Anda di halaman 1dari 24

Tugas Makalah Dosen Pengampu

Kebahasaan MI Prasnanda Bunga Rafiza, S.Pd.I., M.Pd

HAKIKAT KETERAMPILAN BERBICARA

DISUSUN OLEH :
ADEK IRMA SURYANI
NIM: 12110823959
DINA RAFI’AH
NIM: 12110823855
FINTA SRI PADILLAH
NIM: 12110823422

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH II C


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah Kebahasaan MI ini dengan tepat waktu. Makalah
ini, kami susun untuk menambah pengetahuan, menambah wawasan, serta
memperdalam pemahaman kami dan teman-teman terutama pada materi Hakikat
Keterampilan Berbicara.
Keterampilan berbicara merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki
semua orang, mengingat berbicara merupakan sarana seseorang untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Namun, berbicara ternyata tak sesederhana yang dibayangkan.
Berbicara memiliki teknik, perbedaan yang jenis-jenis yang membedakan kapan dan
dimana kita berbicara yang tentunya juga akan mempengaruhi Teknik yang kita
gunakan saat berbicara. Maka disini kami menyusun suatu makalah yang membahas
tentang keterampilan berbicara mulai dari pengertian berbicara, jenis-jenisnya hingga
perbedaan dalam mempelajari keterampilan berbicara.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna ini karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Maka kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun, guna menjadi tapakan kami dalam
menulis makalah yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 02 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1. Keterampilan Berbahasa: Pengertian dan Komponen-komponennya................3
2.2 Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa..............................................4
2.3 Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi....................................................6
2.4 Batasan dan Tujuan Berbicara...........................................................................10
2.5 Berbicara Sebagai Seni dan Ilmu.......................................................................14
2.6 Ragam Seni Berbicara.......................................................................................15
2.7 Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara.................................................16
BAB III.........................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan...................................................................................................... 19
3.2. Saran.................................................................................................................19

ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa
merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat
komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang
perlu berinteraksi dengan sesama manusia1. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling
sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal
yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan
berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang
memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan
maupun tulisan.
Keterampilan berbicara bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat
diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap
manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan
latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer memandang
kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok2.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik,
pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara
menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai
kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan
informasi. Kemampuan seseorang dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam
kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di

1
Siregar. 2021. KeterampilanBerbicara. Sumatera Barat: Cendikia Pendidikan muslim. h. 1.
2
Haryadi, dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. h. 56.

1
lapangan adalah tidak semua orang mempunyai kemampuan berbicara yang baik.
Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan.
1.2.  Rumusan Masalah
1.  Bagaimana hubungan antarkomponen keterampilan berbahasa?
2.  Bagaimana batasan dan tujuan berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi?
3.  Apa sajakah ragam seni berbicara?
4.  Bagaimana metode penyampaian dan penilaian berbicara?
1.3.  Tujuan
1.  Mengetahui hubungan antarkomponen keterampilan berbahasa.
2.  Mengetahui batasan dan tujuan berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi.
3.  Mengetahui ragam seni berbicara.
4.  Mengtahui metode penyampaian dan penilaian berbicara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Keterampilan Berbahasa: Pengertian dan Komponen-komponennya


Berbicara merupakan suatu proses penyampaian sebuah informasi,
gagasan atau ide dari pembicara kepada pendengar. Pembicara sebagai komunikator
dan pendengar sebagai komunikan. Komunikan harus memberikan informasi yang
jelas agar komunikan dapat menangkap maksud yang disampaikan3.
Berbicara adalah suatu kemampuan dalam mengungkapkan bunyi bahasa untuk
mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar
menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian.
Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan
suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)
yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan 4. Keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen, yaitu:
1) Keterampilan menyimak
2) Keterampilan berbicara
3) Keterampilan membaca
4) Keterampilan menulis5.
Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan
lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memeroleh keterampilan
berbahasa, kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa
kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca

3
Putri,Mega. 2021. Kemampuan Berbicara melalui Kegiatan Berpidato Mahasiswa Pendidikan Bahasa
Indonesia Angkatan 2018 Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok. Jurnal Sastra Indonesia
10(2). https://doi.org/10.15294/jsi.v10i2.48337. h. 79.
4
Arsjad, Maidar dan Mukti U.S. 2005. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga. h. 17.
5
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
h. 1.

3
dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan.
      Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai keempat keterampilan
berbahasa serta hubungannya satu sama lain, perhatikan gambar berikut.
Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan
banyak latihan. Oleh karena itu, setelah berpraktek dan berlatih perlu diadakan tes
untuk mengetahui sampai dimana hasil yang telah dicapai. Komponen-komponen
yang perlu mendapat perhatian khusus dalam tes tersebut adalah seperti yang tertera
pada gambar berikut.
Keterampilan
Komponen
Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Fonologi   - -

Ortografi - -  

Struktur    

Kosa kata    

Kecepatan kelancaran
   
umum

2.2. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa


Linguis berkata bahwa speaking is language. Berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya
didahului oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan
dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan
menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga
merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita
sadari bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara

4
yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif
dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu6. Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara lebih terperinici
hubungan antara:
a. Berbicara dengan menyimak
b. Berbicara dengan membaca
c. Ekspresi lisan dengan ekspresi tertulis
1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak
Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan
menyimak, adalah sebagai berikut7:
a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan
oleh perangsang (stimulus) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa/kota)
dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam
menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
c.  Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam
masyarakat tempatnya hidup.
d. Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang lebih jauh
panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas
berbicara seseorang.
f. Bunyi atau suara merupakan faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian
kata-kata sang anak.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids)akan menghasilkan
penangkap informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.
2. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

6
Greene, H dan W.T. Petty. 1971. Developing Language Skills in the Elementary Schools. Boston:
Allyn and Bacon, Inc. h. 39-40.
7
Ilham, Muhammad dan Iva Ani Wijiati. (2020). Ketrampilan Berbicara: Pengantar Keterampilan
Berbahasa. Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institute. h. 9.

5
Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca tealah dapat
diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain:
a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan
berbahasa lisan.
b. Pola-pola ajaran yang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca
bagi anak-anak.
c.  Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi
pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi
turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.
3. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali
berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaanantara lain:
a.  Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis, dan kosa kata,
pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yanh memberi ciri kepada ujarannya
merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b.  Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi
lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang
diperolehnya dari tangan kedua.
c. Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi
tulis. Ekspresi tulis cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih ssering
berubah-ubah, tidak tetap, dan biasanya lebih kacau serta membingungkan
ketimbang komunikasi tulis.
2.3. Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Manusia adalah makhluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan yang paling
penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan dan tempat saling mempertukarkan
pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan
perasaan atau saling mengekspresikan serta menyatujui sesuatu pendirian atau
keyakinan.oleh karena itu maka didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-

6
elemen yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang
yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan sesama anggota
masyarakat maka diperlukan komunikasi.
Komunikasi mempersatukan para individu ke dalam kelompok-kelompok
dengan jalan menghablurkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan
ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang
yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan
tersebut tidak aka nada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-
masyarakat bahasa. Dengan perkataan lain masyarakat berada dalam komunikasi
linguistik.
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan-
kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat,
gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang tersebut kata-
kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan
hubungan mentral dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.
Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan
ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-
hubungan yang bersifat. Dua arah, memberi dan menerima.
Profesor Anderson mengemukakan adanya 8 prinsip (linguistik) dasar, yaitu:
1)  Bahasa adalah suatu sistem;
2)  Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran);
3)  Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary symbols);
4)  Setiap bahasa bersifat unik; bersifat khas;
5)  Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasan;
6)  Bahasa adalah alat komunikasi;
7)  Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempatnya berada;
8)  Bahasa itu berubah-ubah.
Seorang ahli lain, M. Douglas Brown, setelah menelaah batasan bahasa dari 6
buah sumber, membuat rangkuman, sebagai berikut:
a. Bahasa adalah sistem yang  sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif.

7
b. Bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka (simbol-simbol).
c. Lambang-lambang tersebut terutama sekali bersifat vokal, tetapi mungkin juga
bersifat visual.
d. Lambang-lambang itu mengandung makna-makna konvesional.
e. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk komunikasi.
f. Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa (a speech community)
g. Bahasa pada hakekatnya bersifat kemampuan, walaupun mungkin tidak terbatas
pada manusia.
h. Bahasa diperoleh oleh semua bangsa/orang dengan cara yang hampir/banyak
bersamaan; bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri-ciri kesemestaan (Universal
characteristics)8.
Dari kedua sumber tersebut, walaupun dengan kata-kata yang berbeda di sana-
sini, dapat kita lihat banyaknya persamaan pandangan dan gagasan  mengenai
bahasa (language) itu.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-perbuatan
atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur mengandung maksud dan tujuan.
Komunikasi bukan melulu merupakan suatu kejadian, peristiwaa, atau sesuatu yang
terjadi. Akan tetapi komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung
maksud, dan dirancang untuk menghasilkan beberapaa efek atau akibat pada
lingkungan para penyimak dan para pembicara. Komunikasi adalah serangkaian
perbuatan komunikasi atau speech acts yang dipergunakan secara sistematis untuk
menyelesaikan atau mencapai maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini harus kita
tekankan pentingnya konsekuensi-konsekensikomunikasi linguistik.
Untuk menunjukaan hakekat purposif dari komunikasi itu, Halliday (1973)
mempergunakan istilah fungsi. Beliau memang telah mempergunakan banyak waktu
untuk mengadakan penelitian serta penjelajahan mengenai hal itu, dan akhirnya dapat
merangkumkan adanya tujuan jenis fungsi bahasa, yaitu:

8
Brown, H.Douglas. 1980. Principle of Language Learning and Teaching. London: Longman. h. 5.

8
1. Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasikan
lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Kalimat-kalimat
atau ucapan-ucapan seperti: ‘jangan pegang pisau itu!”
2. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan
terhadap peristiwa-peristiwa. Sementara pengawasan seperti itu kadang-kadang
sukar dibedakan dari fungsi instrumental, tetapi ucapan” Demi keadilan untuk
memperbaiki tindakanmu yang tidak bermoral, maka kamu akan disekap dipenjara
selama tiga tahun”, lebih menonjolkan suatu fungi pengaturan. Ketetapan atau
peraturan pertemuan-pertemuan antara orang-orang persetujuan, celaan,
pengawasan kelakuan, penetapan undang-undang dan peraturan-peraturan –
merupakan ciri-ciri pengaturan bahasa.
3. Fungsi representasional adalah pengunaan bahasa untuk membuat pernyataan-
pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau
melaporkan dalam pengertian ”menggambarkan” realitas yang terlihat oleh
seseorang. Ucapan-ucapan seperti: “matahari panas”, “Presiden berpidato tadi
malam”, ataupun “Dunia rata” menampilkan fungsi-fungsi representasional,
walaupun tak dapat disangkal bahwa penggambaran terakhir itu masih dapat
diperdebatkan dengan seru.
4. Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial.
Malinowski mempergunakan istilah “phatic commonion” yang mengacu kepada
kontak komunikatif antara sesama manusia yang semata-mata mengizinkan
mereka mendirikan kontak sosial serta menjaga agar saluran-saluran komunikasi
itu tetap terbuka, merupakan bagian dari fungsi interaksional bahasa. Keberhasilan
komunikasi interaksional menuntut pengetahuan mengenai slang, jargon, lelucon,
cerita rakyat, adat istiadat, sopan santun, dan lain-lain.
5.  Fungsi fersonal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi,
kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya. Kepribadian
seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi fersonal komunikasi. Dalam
ciri fersonal bahasa jelas bahwa kognisi atau pengertian, pengaruh, dan budaya
saling memengaruhi dengan cara-cara yang belum banyak diselidiki.

9
6. Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memeroleh
pengetahuan dan memelajari lingkungan. Fungsi-fungsi heuristik seringkali
disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban-
jawaban.Anak-anak khususnya memperlihatkan dengan jelas penggunaan fungsi
heuristik ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa” mengenai dunia sekeliling
mereka. Penyelidikan (atau “rasa ingin tahu”) merupakan suatu metode heuristik
untuk memperoleh pemberian-pemberian realitas dari orang lain.
7.  Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-
gagasan imajiner.Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membuat lelucon-lelucon,
atau menulis novel merupakan kegiatan yang mempergunakan fungsi imajinatif
bahasa.Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa kita bebas menjelajah ke
seberang dunia yang nyata membumbung tinggi ke atas ketinggian keindahan
bahasa itu sendri, dan melalui bahasa itu menciptakan mimpi-mimpi yang
mustahil,kalau kita menginginkannya9.
2.4. Batasan dan Tujuan Berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan
personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak –
kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek-aspek lain, seperti cara berpakaian atau
mendandani pengantin, adalah bersifat ekternal, tetapi ujaran sudah bersifat interen,
pembawaan.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sitem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan
(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan  atau  ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh
lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-
faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif,

9
Ibid

10
secara luas dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol
sosial.
Dengan demikian, maka, berbicara itu lebih daripada hanya sekedar
pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan  yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau  penyimak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan
maupun profesional (business or profesional tool), maka pada dasarnya berbicara
mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
1) Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
2) Menjamu dan menghibur (to entertaint)
3) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to    persuade)
Selanjutnya perlu pula kita pahami beberapa prinsip umum yang mendasari
kegiatan berbicara, antara lain:
a. Membuat paling sedikit dua orang. Tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh
satu orang dan hal ini sering terjadi,misalnya oleh orang yang sering mempelajari
bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya,atau oleh seseorang yang meninjau kembali
pertanyaan bank-ny atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu.
b. Mempergunakan suatu sandi lingustik yang dipahami bersama.Bahkan
andaikatapun dipergunakan dua bahasa, namun saling pengertian ,pemahaman
bersama itu tidak kurang pentingnya.
c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum. Daerah referensi yang
umum mungkin tidak selalu mudah dikenal/ditentukan, namun pembicaraan
menerima kecendrungan untuk menemukan satu diantaranya.
d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.kedua pihak partisipan yang
memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar sabagai pembicara dan
menyimak.

11
e.  Menghubungkan setiap pembicara  dangan yang lainnya dan kepala yang lainnya
dengan segera. Perilaku lisan sama pembicara selalu berhubungan denan responsi
yang nyata atau yang diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi
hubungan itu bersifat timbal-balik atau dua arah.
f.  Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan bantuan berkas
grafik-material,bahasa dapat luput dari kekinian dan kesegaran bahwa pita atau
berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu saja merupakan salah satu
kenyataan keunggulan budaya manusia.
g.  Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan suara/bunyi bahasa
dan pendengaran (vocal and auditory apparatus). Walaupun kegiatan-kegiatan
dalam pita audio-lingual dapat melepaskan gerak-visual dan gerak-material,
namun sebaliknya tidak akan terjadi; kecuali bagi pantomim atau gambar, takkan
ada pada gerakan dan gerafik itu yang tidak berdasar dari dan bergantung pada
audio-lingual dapat berbicara terus-menerus dengan orang-orang yang tidak kita
lihat, dirumah, ditempat bekerja, dan dengan telepon; percakapan-percakapan
seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam bentuknya yang paling asli.
h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan
apa yang diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan
oleh pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para
pembicara tetapi juga secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang
harus mereka masuki karena mereka dan manusia berbicara sebagai titik
pertemuan kedua wilayah ini tetep memerlukan penelaahan secara uraian yang
lebih lanjut dan mendalam.
Beberapa cara telah diusahakan oleh para ahli untuk menganalisis proses–
proses berbicara. Analisis yang dilakukan oleh Wollbert (1927) bersifat khas serta
mengandung modifikasi yang sering diremehkan orang, tetapi sebenarnya perlu
mendapat perhatian.
‘’Seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuaanya
diperlukan dalam menyatakan pikiran/ pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang
pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang

12
diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran (a thought). Kedua,sang
pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-
kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan,
menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara.
Terakhir, sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa,
sesuatu tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca memaliu mata”.
Kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat keterampilan utama yang
merupakan ciri pribadi yang dewasa (a mature personslity), yaitu:
a. Keterampilan sosial (social skill)
Adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-
hubungan masyarakat. Keterampilan sosial menuntut agar kita mengetahui:
1) Apa yang harus dikatakan
2) Bagaimana cara mengatakannya
3) Apabila mengatakannya
4) Kapan tidak mengatakannya
b. Keterampilan semantik (semantic skill)
Adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan
pengertian untuk memperoleh keterampilan semantik, kita harus memiliki
pengetahuan yang luas mengenai makna-makna yang terkandung dalam kata-kata
serta ketetapan dan kepraktisan dalam penggunaan kata-kata.
c.  Keterampilan fonetik (phonetic skill)
Adalah kemampuan membentuk unsur–unsur fonemik bahasa kita secara tepat.
Keterampilan ini perlu karna turut mengemban serta membentuk persetujuan atau
penolakan sosial. Keterampilan ini merupakan suatu unsur dalam hubungan–
hubungan perorangan yang akan menentukan apakah seseorang itu diterima
sebagai anggota kelompok atau sebagai orang luar.
d.  Keterampilan vokal (vocal skill)
Adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan
suara kita. Suara yang jelas, bulat, dan bergema menandakan orang yang berbadan

13
tegap dan terjamin, sedangkan suara yang melengking, berisik, atau serak-parau
memperlihatkan pribadi yang kurang menarik dan kurang menyakinkan.
2.5. Berbicara Sebagai Seni dan Ilmu
Wilayah  “berbicara” biasannya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu:
1) Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts)
2) Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences)10.
Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga sebagai
ilmu. Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada
penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang
mendapat perhatian, antara lain:
1) Berbicara dimuka umum
2) Semantik: pemahaman makna kata
3) Diskusi kelompok
4) Argumentasi
5) Debat
6) Prosedur parlementer
7) Penafsiran lisan
8) Seni derama
9) Berbicara melalui udara
Memandang berbicara sebagai ilmu hal-hal berikut merupakan sesuatu yang
yang harus ditelaah, antara lain sebagai berikut:
1) Mekanisme bicara dan mendengar
2) Latihan dasar bagi ajaran dan suara
3) Bunyi-bunyi bahasa
4) Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
5) Vowel-vowel
6) Diftong-diftong
7) Konsonan-konsonan

10
Mulgrave, 1954. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Mokodongan, Debie. 2009. h. 6.

14
8) Patologi ujaran11.
Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam
menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau peraktek berbicara. Itulah
sebabnya maka diperlukan pendidikan berbicara (speech education). Konsep-konsep
dasar yang mendasari pendidikan berbicara dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori ,yaitu :
1)  Hal-hal yang berkenaan dengan hakekat atau sifat dasar ujaran
2)  Hal-hal yang menyatakan proses-proses intelektual yang diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik
3) Hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan
berbicara
Suatu analisis mengenai proses-proses intelektual yang diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan berbicara menunjukan perlunya pengaturan bahan lagi
penampilan lisan; perlunya penganalisisan pemirsa, penyesuaian ide-ide dan
susunannya bagi para pendengar, perlunya penggunaan ekspresi yang jelas dan efektif
bagi komunikasi dengan kelompok yang khusus itu; dan juga perlunya belajar
menyimak dengan seksama dan penuh perhatian.
2.6.  Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar, berbicara  (speaking) dapat dibagi atas dua jenis, yaitu
berbicara di muka umum pada masyarakat, berbicara pada konferensi, berbicara pada
prosedur parlementer (parliamentary prosedure) dan berbicara pada debat.
 1. Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking)
a) Berbicara dalam situasi -situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan;
yang bersifat informatif (informative speaking)
b) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan
(fellowship speaking)
c) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak,
dan meyakinkan (persuasive speaking)

11
Ibid, h. 9.

15
d) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan
hati-hati (deliberative speaking)
2.  Berbicara pada konferensi (conference speaking)
a. Diskusi kelompok (group discussion), yang dapat dibedakan atas:
1) Tidak resmi (informal), dan masih dapat diperinci lagi atas:
a) Kelompok studi (study groups).
b) Kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making groups).
c) Komik.
2) Resmi (formal) yang mencakup pula:
a) Konferensi
b) Diskusi Panel
c) Simposium
3. Prosedur parlementer (parliamentary prosedure)
4. Debat
2.7. Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, ataupun
waktu untuk persiapan dapat  menentukan metode penyajian. Sang pembicara sendiri
dapat  menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih yaitu12:
1. Penyampaian mendadak
Seseorang yang tidak terdaftar untuk berbicara mungkin saja dipersilahkan
berbicara dengan sedikit atau tanpa peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin
dia hanya mempunyai waktu untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai
berbicara/berpidato secara mendadak.
2. Penyampaian tanpa persiapan
Sang pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan-keuntungan
penyesuaian maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung, dapat
mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan. Akan
tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide-idenya.
Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap bagi ide-idenya,

12
Ibid, h. 25.

16
tetepi hendaknya ia memilih bahasa yang tepat sebaik dia berbicara. Pengulangan-
pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut. Pada umumnya, kian
sedikit catatan yang dibuatkan kian baik, sebab catatan-catatan itu turut
menghambat penyajian yang lancar dan bersemangat serta diselingi oleh transisi-
transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus dipergunakan, haruslah dibatasi pada
hal-hal yang amat penting dan singkat-singkat.
3. Penyampaian dari naskah
Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat-saat yang amat
penting dan kerapkali digunakan buat siaran-siaran radio atau televisi. Sang
pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan memelihara
serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar. Dia
seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada naskahnya
sedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itu setiap kali dia
menyajikannya kepada pendengar, dengan penuh perhatian terhadap responsi para
pendengarnya.
4. Penyampaian dari ingatan
Keberhasilanya berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut sang
pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mungkin sehingga, dia
tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh
perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetepi,
ingatannya pun harus juga mengizinkan spontanitas yang serupa pada penyajian
tanpa persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi
kalau memang keadaan menghendakinya.
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya kita
harus memperhatikan lima faktor, yaitu sebagai berikut:
1) Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan tepat?
2) Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku
kata,  memuaskan?
3) Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara
tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya?

17
4) Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5) Sejauh manakah “Kewajaran” atau “Kelancaran” ataupun “ke-native-
speaker- an” yang tercermin bila seseorang berbicara?
Hal-hal tersebut kita kemukakan, sebab adalah merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri bahwa “kemampuan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur
penting terhadap keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan”.
Berbicara dan berfikir mempunyai hubungan erat, kedua-duanya harus berada
dalam keserasian. Jonathan Swift mengatakan: “Vlugge sprekers zijn gewoonlijk
langzame denkers”, yang berarti “Orang-orang yang berbicara cepat biasanya lamban
berpikir”.

BAB III
PENUTUP

18
3.1.  Kesimpulan
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, dimana bahasa memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Dalam
memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan
yang tertatur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara
kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan suatu kesatuan
Secara umum tujuan pembicara adalah 1) mendorong atau menstimulasi, 2)
meyakinkan, 3) menggerakkan, 4) menginformasikan, dan 5) menghibur. Kalau kita
memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat
perhatian, misalnya berbicara dimuka umum, sedangkan jika berbicara sebagai
ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta
keberhasilan seni atau peraktek berbicara. Secara garis besar, berbicara di muka
umum pada masyarakat (public speaking) yang mencangkup empat jenis,
yaitu: berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan (informatif), berbicara pada konferensi, prosedur parlementer serta
debat. Dalam metode penyampaian dan penilaian berbicara terdapat empat metode
yang dipilih dari yang terbaik yaitu: penyampaian mendadak, penyampaian tanpa
persiapan, penyampaian dari naskah dan penyampaian dari ingatan.
3.2.  Saran
Dari paparan yang telah dijelaskan, maka penulis bermaksud ingin
menyampaikan saran yang diharapkan menjadi masukan sehingga bisa bermanfaat
bagi pembaca. Karena berbicara sangat penting dalam berkomunikasi, maka kita
sebaiknya memperbanyak membaca agar teori tentang berbicara dapat kita ketahui.
Selain itu alangkah baiknya jika kita sering mengasah kemampuan berbicara dengan
cara tampil berpidato atau mengikuti kegiatan debat. Diharapkan dengan rutin
membaca dan berlatih, kita akan memiliki skill atau kemampuan berbicara yang baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

20
Arsjad, Maidar dan Mukti, U. S. (2005). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga

Brown, H.Douglas. (1980). Principle of Language Learning and Teaching. London:


Longman.

Greene, H dan W.T. Petty. (1971). Developing Language Skills in the Elementary
Schools. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Haryadi, dan Zamzami. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ilham, Muhammad dan Iva Ani Wijiati. (2020). Keterampilan Berbicara: Pengantar
Keterampilan Berbahasa. Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institute.

Mulgrave, (1954). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Depertemen


Pendidikan dan Kebudayaan. Mokodongan, Debie. 2009.

Putri, Mega. (2021). Kemampuan Berbicara melalui Kegiatan Berpidato Mahasiswa


Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2018 Universitas Mahaputra
Muhammad Yamin Solok. Jurnal Sastra Indonesia 10(2).
https://doi.org/10.15294/jsi.v10i2.48337.

Siregar, R., A. (2021). Keterampilan Berbicara. Sumatera Barat: Cendikia Pendidikan


muslim.

Tarigan, Henry Guntur. (2013). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa.

21

Anda mungkin juga menyukai