Oleh :
Chica Chaswati 212121059
Ghina Ayu Salsabila 212121062
Galang Diva Erlangga 212121064
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan Penelitian 1
BAB II. PEMBAHASAN 2
A. Kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan menulis) 2
B. Kaitan berbicara dengan keterampilan makrolinguistik (psikolinguistik dan
sosiolinguistik) 3
C. Kaitan berbicara dengan wacana dan pragmatik 4
BAB III. PENUTUP 7
A. Simpulan 7
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara merupakan salah satu komponen berbahasa, yaitu komponen
penggunaan. Oleh karena itu, berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat
praktis. Kemahiran berbicara seseorang ditentukan oleh tingkat pemahamannya
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kebahasaan. Seperti halnya dengan kegiatan-
kegiatan berbahasa lainnya, berbicara merupakan sebuah konsep yang tentunya
mempunyai batasan-batasan sendiri.
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan isi pikiran secara efektif, maka seharusnya pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap pendengarnya.
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang
bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta
tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna
menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks
komunikasi tertentu.
Kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa dapat dilihat dalam
penggunaan aspek-aspek kebahasaan dalam berbicara, diantaranya adalah kaitan
dengan keterampilan berbahasa, makrolinguistik, serta wacana dan pragmatik.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan
menulis)
2) Kaitan berbicara dengan makrolinguistik (psikolinguistik, sosiolinguistik)
3) Kaitan berbicara dengan wacana dan pragmatik
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah tersebut, penulis memiliki beberapa tujuan yang dimaksud,
yaitu:
1) Mengetahui kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, dan menulis)
2) Mengetahui kaitan berbicara dengan makrolinguistik (psikolinguistik,
sosiolinguistik)
3) Mengetahui kaitan berbicara dengan wacana dan pragmatik
1
BAB II PEMBAHASAN
A. KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA
3
struktur bahasa dan bagaimana struktur ini diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan
memahami kalimat-kalimat (ujaran-ujaran). Secara praktis, psikolinguistik mencoba
menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-masalah seperti pengajaran
dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut,
kedwibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap dan sebagainya, komunikasi, pikiran
manusia, dialek-dialek, pijinisasi, dan kreolisasi, dan masalah-masalah sosial lain yang
menyangkut bahasa seperti bahasa dan pendidikan, bahasa, dan pembangunan bangsa.
Sosiolinguistik adalah ilmu linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan
pemakaiannha di masyarakat. Dalam sosiolinguistik ini, antara lain , dibicarakan pemakai dan
pemakaian bahasa tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat adanya
duabuah bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.
Sosiolinguistik ini merupakab ilmu interdisipliner antara sosiologi dan linguistik.
Sosiolinguistik yang masuk dalam area makrolinguistik sangatberguna untuk
mengamati beberapa fakta sosial dalam sebagai gejala sosial secara lebih jelas dan cermat.
Kegunaan sosiolinguistik yang lain adalah dalam bidang komunikasi (Abdul Chaer dan
Leonie Agustina,1995: 10). Maksudnya adalah sosiolinguistik akan memberikan pedoman
dalam berkomunikasi denganmenunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang
harus dipakai seseorang bila berbicara dengan orang lain. Dengan memahami prinsip-prinsip
sosiolinguistik setiap penutur akan menyadari betapa pentingnya peranan ketepatan
pemilihan variasi sesuai dengan konteks sosial selain kebenaran secara struktur gramatikal
dalam pemakaian bahasa. Bahasa dalam studi sosiolinguistik tidak hanya dipandang sebagai
struktur saja, tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi dan bagian dari
kebudayaan masyarakat tertentu.
Dapat disimpulkan, psikolinguistik dan sosiolinguistik adalah dua ilmu yang
mempelajari objeknya masing masing. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
hubungan bahasa dengan perilaku manusia, termasuk bagaimana kemampuan berbahasa itu
di peroleh. Sedangkan, sosiolinguistik ilmu yang mempeljarai bahasa dalam hubungan
pemakaiannya di masyarakat.
Peran psikologi dan sosiologi berpengaruh dalam pembelajaran bahasa. Dengan
demikian, seseorang dengan mudah memahami hakikat bahasa dan bahas orang lain. Jadi,
dengan adanya psikolinguistik dan sosiolinguistik kita dapat memahami bahasa sebagai alat
komunikasi sehingga dapat berbicara. Meskipun bahasa dan berbicara berbeda, tetapi
bebicara merupakan bagian dari bahasa.
4
dengan orang yang disapa, sedangkan jika dilihat dalam komunikasi secara tertulis, wacana
terlihat sebagai ide yang berhasil diungkapkan atau gagasan orang yang menyapa tersebut.
Berkaitan dengan konsep wacana dan sasaran analisisnya, wacana sangat berperan
dalam pengajaran keterampilan berbicara dan keterampilan menulis sebagai keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif. Bahasa dapat dikatakan sebagai sebuah wacana jika
memiliki syarat kohesi (kaitan bentuk) dan koherensi (kaitan makna).
Kohesi
Kohesi adalah kalimat-kalimat disusun secara terpadu untuk menghasilkan wacana,
baik dari segi tingkat gramatikal maupun tingkat leksikal tertentu. Dengan demikian
kohesi adalah salah satu standar yang menandai bahwa sebuah teks atau wacana itu
dianggap komunikatif, tanpa kohesi teks atau wacana tidak dianggap komunikatif.
Koherensi
Koherensi adalah pemahaman tentang makna yang dimilki oleh pendengar atau
pembaca.
Syarat kohesi dan koherensi wacana di dalam membentuk sebuah karangan utuh
tidak terlepas dari syarat keutuhan dalam membentuk paragraf. Artinya, kemampuan kita
untuk menguasai pemakaian kohesi dan koherensi akan mendukung kemampuan atau
keterampilan kita dalam membuat sebuah paragraf yang utuh. Disitulah letak peranan
analisis wacana dalam pengajaran keterampilan menulis. Di dalam keterampilan berbicara,
analisis wacana berperan dalam menciptakan percakapan atau tutur kata yang jujur, relevan,
jelas, dan cukup memberikan informasi.
b) Keterkaitan Berbicara dengan Pragmatik
Pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif membutuhkan kompetensi
pragmatik. Kompetensi pragmatik dibutuhkan karena kompetensi ini berkaitan dengan studi
tentang pemakaian bahasa dalam komunikasi, terutama hubungan antara ujaran dengan
konteks dan situasi. Konteks pembicaraan menjadi penting dalam keterampilan berbicara
karena biasanya keterampilan berbicara melibatkan interaksi sosial. Kompetensi komunikatif
dapat tercapai jika pembelajar mampu menerapkan pengetahuan penggunaan bahasa dan
kemampuan menggunakannya dalam berbagai konteks atau situasi komunikasi.
Hal ini sesuai dengan pemikiran Mulgrave (1954:3-4) yang mengatakan bahwa
berbicara adalah sebuah alat untuk mengkomunikasikan gagasan yang disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya. Berbicara juga merupakan instrumen
yang mengekspresikan kemampuan seorang pembicara dalam beradaptasi dengan kawan
bicaranya. Seorang pembicara harus mengerti dengan baik konteks pembicaraan dan budaya
kawan bicaranya agar tercipta percakapan yang nyaman.
Pragmatik selalu muncul dalam komunikasi verbal. Menurut Leech (1993: 8)
pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Dalam
mengekspresikan perasaan, pikiran dan gagasan, seorang pembicara kerap memperlakukan
bahasa yang dipergunakan secara pragmatik, sehingga teman bicaranya harus mengerti
makna melalui konteks yang berlaku.
Kemahiran berbicara menuntut pembicara untuk mampu menyampaikan pesan berupa
gagasan, informasi, perasaan, pikiran kepada lawan bicaranya. Antara pembicara dan lawan
5
bicaranya harus memiliki kesamaan konteks pembicaraan dan pengetahuan budaya. Hal ini
sangat penting agar pembicaraan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, sehingga dapat
terbangun kenyamanan komunikasi.
Pembelajaran bahasa membawa kita pada suatu pemahaman tentang pentingnya
pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran
bahasa khususnya pada aspek pembelajaran berbicara, ketercapaian suatu kompetensi
berbahasa yang tepat tidaklah hanya dengan mempelajari bahasa secara struktural, tetapi juga
harus didukung oleh suatu pembelajaran tentang aspek-aspek yang ada di luar bahasa yang
seringkali berpengaruh dalam proses komunikasi. Dengan pendekatan pragmatik pula,
peserta didik akan lebih didekatkan dengan kondisi praktis berbicara baik secara lisan
maupun tulisan.
6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan berbicara selalu berkaitan dengan keterampilan kebahasaan lainnya dan
tataran kebahasaan. Diantaranya menyimak, membaca, menulis, makrolinguisti
(psikolinguistik, sosiolinguistik), wacana dan pragmatic. Kegiatan berbicara merupakan hal
yang selalu kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, ketika kita melakukan
kegiatan tersebut tidak lepas kaitanya dengan aspek yang telah disebutkan.
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan kebahasaan mempunyai keterkaitan satu sama
lain dalam penggunaanya. Menyimak adalah kegiatan atau suatu proses mendengarkan
lambing-lambang lisan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan sipembaca untuk
mendapatkan informasi atau pesan dari penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Menulis adalah suatu kegiatan menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media
menggunakan aksara.
Makrolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa dalam
hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Kajian yang makrolinguistik bersifat eksternal
diantaranya psikolinguistik dan sosiolinguistik. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
hubungan bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia, termasuk bagaimana kemampuan
berbahasa itu diperoleh. Sedangkan, Sosiolinguistik adalah ilmu linguistik yang mempelajari bahasa
dalam hubungan pemakaiannha di masyarakat. W acana pada dasarnya ialah menjelaskan
hubungan antar kalimat atau antar ujaran kemudian membentuk wacana yang disampaikan
baik secara lisan atau tulisan. Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya
dengan situasi-situasi ujar.
B. SARAN
Saran kami selaku penyusun makalah semoga kita bisa menerapkan kegiatan
berbicara dengan kaidah yang benar. Kami selaku penulis menyadari banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini oleh karena itu, kami menerima dengan sangat terbuka kritik serta
saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Harras, Khalid A dan Andika Dutha Bachari. 2009. Dasar-Dasar Psikologi. Bandung: UPI
PRESS.
Ramadhan, Fahrudin. Kajian Sosiolinguistik. Jurnal di Universitas Sebelas Maret. Surakarta,
[ONLINE]. Tersedia : https://bit.ly/3gABhk8 (Diakses tanggal 26 Agustus 2021)
Hanafiah, W. (2015). Analisis Kohesi dan Koherensi Pada Wacana Buletin
Jumat. Epigram, 11(2). https://doi.org/10.32722/epi.v11i2.676
Muljani, Sutji. (2014). Analisis Wacana: Peranan dan Implikasinya dalam Pengajaran
Keterampilan Berbahasa Produktif. Makalah
Barbara Pesulima, dan Sukojati Prasnowo. Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran
Kemahiran Berbicara BIPA. 2(017). Seminar Nasional Pengajaran Bahasa. 62.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
The National Capital Language Resource Center. “Teaching Speaking Strategies for
Developing Speaking Skills”. http://www.nclrc.org/ essentials/speaking/stratspeak.htm
The Center fo Development and Learning. http://www.cdl.org/language/