Anda di halaman 1dari 15

KETERAMPILAN BERBAHASA

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang
diampu oleh Ibu Prabawati Nurhabibah, M.Pd.

disusun oleh :

Moch. Nashiruddin Alamsyah (210411005)

Ryan Hidayat (210411008)

Nur Fatikah Alfiandari (210411002)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Keterampilan Berbahasa untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Prabawati Nurhabibah, M.Pd. selaku Dosen Pengampu.

Kami merasa jauh dari kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini,


maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu kami
nantikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penyusun.

Cirebon, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Keterampilan Berbahasa.............................................................3
B. Keterampilan Menyimak..............................................................................3
C. Keterampilan Berbicara................................................................................4
D. Keterampilan Menulis...................................................................................6
E. Keterampilan Membaca................................................................................7
F. Hubungan Antaraspek Keterampilan Berbahasa..........................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Simpulan.....................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat mengomunikasikan gagasan dan
pikirannya kepada orang lain. Jika ingin mengungkapkan berbagai pemikiran
dengan baik, maka jelas sekali bahwa kita perlu memiliki keterampilan
berbahasa yang memadai dalam beraktivitas. Keterampilan berbahasa
mencakup empat aspek yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Keterampilan
menyimak dan keterampilan membaca merupakan dua kemampuan berbahasa
yang bersifat aktif reseptif.

Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang


telah kita miliki meskipun setiap orang memiliki tingkatan atau kualitas yang
berbeda. Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal setiap
tujuan komunikasinya dapat dengan mudah tercapai. Sedangkan bagi orang
yang memiliki tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah sehingga
bukan tujauannya yang tercapai tetapi malah terjadi kesalahpahaman.

Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan


menyimak atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana
lisan. Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan
berbicara dan pemahaman terhadap pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan
lebih nyata terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem
tulisan. Pada umumnya, dalam masyarakat, proses bahasa secara lisan jauh
lebih banyak daripada bahasa tulisan. Oleh karena itu, keterampilan
menyimak dan membaca perlu mendapat perhatian yang memadai.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah


pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat
Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat
penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar
kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia
menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena
didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan
kaidah-kaidah penulisannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud keterampilan berbahasa?

1
2

2. Apa yang dimaksud keterampilan menyimak?


3. Apa yang dimaksud keterampilan berbicara?
4. Apa yang dimaksud keterampilan menulis?
5. Apa yang dimaksud keterampilan membaca?
6. Apa hubungan antaraspek keterampilan berbahasa?

C. Tujuan
1. Mengetahui keterampilan berbahasa
2. Mengetahui keterampilan menyimak
3. Mengetahui keterampilan berbicara
4. Mengetahui keterampilan menulis
5. Mengetahui keterampilan membaca
6. Mengetahui hubungan antaraspek keterampilan berbahasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Berbahasa


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas, jadi keterampilan bahasa adalah kecakapan
seorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau
berbicara.

Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai


setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan
dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan
kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Keterampilan berbahasa merupakan
hal yang penting juga bagi seorang pelajar, karena dengan menguasai
keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam
menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.

B. Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan yang
dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan
interpretasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna
komunikasi, dan merespons yang terkandung dalam lambang lisan yang
disimak. 

Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara
interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau
yang sejenis dengan itu. Dalam menyimak jenis ini kita secara bergantian
melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki
kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan
bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya, atau mungkin memintanya
berbicara agak lebih lambat. Sedangkan dalam situasi menyimak
noninteraktif, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa
meminta pembicara mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak bisa
meminta pembicaraan diperlambat. Contoh situasi-situasi menyimak
noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau
mendengarkan dalam acara-acara seremonial.

Tujuan Menyimak menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) beraneka


ragam antara lain sebagai berikut.

3
4

1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia


dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan
penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan
atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si
penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud
agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang
disimaknya itu
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak
dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan
lancar dan tepat
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan
maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana
bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada
seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan
ujaran pembicara asli
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis,
sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan
berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si
penyimak ragukan, dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

C. Keterampilan Berbicara
Berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan,
yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada
komunikan (orang lain atau diri sendiri). Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa)
yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan
akhirnya mampu untuk berbicara dalam suatu bahasa yang baik, pembicara
harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata bahasa yang bersangkutan. Di
samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan
disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.

Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi berbicara, yaitu


interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Kegiatan berbicara dalam situasi
interaktif ini memungkinkan adanya pergantian peran/aktivitas antara
berbicara dan mendengarkan. Di samping itu, situasi interaktif ini
5

memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta klarifikasi,


pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara untuk memperlambat
tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini
dilakukan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah, atau bahkan
multiarah. Kemudian situasi semiinteraktif ini, audiens memang tidak dapat
melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat
reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Situasi
berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif jika pembicaraan dilakukan
secara satu arah dan tidak melalui tatap muka langsung.

Dalam proses berbicara atau proses berkomunikasi terdapat beberapa


unsur, yaitu pembicara, lawan bicara (penyimak), lambang (bahasa lisan), dan
pesan (maksud, gagasan, atau ide). Pada dasarnya, berbicara itu memiliki tiga
maksud utama yaitu,

1. Memberitahukan, melaporkan (to inform)


2. Menjamu, menghibur (to intertain)
3. Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)

Menurut Arsjad (1991) hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang


pembicara adalah,

1. Menguasai masalah yang dibicarakan


Penguasaan masalah ini akan menumbuhkan keyakinan pada diri
pembicara, sehingga akan tumbuh keberanian. Keberanian ini merupakan
salah satu modal pokok bagi pembicara.
2. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan
Sebelum mulai pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan
situasi seluruhnya, terutama pendengar. Pengarahan yang tepat akan dapat
memancing perhatian pendengar.
3. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat
Bunyi-bunyi bahasa harus diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat
harus efektif dan pilihan kata pun harus tepat.
4. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu
Hendaknya terjadi kontak batin antara pembicara dengan pendengar.
Pendengar merasa diajak berbicara dan diperhatikan. Pandangan mata
dalam kasus seperti ini sangat membantu. Pembicara sopan, hormat, dan
memperlihatkan rasa persaudaraan. Siapapun pendengarnya dan
bagaimana pun tingkat pendidikannya pembicara harus menghargainya.
5. Kenyaringan suara
Suara hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar dalam ruangan
itu. Volume suara jangan terlalu lemah dan jangan terlalu tinggi, apalagi
6

berteriak. Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan


pembicara sepenuhnya. Usahakanlah berdiri atau duduk pada posisi yang
dapat dilihat oleh seluruh pendengar. 

D. Keterampilan Menulis
Aktivitas menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-
kalimat; melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran-pikiran,
gagasan-gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis,
sistematis, sehingga mudah ditangkap oleh pembacanya.

Keterampilan menulis pun dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori,


yakni menulis permulaan dan menulis lanjutan. Menulis permulaan
sesungguhnya identik dengan melukis gambar. Pada fase ini, si penulis tidak
menuangkan ide/gagasan, melainkan hanya sekadar melukis atau menyalin
gambar/lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang-lambang tertulis.
Kegiatan menulis lanjutan merupakan aktivitas curah ide, curah gagasan, yang
dinyatakan secara tertulis melalui bahasa tulis. Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat
hasil yang benar-benar baik.

Mengetahui tujuan menulis sangat penting, sebelum mulai menulis harus


mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Bila banyak telah disadari tujuan
baru dapat mulai menulis. Hal ini penting karena menulis itu merupakan
pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran dan bukan suatu permainan
atau suatu rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan harus dilakukan dengan dorongan
yang kuat. Dorongan ini muncul karena adanya tujuan yang jelas. Disamping
itu, kesempatan untuk sukses dalam menulis akan terbuka lebih luas bila
penulis memahami tujuan menulis dan selalu memegang teguh tujuan itu
selama menulis. Pada prinsipnya tujuan utama dan tulisan adalah sebagai alat
komunikasi yang tidak langsung. Menuruyt  HG. Tarigan (22.23) menulis
secara umum tujuan menulis adalah sebagai berikut,

1. Memberikan arahan, yakni memberikan uraian atau penjelasan tetang


sesuatu hal yang harus diketahi oleh orang lain
2. Menjelaskan sesuatu, yakni membenkan uraian atau penjelasan tentang
suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain
3. Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu yang
berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu
4. Meringkas, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi
lebih singkat
5. Menyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar
setuju atau sependapat dengannya.
7

E. Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yakni membaca
permulaan, dan membaca lanjutan. Kemampuan membaca permulaan ditandai
oleh kemampuan melek huruf, yakni kemampuan mengenali lambing-lambang
tulis dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini, pemahaman isi
bacaan belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan
lambang bunyi bahasa.

Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca ditandai oleh


kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca bukan hanya sekadar mengenali
lambang tulis atau bisa membunyikannya dengan lancar, melainkan juga dapat
memetik isi/makna bacaan yang dibacanya.

Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului


oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan
memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan
atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut
pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu
kesatuan dalam pandangan sekilas.

Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Ditinjau dari segi
terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, membaca dapat
dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca bersuara atau membaca
nyaring. Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, membaca
dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif. Dilihat
dari tujuan kedalamannya atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke
dalam membaca literer, membaca kritis, dan membaca kreatif.

1. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan
(dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya
mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut
harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi
bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses
pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam
lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas
dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian,
jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang
mudah.
Kesulitan membaca nyaring juga dapat dilihat dari tingkat keterlibatan
organ-organ tubuh yang turut beraktivitas. Membaca dalam hati hanya
menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata
8

(pandangan atau penglihatan dan ingatan). Membaca nyaring selain


penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran dan ingatan
yang bersangkutan dengan otot-otot. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan adanya proses
latihan secara terencana dan sungguh-sungguh dibawa asuhan guru-
guru yang professional.
2. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas.
Pembaca diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik
jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program
membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka
pengalaman yang sangat luas kepada para pembacanya. Membaca intensif,
merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama.
Dalam hal ini pembaca hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari
bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu
upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan
membaca secara kritis.
3. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan
menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya
berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan
dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna
yang tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan
bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca
akan dapat mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia
pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau
dia membaca tanpa usaha berpikir kritis.
Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati
ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya
dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa
petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca
kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca
seseorang.

F. Hubungan Antaraspek Keterampilan Berbahasa


1. Hubungan Berbicara dengan Mendengarkan/Menyimak
Berbicara dilakukan untuk menyampaikan suatu pesan, sedangkan
menyimak dilakukan untuk menerima suatu pesan dari pembicara. Bahasa
yang digunakan saat berbicara dipelajari lewat menyimak dan menirukan
9

pembicaraan. Contohnya, anak kecil akan meniru atau berbicara


menggunakan bahasa yang didengarnya. Berbicara dan menyimak
merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling
bergantung. Keduanya fungsional bagi komunikasi dan tidak dapat
dipisahkan.
2. Hubungan Mendengarkan/Menyimak dengan Membaca
Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan,
sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.
Pada saat menyimak fokus perhatian berupa suara (bunyi-bunyi),
sedangkan pada saat membaca fokus perhatian adalah lambang tulisan.
Kemudian, baik penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas
pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (dalam
menyimak) maupun berupa tulisan (dalam membaca), yang selanjutnya
diikuti dengan proses decoding (proses menafsirkan suatu pesan dalam
bahasa/proses pengubahan suatu kode menjadi makna) guna memperoleh
pesan yang berupa konsep, ide atau informasi sebagaimana yang
dimaksudkan oleh si penyampainya. Aktivitas membaca dapat membantu
seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan
kemampuan menyimak pada tahap berikutnya.
3. Hubungan Membaca dengan Menulis
Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau
informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang membaca guna
memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan penulis.
Dalam menuangkan gagasan melalui kegiatan menulis, paling tidak
terdapat tiga tahapan yang dilakukan penulis, yakni perencanaan,
penulisan, dan revisi. Ketika si penulis menyusun perencanaan mengenai
apa yang hendak ditulisnya, sering kali dibutuhkan banyak informasi
untuk bahan tulisannya itu. Salah satu cara menghimpun informasi itu
dilakukan melalui aktivitas membaca. Selanjutnya, dalam proses penulisan
si penulis acap kali melakukan revisi untuk bagian-bagian tulisan yang
dirasanya tidak sesuai dengan gagasan yang akan disampaikannya.
Kegiatan revisi ini memerlukan kemampuan membaca, lalu menulis
kembali secara berulang-ulang. Sebaliknya pula, dalam kegiatan
membaca, sering kali kita harus menulis catatan-catatan, bagan,
rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang
pemahaman kita terhadap isi bacaan. Bahkan, kadang-kadang kita merasa
perlu untuk menulis laporan mengenai isi bacaan guna berbagi informasi
kepada pembaca lain atau justru sekadar memperkuat pemahaman kita
mengenai isi bacaan.
4. Hubungan Menulis dengan Berbicara
10

Seorang pembicara dalam seminar biasanya diminta menulis sebuah


makalah terlebih dulu. Kemudian, yang bersangkutan diminta menyajikan
makalah itu secara lisan dalam suatu forum. Selanjutnya, peserta seminar
akan menanggapi isi pembicaraan si pemakalah tersebut. Dalam berpidato
pun, biasanya seseorang membuat perencanaan dalam bentuk tulisan.
Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup
menuliskan secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan itu sebagai
persiapan. Dalam suatu pidato resmi, pembicara dituntut menulis naskah
pidatonya secara lengkap. Pidato kenegaraan biasanya dilakukan melalui
pembacaan teks naskah pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Bahkan dalam suatu seminar, keempat aspek keterampilan berbahasa itu
dilibatkan secara simultan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka diperoleh simpulan sebagai berikut,
1. Keterampilan bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai bahasa
dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.
2. Keterampilan menyimak adalah kemampuan mendengarkan lambang-
lambang lisan yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai
pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh pesan,
informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang terkandung
dalam lambang lisan yang disimak.
3. Keterampilan berbicara merupakan kecakapan dalam penyampaian
pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain
atau diri sendiri).
4. Keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan dan
mengembangkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, ide, dalam suatu
struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap
oleh pembacanya.
5. Keterampilan membaca adalah kecakapan yang menuntut pemahaman
terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan
dalam pandangan sekilas.
6. Keterampilan berbahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan
aspek reseptif, sementara berbicara dan menulis merupakan aspek
produktif. Keempat aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca
untuk sadar akan pentingnya memiliki keterampilan berbahasa dan terus
mencari informasi lebih lanjut mengenai keterampilan berbahasa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Iqin10theblues. 2014. “Makalah Keterampilan Bahasa”,


https://iqin10.wordpress.com/2014/12/27/6/ (diakses pada tanggal 1
November 2021 pukul 20.00 WIB)

Setiawan, Randy. 2020. “Makalah Keterampilan Berbahasa Indonesia.”


https://randyzn0208.blogspot.com/2020/04/makalah-keterampilan-
berbahasa-indonesia.html (diakses pada tanggal 1 November 2021 pukul
20.00 WIB)

Nurjanah, Evie. 2012. “Makalah Keterampilan Berbahasa”


https://evienurjannah.blogspot.com/2012/12/makalah-keterampilan-
berbahasa.html?m=1 (diakses pada tanggal 1 November 2021 pukul 20.00
WIB)

Style, Life. 2016. “Makalah Keterampilan Berbahasa”


http://myucy.blogspot.com/2016/11/makalah-keterampilan-
berbahasa.html?m=1 (diakses pada tanggal 1 November 2021 pukul 20.00
WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai