Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang telah melimpahkan Rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Keterampilan Berbicara”
yang dalam bentuk maupun isinya sangat sederhana. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
kebutuhan Ujian Akhir Semester mata kuliah Peningkatan Keterampilan Berbahasa.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Nur Azmi Alwi, S.S., M.Pd.,
selaku dosen pembimbing mata kuliah Peningkatan Keterampilan Berbahasa, yang sangat
membantu da memberikan bimbingan, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman pembaca.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman penulis
yang masih kurang. Oleh kerena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini lebih baik lagi.

Bukittinggi, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan penulisan .................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4

1. Hakikat keterampilan berbicara ........................................................... 4


2. Factor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara ................. 5
3. Tujuan dari keterampilan berbicara ..................................................... 6
4. Metode dan teknik dalam pembelajaran keterampilan berbicara ........ 7
5. Jenis-jenis keterampilan berbicara di Sekolah Dasar........................... 10
6. Peranan dari keterampilan berbicara .................................................... 15
7. Efektivitas dan penilaian dalam keterampilan berbicara ..................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20

A. Kesimpulan .......................................................................................... 20
B. Penutup ................................................................................................ 21

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu di muka bumi terhubung dengan sebuah interaksi bernama komunikasi.
Dalam berkomunikasi dibutuhkan sebuah ketrampilan, yakni keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa merupakan salah satu ketrampilan yang dimiliki oleh setiap individu
tanpa rasa sadar. Setiap invidu yang terlahir ke muka bumi memiliki tingkat keterampilan
berbahasa yang berbeda-beda. Keterampilan berbahasa sendiri terbagi menjadi dua bagian,
yakni keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata reseptif sendiri memiliki makna menerima, sedangkan
produktif memiliki makna menghasilkan atau memperoleh. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa keterampilan berbahasa reseptif merupakan keterampilan berbahasa
yang paling dasar, dibandingkan keterampilan berbahasa produktif

Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) keterampilan
berbahasa Indonesia, (2) pengetahuan kebahasaan bahasa Indonesia atau tatabahasa
Indonesia, dan (3) apresiasi sastra. Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia terdiri
lagi atas empat aspek, yaitu (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis.
Berdasarkan hal tersebut, berbicara merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.

Kemampuan berbicara memang dapat dimiliki oleh semua manusia normal. Akan tetapi,
keterampilan berbicara tidak dapat dimiliki oleh setiap manusia. Bukan berarti bahwa
keterampilan berbicara tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Setiap orang yang mau
berlatih dengan sungguhsungguh dapat terampil berbicara. Untuk itulah pembelajaran
berbicara diperlukan di sekolah. Harapannya agar siswa-siswa kita terampil berbicara.
Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan dan tidak boleh dia-baikan.
Sebab, melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu mengungkapkan/menyampaikan
pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai de-ngan tujuan
pembelajaran berbicara di sekolah yaitu agar siswa dapat berkomunikasi dalam berbagai

1
situasi secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa Indonesia lisan untuk
mengemukakan pemikiran, pendapat, perasaan, dan pengalaman, serta menjalin komunikasi,
melakukan interaksi sosial dengan anggota masyarakat yang lain.

Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan dan tidak boleh dia-
baikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu mengungkapkan/
menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai
de-ngan tujuan pembelajaran berbicara di sekolah yaitu agar siswa dapat berkomunikasi
dalam berbagai situasi secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa Indonesia lisan
untuk mengemukakan pemikiran, pendapat, perasaan, dan pengalaman, serta menjalin
komunikasi, melakukan interaksi sosial dengan (Pandapotan, 2018)

Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan pembelajaran


bahasa, karena hakekat belajar bahasa adalah belajar komunikasi, terutama komunikasi lisan.
Keterampilan berbicara bisa menunjang keterampilan bahasa lainnya. Keterampilan
berbicara juga sering dipandang sebagai tolak ukur utama untuk menilai keberhasilan dalam
pembelajaran bahasa. (Delvia, dkk, 2019)

Keterampilan berbicara memiliki peranan penting dalam upaya melahirkan generasi masa
depan yang cerdas, kreatif, kritis dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan berbicara,
siswa mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai materi dan
situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga mampu membentuk
generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu berbicara yang komunikatif, jelas, runtut,
mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga mampu melahirkan generasi masa
depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan,
pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. (Permana, 2016)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Apa itu keterampilan berbicara?
2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara?
3. Apa saja tujuan dari keterampilan berbicara?

2
4. Apa saja metode dan teknik dalam pembelajaran keterampilan berbicara?
5. Apa saja jenis-jenis keterampilan berbicara di Sekolah Dasar?
6. Apa saja peranan dari keterampilan berbicara?
7. Bagaimana efektivitas dan penilain dalam keterampilan berbicara?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Megetahui hakikat keterampilan berbicara
2. Megetahui factor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara
3. Megetahui tujuan dari keterampilan berbicara
4. Megetahui metode dan teknik dalam pembelajaran keterampilan berbicara
5. Megetahui jenis-jenis keterampilan berbicara di Sekolah Dasar
6. Megetahui peranan dari keterampilan berbicara
7. Megetahui efektivitasdan penilaian dalam keterampilan berbicara

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat Keterampilan Berbicara

Kegiatan berbicara merupakan aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia
normal dari zaman dahulu sampai zaman sekarang ini. Sebab, berbicara itu merupakan salah
satu aspek kemampuan berbahasa yang yang alami yang dimiliki manusia. Berbeda halnya
dengan kemampuan berbahasa yang lain, seperti membaca dan menulis, tidak semua manusia
normal mampu melakukan kegiatan membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan
menulis membutuhkan latihan yang lebih khusus lagi untuk mampu memilikinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah kecakapan untuk


menyelesaikan tugas (Taufina dkk, 2019) . Keterampilan adalah kemampuan peserta didik
dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Keterampilan tersebut perlu dilatih kepada peserta didik sejak dini supaya di masa yang akan
datang peserta didik akan tumbuh menjadi generasi yang terampil dan cekatan dalam
melakukan segala aktivitas , dan mampu menghadapi permasalahan dalam hidup mereka.
(Taufina dkk, 2019)

Keterampilan berbicara tidak dimiliki oleh setiap manusia menurut Tarigan (dalam
Pandapotan, 2018) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara berkaitan dengan
pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik
itu perasaan, ide atau gagasan. Definisi berbicara juga dikemukakan oleh Brown dan Yule
dalam Puji Santosa, dkk (dalam Yanti ,2018). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi- bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau
perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama dengan
pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara berkaitan dengan
pengucapan kata-kata.

4
Menurut Saddhono & Slamet (dalam Setiawan, 2018 ) keterampilan berbicara merupakan
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengapresiasi, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara dapat
ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain (1)
berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, dan (3) debat

Menurut St. Y. Slamet dan Amir (dalam Subhayni, dkk : 2017) mengemukakan
pengertian berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai
aktivitas untuk menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penyimak. Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar
mengucapkan kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa


keterampilan berbicara adalah kemampuan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk
mengekspresikan dan menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau
gagasan.

2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha
menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau
majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik,
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Pada saat
berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d)
kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur. (Endang & Indrawati, 2019)

Kemampuan berbicara di depan umum sangat diperlukan oleh siswa guna meningkatkan
kualitas diri. Kemampuan berbicara di depan umum akan mempermudah siswa
menyampaikan ide dan gagasan mereka kepada publik. Kemampuan berbicara di depan
umum terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan dari kecil hingga dewasa.

5
Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan berbicara di depan umum. Selain itu kemampuan berbicara
di depan umum harus terus dilatih agar berkembang lebih maksimal, salah satunya melalui
lembaga pendidikan disekolah

Untuk dapat menjadi pembicara yang baik ada dua faktor penunjang, yaitu faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan.

a. Faktor pertama adalah faktor kebahasaan (linguistik) sebagai penunjang


keefektivan berbicara meliputi ketepatan ucapan atau pelafalan, penempatan
tekanan atau intonasi, pilihan kata atau diksi, dan ketepatan sasaran pembicaraan.
b. Faktor kedua adalah faktor nonkebahasaan (nonlinguistic) yang mempengaruhi
keefektifan berbicara, seperti kesesuaian isi dengan topik diskusi, pandangan mata,
gerak-gerik dan mimik yang tepat, dan kelancaran berbicara. (Mohamad: 2017)

3. Tujuan Keterampilan Berbicara

Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk melatih siswa agar terampil
dalam berbicara. Keterampilan berbicara siswa dapat dilatih dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat secara lisan. Agar tujuan berbicara
dapat tercapai dengan baik maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya
aspek kelancaran berbicara, keruntutan berbicara, dan ketangkasan. Adapun tujuan berbicara
menurut Tarigan (dalam Permana: 2016) adalah (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3)
menstimulus, (4) menyakinkan, dan (5) menggerakkan.

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran
secara efektif, pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu
memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain),
membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Agar dapat menyampaikan
informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara memahami isi pembicaraannya, dan dapat
mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan

6
dibicarakan, akan tetapi bagaimana mengemukakannya. Program tujuan pengajaran
keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk
dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan (Iskandarwassid dalam Firmansyah, 2018). Tujuan
tersebut mencakup hal-hal berikut:

a. Kemudahan berbicara
Peserta didik harus dapat kesempatan yang besar untuj berlatih berbicara sampai
mereka mampu mengembangkan keterampilan berbicara secara lancar, dan
menyenangkan baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum.
Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
b. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas baik artikulasi maupun
diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Agar
kejelasan dalam berbicara tesebut bisa tercapai dengan baik.
c. Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicaraan untuk bertanggung jawab
agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguhsungguh mengenai topik
yang akan dijadikan pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara,
dan bagaimana sitausi pembicaraan serta momentumnya pada saat itu.
d. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak
secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program pembelajaran ini. Disini
peserta perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata yang telah diucapkan.
e. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa ada niat yang sungguh-sungguh dari
peserta didik. Kebiasaan ini diwujudkan melalui interaksi dua orang atau atau lebih
yang telah disepakati sebelumnya.(Firmansyah, 2018)

4. Metode dan Teknik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara, antara lain:

7
Materi pembelajaran berbicara yang akan diajarkan di sekolah adalah kegiatan berbicara
bukan teori-teori berbicara. Menurut Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet (2014) mencatat
bahwa

Materi pembelajaran berbicara yang tertera dalam kurikulum mencakup kegiatan, (1)
berceramah, (2) berdebat, (3) bercakap-cakap, (4) berkhotbah, (5) bertelepon, (6)
bercerita, (7) berpidato, (8) bertukar pikiran, (9) bertanya, (10) bermain peran, (11)
berwawancara, (12) berdiskusi, (13) berkampanye, (14) menyampaikan sambutan,
selamat, pesan, (15) melaporkan, (16) menanggapi, (17) menyanggah pendapat, (18)
menolak permintaan, tawaran, ajakan, (19) menjawab pertanyaan, (20) menyatakan sikap,
(21) menginformasikan, (22) membahasa, (23) melisankan isi drama, (24) menguraikan
cara membuat sesuatu, (25) menawarkan sesuatu, (26) meminta maaf, (27) member
petunjuk, (28) memperkenalkan diri, (29) menyapa, (30) mengajak, (31) mengundang,
(32) memperingatkan, (33) mengoreksi, dan (34) tanya-jawab.

Materi di atas dapat diajarkan dengan menerapkan metode-metode berikut yang sesuai
dengan karakteristik pembelajaran. Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
berbicara adalah:

a. Metode Ulang Ucap


Penerapan metode ulang ucap dilakukan guru memperdengarkan suaranya sendiri atau
rekaman suara tertentu kepada siswa.Kemudian siswa diminta mengucapkan kembali
sesuai dengan model suara yang didengarnya. Suara yang diperdengarkan boleh berupa
kalimat sederhana, misalnya: Guru“Ini buku baru”. Selanjutnya siswa mengulangi:
Siswa ”Ini buku baru”.
b. Metode Lihat Ucap
Metode lihat ucap dilakukan dengan cara guru memperlihatkan gambar atau benda
tertentu, lalu siswa diminta menyebutkan nama benda yang ada di gambar. Misalnya,
guru meperlihatkan gambar “Laptop” dan bertanya “Ini gambar apa?” Siswa secara
serentak mengucapkan: Iitu gambar laptop”. Cara ini dapat juga ditanyakan secara satu
persatu kepada siswa dengan menunjukkan gambar atau benda yang berbeda kepada
setiap siswa.
c. Metode Memerikan

8
Memerikan berarti menjelaskan perincian suatu benda atau kegiatan. Pemberian
perincian dapat berupa struktur suatu benda atau langkahlangkah suatu kegiatan. Sebagai
contoh, siswa disuruh memperhatikan suatu benda atau gambar. Selanjutnya siswa
diminta memerikan atau membuat perincian tentang apa yang diperlihatkan guru kepada
mereka. Misalnya, guru memperlihatkan “Tiga alat tulis”. Maka siswa menyebutkan alat
tulis dilihatnya, “Pensil, buku, penghapus”.
d. Metode Mejawab Pertanyaan
Metode ini memancing siswa untuk berani bertanya jawab. Misalnya, guru dapat
meminta seorang siswa untuk memperkenalkan diri kepada siswa lain secara bergantian.
Metode ini dapat juga dilakukan dengan cara guru mengajukan sejumlah pertanyaan
kepda siswa tentang nama, alamat, atau hobi masingmasing siswa. Setiap siswa
diharapkan dapat menjawab setiap pertanyaan guru.
e. Metode Bertanya
Metode bertanya dapat dilakukan dengan caranya meminta siswa mengajukan
pertanyaan berbagai hal tentang suatu benda, di antaranya mengenai gunanya, cara
membuat dimana benda itu, dijualnya dimana, terbuat dari apa. Misalnya tentang
pensil,dimana pensil dibuat, dimana dijual, dan apa kegunaannya. Untuk menerapkan
metode ini, sebaiknya guru terlebih memberikan contoh untuk mengajukan pertanyaan.
f. Metode Pertanyaan Menggali
Metode pertanyaan menggali dapat dimanfaatkan untuk menggali, mengetahui keluasan
dan kedalaman pemahaman atau pengetahuan siswa terhadap suatu masalah atau hal.
Misalnya, guru memperlihatkan sebuah benda kepada siswa.Kemudian guru
menanyakan sejumlah per-tanyaan kepada siswa sehubungan dengan benda
tersebut,sepertinya namanyadan kegunaannya. Selain itu, guru dapat juga menyanyakan
materi pembelajaran yang telah diikuti sebelumnya. Misalnya guru dapat mengatakan,
“Kemarin kita telah belajar IPA dengan materi gaya. Sebutkan jenis-jenis gaya yang
kamu pelajari itu”. Metode ini dapat ditujukan kepada siswa secara orang per orang.
g. Metode Reka Cerita Gambar
Metode reka cerita gambar dapat diterapkan dengan cara, guru memperlihatkan sebuah
gambar atau serangkaian gambar. Siswa ditugaskan memperhatikan gambar
tersebut.Selanjut-nya, guru menyuruh siswa bercerita tetang gambar tersebut.

9
h. Metode Bercerita
Metode bercerita misalnya siswa disuruh bercerita tentang pengalamannya, kenangan
atau peristiwa yang pernah dialami atau kejadian yang direkayasa. Misalnya, guru
menyuruh seorang siswa di depan kelas untuk menceritakan kegiatan upacara bendera
yang dilakukan pada hari Senin yang lewat.
i. Metode Melaporkan
Metode melaporkan dilakukan dengan cara menugaskan siswa untuk melakukan melihat
suatu peristiwa atau kegiatan, misalnya melihat siswa kelas lain mengikuti pelajaran olah
raga bermain kasti dilapangan. Kemudian siswa membuat laporan tentang permainan
kasti tersebut dengan menyampaikan, berapa orang pemainnya, siapa saja yang bermain,
tim siapa yang menang dan tim siapa yang kalah
j. Metode Bermain Peran
Metode ini dapat dilakukan dengan cara menugaskan siswa memainkan peran dari salah
seorang tokoh terkenal. Jadi siswa diajarkan untuk bermain peran tentang peran tokoh
tersebut dan gaya bicaranya. (Pandapotan Tambunan, 2018)

Suyatno (dalam Pandapotan, 2018) mencatat dalam bukunya Teknik Pembelajaran


Bahasa dan Sastra bahwa teknik pembelajaran berbicara dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik berikut. a. Wawancara b. Cerita Berpasangan c. Pidato Tanpa Teks
d. Pidato dengan Teks e. Mengomentari Film/Sinetron/Cerpen/Novel f. Debat g. Menjadi
Pembawa Acara h. Memimpin Rapat i. Menerangkan Penggunaan Obat/ Makanan/
Minuman/ Benda lainnya j. Bermain Peran k. Info Berantai l. Cerita Berangkai

5. Jenis-Jenis Berbicara di Sekolah Dasar

Keterampilan berbicara memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan situasi,


tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak dan peristiwa khsus. Akan tetapi pada
umumnya jenis-jenis berbicara yaitu, wawancara, diskusi, pidato, dan debat. Berbicara
sebagai semi menekankan penerapannya sebagai komunikasi dalam masyarakat, dan
yang menjadi perhatiannya yaitu, berbicara dimuka umum, diskusi kelompok, debat.

10
Keraf dalam Saddhono & Slamet (2014: 55), mengungkapkan bahwa jenisjenis berbicara
ada tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif. Jenis-jenis berbicara tersebut
menghendaki reaksi dari para pendengar yang beraneka. Berbicara persuasif
menghendaki reaksi dari para pendengar untuk mendapatkan inspirasi atau
membangkitkan emosi; untuk mendapatkan persesuaian pendapat, intelektual, dan
keyakinan; untuk mendapatkan tindakan atau perbuatan tertentu dari pendengar
(bertindak). Berbicara instruktif menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian
yang tepat. Sedangkan berbicara rekreatif menghendaki reaksi dari pendengar berupa
minat dan kegembiraan. Selain itu, macam berbicara dibedakan berdasarkan situasi,
tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak dan peristiwa khusus.

a. Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau
tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal,
sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula.
Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan
pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam
kehidupanmanusia sehari-hari, Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat.
1) Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
a. Tukar pengalaman,
b. Percakapan,
c. Menyampaikan berita,
d. Menyampaikan pengumuman,
e. Bertelepon dan memberi petunjuk
2) Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal meliputi :
a. Perencanaan dan penilain
b. Ceramah
c. Interview
d. Prosedur parlementer dan Bercerita

11
b. Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada
umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan,
menstimulasikan dan meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan
tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu
antara lain:
1) Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti
bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara
menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira
dan bersukaria. Contoh: Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam
ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.
2) Berbicara menginformasikan. Dalam suasana serius, tertib dan hening. Berbicara
menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi
agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya. Contoh:
a) Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang cabinet
b) Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan
pemerintah, dan sebagainya.
c) Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan
d) Penjelasan instruktur pada siswanya.
3) Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-
kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya
dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya
yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara
berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja
lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih
berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan
kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar. Contoh:
a) Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
b) Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
c) Nasehat dokter pada pasiennya

12
d) Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan
e) Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati
4) Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan
pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan.
Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi
setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu menjadi mau
membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi
dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
Contoh:
a) Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
b) Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan
bertransmigrasi
c) Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai
tersebut,
d) Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
e) Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan
dengan sengkulak.
5) Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara
maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara mendengarkan
haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat. Misal: Bung Tomo dapat
membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya.

c. Metode penyampain
Bila belum, perhatikan empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam
menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu:
1) Penyampaian secara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan
sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena
tuntutan situasi. Misal: Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan
hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam

13
suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata
sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
2) Penyampaian berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting
sebagai pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang
lebar mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah
mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum
tampil di depan umum.
3) Penyampaian berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang
banyak ke lemahannya, pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian dari isi
pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang
penyesuaian pada situasi yang ada.
4) Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di
laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan
menyangkut kepentingan umum.

d. Jumlah penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah
peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi
misalnya satu orang, babarapa orang (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok
besar). Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis,
yaitu:
1) Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi
membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.
2) Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi
sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang.
3) Berbicara dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi
pendengar berjumlah besar atau massa.

e. Peristiwa khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan.
Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewahatau

14
spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan
lain-lain. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat
bigolongkan atas enam jenis:
1) Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiah
2) Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
3) Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahan
4) Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama,
jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan
rumah.
5) Pidato nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu
diunggulkan.

6. Peranan dan Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan


dalam pendidikan sekolah dasar, siswa dilatih agar mampu menggunakan dan
mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata dan kalimat yang tepat.
Pengembangan keterampilan berbicara pada siswa sekolah dasar lebih menekankan pada
pemilihan kata (diksi), keruntutan kata, intonasi membaca kalimat dan ekspresi.
Keterampilan berbicara memiliki peranan penting dalam upaya melahirkan generasi masa
depan yang cerdas, kreatif, kritis dan berbudaya.
Dengan menguasai keterampilan berbicara, siswa mampu mengekspresikan
pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai materi dan situasi pada saat dia sedang
berbicara. Keterampilan berbicara juga mampu membentuk generasi masa depan yang
kreatif sehingga mampu berbicara yang komunikatif, jelas, runtut, mudah dipahami.
Selain itu, keterampilan berbicara juga mampu melahirkan generasi masa depan yang
kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau
perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis.Keterampilan berbicara juga
mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan

15
terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan materi dan situasi tutur
pada saat berbicara. (Erwin, 2015)

7. Efektivitas dan Penilaian Keterampilan Berbicara

Arsjad dan Mukti U.S. (dalam Darmawati, 2019 ) mengemukakan bahwa untuk menjadi
pembicara yang baik , seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan,
dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh
pembicara untuk keefektifan berbicara adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi; ketepatan ucapan,


penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran
kebahasaan. Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi; sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain,
gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran,
dan penguasaan topik.

Faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas, baik yang bersifat kebahasaan
maupun yang nonkebahasaan, keduanya tidak boleh diabaikan apabila seseorang ingin
menjadi pembicara yang terampil. Dalam meraih keinginan tersebut harus dengan proses
berlatih yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis.

Hambatan dalam Kegiatan Berbicara Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam
berbicara di muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui
proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses
belajarmengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Rusmiati ( dalam
Darmawati, 2019 ) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang
datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara
(eksternal).

a. Hambatan Internal

16
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal
yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.
1) Ketidaksempurnaan alat ucap Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna
alat ucap akan mempengaruhi kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan
salah menafsirkan maksud pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan Komponen kebahasaan meliputi hal-hal
berikut ini. a. Lafal dan intonasi, b. Pilihan kata (diksi), c. Struktur bahasa, d.
Gaya bahasa.
3) Penggunaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini. a.
Hubungan isi dengan topik, b. Struktur isi, c. Kualitas isi, d. Kuantitas isi.
4) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental Seorang pembicara yang tidak
menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan
menghambat keefektifan berbicara.
b. Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari
luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya
oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.
1) Suara atau bunyi
2) Kondisi ruangan
3) Media
4) Pengetahuan pendengar

Penilaian

Keterampilan berbicara sangat kompleks karena tidak hanya menuntut


pemahaman terhadap masalah yang akan diinformasikan, tetapi juga menuntut
kemampuan menggunakan perangkat kebahasaan dan nonkebahasaan. Oleh karena itu,
banyak sekali aspek atau faktor yang harus diidentifikasi dalam penilaian pembelajaran
berbicara. Namun demikian, upaya melaksanakan penilaian dalam pembelajaran
berbicara harus digalakkan dan dilaksanakan meskipun banyak kendalanya
Ada tiga jenis tes penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur
kemampuan berbicara para siswanya, yaitu:

17
a. Tes respons terbatas, ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara
siswa secara terbatas atau secara singkat, yang termasuk ke dalam jenis tes ini
adalah
1) Tes respons terarah, siswa dimintamenirukan isyarat yang disampaikan
gurunya,
2) Tes isyarat atau penanda gambar tujuannya untuk mengetahui kemampuan
berbica siswanya pada kelas rendah dengan menggunakan gambar
sederhana sebagai dasar untuk bertanya,
3) Tes berbicara nyaring, guru meminta siswa membaca dengan bersuara
mengenai kalimat atau paragraf yang disediakan berupa kalimat-kalimat
lepas dan berupa sebuah paragraf yang utuh,
b. Tes terpandu, kadaang-kadang panduan perlu diberikan guru untuk
mendorong siswa menampilkan kemampuan berbicaranya. Tes terpandu
meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran terpandu,
c. Tes wawancara ini tidak hanya sebatas menanyakan nama siswa, usia,
pekerjaan kepada orang yang diwawancarai. Penilaian keterampilan berbicara
dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pembelajar dalam menggunakan
bahasa secara lisan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan
keberadaannya.

Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan berbicara siswa
adalah dengan cara menugaskan kembali sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Beberapa
contoh tes berbicara yang dapat digunakan adalah.

a. Mengucapkan huruf, nama, keadaan.


b. Menceritakan kembali dialog, cerita, peristiwa yang didengar atau yang dibaca
c. Menceritakan gambar.
d. Melakukan wawancara.
e. Menyampaikan pengalaman, peristiwa, ilmu pengetahuan seecara lisan.
f. Menjawab pertanyaan sederhana dan komplek.
g. Bermain peran.

18
Dalam menilai keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya penilai harus
memperha-tikan lima faktor, yaitu:

1) Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vocal atau konsonan) diucapkan dengan tepat?


2) Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta rekaman suku kata
memuaskan?
3) Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi
internal memahami bahasa yang digunakan?
4) Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5) Sejauh manakah “kewajaran” dan “kelancaran” ataupun “kenativespeaker-an” yang
cermin bila sesorang berbicara?

Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa dilakukan


melalui tugas bercerita. (Pandapotan, 2018)

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keterampilan berbicara adalah kemampuan pengucapan kata-kata yang bertujuan
untuk mengekspresikan dan menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu
perasaan, ide atau gagasan.
2. Faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Pada saat berbicara diperlukan a)
penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan
menyampaikan ide dengan lancar dan teratur. Factor yang menunjang dalam
berbicara terdiri dari dua yaitu factor kebahasaan dan factor nonkebahasaan.
3. Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk melatih siswa agar
terampil dalam berbicara Adapun tujuan berbicara menurut Tarigan adalah
menghibur, menginformasikan, menstimulus, menyakinkan, dan menggerakkan.
Tujuan lain keterampilan bahasa yaitu kemudahan berbicara, kejelasan, bertanggung
jawab, membentuk pendengaran yang kritis dan membentuk kebiasaan,
4. Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara metode ulang
ucap, metode lihat ucap, metode memerikan, metode mejawab pertanyaan, metode
bertanya, metode pertanyaan menggali, metode reka cerita gambar, metode bercerita,
metode melaporkan, dan metode bermain peran
5. Keterampilan berbicara memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan situasi,
tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak dan peristiwa khsus. Akan tetapi pada
umumnya jenis-jenis berbicara yaitu, wawancara, diskusi, pidato, dan debat.
Berbicara sebagai semi menekankan penerapannya sebagai komunikasi dalam
masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya yaitu, berbicara dimuka umum, diskusi
kelompok, debat.
6. Dengan menguasai keterampilan berbicara, siswa mampu mengekspresikan pikiran
dan perasaannya secara cerdas sesuai materi dan situasi pada saat dia sedang
berbicara, membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu berbicara
yang komunikatif, jelas, runtut, mudah dipahami. Dan mampu melahirkan generasi
masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan

20
gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Serta
melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih
untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan materi dan situasi tutur pada
saat berbicara.
7. Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi; ketepatan
ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan
ketepatan sasaran kebahasaan. Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi; sikap yang
wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan pada lawan bicara,
kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat,
kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topic. Ada
tiga jenis tes penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur kemampuan
berbicara para siswanya, yaitu: tes respon, tes terpadu, dan tes wawancara

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak kekeliruan dan masih jauh dari
kata sempurna, Oleh karena itu kami mengharapkan dari semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk kelancaran pembuatan
makalah selanjutnya. Namun, kami berharap makalah kami bisa bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi pemakalah.

21
DAFTAR RUJUKAN

BAM, S. A., Setiawan, B., & Saddhono, K. (2018). Penggunaan Bahasa Indonesia pada
Diskusi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta: Kajian dengan Prinsip Kerja sama Grice dan
Relevansinya sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Basastra: Jurnal Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, 6(1), 281-301.

Darmawati, Uti.2019. Terampil Berbicara.Bandung: Intan Pariwara.

Delvia, R., Taufina, T., & Zuleni, E. (2019). Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa
dengan Bercerita di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 3(4), 1022-1030.

Firmansyah, M. B. (2018). Model Pembelajaran Diskusi Berbasis Perilaku Berliterasi Untuk


Keterampilan Berbicara. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, 8(2), 119-125.

Gutara, Mohamad Yudha dkk. (2017). Layanan Penguasaan Konten untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara di Depan Umum Bagi Siswa. Jurnal Fokus Konseling, (3) 2.

Permana, E. P. (2016). Pengembangan Media Pembejaran Boneka Kaus Kaki Untuk


Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Profesi
Pendidikan Dasar, 2(2), 133-140.

Saddhono Kundharu, Slamet. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subhayni, dkk. (2017). Keterampilan Berbicara.Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Tambunan, P. (2018). Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar. Jurnal


Curere, 2(1).

Taufina,dkk.(2019). Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di


Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu Vol. 3, No. 4.

Yanti, Nafri dkk. (2018). Penguasaan Materi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa


Indonesia Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fkip
Universitas Bengkulu. Jurnal Ilmiah Korpus. Vol. 2, No. 1.

22

Anda mungkin juga menyukai