian.. setiap orang harus menguasai pengertian-pengertian dari
kata-kata. Sebelum kita beerbicara, alam bawah sadar kita bekerja.
Pertama-tama intrinsic kita terdorong. Sesudah muncul sumber daya ,
kemauan dan kehendak, fungsi dan perasaan dan emosi.

b)   Memperluas Perbendaharaan Kata


Kata-kata itu ada bermacam-macam. Dialektika, suara dan
susunan kalimat yang dipergunakan akan mengejutkan dia.
Itulah sebabnya setiap pembicara perlu memperluas perbendaharaan
kata-katanya:
1)   Menyelidiki perbendaharaan kata lewat band-recorder.
2)   Memperhatikan perbendaharaan kata-kata yang dipergunakan orang
lain.
3)   Membaca buku-buku baik yang bermutu.
4)   Mendengar pidato dari para ahli.
5)   Mempelajari kata-kata baru.
6)   Melatih mempergunakan sinonim kata.
7)   Melihat dan mendengarkan aktris-aktris kenamaan.
4. Susunan Kalimat
           Gaya kalimat dan pidato ditentukan oleh kontruksi kalimat. Itu
berarti satu kalimat adalah manifestasi isi pikiran yang sederhana atau
yang terdiri dari berbagai segi.pendengar akan sukar mengikuti jalan
pikiran pidato semacam ini dan lebih lagi mereka akan sukar
memahaminya.
1)   Sering memiliki tata bahasa yang buruk dan merusakkan gaya bahasa.
2)   Mempersulit jalan pikiran.
3)   Mengacuhkan para pendengar dan menyebabkan perhatian menurun.
4)   Membantu melahirkan ketidakpastian.
5)   Tidak memiliki efek menurut psikologi dalam.
6)   Terlalu mahal, karena menuntut kosentrasi.

Oleh karena itu, sebuah pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat


pendek karena:
1)      Mudah dipakai untuk bermain kata.
2)      Mudah untuk diberi tanggapan rohani.
3)      Bersifat logis dan jelas.
4)      Segera akan dimengerti.
5)      Membentuk diri secara dinamis dan penuh daya.
6)      Memungkinkan teknik pause.
7)      Memberi waktu untuk bernafas.
8)      Tidak menuntut konsentrasi yang besar.

5.        Ketentuan dan Patokan


1)   Susunlah pidato anda dengan mempergunakan lebih banyak kalimat-
kalimat pendek.
2)   Kurang atau tiadakan anak kaliamat.
3)   Jangan terlalu bnayk menggunakan kata-kata.
4)   Jangan terlalu sering menggunakn koma.
5)   Turunkan suar pada akhir kalimat.
6)   Dalam satu kalimat jangan pergunakan lebih dari10-15 pengertian.
BAB II
SIMPULAN
A. Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah


terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam berbicara.
Faktor yang dimaksud terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor kebahasaan
dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan terdiri atas ketepatan ucapan,
penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (Diksi),
dan ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun faktor nonkebahasaan
adalah sikap pembicara, pandangan mata, keterbukaan, gerak-gerik dan
mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, dan penguasaan topik.

Hambatan dalam berbicara pada umumnya dimiliki oleh setiap


manusia, tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di depan
umum. Namun, kemampuan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui
proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan


dalam berbicara, diantarannya adalah latihan berbicara, ambil inisiatif, tidak
argumentatif, bahasa tubuh yang positif dan ekspresif.

B. Saran

Untuk memiliki ketrampilan berbicara yang lancar, kita harus


membiasakan diri dan berlatih berbicara pada setiap kesempatan yang ada.
Dalam berbicara kita juga tidak bisa melupakan kaidah – kaidah berbahasa
yang baik dan benar.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembahasan


maupun dalam penulisan. Kiranya penulis menginginkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.

Bratadiangga. (2017, 18 April). Efektivitas Berbicara. [Online]. Tersedia:


http://bratadiangga.blogspot.com/2017/04/efektivitas-berbicara.html
Odazzander. (2011, 30 September). Keefektifan Berbicara. [Online]. Tersedia:
http://odazzander.blogspot.com/2011/09/keefektifan-berbicara.html

Irfes.blogspot. (2017, 27 September). Hambatan – hambatan berbicara dan


upaya – upaya penanggulangannya. [Online]. Tersedia:

https://irfes.blogspot.com/2017/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Mempelajariretorika.blogspot. (2015, 15 Mei). Prasyarat – prasyarat retoris.


[Online]. Tersedia:

http://mempelajariretorika.blogspot.com/2015/05/prasyarat-prasyarat-retoris.html

Anda mungkin juga menyukai