MAKALAH
Dosen Pengampu :
Welly Nores,S.Pd.,M.Pd
Oleh :
Oleh
Welly Nores,S.Pd.,M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami limpahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
penyertaan dan bimbingan-Nya selama penulisan makalah yang berjudul “Kaitan
Berbicara dengan Segala Aspek”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Berbicara.
Kegiatan sehari-hari yang kita lakukan tidak terlepas dari yang namanya
berbicara. Dan tentunya, berbicara sangat erat kaitannya dengan segala aspek.
Dimana ada menyimak, pasti ada berbicara. Begitupun dengan yang lainnya.
Kemampuan berbicara merupakan kegiatan manusia setiap harinya. Mengapa
berbicara ada kaitannya dengan menyimak? Ya, karena menyimak merupakan
kegiatan khususnya berbicara dengan penuh perhatian, fokus, dsb.
1. Bunda Welly Nores,S.Pd.,M.Pd., selaku dosen mata kuliah yang telah membantu
penulis selama menyusun makalah ini;
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kita.
Tasikmalaya, 28 Agustus 2019
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teoritis............................................................................ 3
2.2 Kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa mencakup:
2.2.1 Menyimak ............................................................................. 4
2.2.2 Membaca .............................................................................. 4
2.2.3 Menulis ................................................................................. 5
2.3 Kaitan berbicara dengan Makrolinguistik,Psikolinguistik, Sosiolinguistik
....................................................................................................... 6
2.4 Kaitan berbicara dengan :
2.4.1 Wacana dan Pragmatik ......................................................... 8
BAB 3 PENUTUP
1.1 Simpulan .................................................................................... 12
1.2 Saran ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang
pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari
keterampilan berbahasa lainnya. Pada saat bayi lahir kedunia, bayi tersebut sudah bisa
menyerukan bunyi bicara melalui tangisannya. Keterampilan berbicara yang
berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan
menyimak, dan pada masa tersebut lah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Berbicara tentunya berhubungan erat dengan perkembangan kosakata yang diperoleh
oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Dari kegiatan tersebut,
anak mendapat stimulasi yang membuatnya dapat mengembangkan lebih lanjut
kemampuan berbahasa.
Adapun beberapa rumusan yang telah kami rumuskan dalam pembuatan makalah
ini yaitu:
1. Apa kaitan berbicara antara keterampilan berbicara dengan ketiga aspek lainnya
(menyimak, membaca, menulis)?
2. Apa kaitan berbicara dengan linguistik dilihat dari segi ilmu lain (makrolinguistik,
psikolinguistik, sosiolinguistik)?
3. Apa kaitan berbicara dengan wacana dan pragmatik?
1
2
1.3 Tujuan
Menurut Hayriye Kayi (2009:1) bahwa berbicara merupakan suatu bagian dari
pembelajaran berbahasa dan kegiatan mengajar.
3
4
Menyimak dan berbicara juga saling mengisi dan saling melengkapi satu sama
lain. Hal itu terbukti dari hubungan seperti berikut ini:
a. Ujaran (speech) dipelajari melalu menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu,
model atau contoh yang disimak serta direkam oleh anak sangat penting dalam
pengusaan dia berbicara.
b. Kata yang dipakai dan dipelajari anak biasanya ditentukan oleh stimuli yang
ditemukannya.
c. Ujaran sang anak sangat mencerminkan pemakaian bahasa di rumah serta
lingkungannya.
d. Anak yang masih kecil,lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih
panjang dan rumit ketimbang kalimat yang diucapkannya.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu keterampilan
berbicaranya.
f. Bunyi suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara pemakaian
kata-kata sang anak.
g. Berbicara dengan bantuan alat peraga (visual aids) akan menghsilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang
anak mempergunakan bahasa yang didengar serta disimaknya (Dawson [et all],
1963: 29; Tarigan, 1985b:2)
5
Kemampuan umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang
pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pengajaran membaca.
Kemampuan tersebut mencakup ujaran jelas dan lancar, kosa kata luas dan beraneka
ragam, penggunaan kalimat lengkap dan sempurna. Ada beberapa hubungan antara
bidang kegiatan lisan dengan membaca yang telah dibuktikan dalam beberapa telaah
penelitian, diantaranya:
Secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa
yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat
bahasa dan memperolehnya. Dengan kata lain, psikollinguistik mencoba
menerangkan hakikat stuktur bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan
pada waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam betutur itu.
Dalam prakteknya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan
psikologi pada masalah-masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa,
7
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari dua kata, psikologi dan
linguistik, yaitu dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri,
dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun keduanya sama-sama meneliti
bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistic
mengkaji struktur bahasanya, sedangkan psikologi mengkaji perilaku bahasa atau
proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.
Dapat kita pahami, psikolinguistik dan sosiolinguistik adalah dua bidang ilmu
yang mempelajari objeknya masing. Psikologi Bahasa (psikolinguistik) bagaimana
hakikat bahasa itu diutarakan oleh seorang yang memiliki bahasa itu. Berbeda dengan
sosiolinguistik yang menekankan bahasa sebagai alat komuniskasi yang berhubungan
dengan masyarakat.
8
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian
kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis.
Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai
proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara
tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin
ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana.Analisis wacana
merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan
secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Dalam hal
ini dapat dibedakan tiga hal yang selalu berhubungan yaitu sintaksis, semantik dan
pragmatik. Sintaksis merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik
dari setiap unsur maupun makna antar hubungan (pertimbangan makna leksikal dan
gramatikal), dan pragmatik berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara dan
pendengar atau penulis dan pembaca)
1) Unsur yang berfungsi sebagai konjungsi (penghubung) kalimat atau satuan yang
lebih besar, seperti dengan demikian, maka itu, sebabnya, dan misalnya.
2) Unsur kosong (Elipsis) yang dilesapkan mengulangi apa yang telah diungkapkan
pada bagian terdahulu (yang lain) misalnya: Pekerjaanku salah melulu, yang
benar rupanya yang terbawa arus.
5) Kohesi leksikal, Kohesi leksikal dapat terjadi melalui diksi (pilihan kata) yang
memiliki hubungan tertentu dengan kata yang digunakan terdahulu. Kohesi
leksikal dapat berupa pengulangan, sinonimi dan hiponimi, serta kolokasi.
Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Dalam hal
ini 3 hal selalu berhubungan yakni sintaksis, semantik dan pragmatik. Sintaksis
adalah hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik dari setiap unsur maupun
makna antar hubungan (pertimbangkan makna leksikal maupun gramatikal), dan
pragmatik yang berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara-pendengar dan atau
penulis-pembaca).
(1) Nababan, ( 1987:2) Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di sini, pengertian atau
pemahaman bahasa menunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan
atau ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata
bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya. (2) Pragmatik ialah
kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan
konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. Pragmatik juga diartikan
sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam
komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang
memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 1993: 177).
formal atau non formal. Jadi dapatlah dikatakan bahwa hubungan pragmatik dengan
wacana adalah melalui bahasa dan konteksnya.
Seperti yang dikemukakan Yuie (2006:5) bahwa manfaat belajar bahasa melalui
pragmatik ialah kita dapat bertutur tentang makna, memberikan asumsi, serta maksud
dan tujuan orang. Kemampuan ini harus diterapkan dalam kegiatan berbahasa.
Kegiatan berbahasa akan berlangsung komunikatif apabila telah menguasai empat
keterampilan berbahasa seperti yang dikemukakan oleh Tarigan. Jadi antara
keterampilan berbahasa dengan pragmatik saling berhubungan, seperti seseorang
tidak akan bisa menjadi seorang penyimak yang baik apabila tidak dapat menafsirkan
makna lisan maupun makna tulisan. Begitu pula ketika seseorang sedang melakukan
kegiatan membaca, dia harus mampu menafsirkan makna suatu bacaan baik yang
tersirat maupun tersurat. Untuk kegiatan menulis, ketika seseorang melakukan
kegiatan menulis ia harus dapat merangkaikan makna yang terkandung dalam suatu
tata sehingga membentuk suatau makna. Selain itu, ketika seseorang berbicara di
depan umum harus dapat mengerti, maksudnya perkataan yang disampaikan harus
memiliki makna. Jadi antara keterampilan berbahasa dengan pragmatik merupakan
pengetahuan secara linguistik yang dimiliki seseorang yang diwujudkan dalam empat
keterampilan berbahasa tersebut.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Berbicara atau berbahasa sangat erat kaitannya dengan segala aspek, diantaranya
ada menyimak, membaca, menulis, makrolinguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik,
wacana dan pragmatik. Karena segala hal dalam kehidupan kita sehari-hari tak luput
dari kegiatan berbicara. Saat kegiatan berbicara berlangsung, kita tak akan pernah
terlepas dari aspek yang telah disebutkan tadi.
3.2 Saran
Menurut pendapat kami, berharap semoga kita semua dapat menerapkan kaidah
kebahasaan yang baik dalam berbicara, tanpa melupakan aspek yang telah kami
paparkan tadi.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.linguistikid.com/2016/12/cabang-cabang-ilmu-linguistik.html?m=1
https://rny-shidiq85.blogspot.com/2018/01/makalah-psikolinguistik-dan.html?m=1
https://