Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

EMPAT ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan
Berbahasa dan Apresiasi Sastra

OLEH:
Kelompok 2

NADIA NADWAH 105401103322

INDRI AYU FUTRI 105401103422

SITI NURHALISAH 105401105722

MOH FATAHILLAH 105401105622

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan
banyak kemudahan dan limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah yang bertajuk “Empat
Aspek Keterampilan Berbahasa”.
Kami sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas dari bantuan
banyak pihak, termasuk Bapak Dosen Muhammad Saeful S.Pd M.Pd yang sudah
membimbing kelompok 2 dari mulai pembuatan sampai rampungnya makalah.
Selain itu, makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Kiranya, kami berharap adanya
saran dan kritik untuk makalah yang baru kami buat. Terakhir, kami berharap
semoga makalah bisa memberi manfaat yang banyak bagi pembaca.

Makassar, 16 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Keterampilan Menyimak ........................................................................... 3
B. Keterampilan Berbicara ............................................................................. 9
C. Keterampilan Membaca........................................................................... 12
D. Keterampilan Menulis ............................................................................. 16
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19
A. Kesimpulan ............................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan berbahasa (language skills) meliputi empat keterampilan
dasar, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara
(speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan
menulis (writing skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki
hubungan yang sangat erat antara satu dan lainnya. Menurut Haryadi dan
Zamzani (2015: 19) keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling
awal dilakukan oleh anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa.
Sebelum anak dapat melakukan berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan
menyimaklah yang pertama kali dilakukan. Secara berturut-turut pemerolehan
keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara,
dan terakhir menulis.
Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan proses-proses berpikir
yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin
terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula alam pikirannya.
Tarigan (2013, hlm. 3) menyatakan “Melatih keterampilan berbahasa berarti
pula melatih keterampilan berpikir”. Artinya, dengan berbahasa kita mampu
mengolah pola pikir sehingga lebih kritis dalam berbahasa.
Bahasa merupakan identitas suatu bangsa, selain itu juga sebagai perekat
kemajemukan suku indonesia.Keterampilan berbahasa mempunyai kedudukan
yang sangat penting. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berkomunikasi
dengan baik secara lisan maupun tulisan dalam mengungkapkan ide atau
gagasan kepada orang lain. Pembelajaran keterampilan berbahasa sangat
penting dilakukan di sekolah dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa
dalam berbahasa untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan. Jadi, tujuan
akhir dari pembelajaran keterampilan berbahasa adalah tercapainya kompetensi
berbahasa secara utuh bagi siswa.

1
B. Rumusan Masalah
Menjelaskan Mengenai 4 Aspek Keterampilan Berbahasa?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui 4 Aspek keterampilan berbahasa dan Untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan Menyimak
1. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa
yang dibaca atau diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan
memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Dalam hal
mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau orang yang
bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa
dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau
bercakap. Jika pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan
dapat melihat gerak muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik,
dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape
recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang
disampaikan oleh sipembicara. Dengan demikian, mendengar,
mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda.
Hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari
proses mengidentifikasi bunyi, Menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil
penaf siran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan
hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan yang mencakup
mendengarkan bunyi, bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai,
dan mereaksi makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan
pendengaran, penglihatan, penghayatan, dan pengertian. Hal ini harus
mampu dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Sementara pada kegiatan
mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan, dilakukan dengan penuh
perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh keterampilan mendengarkan
melalui proses yang tidak disadari yang disebut dengan proses aquisition
(pemerolehan),bukan melalui proses learning (pembelajaran). Oleh karena

3
itu, tidak di sadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan
mendengarkan tersebut.

2. Tujuan Menyimak
a. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujuan agar ia dapat
memeperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
b. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan
penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan
atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang
seni).
c. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan
maksud agar ia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk,
indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan lain-lain)
d. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat
menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya:
pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan
pendebatan).
e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang
menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain
dengan lancar dan tepat.
f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang
menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan
tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang
tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang
belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli
(native speaker)
g. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak
bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan
analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak
masukan berharga.

4
h. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama
ini dia ragukan.

3. Jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia (Sutari, 1998: 47) adalah sebagai berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap
sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif
adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang
bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
b. Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu
yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam
hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada
butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau
pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang
kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
c. Menyimak sosial (social listening)
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational
listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol
mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling
mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang
pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan
perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan
oleh seorang rekan.
d. Menyimak sekunder (secondary listening)

5
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening)
misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat
terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman
di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan
tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan.
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif
(apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak
secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup
dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau
drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua
menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang
diceritakan oleh guru atau murid-murid.
f. Menyimak kritis (critical listening)
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di
dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun
kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-
murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis
untuk memperoleh kebenaran.
g. Menyimak konsentratif (consentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau
menyimak yang merupakan jenis telah. Kegiatan-kegiatan tercakup
dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta
penting, dan sebab akibat.
h. Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan
dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif
kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan,

6
serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa
didengarnya.
i. Menyimak introgatif (introgative litening)
Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan
pemilihan, karena sipenyimak harus mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan
informasi atau mengenai jalur khusus.
j. Menyimak penyelidikan (exploratory listening)
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan
maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti
ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal
baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu
topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
k. Menyimak pasif (passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu Bahasa tanpa upaya sadar
yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar
tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu
bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi
yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan
karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama
dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak
bahasa itu.
l. Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif.
Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap
sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat
dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak
menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya.

7
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menyimak
Menurut Tarigan (1993: 48) bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keefektifan kemampuan menyimak antara lain:
a. faktor keterbatasan sarana
Keterbatasan sarana yang dimaksudkan di sini adalah belum
tersedianya buku-buku dan alat-alat lainnya yang memadai, kondisi
ruangan belajar yang belum kondusif turut pula mempengaruhi
pengajaran menyimak dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas
serta masih kurangnya sekolah yang memiliki laboratorium bahasa.
b. faktor kebahasaan
Kendala utama di dalam pengajaran menyimak adalah faktor yang
bersifat kebahasaan yaitu mulai dari mengenal bunyi di tingkat
fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana sampai kepada menangkap,
menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil simakan. Di
samping itu, masih ada faktor lain misalnya tanda baca serta tanda-tanda
suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan intonasi yang juga
merupakan masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari bahasa
asing.
c. Faktor biologis
Murid yang pendengarannya kurang baik, karena mungkin ada
organ-organ pendengarannya tidak berfungsi dengan baik, sudah pasti
akan mengalami kesulitan dalam menyimak. Dengan demikian dalam
pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan
muridnya. Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya
didudukkan di bangku paling depan atau murid yang kurang baik
pendengarannya di sebelah kiri jangan di tempatkan paling kanan
ruangan kelas, demikian pula sebaliknya.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah di mana sekolah itu
berada. Kalau lingkungan sekolah atau kelas itu penuh dengan suara
kegaduhan, kebisingan, kehiruh-pikukan bunyi kendaraan lalu lintas di

8
sekelilingnya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan sebaik apabila
pengajaran menyimak itu dilaksanakan di dalam suasana kondusif atau
lingkungan yang tenang.
e. faktor guru
Guru yang penampilannya simpatik, terampil menyajikan materi
pengajaran dan menguasai bahan pengajaran akan lebih berhasil di
dalam mengajar menyimak daripada guru yang mempunyai sifat-sifat
yang berlawanan dari sifat-sifat yang dikemukakan di atas.
f. faktor metodologi
Guru yang kurang menguasai sesuatu metode yang digunakannya
pasti kurang berhasil di dalam mengajar, demikian pula guru yang hanya
mengetahui dan menggunakan hanya satu metode, sudah barang tentu
hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang menguasai dan
menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik.
g. faktor kurikulum
Kurikulum yang disusun dengan baik dan jelas, akan sangat
membantu guru-guru dalam mengajar menyimak. Materi menyimak di
dalam kurikulum yang tidak terlalu padat atau berbelit-belit dan
diorganisasikan dengan baik akan memudahkan guru mengajar
menyimak. Begitu pula tingkat kesulitan bahan pengajaran menyimak
dalam kurikulum hendaknya disesuaikan dengan perkembangan murid,
baik perkembangan kebahasaan maupun perkembangan kematangan
psikologis.

B. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah
aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu,
kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil

9
berbicara. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-
tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara diartikan sebagai
suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.
Bila keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam
sehari-hari oleh seluruh guru, murid dan staf sekolah maka akan
menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menumbuhkan semangat
nasionalisme. Sehingga dapat mempesatukan berbagai macam yang
berbeda asalnya. Menurut Tuhusetya dan Deni Kurniawan As’ari (dalam
Rosdiana, 2008) “fungsi khusus bahasa, yaitu sebagai alat pemersatu
berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang
berbeda-beda”.
Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya terjadi pada percakapan
secara tatap muka dan berbicara melalui telepon. Kegiatan berbicara dalam
situasi interaktif ini memungkinkan adanya pergantian peran/aktivitas
antara berbicara dan mendengarkan. Di samping itu, situasi interaktif ini
memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta klarifikasi,
pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara untuk memperlambat
tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini
dilakukan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah, atau bahkan
multiarah. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang tergolong
semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum, kampanye,
khutbah/ceramah, dan lain-lain, baik yang dilakukan melalui tatap muka
secara langsung namun berlangsung secara satu arah. Dalam situasi ini,
audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan,
namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan
bahasa tubuh mereka.

10
2. Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu
mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran
secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala
sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara
umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan
pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1)
menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan
5) menggerakkan.
Seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk
berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana
maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan
baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan berbicara
antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

3. Jenis-Jenis Berbicara
a. Berbicara berdasarkan tujuannya
 Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan menginformasikan.
 Berbicara menghibur
 Berbicara membujuk
b. Berbicara berdasarkan situasinya
 Berbicara formal
 Berbicara informal
c. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya
 Berbicara mendadak
 Berbicara berdasarkan catatan
 Berbicara berdasarkan hafalan

11
 Berbicara berdasarkan naskah
d. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya
 Berbicara antarpribadi
 Berbicara dalam kelompok kecil
 Berbicara dalam kelompok besar

4. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara


Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang
mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa
yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam
kegiatan berbicara, yaitu:
a. Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor
yang berasal dari luar partisipan.
b. Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya
lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh.
c. Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya
dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

C. Keterampilan Membaca
1. Pengertian Membaca
Keterampilan membaca merupakan komponen keterampilan berbahasa
yang sangat erat hubungannya dan kaitannya dengan keterampilan
menyimak. Seseorang dikatakan terampil membaca jika ia mampu
menyimak secara akurat, benar, dan lengkap mengenai apa yang ia baca.

12
Menurut Burns (Haryadi, 1996 : 32) “membaca sebagai proses merupakan
semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah
pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu”.
Aktivitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengarkan dan berbicara. Namun, pada masyarakat yang
memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan
membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara. membaca memiliki banyak manfaat, dengan
membaca manusia memperoleh banyak pengetahuan, mengembangkan
keterampilan berbicara dengan lancer dalam berbicara, mengembangkan
penalaran kreatif, meningkatkan pemahaman masalah, meningkatkan
kemampuan memahami konsep konseptual belajar atau membaca, jendela
dunia berarti memperoleh berbagai informasi. dari berbagai sumber dan
berbagai penjuru.
Membaca sebagai hasil, berupa dicapainya komunikasi pikiran dan
perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi itu terjadi karena terdapat
kesamaan pengetahuan dan asumsi antara pembaca dan penulis.
Komunikasi yang terjadi bergantung pada pemahaman yang dirasakannya
melalui semua proses membaca. Oleh karenanya, membaca sering disebut
proses konstruktif.pengalaman dan pengetahuan pembaca, baik kebahasaan
maupun nonkebahasaan menentukan keberhasilan kegiatan membaca.
Sebab pada hakikatnya penulis pun mengungkapkan gagasannya
menggunakan alur berpikir tertentu dan kaidah bahasa yang berlaku.

2. Tujuan Membaca
Menurut Akhadiah, dkk (Siahaan :1991) secara umum tujuan membaca
dibedakan menjadi beberapa yaitu:
a. Membaca untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud
adalah mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari-hari
sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan
temuan ilmiah yang canggih.

13
b. Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Seperti membaca
karya para calon peneliti, bukan karena berminat terhadap karya tersebut
melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadapnya.
c. Membaca untuk melepas diri dari kenyataan, misalnya pada saat merasa
jenuh, sedih, bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca merupakan
submilasi atau penyaluran yang positif.
d. Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. Bacaan yang dipilih
untuk tujuan ini ialah bacaan yang ringan atau jenis bacaan yang
disukainya.
e. Membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau
pengalaman estetis, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini
bacaan yang dipilih adalah karya yang bernilai sastra.
Pada dasarnya membaca dilakukan sebagai Upaya memperoleh
informasi yang mencakup isi dan memahami makana bacaan. Makna
bacaan sangat ditentukan oleh pengalaman pembaca terhadap keadaan yang
dijelaskan dalam bacaan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca


Membaca Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca
pemahaman). Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan
menurut Lamb dan Arnold (1976) ialah:

a. Faktor Fisiologis
Faktor ini mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan
jenis kelamin. Keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak)
dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang
dapat menyebabkan murid gagal dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman mereka.
b. Faktor Intelektual

14
Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan
berpikir yang terdiri dari pemahaman esensial tentang situasi yang
diberikan dan meresponnya secara tepat (Page dkk., 1980). Terkait
dengan penjelasan Heinz tersebut, Wechster (dalam Harris dan Sipay,
1980) mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global
individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan
berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Secara umum intelegensi
murid tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil tidaknya dalam
membaca permulaan.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan
membaca murid. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan
kemampuan bahasa. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan
penyesuaian diri dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat
membantu, dan dapat juga menghalangi belajar membaca.
d. Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan
membaca adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi,
minat, dan kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

4. Teknik-Teknik Membaca
Pada umumnya, untuk menemukan informasi focus dengan efisien ada
beberapa teknik membaca yang digunakan, antara lain:
a. Baca-pilih (selecting)
Teknik membaca ini dilakukan dengan cara memilih bahan/bagian
bacaan yang dianggap dengan kebutuhan pembacanya.
b. Baca-lompat (skipping)

15
Teknik memebaca ini dipakai untuk menemukan bagian bacaan relevan
dengan kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan cara melompati
bagian-bagian yang tidak diperlukan.
c. Baca-layap (skimming)
Teknik membaca ini merupakan membaca dengan cepat untuk
mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan (Rahim, 2007:52).
Seseorang membaca layap jika ingin membaca artikel di surat kabar dan
majalah, kulit buku di toko buku (dilakukan untuk membeli buku),dan
buku-buku pustaka (seseorang bisa menemukannya Pustaka tersebut
mempunyai informasi yang dibutuhkan).
d. Baca-tatap (scanning)
Membaca tatap (scanning) disebut juga membaca memindai (scanning)
ialah membaca sangat cepat. Menurut Mikkulecky & Jeffries (1998),
membaca memindai penting untuk meningkatkan kemampuan
membaca. Membaca memindai umumnya digunakan untuk daftar isi
buku atau majalah, indeks dalam buku teks, jadwal, advertensi dalam
surat kabar, buku petunjuk telepon, dan kamus. Sebaliknya, membaca
memindai tidak digunakan untuk membaca cerita misteri, buku teks
untuk suatu kursus yang penting, surat- surat penting dari ahli hukum,
denah untuk menemukan jalan pulang, pertanyaan tes, dan puisi.

D. Keterampilan Menulis
1. Pengertian Menulis
Menurut Tarigan dan Henry Guntur (2008: 126) mengatakan belajar
ialah “Menulis secara konvensional diartikan sebagai anak-anak belajar
menuliskan sesuatu dalam system tulisan tertentu yang dapat di baca oleh
orang yang telah menguasai sistem itu”. Hakikat menulis itu akan di maknai
lebih luas sebagaimana dikatakan oleh Murray (Abbas, 2006: 127) “bahwa

16
menulis adalah proses berfikir yang berkesinambungan, mulai dari
mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali”.
Keterampilan menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus
digunakan dalam bahasa untuk berkomunikasi, berbicara, membaca dan
mendengarkan. Keterampilan menulis membutuhkan pelatihan, pemikiran,
kreativitas dan penguasaan tata bahasa dan harus tahu apa yang harus
ditulis, topik latar belakang apa yang akan ditulis. Menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
mrupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan graffologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara
otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Jadi kemampuan menulis merupakan kesanggupan, kecakapan dan
seluruh daya dan upaya dalam keiatan yang dilakukan seseorang untuk
menghasilkan tulisan. Kemampuan menulis dapat diperoleh melalui latihan
dan bimbingan yang intensif dan kemampuan menulis sangat kompleks
karena dalam kegiatan menulis semua komponen yang berhubungan tulisan
telah dituntut.

2. Tujuan Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat
komunitas yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan
karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita
berpikir secara kritis. Sehubungan dengan tujuan penulis menulis suatu
tulisan, Hugo Hartig dalam Hariadi (2008: 25) merangkumkan sebagai
berikut :
a. Tujuan penugasan
Tujuan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
b. Tujuan altruistic

17
Menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, ingin
menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan
penalarannya.
c. Tujuan persuasive
Tulisan bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
d. Tujuan informasional/penerangan
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri
Tulisan bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
f. Tujuan kreatif
Tujuan kreatif ini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya
dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni
idaman.
g. Tujuan pemecahan masalah
Penulis ingin menjelaskan secara cermat pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan di terima oleh
para pembaca.

3. Teknik Pembelajaran Menulis


a. Menulis dari Gambar
Teknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar murid
dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya,
guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari
gambar tersebut murid dapat membuat tulisan secara runtut dan logis
berdasarkan gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang
bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran sama

18
dengan kalender besar. Teknik ini dapat dijalankan secara persorangan
maupun secara kelompok.
b. Menulis Objek Langsung
Agar murid dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat.
Guru menunjukkan objek kepada murid di depan kelas, misal boneka,
vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari objek tersebut murid
dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan objek yang
dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi
sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara
perseorangan maupun secara berkelompok.
c. Pembandingan Objek Langsung
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar murid dapat menulis
perbandingan berdasarkan objek yang dilihat. Misalnya, guru
menunjukkan dua benda (objek) yang sama tetapi berbeda bentuk,
warna, fungsi, dan lain-lain. Murid menulis dengan cara
membandingkan dua objek yang telah diidentifikaikannya. Dari objek
tersebut murid dapat membuat tulisan secara runtut dan logis
berdasarkan objek yang dilihat. Alat yang dibutuhkan adalah benda-
benda yang bervariasi sesuai denga tema pembelajaran. Teknik ini dapat
dijalankan baik perorangan maupun kelompok.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat keterampilan berbahasa Indonesia merupakan inti sari atau
dasar dari kecakapan seseorang unuk memakai bahasa dalam menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa Indonesia adalah
keterampilan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu dan memahami sesuatu

19
dari hasil ia menyimak, kemudian dilanjutkan dengan kemampuan berbicara,
membaca dan menulis yang kemudian dapat dijadikan sebagai berkomunikasi
baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hakikat keterampilan berbahasa
Indonesia terdapat empat aspek yang harus dipahami dan dikuasai yaitu
menyimak. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Kalau kita tidak menguasai keterampilan berbahasa maka kita tidak
dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan
tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Selain itu, kita tidak dapat
memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang
kepada kita. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi
dan komunikasi dalam masyarakat.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik
dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Ilham Muhammad, Ani Iva. 2020. Keterampilan Berbicara:Pengantar Keterampilan


Berbahasa. Pasuruan: Lembaga Academic&Research Institute

Marselina Masta Dkk. 2022. KETERAMPILAN BERBAHASA DAN APRESIASI


SASTRA INDONESIA SD. Medan: Yayasan Lembaga Kajian Manajemen
Bisnis dan Pendidikan

20
Pamuji siti, Setyami Inung. 2021. Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta: Guepedia

Rohana, Syamsuddin. 2021. Keterampilan Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar.


Makassar: Universitas Negeri Makassar

21

Anda mungkin juga menyukai