Anda di halaman 1dari 18

KETERAMPILAN BERBAHASA DENGAN FOKUS BERBICARA

Mata Kuliah : Keterampilan Berbahasa Indonesia


Dosen Pengampu :
1. Drs. Maman Surahman, M.Pd.
2. Nindy Profithasari, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 7:

1.Indika Salsabila ( 2113053276 )


2.Mesy Arsita (2113053300 )
3.Mutiara Astuti ( 2113053280 )
4.Vivia Febbrilian Agrifina ( 2113053050 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

dalam penyelesaian makalah ini, penulis berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada


seluruh pihak yang terlibat dalam memberikan saran dan bimbingan. Oleh karena penulis
berterimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd. dan Ibu Nindy Profithasari, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran sebagai upaya peningkatan
kualitas dan kesempurnaan makalah ini. Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang.

Metro, 18 Februari 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................................. 3
2.1Pengertian Keterampilan Berbahasa dan Keterampilan Berbicara .................................................. 3
2.2Jenis Jenis Berbicara .................................................................................................................. 5
2.3 Keterpaduan Keterampilan Menyimak dengan Fokus Berbicara ................................................. 10
2.4 Keterpaduan Keterampilan Menulis dengan Fokus Berbicara ..................................................... 12
2.5 Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Berbicara .................................................. 13
BAB III. PENUTUP ...................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 14
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 15
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang penting. Melalui bahasa, seseorang
dapat mengkomunikasikan pikiran atau gagasannya kepada orang lain. Menurut Tarigan
(2008: 1), keterampilan berbahasa sangat penting bagi setiap manusia karena bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin baik seseorang dalam bahasa, semakin
jernih pemikirannya. Kegiatan berbicara sangat erat hubungannya dengan: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan
keterampilan lainnya. Keterampilan keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang banyak.
Tarigan (2008:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa biasanya diperoleh
manusia secara berurutan. Keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai manusia
adalah berbicara baru kemudian membaca dan menulis. Keterampilan berbicara dipelajari
sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat
memasuki jenjang sekolah. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis
untuk melakukan komunikasi ialah berbicara. Di mana saja, kapan saja dan semua orang
berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan
bayi yang belum mampu berbahasa pun orang menyapa dengan bahasa. Oleh karena
itu, guru yang mengajarkan keterampilan berbahasa (dengan fokus berbicara) diharapkan
dapat memberikan dorongan kepada peserta didik melalui perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik (Mudini dan Salamat Purba, 2009)
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan ketarampilan berbicara?
2. Apa saja jenis jenis berbicara?
3. Bagaimana keterpaduan keterampilan menyimak dengan fokus berbicara?
4. Bagaimana keterpaduan keterampilan menulis dengan fokus berbicara?
5. Bagaimana keterampilan membaca dengan fokus berbicara?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan
ketarampilan berbicara.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis berbicara.
3. Untuk mengetahui keterpaduan keterampilan menyimak dengan fokus berbicara.
4. Untuk mengetahui keterpaduan keterampilan menulis dengan fokus berbicara.
5. Untuk mengetahui keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus berbicara.
3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Berbahasa dan Keterampilan Berbicara


A. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan
bahasa yang dapat meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis.. Kemampuan berbahasa pada manusia dapat dikatakan merpakan satu
fenomena yang menarik, karena kemampuan manusia dalam berbahasa tidak
dapat dimiliki begitu saja tanpa melalui suatu proses yang sangat panjang, yaitu
sejak manusia itu masih bayi sampai dia tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa. Dalam proses perkembangannya, lingkungan memiliki peranan penting
terhadap perkembangan kemampuan berbahasa pada anak. Keterampilan
berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Dalam kegiatan sehari-hari setiap aspek erat sekali
hubungannya dengan aspek lainnya. Keempat aspek bahasa tersebut merupakan
satu kesatuan yang disebut catur tunggal, yaitu saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.
B. Keterampilan Berbicara
Menurut Djargo Tarigan, dkk (1998,12-13), berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Berbicara identik
dengan penggunaan bahasa secara lisan. Penggunaan bahasa secara lisan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara
secara langsung adalah hal-hal sebagai berikut: (1) pelafalan, (2) intonasi, (3)
pilihan kata, (4) struktur kata dan kalimat, (5) sistematika pembicaraan, (6) isi
pembicaraan, (7) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta (8) penampilan
(gerak-gerik), penguasaan diri.
Menurut Hermawan (2014), keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan
pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra
pembicara.Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi berbicara, yaitu
interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif,
4

misalnya terjadi pada percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui
telepon. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini memungkinkan adanya
pergantian peran/aktivitas antaraberbicara dan mendengarkan. Di samping itu,
situasi interaktif ini memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta
klarifikasi, pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara untuk
memperlambat tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi
interaktif ini dilakukan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah, atau bahkan
multiarah.
Kemudian, ada pula situasi berbicara yang tergolong semiinteraktif, misalnya
dalam berpidato di hadapan umum, kampanye, khutbah/ceramah, dan lain-lain,
baik yang dilakukan melalui tatap muka secara langsung namun berlangsung
secara satu arah. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan
intruksi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar
dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.
Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat non interaktif
jika pembicaraan dilakukan secara satu arah dan tidak melalui tatap muka
langsung, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Pidato kenegaraan yang
disampaikan melalui siaran televisi atau radio termasuk ke dalam jenis ini. Berikut
ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki oleh si pembicara dalam
melakukan aktivitas berbicara, antara lain:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar
dapat membedakannya;
2. Menggunakan tekanan, nada, serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga
pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
4. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi
komunikasi dan pelaku komunikasi (hubungan antara pembicara dan
pendengar);
5. Menyampaikan kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents)
dengan jelas bagi pendengar;
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama;
7. berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah
mengikuti pembicaraan.
5

Jika hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara tadi kita klasifikasikan, kita
dapat mengelompokkan hal di atas ke dalam tiga aspek, yakni (a) aspek isi
pembicaraan; (b) aspek bahasa (bagaimana isi itu disampaikan); dan (c) aspek
performansi (gestur tubuh, mimik, dan ekspresi dalam menyampaikan isi
pembicaraan).

2.2 Jenis Jenis Berbicara


A. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan
Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, atau menggerakkan
pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara tersebut dapat pula kita
klasifikasikan berbicara menjadi lima jenis, yakni:
1. Berbicara Menghibur
Berbicara menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak.
Namun tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan
pesan. Dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat
pendengarnya senang, gembira, dan bersukaria. Contoh jenis berbicara ini,
antara lain lawakan, guyonan dalam ludrud, srimulat, cerita kabayan, dan
cerita Abu Nawas.
2. Berbicara Menginformasikan
Berbicara menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening. Soal
pesan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam
berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis,
dan tepat isi agar informasi benar- benar terjaga keakuratannya. Pendengar
pun berusaha menangkap informasi yang disampaikan dengan segala
kesungguhan.
3. Berbicara Menstimulasi
Berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku.
Pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya. Status tersebut dapat
disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan, atau fungsinya
yang memang melebihi pendengarnya. Dalam berbicara menstulasi, pembicara
berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu
bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah laku lebih sopan, belajar
6

lebih berkesinambungan. Pembicara biasanya dilandasi oleh rasa kasih sayang,


kebutuhan, kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar. Beberapa contoh
berbicara menstimulasi tersebut antara lain: (1) nasehat guru terhadap siswa
yang malas melakukan tugasnya, (2) pepatah, petitih, pengajaran ayah kepada
anaknya yang kurang senonoh, (3) nasihat dokter pada pasien, (4) nasihat
atasan pada karyawan yang malas, dan (5) nasihat ibu pada putrinya yang
patah hati.
4. Berbicara Meyakinkan
Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan
pendengarnya. Jelas suasananya pun bersifat serius, mencekam, dan
menegangkan. Melalui keterampilannya pembicara berusaha mengubah sikap
pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi
simpati, dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Dalam berbicara
meyakinkan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraanya kepada
argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan
dari segala segi.
5. Berbicara Menggerakkan
Berbicara menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi
pembicara maupun dari segi pendengarnya. Berbicara atau pidato
menggerakkan merupakan kelanjutan pidato membangkitkan semangat.
Pembicara dalam berbicara menggerakkan haruslah orang yang berwibawa,
tokoh, idola, dan panutan masyarakat. Melalui kepintarannya berbicara,
kecakapannya membakar emosi dan semangat, kebolehannya memanfaatkan
situasi, ditambah penguasaanya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat
menggerakkan massa ke arah yang diingininya.
B. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi
Berdasarkan situasi, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu
1. Berbicara formal, yaitu kegiatan berbicara yang terikat pada aturan - aturan,
baik aturan yang berkaitan dengan tatakrama maupun kebahasaan.
2. Berbicara nonformal, yaitu kegiatan berbicara yang tidak terlalu terikat pada
aturan-aturan, kadang-kadang berlangsung secara spontan dan tanpa
perencanaan.
7

C. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian


1. Berbicara Mendadak (spontan)
Berbicara mendadak atau spontan adalah kegiatan berbicara yang
dilakukan oleh seseorang secara tiba-tiba tanpa ada persiapan, pemberitahuan,
atau perencanaan sebelumnya. Jenis berbicara ini biasa dilakukan pada acara
yang informal, walaupun tidak menutup kemungkinan pada acara formal pun
dilakukan. Berbicara secara mendadak atau spontan ini membutuhkan
kematangan dan pengalaman dari seorang pembicara. Hal yang perlu
diperhatikan dalam jenis berbicara ini adalah memperhatikan tema kegiatan
dan peserta.
2. Berbicara Berdasarkan Catatan
Berbicara berdasarkan catatan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan
oleh seseorang berdasarkan tulisan yang telah dibuat sebelumnya. Jenis
berbicara ini membutuhkan keterampilan dan persiapan dari pembicara. Ha
ini diperlukan sebab pembicara hanya membuat catatan penting apa yang
harus dibicarakan, selanjutnya pembicara mengembangkan sendiri apa yang
harus dibicarakan. Catatan yang dibuat dapat berupa kartu kecil atau catan
pada gawai pembicara. Kegiatan berbicara ini dapat dikatakan adalah jenis
pertengahan dari jenis berbicara berdasarkan hafalan dan jenis berbicara
berdasarkan naskah yang akan dibahas selanjutnya.
3. Berbicara Berdasarkan Hafalan
Berbicara berdasarkan hafalan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan
oleh seseorang tanpa naskah dan catatan saat berbicara. Hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan berbicara berdasarkan hafalan adalah persiapan
dari pembicara. Pembicara harus menghafalkah naskah atau hal yang harus
dibicarakan sebelum tampil. Hal-hal yang dihafalkan dapat berupa poin-poin
penting yang kemudian dikembangkan oleh pembicara atau semua isi naskah.
Kegiatan berbicara berdasarkan hafalan ini membutuhkan waktu yang lebih
lama jika dibandingkan jenis berbicara lainnya.
4. Berbicara Berdasarkan Naskah
Jenis berbicara terakhir dari pengklasifikasian jenis berbicara berdasarkan
metode penyampaiannya adalah berbicara berdasarkan naskah. Berbicara
berdasarkan naskah adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang
8

dengan membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Persiapan


naskah dalam jenis berbicara ini dapat dilakukan sendiri atau oleh orang lain.
Berbicara berdasarkan naskah biasa digunakan dalam keperluan yang penting,
sehingga apa yang dibicarakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.
D. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
1. Berbicara Antarpribadi (bicara empat mata)
Berbicara antarpribadi atau antar individu adalah kegiatan berbicara yang
dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya tanpa ada
keterlibatan orang lain. Jenis berbicara ini adalah berbicara intens yang terjadi
antara dua orang. Jenis berbicara ini dapat berlangsung secara spontan atau
direncanakan dapat pula dilakukan secara formal atau informal. Jenis
berbicara ini misalnya dapat ditemukan pada kegiatan wawancara, interogasi,
pembicaraan antar teman, dan lainnya.
2. Berbicara Dalam Kelompok Kecil ( 3 5 orang)
Berbicara dalam kelompok kecil adalah jenis kegiatan berbicara yang
dilakukan oleh seseorang di dalam suatu kelompok yang berisikan tiga
sampai dengan lima orang. Kegiatan ini biasa ditemukan pada kegiatan
diskusi kelompok kecil, seminar, kursus, atau pelatihan khusus. Kegiatan
berbicara dalam kelompok kecil ini dapat terjadi satu arah (mengajar,
ceramah, atau lainnya) atau dapat pula terjadi secara dua arah (pembicara dan
pendengar sama-sama aktif).
3. Berbicara Dalam Kelompok Besar (massa)
Berbicara dalam kelompok besar adalah jenis kegiatan terakhir dalam
kategori jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya. Berbicara dalam
kelompok besar adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh seseorang
kepada lebih dari lima orang. Jenis berbicara semacam ini dilakukan ketika
seseorang diharuskan berbicara dalam kelompok besar orang dan pendengar
yang besar pula. Kegiatan berbicara dalam kelompok besar biasa terjadi pada
rapat umum, kampanye, dan sebagainya.
E. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus
1. Presentasi
Presentasi adalah jenis berbicara yang dilakukan oleh seseorang untuk
memaparkan atau menyajikan hal atau sesuatu yang ingin atau harus diketahui
oleh pendengar. Jenis berbicara ini biasanya bersifat formal, walaupun tidak
9

menutup kemungkinan dilakukan secara informal. Contoh kegiatan presentasi


dapat dilihat pada presentasi tentang suatu makalah oleh siswa, presentasi
suatu penelitian, proyek, atau lainnya.
2. Pidato Penyambutan
Pidato penyambutan adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh
seseorang untuk menerima seseorang atau kelompok orang. Tujuan
dilakukannya pidato penyambutan adalah agar tamu yang hadir diketahui oleh
banyak orang dan tuan rumah menerimanya dengan baik. Pidato
penyambutan merupakan salah satu bentuk penghormatan tuan rumah
terhadap tamu yang hadir atau berkunjung ke tempatnya. Kegiatan ini biasa
dilakukan secara resmi dan disertai jamuan. Contoh kegiatan ini dapat dilihat
pada penyambutan kepala daerah terhadap kepala daerah lain, penyambutan
kepala daerah pada mahasiswa KKN, penyambutan seorang petinggi
perusahaan terhadap petinggi perusahaan lainnya atau kegiatan sejenisnya.
3. Pidato Perpisahan
Pidato perpisahan adalah kegiatan berbicara yang dilakukan oleh
seseorang terhadap individu atau kelompok untuk mengakhiri suatu
pertemuan. Pidato perpisahan adalah kegiatan yang berlawanan dengan pidato
penyambutan. Tujuan dari pidato perpisahan adalah untuk berterima kasih
kepada tamu yang telah berkunjung atau menetap pada suatu daerah,
lembaga, atau instansi. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara formal. Sama
halnya dengan pidato penyambutan, pidato perpisahan adalah salah satu
bentuk penghormatan tuan rumah terhadap tamunya.
4. Pidato Jamuan (makan malam)
Pidato jamuan makan malam adalah jenis kegiatan berbicara yang
dilakukan oleh seseorang pada acara jamuan makan malam. Jenis kegiatan ini
masih asing di Indonesia sebab kegiatan ini adalah bagian dari kebudayaan
Barat. Pidato jamuan makan malam biasanya berisi ucapan terima kasih pada
tamu atau tuan rumah kemudian dilanjutkan oleh hal lain yang berkaitan
dengan tujuan diadakannya jamuan makan malam tersebut. Pidato jamuan
makan malam biasanya dilakukan secara formal atau informal.
5. Pidato Perkenalan
Pidato perkenalan adalah jenis kegiatan berbicara yang dilakukan oleh
seseorang untuk memberitahukan kepada orang lain tentang dirinya sendiri
10

dengan tujuan agar orang lain mengenal dirinya. Pidato perkenalan dilakukan
oleh individu, walaupun yang dikanalkan oleh kelompok orang, perwakilan
kelompok dapat melakukan pidato perkenalan untuk memperkenalkan
kelompoknya. Kegiatan ini dapat menjadi kegiatan lanjutan dari pidato
penyambutan.
6. Pidato Nominasi (mengunggulkan)
Pidato nominasi adalah jenis berbicara yang dilakukan oleh seseorang
setelah mendapatkan penghargaan atau nominasi. Pidato nominasi bertujuan
agar pembicara dapat berterima kasih pada pihak yang membantunya untuk
mendapatkan penghargaan, selain itu dapat pula berisi tentang perjalanan
kariernya, atau motivasi untuk orang lain. Pidato nominasi biasanya
berlangsung secara singkat, sebab melibatkan banyak pemenang. Walaupun
begitu, tidak menutup kemungkinan pidato nominasi berlangsung secara
khusus untuk satu orang, sehingga waktu penyampaian pidato juga lebih
lama. Contoh kegiatan ini dapat ditemukan pada pidato nominasi peraih
Nobel, penghargaan dari pemerintah, lembaga, atau lainnya.

2.3 Keterpaduan Keterampilan Menyimak dengan Fokus Berbicara


Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi,
keduanya saling bergantung. Seseorang tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada
seorangpun yang mendengarkan. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan
berbahasa lisan. Pada dasarnya, bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari
melalui menyimak dan menirukan pembicaraan. Biasanya, anak- anak tidak hanya
menirukan pembicaraan tetapi mencoba menirukan hal- hal yang tidak mereka
pahami. Kenyataan ini menganjurkan orang tua dan guru menjadi model berbahasa
yang baik, supaya anak- anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau
tidak benar. IEA (International Association for Evaluation Education Achievement)
mengungkapkan bahwa kebisaaan membaca siswa Indonesia berada pada peringkat
ke-26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya kemampuan membaca tersebut
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sekolah.
Rendahnya minat dan kemampuan membaca antara lain tampak pada rendahnya
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) mereka. Hal ini merupakan salah satu indikator
bahwa pembelajaran membaca di sekolah belum maksimal, kalau tidak boleh
dikatakan gagal. Padahal kita mengetahui bahwa rendahnya kemahiran membaca
11

akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak
listening skills), mahir berbicara (speaking skills), dan mahir menulis (writing skills)
(Tarigan: 1994).
Berbagai kegiatan keterpaduan menyimak dengan fokus berbicara
1. Menyimak dan Bercerita
Sebuah kisah memiliki manfaat untuk masa depan umat manusia.
Dengan mendengarkan cerita, kita akan memiliki kemampuan imajinatif,
matematika dan bahasa. Kebiasaan mendengarkan cerita dapat membantu
meningkatkan kemampuan berbahasa, selain menjadi inspirasi. Orang yang
memiliki daya nalar tinggi dan mampu mengatur pikirannya dengan cara
sebaik- baiknya agar jelas dan mudah dimengerti oranglain, selalu mampu
meyakinkan orang lain dengan cara berbicara. Dengan demikian, kemampuan
nalar yang tinggi terletak pada kemampuan berbicara (menggunakan bahasa).
Kemudian dengan kata-katanya sendiri diteruskan kepada orang lain, setelah
mendengar cerita, pendengar akan mengomentari cerita tersebut.
2. Menyimak dengan Bercakap Cakap
Komunikasi secara langsung lebih efektif jika ada lawan bicara pertama
dan kedua. Jika pihak pertama berbicara maka pihak kedua menjadi pendengar
atau sebaliknya. Keterkaitan pembicara dalam percakapan umumnya erat
kaitannya dengan topik percakapan yang sebenarnya, apalagi adanya
hubungan sosial yang baik memberikan perasaan bahwa ada hubungan yang
erat di antara mereka. Untuk dapat mengajukan pertanyaan, seseorang harus
dapat memahami isi percakapan. Demikian juga jika kita ingin menjawab
suatu pertanyaan, kita harus dapat memahami apa yang ditanyakan oleh si
penanya, yang berujung pada kesimpulan bahwa berbicara tidak dapat
dipisahkan dari mendengarkan.
3. Menyimak dan Diskusi
Sebuah arena diskusi yang hangat membutuhkan kemampuan para
peserta untuk saling mendengarkan ketika satu sama lain memiliki pendapat.
Coba baca dialognya, lalu analisis bahasa dan materi yang dibahas.
Diskusikan hasil analisis struktur kalimat dan peragakan intonasi kalimat
Tanya para siswa dengan teman- temannya, sehingga diperoleh rumus
karakteristik dialog. Selanjutnya coba amati dialog- dialog yang terjadi di
sekitar siswa, lalu praktikanlah.
12

2.4 Keterpaduan Keterampilan Menulis dengan Fokus Berbicara


Berbicara dan menulis merupakan ketrampilan ekspresif dan produktif. Keduanya
digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan menulis
dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol lisan dalam berbicara dan simbol
tertulis dalam menulis. Dengan pengertian lain menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang paling sulit, disamping menulis kita harus mampu membaca dengan
benar dan menyimak teliti. Kegiatan berbicara didukung oleh kegiatan menulis,
terutama berkaitan dengan persiapan menulis baik berupa referensi yang harus dibaca
dan konsep yang akan disampaikan. Pokok pembicaraan ada baiknya dipersiapkan
secara tertulis.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis sebagai persiapan untuk
dijadikan bahan pembicaraan diantaranya memilih tema, membuat kerangka, dan
mengembangkan paragraf. Berikut ini adalah cara memilih tema dan membatasi tema
A. Tema yang mudah dipilih
1. Pilih yang dikuasai.
2. Pilih yang sesuai dengan keahlian.
3. Pilih yang diyakini.
4. Pilih yang bersifat kritik.
5. Pilih yang humor.
Agar tema yang dibuat tidak melenceng atau menyimpang dari konsep-konsep yang
akan diuraikan, dapat melalui dengan langkah-langkah sebagai berikut:
B. Cara membatasi tema
1. Mencari aspek tema
Sebuah tema yang cukup jelas, dapat langsung digunakan sebagai aspek
sebuah karangan, tetapi jika penulis hanya mempunyai kemampuan yang
terbatas, sebaiknya masalah itu dibatasi.
2. Penggunaan judul
a. Judul tunggal lengkap, dalam membuat karangan hanya bentuk judul
tunggal yang disusun. Kemudian salah satu aspeknya diuraikan tanpa
menghilangkan masalah umumnya.
b. Judul ragkap
Judul rangkap disini adalah sebuah topic terdiri dari induk judul dan anak
judul
3. Menentukan Tujuan
13

4. Menentukan Sasaran.
Berbagai Kegiatan Keterpaduan Keterampilan Menulis dengan Fokus Berbicara
1. Menulis cerita anak dan menceritakannya didepan kelas
2. Menulis cerita berkaitan dengan jenis karangan narasi.
3. Menulis naskah pidato dan mempraktikkan
4. Menulis naskah drama dan memperagakan peran drama.

2.5 Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Berbicara


Keterampilan berbicara akan diperoleh secara maksimal apabila pembicara
banyak membaca. Berbagai informasi dalam teks dapat dikemukakan kembali secara
lisan ketika berbicara dengan orang lain atau siapa pun. Dalam berbicara, orang
lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami
dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Terkadang, apa yang telah
dibaca lupa dibicarakan karena pertimbangan latar belakang pengetahuan yang
belum dipahami ketika membaca.
Berbagai Kegiatan Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Berbicara
Berikut ini ada beberapa kegiatan yang dapat dipadukan antara keterampilan
membaca dengan keterampilan berbicara, misalnya membaca puisi diikuti
kegiatan berbiara tentang tema puisi, perasaan, amanat, nada, dan suasana. Lalu
membaca dengan disertai berbicara tentang tema, amanat, tokoh, karakter, alur,
sudut pandang, dan latar.
1. Membaca puisi dan berbicara tentang tema puisi, perasaan, amanat, nada, dan
suasana
2. Membaca cerita dan berbicara tentang tema, amanat tokoh, karakter, alur,
sudut pandang, dan latar
3. Membaca dengan diskusi
14

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa
yang meliputi membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Sedangkan berbicara
adalah proses menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa lisan melalui kalimat yang
dirangkai secara utuh, lengkap, jelas dan komunikatif. Jadi yang dimaksud dengan
keterampilan berbahasa dengan fokus berbicara yaitu kemampuan atau kecekatan
menggunakan bahasa dalam bentuk lisan yang dirangkai secara utuh, jelas dan
komunikatif. Keterampilan berbahasa dengan fokus berbicara memiliki hubungan
yang erat dengan keterampilan berbahasa yang lainnya yaitu membaca, menulis dan
menyimak. Kegiatan berbicara sendiri memiliki berbagai macam jenis atau ragamnya,
oleh karenanya jenis berbicara harus diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori,
yakni klasifikasi berbicara berdasarkan tujuannya, situasi, metode penyampaian,
jumlah pendengar, dan peristiwa khusus.

3.2 Saran
Keterampilan Berbahasa dengan
n bagi
penulis dan para pembaca, walaupun kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Dalam hal tersebut penulis akan terus memperbaiki
penulisan makalah dengan mengacu pada sumber sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
15

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Djago , dkk. 1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Depertemen


Pendidikan Dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-II.

Mulyati, Yeti, dkk 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Supriayadi, dkk. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depertemen Pendidikan


Dan Kebudayaan Proyak Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II Kependudukan

https://www.academia.edu/9513346/KETERAMPILAN_BERBAHASA_DE
NGAN_FOKUS_BERBICARA.Diakses pada 4 April 2022.

Magdalena, I,Ulfi, N.,& Awaliah,S.( 2021).Analisis Pentingnya Keterampilan Berbahasa


Pada Siswa Kelas IV di SDN Gondrong 2.3(2).243-252

Sunarsih,S.(2012).Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif Teknik Mencari


Pasangan dan Teknik Kancing Gemerincing pada Siswa Introver dan Ekstrover di
SMP.1(1).36-39

Riadi,Muchlisin.2020.Keterampilan Berbicara ( Pengertian, Tujuan, Jenis, Teknik, dan


Penilaian). https://www.kajianpustaka.com/2020/12/keterampilan-
berbicara.html?m=1.Diakses pada 10 April 2022

Anda mungkin juga menyukai