Anda di halaman 1dari 33

REVISI MAKALAH

KETERAMPILAN MENULIS

Disusun guna melengkapi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampuh : Ewin Sanjaya Gajah, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok F

SEMESTER II/ PAI-1

M. Zukri Rizal Lubis (0301221047)

Andrian Nur Farhan (0301221064)

Raja Gusti Mandari Siregar (0301222051)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah menganugerahkan
hidayah, taufiq dan inayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini, yang berjudul “Keterampilan Menulis”. Dalam menyusun makalah ini,
penulis sangat berterima kasih kepada sumber informasi dan data yang
telah penulis gunakan. Tentunya yang utama adalah kepada Bapak dosen
Ewin Sanjaya Gajah, M.Pd.serta kepada teman teman yang senantiasa
memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan
keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Medan, 13 Juni 2023

Penulis

Kelompok F

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I ........................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6

BAB II ......................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ......................................................................................... 7
A. Pengertian Keterampilan Menulis ......................................................... 7
B. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Menulis ......................................... 8
C. Jenis-jenis Menulis .............................................................................. 10
D. Tahap-tahap dalam Menulis ................................................................ 19
E. Prinsip-prinsip dalam Menulis ............................................................ 20
F. Cara Menumbuhkan Kreatifitas Menulis ............................................ 20
G. Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis ........................................ 22
H. Faktor yang menjadi Penghambat Keterampilan Menulis .................. 24
I. Kiat Menulis Efektif ........................................................................... 27
J. Manfaat Keterampilan Menulis .......................................................... 28

BAB III ...................................................................................................... 29


PENUTUP ................................................................................................. 29
A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa mempunyai 4 komponen yaitu


keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesatuan
komponen tersebut sangat erat hubunggannya sehingga disebut catur
tunggal. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara
praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula
melatih keterampilan berpikir. Untuk mencapai tingkatan yang lebih
tinggi, dapat diawali dengan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran


penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat
melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun
luar dirinya, dan mampu memperkaya pengalamannya. Melalui kegiatan
menulis pula orang dapat mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat


mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui
teori saja, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur
sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan
organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat,
dan struktur kalimat yang baik. Keterampilan menulis merupakan urutan
yang terakhir dalam proses belajar bahasa setelah keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca. Diantara ke empat keterampilan berbahasa
tersebut, keterampilan menulis yang paling sulit dikuasai. Hal itu
disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
karangan.

4
Keterampilan menulis biasanya dikaitkan dengan pembelajaran
mengarang. Latihan menulis dan mengarang dalam pengajaran bahasa
Indonesia dapat membiasakan siswa untuk menerapkan pengetahuan
kebahasaan, seperti tata bahasa, kosa kata, gaya bahasa, ejaan, dan
sebagainya.Banyak diantara generasi muda yang tidak tertarik kepada
aktifitas menulis. Dengan alasan tidak berbakat untuk menulis serta tidak
tahu apa tujuan menulis. Sehinga mereka tidak ikut berkontribusi dalam
kegiatan tulis menulis. Hal tersebut sebenarnya dipicu oleh pengalaman
belajar yang kurang baik. Lemahnya guru dalam berinovasi serta
kekeliruan dalam belajar menulis. Sehinga tumbuhlah perspektif di
kalangan siswa bahwa menulis adalah hal yang sulit dan memberatkan.
Padahal kegiatan menulis tidaklah sesulit yang dibayangkan. Tetapi
menulis butuh latihan yang sering sehinga kita terlatih dan akhirnya
menjadi kebiasaan yang positif. Dengan demikian kami sebagai
pemakalah ingin membahas sedikit uraian tentang menulis baik definisi,
tujuan dan manfaat menulis, tahapan-tahapan dalam menulis, serta cara
menumbuhkan kreatifitas dalam menulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat pula
dirumuskan masalah pada penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menulis?
2. Apa tujuan dan manfaat dari keterampilan menulis?
3. Apa saja jenis-jenis dalam menulis?
4. Apa saja jenis-jenis menulis non-fiksi?
5. Bagaimana tahap-tahap dalam menulis?
6. Bagaimana cara menumbuhkan kreatifitas dalam menulis?
7. Bagaimana cara meningkatkan keterampilan menulis?
8. Apa saja faktor penghambat keterampilan menulis?
9. Bagaimana kiat menulis efektif?

5
C. Tujuan Penulisan
Dari pemaparan latar belakang masalah dan perumusan masalah
diatas, adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mendeskripsikan pengertian dari keterampilan menulis
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari keterampilan menulis
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dalam menulis .
4. Untuk mengetahui jenis-jenis menulis non-fiksi.
5. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam menulis.
6. Untuk mengetetahui cara menumbuhkan kreatifitas menulis.
7. Untuk mengatahui cara meningkatkan keterampilan menulis.
8. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat keterampilan menulis.
9. Untuk mengetahui kiat menulis efektif.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Menulis


Keterampilan berbahasa pada dasarnya terdiri atas empat
keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari
keempat keterampilan tersebut keterampilan menulislah yang dianggap
paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih. Keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang sangat kompleks, seseorang yang menulis
tidak hanya menuangkan ide tetapi juga dituntut untuk menuangkan
gagasan, konsep, perasaan, dan kemauannya. Menurut Tarigan,
keterampilan menulis dibutuhkan waktu yang lama dan latihan intensif.
Keterampilan menulis bisa dikatakan suatu ciri dari orang yang terpelajar
atau dari bangsa yang terpelajar. 1
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam
tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan
berbahasa yang paling rumit di antara jenisjenis keterampilan berbahasa
lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan
kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan
pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Menulis dapat
diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai. Menulis merupakan salah satu
kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis
selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,
dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis
merupakan kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar
mendapat hasil yang benar-benar baik.

1
Tarigan and Hany Guntur, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 1983). hlm. 23

7
Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa menulis dapat diartikan
sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai media penyampai.2

Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno


menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat,
atau pikiran dan perasaan. 3

Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno juga


mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol
grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.4

Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith


menyebutkan writing is a creative act, the act of writing is creative
because its requires to interpret or make sense of something: a experience,
a text, an event. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif
karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah
pengalaman, tulisan, peristiwa.5

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat para ahli diatas maka


dapat disimpulkan keterampilan menulis adalah hasil kemampuan
berbahasa yang dimiliki seseorang yang paling akhir setelah kemampuan
menyimak, berbicara dan membaca.

B. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Menulis


1. Tujuan Menulis
Dapat kita artikan menulis itu alat komunikasi dengan sesama
secara tidak langsung. Karena tulisan itu tidak akan pernah termakan oleh
zaman meskipun orang menulis telah maninggal tulisan itu kelak akan ada
yang membaca bahkan mempublikasikan.

2
Henry Guntur and Tarigan, Berbicara: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 2008). hlm.15
3
Tarigan, Djago, and H.G, Teknik Pengajaran dan Keterampilan Berbahasa (Bandung:
Angkasa, 1990). hlm.5
4
Felisia Purnawati, Buku Ajar Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Depok: PT.
RajaGrafindo Persada, 2021). hlm. 21
5
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Jambatan, 1995).
hlm.18

8
Menurut Hartig dalam Tarigan, menyebutkan menulisa mempunyai
tujuan yaitu penugasan, altruistic, persuasive, informasi, pernyataan diri,
kreatif, dan pemecahan masalah. Sebegitu pentingnya menulis karena kita
dapat mencurahkan segala pikiran kita, menambah wawasan dan irformasi
untuk terus berkembang dan berfikir maju. Yang kemudian kita bisa
memecahkan beberapa masalah yang terjadi seputar yang dapat kita
fahami. 6
Sedangkan menurut tarigan menyimpulkan ada empat tulisan yang
baik. a. Jelas b. Kesatuan dan organisasi c. Ekonomis d. Pemakaian
bahasa dapat diterima.7 Dalam menulis sendiri banyak tujuan dan fungsi
sesuai dengan penulis itu sendiri, yang kemudian memunculkan perbedaan
dalam menulis antara satu dengan yang lain. Menulis adalah aktivitas yang
mempunyai tujuan. Tujuan menulis dapat bermacam-macam, tergantung
pada ragam tulisan. Secara umum, tujuan menulis dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Memberitahukan atau Menjelaskan
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau menjelaskan sesuatu
biasa disebut dengan karangan eksposisi.
b. Meyakinkan atau Mendesak Tujuan tulisan terkadang untuk meyakinkan
pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis benar sehingga penulis
berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis.
c. Menceritakan Sesuatu
Tulisan yang bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian kepada
pembaca disebut karangan narasi.
d. Mempengaruhi Pembaca
Tujuan sebuah tulisan terkadang untuk mempengaruhi atau membujuk
pembaca agar mengikuti kehendak penulis.

Sedangkan menurut Suparno dan Mohamad Yunus, tujuan yang


ingin dicapai seorang penulis bermacam-macam sebagai berikut:8

6
Tarigan and Guntur, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. hlm. 25-27
7
Tarigan, Djago, and H.G, Teknik Pengajaran dan Keterampilan Berbahasa. hlm. 17
8
Supriyadi, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Rosda Karya, 2005).

9
a. Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar.
b. Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan.
c. Menjadikan pembaca beropini.
d. Menjadikan pembaca mengerti.
e. Membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan.
f. Membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang
dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai
sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tujuan menulis adalah agar pembaca dapat mengetahui, mengerti dan
memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut
berekspresi, berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan isi tulisan. Yang kemudian dapat membawa kepada
perubahan yang baik dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Keterampilan Menulis
Banyak para ilmuan mengungkapkan tentang banyaknya tujuan dan
manfaat menulis, dari sekian banyaknya para pendapat para ahli bisa
disimpulkan manfaat menulis, diantarnya:
a. Dapat meningkatkan dan memperluas kosa kata yang belum diketahui
karena banyak membaca.
b. Dapat memperlancar tulis-menulis baik kalimat, paragraph, maupun
wacana.
c. Dapat mengembangkan gaya tulisan dan bahasa sendiri.
d. Secara material dapat memperoleh honorium sebagai pekerja sampingan.
e. Secara non material dapat memuaskan batin.
f. Dapat popularitasnya dimana-mana karena tulisannya yang baik.
C. Jenis-jenis dalam Menulis
1. Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata
suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi
mengharapkan pembacanya melalui tulisannya, dapat „melihat‟ apa yang
dilihatnya, dapat „mendengar‟ apa yang didengarnya, dapat „merasakan‟

10
apa yang dirasakannya, serta sampai kepada „kesimpulan‟ yang sama
dengannnya. Deskripsi yaitu sebuah tulisan melukiskan sesuatu sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai
(melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan
sesuai dengan Citra penulisnya. Jadi menulis deskripsi adalah menulis
dengan menceritakan keadaan sesuai dengan aslinya menulis deskripsi
digunakan apabila penulis ingin menggambarkan bentuk sifat dan rasa dari
hal yang diamatinya. Deskripsi juga digunakan untuk menggambarkan
perasaan penulis seperti bahagia, takut, sedih, dan sebagainya. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari obesrvasi melalui
panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata.
Contoh teks deskripsi:
Kuamati penampilanku sendiri pada cermin besar itu. Tampak di
seberang kaca, seorang pemuda berwajah kasar, sepasang mata menyala-
nyala, bergairah, tapi dalam lingkungan roman muka yang ... ya, siapa
pun tidak perlu berkhayal terlalu jauh untuk mampu menemukan
persamaannya dengan moncong seekor anjing Buldog. Tidak itu saja,
tubuh yang kukuh kekar, pendek berotot, lengan dengan bisep bak paha
pemain sepak bola, dada bidang menambah-nambah imajinasi orang yang
melihatnya, bahwa aku ini tak ubahnya seperti seekor anjing Buldog saja.
2. Narasi
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk
cerita. Seperti kalau orang bercerita tentang “mengisi liburan sekolah”,
“mendaftarkan diri ke sekolah”, “pengalaman berkemah di hutan”,
“kecelakaan lalu lintas di jalan raya”, atau “pertandingan olahraga”. Cerita
itu tentunya didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Di
dalam peristiwa itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis sendiri,
teman penulis, atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau
konflik. Bisa saja dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau
serangkaian konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi,
dalam sebuah narasi terdapat tiga unsur pokok, yaitu: peristiwa, tokoh, dan
konflik. Ketiga unsur itu diramu menjadi satu dalam sebuah jalinan yang

11
disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan
alur. Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada
kronologi waktu.

Contoh teks narasi :

Sore itu kami pergi ke rumah Puspa. Sopir kusuruh memakirkan


mobil. Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa waktu kemudian,
kami sampai di sebuah rumah yang sederhana seperti rumah-rumah di
sekitarnya. Rumah-rumah itu tampak tidak semewah rumah-rumah
gedung yang terletak di pinggir jalan. Pintu rumah yang sederhana itu
terbuka pelan. Seorang gadis berlari dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba
pingsan dan terkulai lemas dalam pelukanku.

3. Eksposisi
Eksposisi diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk
memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam
eksposisi masalah yang dikomunikasikan adalah informasi yang berupa
data faktual suatu analisis dan bisa juga berupa fakta dari pendirian teguh
seseorang.
Untuk menulis karangan eksposisi maka, penulis harus memiliki
pengetahuan memadai tentang objek yang akan digarapnya. Untuk itu,
maka seorang penulis harus memperluas pengetahuan dengan berbagai
cara seperti membaca referensi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji
melakukan penelitian, misalnya wawancara, merekam pembicaraan orang,
mengedarkan angket, melakukan pengamatan terhadap objek dan
sebagainya. Dikembangkan lagi dengan beberapa pikiran penjelas. Pikiran
penjelas tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa rincian yang
diperlukan. Untuk menghasilkan tulisan ekposisi yang baik maka pikiran
utama dan pikiran penjelas harus diorganisir dalam bentuk kerangka
karangan yang pada umumnya dibagi dalam tiga bagian yaitu, bagian
pembuka (pendahuluan) bagian pengembangan (isi), dan bagian penutup
yang merupakan penegasan ide. Untuk karangan yang bersifat kompleks,
harus diuraikan dalam bentuk sub-bagian yang lebih rinci. Dalam

12
karangan seperti itu. Dapat disusun dalam bentuk bab dan diperinci lagi
menjadi sub-sub bab.

Contoh teks eksposisi:

Bertahun-tahun aku mengeluti usaha ini dengan sabar. Sebagai


pengusaha kecil yang bermodal kecil. Aku menghadapi berbagai macam
tantangan. Persaingan dengan pengusaha-pengusaha lain yang bermodal
besar yang sering berjalan tidak sehat hampirhampir membuat aku putus
asa. Tetapi aku telah bertekad tidak akan mundur dalam berusaha. Sedikit
demi sedikit perusahaanku memperoleh kemajuan. Salah satu prinsip
dalam kemajuan dalam memajukan perausahaanku adalah “melayani
konsumen” aku harus dapat melayani mereka sabaik-baiknya. Mutu
produksi selalu kujaga benar. Harga tetap akan kuusahakan agar tidak
melebihi harga produksi serupa dari perusahaan lain. Sekarang,
alhamdulillah perusahaanku sudah masuk dalam kelompok usaha
menengah, aku tidak mengalami kesulitan modal lagi. Pemasaran hasil
produksi bisa lancar. Tantangan – tantangan bukanlah tidak ada. Selama
perusahaan masih berjalan, selama itu pula tantangan perusahaan pasti
ada. Tantangan itu bisa muncul dari dalam perusahaan itu sendiri,
maupun dari luar. Tetapi aku yakin, kalau dalam perusahaan menjadi
seperti sekarang ini, tentu dalam masa sekarang ini aku akan dapat
menghadapi tantangan-tantangan itu dengan baik. Bagiku tantangan itu
merupakan hak yang menarik untuk diselesaikan, bukan sesuatu yang
mesti aku takuti. Aku yakin kita berusaha dengan sungguh-sungguh
dengan jalan yang benar, tentu Tuhan akan membukakan pintu
keberhasilan bagi kita.

4. Argumentasi
Argumentasi dibentuk dari kata argumen yang berarti alasan.
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan
kebenaran dengan didukung argumen atau alasan yang sesuai. Termasuk
dalam bentuk ini adalah tulisan yang bertujuan mengajak, membujuk, dan
mempengaruhi orang lain. Argumentasi sering pula dibedakan dengan

13
persuasi yang lebih bertujuan membujuk atau mempengaruhi orang lain,
sementara argumentasi diartikan sebagai tulisan yang isinya bersifat
menyakinkan suatu hal kepada orang lain terhadap suatu hal. Paragraf
argumentasi dapat disusun dengan pola sebabakibat. Artinya, paragraf
tersebut diawali dengan kalimat utama yang merupakan sebab dan diikuti
oleh beberapa akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf
argumentasi juga dapat disusun dengan pola akibat-sebab yang berarti
paragraf tersebut diawali dengan akibat yang merupakan kalimat utama
dan diikuti oleh beberapa sebab sebagai kalimat penjelasnya.

Contoh teks argumentasi :

Kedisiplinan lalu lintas masayarakat di Jakarta cenderung


menurun. Hal ini terbukti pada bertambahnya jumlah pelanggarannya
yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah korban yang meninggal
akibat kecelakaan pun juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
kesadaran mesyarakat tentang kedisplinan berlalu lintas perlu
ditingkatkan.

5. Persuasif
Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya himbau yang
dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti
himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan
kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain
lewat bahasa. Jadi, Persuasi yaitu tulisan yang bermaksud mempengaruhi
orang lain.9

Contoh teks persuasif :

Banyak orang yang meremehkan adanya sampah. Bahkan, hingga


tidak pernah terpikirkan mengenai dampak yang akan
ditimbulkannya.walaupun tempat sampah telah banyak disediakan, tetapi

9
Laksono and Via Mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2008). hlm. 27

14
kepedulian seseorang terhadap sampah sangat kurang. Oleh karena itu,
buanglah sampah pada tempatnya, dari kita untuk kita.

Menulis non-fiksi
Nonfiksi adalah karya tulis yang sifatnya berdasarkan fakta dan
kenyataan serta ada kebenaran di dalamnya yang ditulis berdasarkan kajian
keilmuan dan atau pengalaman serta bersifat informatif.
Pengertian karangan nonfiksi secara umum adalah sebuah karya
yang bersifat informatif (seringkali berupa cerita) yang pengarangnya
dengan itikad baik bertanggungjawab atas kebenaran atau akurasi dari
peristiwa, orang, dan informasi yang disajikan. Sedangkan menurut
pendapat para ahli Aceng Hasani karangan nonfiksi adalah karangan yang
berupa data dan fakta. Jadi tidak ada unsur imajinasi pengarang. Dalam hal
ini, Aceng Hasani memberikan batasan bahwa sebuah karangan dapat
digolongkan ke dalam karangan nonfiksi apabila didalamnya terdapat
data-data yang dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, karangan
nonfiksi juga disusun melalui fakta-fakta yang secara nyata terjadi
dilapangan tanpa adanya unsur imajinasi dari pengarang.
Karangan nonfiksi merupakan suatu karangan yang dihasilkan
melalui proses penelitian, baik itu secara langsung maupun tidak langsung
dan dapat dibuktikan kebenarannya tanpa adanya unsur imajinasi atau
khayalan pengarang. Suatu tulisan yang didalamnya mengandung unsur-
unsur fakta dan memiliki data-data yang sah, maka dapat digolongkan ke
dalam karangan nonfiksi. Karangan nonfiksi juga ditulis dengan bahasa
yang baku sesuai dengan EYD yang berlaku secara tepat, jelas dan efektif.
Selain itu, karangan nonfiksi juga disusun secara jelas dan logis dengan
sistematika penulisan ilmiah yang baik dan benar. Karangan nonfiksi
memiliki ciri sebagai berikut:
a. Memiliki ide yang ditulis secara jelas dan logis serta sistematis.
b. Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta.
c. Menyajikan temuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada.
d. Motivasi, rancangan dan pelaksanaan penelitian yang tertuang jelas.

15
e. Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual dari data yang
diketengahkan dalam tulisannya.
Untuk karya nonfiksi diharuskan menggunakan kata baku sesuai
dengan kamus umum Bahasa Indonesia. Karya nonfiksi harus memakai
bahasa berciri tepat, singkat, jelas, resmi dan teratur agar efektif. Jenis-
jenis tulisan nonfiksi dapat meliputi beberapa hal di bawah ini:
1. Artikel
Artikel merupakan satu jenis dari teks nonfiksi yang saat ini sedang
banyak dinikmati oleh orang-orang. Zainuddin menjelaskan, artikel adalah
bentuk karangan bebas yang mengangkat berbagai macam tema terutama
menyangkut masalah sosial dan kemanusiaan.10 Dalam konteks ilmiah,
artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku yang berisikan artikel. Di era disrupsi seperti sekarang ini, platform
artikel ikut berkembang pesat dengan diterbitkan di berbagai media online.
Artikel yang ditulis juga berasal dari tema yang variatif, mulai dari artikel
tentang gaya hidup, olahraga, entertainment, politik, dan masih banyak
lagi. Karena temanya variatif, maka gaya bahasa dan penulisannya pun
ikut menyesuaikan dengan pembaca dan tema
2. Jurnal/ karya ilmiah
Jurnal ilmiah yang merekapitulasi penelitian-penelitian akademis
dari berbagai stakeholder pendidikan, seperti dosen, guru, mahasiswa,
peneliti, dan lain-lain. Tentu saja, karena formatnya adalah penelitian
ilmiah, maka basis datanya jelas dan teruji secara akademis. Teknik
penulisan ilmiah juga diimplementasikan agar struktur penelitian dapat
sesuai kaidah akademis. Maka dari itu, gaya penulisannya juga cenderung
formal karena berbasis pada spektrum ilmiah. Pada penulisan karya ilmiah
jurnal umunya terdiri dari beberapa bagian yaitu : Abstrak, Pendahuluan,
Metode penelitian, Kajian Teori, Pembahasan, Simpulan dan saran, Daftar
Pustaka.

10
Suyono and Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2012).

16
3. Esai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esai adalah
karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari
sudut pandang pribadi penulisnya. Esai ditulis dengan bahasa baku dan
menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang coba dinilai
oleh penulis. Menurut buku Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Berbasis Pembelajaran Aktif, kata “esai'' berasal dari bahasa Perancis
“essay”, berarti mencoba atau berusaha. Esai adalah suatu upaya
mengkomunikasikan informasi, opini, atau perasaan dan biasanya
menyajikan argumen tentang suatu topik. McClain dan Roth (1999)
menjelaskan, penulisan esai dapat dilakukan untuk mempelajari tiga hal
penting, yaitu:
a. Bagaimana mengeksplorasi area kajian dan menyampaikan penilaian
mengenai sebuah isu.
b. Bagaimana merangkai argumen untuk mendukung penilaian tersebut
berdasarkan pada nalar dan bukti, dan.
c. Bagaimana menghasilkan esai yang menarik dan memiliki struktur
koheren.
4. Biografi
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan
seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal
lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita
tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian
tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan
seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia.
Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh
seorang tokoh dijelaskan juga. Teks blografi disusun oleh orang lain,
bukan oleh diri sendiri. Biografi dapat dibuat untuk orang yang sudah
meninggal atau yang masih hidup, karena biografi meliput kisah tokoh
dengan melibatkan narasumber lain. Dalam teks biografi, pembaca dapat
menemukan beberapa keunikan, keistimewaan, atau keteladanan pada diri
tokoh.

17
5. Laporan
Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan,
pemberitahuan ataupun pertanggung jawaban baik secara lisan maupun
secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan
wewenang dan tanggung jawab yang ada antara mereka.
6. Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu


yang tercakup dalam ruang lingkup pengetahuan. Makalah harus
mengandung permasalahan yang membutuhkan suatu solusi penyelesaian.
Tujuan penulisan makalah adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa topik
yang ditulis dengan penalaran logis dan sistematis. Makalah terdiri dari
tiga bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan, dan simpulan/penutup.

7. Kamus
Kamus adalah karya rujukan atau acuan dalam bentuk cetak
maupun digital yang memuat kata dan ungkapan, dapat disusun menurut
abjad atau tema, berisi keterangan tentang makna, pemakaian, atau
terjemahan. Biasanya, kamus disusun menurut abjad. Menurut bahasa
yang digunakan, kamus bisa dibedakan menjadi kamus ekabahasa,
dwibahasa, dan nekabahasa. Manfaat kamus adalah untuk mendapatkan
definisi, arti kata, pemakaian atau pelafalan kata, dan sebagainya.
8. Berita
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang
sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari
mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.
9. Karya sastra
Karya sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang
kebenaran. Pesan-pesan didalam karya sastra disampaikan oleh pengarang
dengan cara yang sangat jelas ataupun yang bersifat tersirat secara halus.
Karya sastra juga dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap
oleh pengarang tentang kehidupan sekitarnya. Contoh karya sastra ialah:
Puisi, pantun, cerpen, hikayat, novel dan sebagainya.

18
10. Catatan Dokumenter
Catatan dokumenter ialah sebuah karya yang mengarah pada suatu
hal yang nyata, faktual, dengan merekam realita dari sebuah peristiwa.
Contohnya film dokumenter.
D. Tahap-tahap dalam Menulis
Untuk mengorganisasikan kata menjadi kalimt yang baik
diperlukan keterampilan menyusun kalimat. Untuk mengorganisasikan
kalimat-kalimat menjadi paragraf, diperlukan keterampilan menyusun
paragraf. Sementara, untuk mengorganisasikan paragraf-paragraf menjadi
sebuah karangan diperlukan keterampilan menulis. Dalam menyusun
tulisan diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Penulisan, tahap pra penulisan merupakan tahap persiapan
sebelum menulis. Dalam tahap ini langkah yang ditempuh, sebagai
berikut:
a. Menentukan topik
b. Membatasi topik
c. Menentukan tujuan
d. Membuat kerangka tulisan
e. Menentukan bahan
2. Tahap Penulisan , tahap penulisan merupakan bahasan setiap butir topik
yang terdapat dalam kerangka karangan. Dalam kerangka karangan masih
diperlukan penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci sehingga pembaca
dapat memahami maksud tulisan yang disampaikan. Dalam penulisan,
karangan sangat diperlukan pilihan kata yang tepat, cermat, dan lugas.
sehingga dalam tahan penulisan ini, penulis harus dapat mencurahkan
seluruh penguasaan kosakata yang dimilikinya. Tulisan yang baik adalah
tulisan yang tidak lepas dari kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Oleh
Karena itu, karangan harus ditulis dengan ejaan yang tepat dan sesuai
dengan kaidah penulisan yang berlaku.
3. Tahap Revisi, menyelesaikan tulisan bukan berarti telah selesai
melaksanakan kegiatan penulisan. Penulis masih perlu membaca kembali

19
tulisan yang telah dibuat. Kegiatan membaca kembali ini untuk melihat
secara teliti bagian-bagian yang perlu mendapat perbaikan, terutama dalam
penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata, paragraf, logika kalimat,
sistematika tulisan, pengetikan, dan sebaginya. Selain itu, penulis juga
perlu melihat kembali, apakah masih ada kekurangan dalam teori, analisis,
atau penggunaan kalimat dan paragraf.
4. Tahap penyuntingan
Dalam tahap penyuntingan diharapkan penyunting dapat menetapkan
prioritas terhadap aspek yang disunting. Dengan kata lain, menyunting itu
hendaknya dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap dalam menyunting itu
setidaknya ada 3 tahap : penyuntingan sekilas, penyuntingan inti dan revisi
hasil suntingan.
5. Publikasi
Tahap publikasi merupakan tahap akhir dalam proses menulis. Dalam
tahap ini yang dilakukan adalah mempubliskan tulisannya melalui
berbagai kemungkinan. Seperti rumah jurnal, penerbit majalah/ buku.
E. Prinsip-prinsip dalam Menulis
a. Utamakan kebenaran dan kemanfaatan pembaca.
b. Menggunakan kalimat aktif serta kata yang sederhana.
c. Memperhatikan tata bahasa.
d. Hindari kata-kata tidak perlu.
e. Prinsip etis
F. Cara Menumbuhkan Kreatifitas dalam Menulis
Menumbuhkan kretifitas adalah sesutau yang sanggatlah penting.
Karena kreatifitas adalah yang harus dimiliki serta dibutuhkan oleh
manusia supaya bisa meng upgrade kualitas hidupnya. Begitupun dengan
kreatifitas dalam menulis. Karena menulis ialah sebuah kegiatan yang
mengharuskan seorang penulis untuk mengeluarkan ide kreatif dan
cemerlang yang ada dalam dirinya. Kalau kita lihat lebih mendalam
tentang orang-orang yang bisa mengahasilkan karya cemerlanganya,
mereka menuliskan segala yang ada dikepalanya kepada lembaran kertas

20
putih dengan leluasa tanpa dibatasi oleh sesuatu apapun. Dan diantara cara
menumbuhkan kreatifitas ialah :
1. Selalu memiliki rasa ingin tahu.
Orang yang kreatif selalu memiliki rasa penasaran yang tinggi.
Mereka memiliki kegemaran mencari dan mengumpulkan informasi. Tiada
berlalu waktu kecuali bertambah dengan input-input yang baru dan segar.
Karena itu, kita harus selalu bertanya, sejauh mana kecintaan kita terhadap
informasi dan ilmu. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan input tersebut. Bisa lewat buku, sikap meneliti, menyimak,
melihat tayangan televisi yang bermanfaat, berdiskusi, merenung,
mendengar, menghadiri majelis ilmu, dan sebagainya.
2. Terbuka pada hal-hal yang baru.
Setiap saat selalu terjadi perubahan. Sangat ruginya orang yang
tidak mau berubah dan tidak menyukai hal-hal baru. Orang kreatif adalah
orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri. Tentu, terbuka
dengan hal-hal baru tidak harus menjadikan kita mengikuti hal-hal baru
tersebut. Kita bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, dan
menyesuaikan dengan nilai-nilai yang kita anut.
3. Berani memikul risiko.
Semua tindakan kreatif biasanya akan mengundang resiko. Adalah
mimpi melakukan sesuatu yang baru tanpa adanya resiko. Rasulullah
SAW adalah orang yang kreatif dengan membawa ajaran baru (Islam) ke
tengah-tengah umatnya. Konsekuensinya, beliau dimusuhi dan diperangi.
Demikian pula dengan Thomas Alfa Edison. Ia adalah orang kreatif yang
berani gagal beribu-ribu kali sebelum menemukan bola lampu. Untuk
menjadi kreatif, kita harus berani menganggung resiko, keluar dari zona
nyaman.
4. Memiliki semangat yang membara untuk sukses dalam hidup.
Tanpa semangat, mustahil kita akan mendapat banyak hal dalam
hidup. Semangat biasanya akan melipatgandakan kemampuan seseorang
untuk berprestasi. Orang yang kreatif, hari-harinya akan selalu
bersemangat untuk berproses dalam menggapai semua hal yang

21
diinginkannya. Nilai kreativitas akan makin lengkap dengan hati yang
jernih sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Biasanya, kejernihan hati
akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai
tambah dalam kehidupan seorang Muslim. Biasanya, karya-karya
monumental selalu berawal dari kejernihan hati dan ketajaman pikiran
yang direalisasikan dalam tindakan nyata. Adanya kejernihan hati dapat
meningkatkan kreativitas.
G. Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis
Untuk meningkatkan keterampilan menulis di kalangan pelajar,
perlu diketahui faktor penyebab menurunnya kemampuan menulis, di
antaranya:
1. Faktor Internal (dari dalam) yaitu faktor yang berasal dari diri kita sendiri
atau timbul secara spontan dari hati nurani kita. Macam-macam faktor
internal yang mempengaruhi keterampilan menulis yaitu:
a. Kurangnya minat menulis para pelajar.
b. Kesulitan menuangkan ide.
c. Malas membaca, jika seseorang sudah tidak tertarik untuk membaca
maka sulit.
2. Faktor Eksternal (dari luar) yaitu faktor yang berasal dari luar atau
lingkungan sekitar. Kita sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari
interaksi dengan sesama baik langsung maupun dengan alat komunikasi
lainnya seperti: handphone, surat, dan lain-lain.
Ada beberapa upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis: •
Banyak Membaca Membaca adalah cara yang baik untuk meningkatkan
kemampuan menulis. Dengan membaca buku, artikel, atau blog yang
berkualitas, dapat belajar bagaimana penulis lain menyusun kalimat,
mengembangkan argumen, dan menyampaikan ide mereka dengan jelas.
Membaca juga dapat membantu meningkatkan kosakata Anda, sehingga
Anda dapat mengekspresikan diri dengan lebih efektif.
a. Sering Menulis Seperti keterampilan lainnya, menulis juga membutuhkan
latihan. Cobalah untuk menulis setiap hari, bahkan jika hanya beberapa
paragraf atau kalimat. Ini dapat membantu memperkuat kemampuan

22
menulis Anda dan meningkatkan kepercayaan diri Anda dalam
mengekspresikan diri secara tertulis.
b. Gunakan kamus dan tesaurus Penggunaan kamus dan tesaurus dapat
membantu memperluas kosa kata dan meningkatkan kemampuan untuk
menulis dengan lebih variatif dan menarik.
c. Cari umpan balik Meminta umpan balik dari teman atau profesional yang
memiliki pengalaman menulis dapat membantu seseorang untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan tulisan mereka, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan menulis mereka.
d. Perbaiki kesalahan tata bahasa dan ejaan Penulisan yang tepat tata bahasa
dan ejaan yang benar merupakan hal penting dalam menulis. Penggunaan
alat bantu seperti kamus tata bahasa dan alat koreksi ejaan dapat
membantu meningkatkan kemampuan menulis.
e. Membuat Rencana Sebelum menulis, buatlah rencana tentang apa yang
ingin disampaikan dan bagaimana ingin menyampaikannya. Hal ini akan
membantu memastikan bahwa tulisan terstruktur dengan baik dan mudah
dipahami oleh pembaca.
f. Menerima Masukan Menerima masukan dari orang lain adalah cara yang
baik untuk meningkatkan kemampuan menulis. Berikan tulisan kepada
teman atau mentor dan minta mereka memberikan masukan tentang
bagaimana agar dapat meningkatkan tulisan. Jangan merasa terlalu
tersinggung oleh kritik konstruktif, karena hal tersebut akan membantu
tumbuh dan berkembang.
g. Menerapkan Struktur yang Tepat Tulisan yang baik harus memiliki
struktur yang jelas dan mudah diikuti oleh pembaca. Pastikan bahwa
tulisan memiliki pengenalan, isi, dan kesimpulan yang jelas. Selain itu,
pastikan bahwa setiap paragraf memiliki satu ide utama yang terkait
dengan topik tulisan. Oleh karena itu, pentingnya dorongan baik dari
internal maupun eksternal dalam diri kita sebagai bentuk meningkatkan
keterampilan menulis kita.

23
H. Faktor Penghambat Keterampilan Menulis
Menurut Tarigan, faktor-faktor prnghambat keterampilan menulis
yaitu sebagai berikut :
1. Sikap sebagian besar masyarakat terhadap bahasa Indonesia belum
menggembirakan, mereka tidak merasa malu bila memakai bahasa
Indonesia itu secara salah.
2. Kesibukan guru bahasa Indonesia di luar jam kerjanya menyebabkan
mereka tidak sempat lagi memikirkan bagaimana cara pelaksanaan
mengarang yang menarik dan efektif.
3. Sebagai akibat dari poin 2 maka metode dan teknik pengajaran mengarang
kurang bervariasi serta mungkin sekali hasil karangan siswa yang ada pun
tidak sempat di koreksi.
4. Bagi siswa sendiri pengajaran mengarang dirasakan sebagai beban belaka
dan kurang menarik.
5. Latihan mengarang sangat kurang dilakukan oleh siswa.

Menurut Kaswan Darmadi lebih lanjut dijelaskan bahwa ada


banyak permasalahan yang dihadapi penulis pemula. Secara umum bisa
dikatakan bahwa permasalahan itu ada empat macam, yaitu (a) Takut
memulai, (b) Tidak tahu kapan harus memulai, (c) Pengorganisasian, dan
(d) Bahasa, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Takut untuk Memulai


Menulis atau mengarang itu seperti naik sepeda. Kita tidak bisa
menguraikan bagaimana bisa duduk dengan tenang di atas dua roda tanpa
terguling. Padahal tidaklah gampang untuk menjaga keseimbangan. Ini
mengandung dua implikasi. Pertama, pekerjaan menulis bisa dianggap
mudah. Anggapan seperti ini tentu hanya berlaku bagi orang yang sudah
sering menulis atau bagi penulis-penulis profesional. Kedua adalah
sebaliknya, pekerjaan menulis bisa dianggap sangat sukar. Anggapan ini
umumnya berlaku bagi orang awam, termasuk mahasiswa atau pelajar
yang belum terbiasa menulis. Ada beberapa alasan mengapa kita menjadi
takut untuk menulis. Salah satu alasan yang mungkin karena tuntutan yang

24
tinggi dari dosen. Umumnya dosen menuntut agar mahasiswa menulis
secara jelas, runtut, dan ekonomis. Bahkan bergaya bahasa yang kompleks
dan berkosa kata tingkat tinggi.
Alasan lain, mungkin karena kita memang tidak mempunyai model
tulisan yang representatif yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai hasil-
hasil tulisan kita. Meskipun kita dapat membaca sejumlah artikel menarik
di berbagai media namun semua itu belum dapat digunakan sebagai model
karena termasuk tulisan populer.
Bagaimanapun juga berbagai tulisan itu pun dapat dijadikan model
untuk tugas tugas menulis di perguruan tinggi karena para penulisnya telah
menguasai teknik penulisan dengan baik. Bisa jadi kita tetap takut menulis
barangkali terletak pada sebab-sebab rasa cemas secara umum, seperti
takut ditertawakan, takut membuat kesalahan, takut mendapatkan kritik,
takut tidak menguasai tema, dan sebagainya. Apa pun penyebabnya, yang
penting bagi kita harus dapat memotivasi diri dan terus berlatih sehingga
penyebab rasa takut itu setahap demi setahap dapat berkurang dan
akhirnya hilang.
b. Tidak Tahu Kapan Harus Memulai
Tidak tahu kapan dan bagaimana untuk memulai menulis adalah
masalah besar yang umum dihadapi oleh mahasiswa atau pelajar yang
tidak pernah menulis. Persoalan ini muncul dalam bentuk berbagai versi
keluhan, seperti topik apa yang harus dikerjakan, kapan akan mulai
mengerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, tuntutan pembimbing yang
dirasakan terlalu tinggi, dan sejumlah keluhan lain. Persoalan topik apa
yang harus dikerjakan bisa diatasi dengan banyak membaca buku atau
hasil-hasil penelitian yang sesuai dengan bidangnya. Dengan langkah ini
setidaknya akan diperoleh beberapa keuntungan antara lain mengetahui
masalah-masalah yang sedang dibicarakan, masalah yang penting dan
mendesak untuk segera dipecahkan, masalah-masalah yang sudah diteliti
atau yang belum diteliti.
Apabila pemahaman seperti ini ditingkatkan dan tingkat
pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di sekeliling juga dipertajam,

25
kesulitan dalam pemilihan atau penentuan topik pasti akan segera dapat
dipecahkan. Kita akan dengan mudah segera menentukan topik sekaligus
mengetahui referensi yang dapat digunakan. Persoalan kapan kita harus
mulai menulis dapat diatasi dengan membunuh sifat malas. Kita harus
segera membuat draft yang dapat memandu dalam pengembangan tulisan.
Selain itu, kita harus segera memutuskan sikap untuk secepatnya mulai
menulis begitu draft atau outline selesai dikerjakan. Sebagai penulis awal,
kita seharusnya mencontoh penulis profesional yang tidak menunda-nunda
waktu penulisan dan memanfaatkan waktu sebaik – baiknya.
c. Pengorganisasian
Pengorganisasian ide termasuk hal yang esensial di dalam sebuah
tulisan. Dengan pengorganisasian yang baik, sebuah tulisan akan mudah
diikuti arahnya oleh pembaca. Apabila sebuah tulisan dapat diikuti
arahnya berarti pembaca akan dapat menangkap maksud yang dikehendaki
oleh penulisnya. Para penulis yang profesional sangat menyadari
pentingnya masalah pengorganisasian ini. Hal itu bisa dimengerti karena
sesungguhnya pengorganisasian ide merupakan cermin dari bentuk dan
pola pikir si penulis. Bagi penulis yang sudah profesional, soal
pengorganisasian ide bisa dikatakan tidak menjadi masalah karena mereka
sudah memiliki jam terbang yang sangat tinggi.
Penulis yang masih pemula, termasuk kebanyakan mahasiswa pasti
sering menghadapi masalah ini di dalam proses kepenulisannya. Bahkan di
antara mereka ada yang menganggap masalah ini sebagai masalah utama.
Oleh sebab itu, penulis pemula harus belajar banyak dari para penulis
profesional yaitu dengan membaca tulisan mereka sebanyak- banyaknya.
Dengan semakin banyak membaca tulisan-tulisan yang baik akan semakin
banyak pengalaman yang mereka dapatkan, termasuk mengenai pola-pola
pengorganisasian ide yang biasa mereka gunakan.
d. Bahasa
Masalah bahasa bisa dialami oleh hampir semua penulis. Ini terjadi
karena bahasa yang digunakan selalu berubah dari waktu ke waktu. Kosa
kata, istilah, idiom dari hari ke hari pun selalu berubah. Para penulis yang

26
sudah profesional umumnya sudah mengetahui hal itu. Mereka umumnya
sudah tahu bagaimana mengatasi di bidang kebahasaan. Adapun bagi
penulis pemula karena tidak mengetahui esensi perubahan yang terjadi di
dalam bahasa, hal ini menjadi masalah serius.
Di samping itu, penulis pemula umumnya mempunyai pandangan
yang remeh terhadap bahasa. Bahasa hanya dipandang sebagai alat
komunikasi bukan dipandang sebagai wahana pokok dalam berpikir.
Banyak di antara penulis pemula yang tidak menguasai bahasa secara baik.
Hal ini terbukti dari banyaknya keluhan yang dikemukakan oleh para
dosen pembimbing terhadap masalah ini. Keluhan ini umumnya berkisar
pada pembuatan kalimat yang aneh-aneh, kalimat-kalimat yang tidak
nyambung, pengaturan paragraf sesuka hati, serta logika yang tidak pas.
I. Kiat Menulis Efektif
Seperti yang sudah diungkap di atas bahwa kemampuan menulis
melibatkan beberapa kemampuan sekaligus. Kita harus memiliki
pengetahuan apa yang akan ditulis. Kita juga harus memiliki pengetahuan
bagaimana menulis. Pengetahuan pertama berkaitan dengan isi tulisan,
sedangkan yang kedua berkaitan dengan aspek kebahasaan dan teknik
penulisan. Proses awal berlatih menulis dapat dilakukan dengan
membebaskan kepada kaidah. Seorang penulis harus lebih mengutamakan
konsentrasi terhadap apa yang akan ditulis. Dengan demikian penulis akan
berlatih menyalurkan ide secara bebas tanpa dibebani oleh kaidah
kebahasaan yang mungkin dapat menghambat proses penulisan. Proses
berlatih menyalurkan ide secara tertulis ini menjadi kunci utama. Hal ini,
dapat membantu seseorang untuk membiasakan diri menulis.
Setelah penulis terbiasa mengeluarkan gagasannya kedalam bentuk
tulisan, barulah diperkenalkan dengan kaidah kebahasaan. Gagasan yang
baik menjadi efektif bila disajikan dengan bahasa yang baik dan benar.
Tentu saja seorang penulis berkeinginan agar tulisan yang dihasilkannya
itu efektif. Untuk itu penulis perlu menguasai beberapa masalah
kebahasaan yang berhubungan dengan penulisan, yaitu:
1. Pilihan kata.

27
2. Penerapan ejaan yang disempurnakan
3. Struktur kalimat.
a. Kesatuan dan kepaduan.
b. Kesejajaran.
c. Kehematan.
d. Kevariasian.
e. Keterpentingan.

J. Manfaat Keterampilan menulis


a. Secara Material, penulis akan mendapatkan manfaat berupa honorium
dan pekerjaan sambilan untuk mendapatkan penghasilan lebih berkat
kemampuannya.
b. Secara non material, penulis akan mendapatkan kepuasan batin setelah
mengekspresikan diri, menuangkan gagasan, ide dan menyampaikan
sebuah informasi dengan cara menulis.
c. Popularitas, menjadi sosok yang terkenal melalui tulisan-tulisannya
yang menarik minat pembacanya, yang diharapkan apa yang ditulis
menjadi kebenaran dan manfaat bagi orang lain.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, dapat


diambil kesimpulan pada penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Keterampilan berbahasa pada dasarnya terdiri atas empat keterampilan,


yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat
keterampilan tersebut keterampilan menulislah yang dianggap paling sulit
dan perlu mendapat perhatian lebih. Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang sangat kompleks, seseorang yang menulis tidak hanya
menuangkan ide tetapi juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep,
perasaan, dan kemauannya. Menulis ialah suatu keterampilan dalam
berbahasa yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langusung, tidak degan cara face to face. Menulis tidak dibatasi ruang dan
waktu maupun suasana. Tetapi menulis adalah sebuh kegiatan yang penuh
dengan kreatifitas serta tantangan bagi penulisnya. Dengan sering latihan
maka secara otomatis keahlian menulispun akan tertanam dengan
sendirinya didalam diri kita masing-masing.
2. Tujuan menulis adalah agar pembaca dapat mengetahui, mengerti dan
memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut
berekspresi, berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan isi tulisan. Yang kemudian dapat membawa kepada
perubahan yang baik dimasa yang akan datang.
3. Jenis-jenis menulis yaitu terdiri dari (1) Narasi, (2) Argumentasi, (3)
Eksposisi, (4) Persuasif, (5) Deskripsi.
4. Jenis-jenis menulis non-fiksi yaitu terdiri dari (1) Biografi, (2) Jurnal/
karya ilmiah, (3) Makalah, (4) Laporan, (5) Berita, (6) Esai, (7) Kamus,
(8) Artikel.

29
5. Dalam menumbuhkan kreatifitas dalam menulis diperlukan rasa ingin
tahu, berani dengan hal yang baru, berani memikul resiko, semangat dalam
menulis karya.
6. Faktor penghambat dalam menulis yaitu, rasa tidak ingin tau, takut untuk
memulai, pengorganisasian, bahasa.

B. Saran

Selaku penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari


pembaca terhadap makalah ini sebagai bahan perbandingan untuk menulis
makalah yang lebih baik kedepannya. Sebagai bahan menambah
pengetahuan kita baik untuk pembaca maupun penulis yakni pengetahuan
tentang keterampilan menulis.

30
DAFTAR PUSTAKA

Guntur, Henry and Tarigan. Berbicara: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa, 2008.
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan,
1995.
Laksono, and Via Mulyati. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2008.
Purnawati, Felisia. Buku Ajar Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Depok:
PT. RajaGrafindo Persada, 2021.
Supriyadi. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya, 2005.
Suyono and Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Tarigan, Djago, and H.G. Teknik Pengajaran dan Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 1990.
Tarigan, and Hany Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 1983.

31
KRITIK DAN SARAN

Kelompok A: Dibagian tahap-tahap dalam menulis sebaiknya ditambakan materi


prinsip-prinsip dalam menulis. Menambahkan manfaat dalam menulis dan
sebaiknya sub judul C. Jenis-jenis menulis dengan D. jenis-jenis menulis non-fiksi
disatukan saja. Pada bagian jenis-jenis menulis nonfiksi sebaiknya ditambah
dengan sistematika penulisan yang spesifik. Contohnya pada bagian jurnal/karya
ilmiah, di dalam makalah hanya dituliskan dengan format formal sesuai dengan
kaidah akademis, sebaiknya ditambahkan dengan contoh bagaimana format yang
di maksud dan apa saja bagian dari format itu seperti dalam penulisan karya
ilmiah atau jurnal sistematika penulisannya terdiri dari abstrak, pendahuluan,
metode, dan seterusnya.

Kelompok B : Tadi pemakalah pertama menjelaskan tentang karya sastra pada


bagian pertanyaan, namun pemakalah tidak memaparkanya pada makalah, Jadi
saya hanya memberikan saran bahwa pemakalah lebih baik memasukkan materi
itu kemakalah. Supaya para audient's agar lebih paham akan materi itu.

Kelompok C : Didalam makalah terdapat bentuk karangan non fiksi. Nah jadi
dari beberapa contoh bentuk yang dimakalah, tidak terdapat Catatan Dokumenter,
maka dari itu hendaknya Didalam makalah di tambah Catatan Dokumenter karena
Catatan Dokumenter ialah bentuk non fiksi yang Didalamnya bukti bukti sejarah,
sumber yang valid, dan dokumentasi dokumentasi berupa poto dan video.
Didalam makalah, dijelaskan ada 3 tahapan menulis, maka dari itu hendaklah
ditambah lagi 2 tahapan yakni : 1). Tahapan Penyuntingan, 2). Tahapan Publikasi.

Kelompok D : Sekiranya ditambahi Sub judul faktor pendukung. Untuk halaman


8, dan 16, terdapat bahasa asing yang tidak bercetak miring.

Kelompok E : Tadi pemakalah pertama menjelaskan tentang karya sastra pada


bagian pertanyaan, namun pemakalah tidak memaparkanya pada makalah, Jadi
saya hanya memberikan saran bahwa pemakalah lebih baik memasukkan materi
itu kemakalah. Supaya para audient's agar lebih paham akan materi itu.

32
Kelompok G : Pada bagian terakhir tentang kiat menulis efektif, di bagian akhir
ada poin poin tentang beberapa masalah kebahasaan yg berhubungan dengan
penulisan , sebaiknya diberikan penjelasan agar pembaca langsung dapat
memahami, body note diganti dengan foot note.

Kelompok H : Kesimpulan merupakan jawaban dari tiap rumusan masalah,


pembuatan footnone harus di tab sekali lalu tulis nama pengarangnya, judul buku
(itallic), (penerbit: kota terbit, tahun terbit) halaman berapa dan tidak pakai titik.

33

Anda mungkin juga menyukai