KATA PENGANTAR
Alhamdulilah dengan Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
1. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd. dan Ibu Nindy Profithasari, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran sebagai upaya peningkatan
kualitas dan kesempurnaan makalah ini. Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang penting. Melalui bahasa, seseorang
dapat mengkomunikasikan pikiran atau gagasannya kepada orang lain. Menurut Tarigan
(2008: 1), keterampilan berbahasa sangat penting bagi setiap manusia karena bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin baik seseorang dalam bahasa, semakin
jernih pemikirannya. Kegiatan berbicara sangat erat hubungannya dengan: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan
keterampilan lainnya. Keterampilan keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang banyak.
Tarigan (2008:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa biasanya diperoleh
manusia secara berurutan. Keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai manusia
adalah berbicara baru kemudian membaca dan menulis. Keterampilan berbicara dipelajari
sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat
memasuki jenjang sekolah. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis
untuk melakukan komunikasi ialah berbicara. Di mana saja, kapan saja dan semua orang
berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan
bayi yang belum mampu berbahasa pun orang menyapa dengan bahasa. Oleh karena
itu, guru yang mengajarkan keterampilan berbahasa (dengan fokus berbicara) diharapkan
dapat memberikan dorongan kepada peserta didik melalui perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik (Mudini dan Salamat Purba, 2009)
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan
ketarampilan berbicara.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis berbicara.
3. Untuk mengetahui keterpaduan keterampilan menyimak dengan fokus berbicara.
4. Untuk mengetahui keterpaduan keterampilan menulis dengan fokus berbicara.
5. Untuk mengetahui keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus berbicara.
3
misalnya terjadi pada percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui
telepon. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini memungkinkan adanya
pergantian peran/aktivitas antaraberbicara dan mendengarkan. Di samping itu,
situasi interaktif ini memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta
klarifikasi, pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara untuk
memperlambat tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi
interaktif ini dilakukan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah, atau bahkan
multiarah.
Kemudian, ada pula situasi berbicara yang tergolong semiinteraktif, misalnya
dalam berpidato di hadapan umum, kampanye, khutbah/ceramah, dan lain-lain,
baik yang dilakukan melalui tatap muka secara langsung namun berlangsung
secara satu arah. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan
intruksi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar
dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.
Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat non interaktif
jika pembicaraan dilakukan secara satu arah dan tidak melalui tatap muka
langsung, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Pidato kenegaraan yang
disampaikan melalui siaran televisi atau radio termasuk ke dalam jenis ini. Berikut
ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki oleh si pembicara dalam
melakukan aktivitas berbicara, antara lain:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar
dapat membedakannya;
2. Menggunakan tekanan, nada, serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga
pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
4. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi
komunikasi dan pelaku komunikasi (hubungan antara pembicara dan
pendengar);
5. Menyampaikan kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents)
dengan jelas bagi pendengar;
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama;
7. berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah
mengikuti pembicaraan.
5
Jika hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara tadi kita klasifikasikan, kita
dapat mengelompokkan hal di atas ke dalam tiga aspek, yakni (a) aspek isi
pembicaraan; (b) aspek bahasa (bagaimana isi itu disampaikan); dan (c) aspek
performansi (gestur tubuh, mimik, dan ekspresi dalam menyampaikan isi
pembicaraan).
dengan tujuan agar orang lain mengenal dirinya. Pidato perkenalan dilakukan
oleh individu, walaupun yang dikanalkan oleh kelompok orang, perwakilan
kelompok dapat melakukan pidato perkenalan untuk memperkenalkan
kelompoknya. Kegiatan ini dapat menjadi kegiatan lanjutan dari pidato
penyambutan.
6. Pidato Nominasi (mengunggulkan)
Pidato nominasi adalah jenis berbicara yang dilakukan oleh seseorang
setelah mendapatkan penghargaan atau nominasi. Pidato nominasi bertujuan
agar pembicara dapat berterima kasih pada pihak yang membantunya untuk
mendapatkan penghargaan, selain itu dapat pula berisi tentang perjalanan
kariernya, atau motivasi untuk orang lain. Pidato nominasi biasanya
berlangsung secara singkat, sebab melibatkan banyak pemenang. Walaupun
begitu, tidak menutup kemungkinan pidato nominasi berlangsung secara
khusus untuk satu orang, sehingga waktu penyampaian pidato juga lebih
lama. Contoh kegiatan ini dapat ditemukan pada pidato nominasi peraih
Nobel, penghargaan dari pemerintah, lembaga, atau lainnya.
akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak
listening skills), mahir berbicara (speaking skills), dan mahir menulis (writing skills)
(Tarigan: 1994).
Berbagai kegiatan keterpaduan menyimak dengan fokus berbicara
1. Menyimak dan Bercerita
Sebuah kisah memiliki manfaat untuk masa depan umat manusia.
Dengan mendengarkan cerita, kita akan memiliki kemampuan imajinatif,
matematika dan bahasa. Kebiasaan mendengarkan cerita dapat membantu
meningkatkan kemampuan berbahasa, selain menjadi inspirasi. Orang yang
memiliki daya nalar tinggi dan mampu mengatur pikirannya dengan cara
sebaik- baiknya agar jelas dan mudah dimengerti oranglain, selalu mampu
meyakinkan orang lain dengan cara berbicara. Dengan demikian, kemampuan
nalar yang tinggi terletak pada kemampuan berbicara (menggunakan bahasa).
Kemudian dengan kata-katanya sendiri diteruskan kepada orang lain, setelah
mendengar cerita, pendengar akan mengomentari cerita tersebut.
2. Menyimak dengan Bercakap Cakap
Komunikasi secara langsung lebih efektif jika ada lawan bicara pertama
dan kedua. Jika pihak pertama berbicara maka pihak kedua menjadi pendengar
atau sebaliknya. Keterkaitan pembicara dalam percakapan umumnya erat
kaitannya dengan topik percakapan yang sebenarnya, apalagi adanya
hubungan sosial yang baik memberikan perasaan bahwa ada hubungan yang
erat di antara mereka. Untuk dapat mengajukan pertanyaan, seseorang harus
dapat memahami isi percakapan. Demikian juga jika kita ingin menjawab
suatu pertanyaan, kita harus dapat memahami apa yang ditanyakan oleh si
penanya, yang berujung pada kesimpulan bahwa berbicara tidak dapat
dipisahkan dari mendengarkan.
3. Menyimak dan Diskusi
Sebuah arena diskusi yang hangat membutuhkan kemampuan para
peserta untuk saling mendengarkan ketika satu sama lain memiliki pendapat.
Coba baca dialognya, lalu analisis bahasa dan materi yang dibahas.
Diskusikan hasil analisis struktur kalimat dan peragakan intonasi kalimat
Tanya para siswa dengan teman- temannya, sehingga diperoleh rumus
karakteristik dialog. Selanjutnya coba amati dialog- dialog yang terjadi di
sekitar siswa, lalu praktikanlah.
12
4. Menentukan Sasaran.
Berbagai Kegiatan Keterpaduan Keterampilan Menulis dengan Fokus Berbicara
1. Menulis cerita anak dan menceritakannya didepan kelas
2. Menulis cerita berkaitan dengan jenis karangan narasi.
3. Menulis naskah pidato dan mempraktikkan
4. Menulis naskah drama dan memperagakan peran drama.
3.1 Kesimpulan
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa
yang meliputi membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Sedangkan berbicara
adalah proses menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa lisan melalui kalimat yang
dirangkai secara utuh, lengkap, jelas dan komunikatif. Jadi yang dimaksud dengan
keterampilan berbahasa dengan fokus berbicara yaitu kemampuan atau kecekatan
menggunakan bahasa dalam bentuk lisan yang dirangkai secara utuh, jelas dan
komunikatif. Keterampilan berbahasa dengan fokus berbicara memiliki hubungan
yang erat dengan keterampilan berbahasa yang lainnya yaitu membaca, menulis dan
menyimak. Kegiatan berbicara sendiri memiliki berbagai macam jenis atau ragamnya,
oleh karenanya jenis berbicara harus diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori,
yakni klasifikasi berbicara berdasarkan tujuannya, situasi, metode penyampaian,
jumlah pendengar, dan peristiwa khusus.
3.2 Saran
Keterampilan Berbahasa dengan
n bagi
penulis dan para pembaca, walaupun kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Dalam hal tersebut penulis akan terus memperbaiki
penulisan makalah dengan mengacu pada sumber sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Yeti, dkk 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
https://www.academia.edu/9513346/KETERAMPILAN_BERBAHASA_DE
NGAN_FOKUS_BERBICARA.Diakses pada 4 April 2022.