Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Disusun Oleh :
1. Rosaninda 2019.3.7.1.00594
2. Tina Alfiani 2019.3.7.1.00604
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas ijin-Nya penulis
mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Pengembangan Keterampilan Menulis
Permulaan” Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Keterampilan Berbahasa Pada Anak SD/MI yang diampu oleh Ibu Ratna
Purwati, M.Pd.
Penulis sadar makalah ini jauh dari sempurna, akan tetapi besar harapan penulis
makalah ini dapat membantu mahasiswa sebagai referensi tentang materi pengembangan
keterampilan berbicara permulaan dalam Pendidikan dan berharap kelak dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga amal kebaikannya mendapatkan balasan oleh Allah SWT.
Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menulis permulaan?
2. Bagaimana tujuan keterampilan menulis permulaan?
3. Apa saja jenis-jenis keterampilan menulis permulaan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi anak untuk menulis permulaan?
5. Bagaimana dengan pembelajaran menulis permulaan?
6. Apa saja problematika dan solusi menulis permulaan pada anak?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian keterampilan menulis permulaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan keterampilan menulis permulaan.
1
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis keterampilan menulis permulaan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi anak untuk menulis
permulaan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pembelajaran menulis permulaan
6. Mahasiswa dapat mengetahui problematika dan solusi menulis permulaan pada anak
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
siswa harus mulai dari tingkat awal yaitu dari pengenalan lambang-lambang bunyi dan
latihan memegang alat tulis.
Keterampilan menulis permulaan dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seorang anak
dengan begitu saja. Perlu adanya latihan terbimbing dari seorang guru yang berkompeten
dalam mengarahkan dan membimbing dengan terus menerus dan teratur. Dengan demikian
pembelajaran menulis permulaan melalui pendekatan guru adalah kegiatan belajar mengajar
yang menerapkan proses bimbingan dan latihan dalam menulis permulaan.
Tujuan keterampilan menulis permulaan pada anak usia dini sebagai berikut :
1. Melatih motorik halus anak agar mampu mengarahkan dan menyeimbangkan antara
gerak tangan dan pikiran yang dituangkan melalui coretan di atas kertas.
2. Melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa tulis yang
dapat dibaca oleh orang lain.
3. Menangkap isi bacaan dengan baik dan dapat menuliskannya dengan baik dan benar.
4. Mendidik anak-anak agar mampu menulis.
5. Memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai Teknik-teknik
menulis dengan baik dan benar.
4
3. Menulis permulaan dengan menggunakan tanda titik (.) pada akhir kalimat.
4. Menulis permulaan dengan menggunakan tanda koma (,) untuk memisahkan bagian
kalimat.
5. Menulis permulaan dengan menggunakan tanda tanya (?) untuk kata tanya.
6. Menulis permulaan dengan menggunakan tanda seru (!) untuk kalimat perintah atau
suruhan.
7. Menulis permulaan dengan menulis kata yang berstruktur fonem KKV.
8. Menulis permulaan dengan menulis kata yang berstruktur fonem KKVK.
9. Menulis permulaan dengan menulis kata yang mengandung diftong au yang mendapat
akhiran –an.
10. Menulis permulaan dengan menulis kata yang mengandung diftong au yang mendapat
akhiran –kan dan –ai.
11. Menulis permulaan dengan menulis kata yang mengandung konsonan k berakhiran –an
dan berakhiran –kan.
5
Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis,
4. Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis
karena anak tidak mampu untuk mengingat apa yang akan ditulis,
5. Kemampuan melaksanakan cross modal
Yaitu kemampuan menyangkut mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke
motorik.
6. Penggunaan tangan yang dominan
Yaitu anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering terbalik-
balik dan kotor.
7. Kemampuan memahami instruksi
Ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis
kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.
6
Digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu-kartu kata, dan huruf yang
harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan judulnya.
d. Majalah anak-anak dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana yang di
dalamnya atau menyalin judul.
e. Papan nama, kartu nama, label, dan sebagainya digunakan untuk tugas menyalin.
7
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan
dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan
kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
d. Metode SAS
Menurut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu
pendekatan cerita disertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur
analitik sintetik. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni
keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat,
sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian
siswa siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang
berarti.
Menurut Supriyadi metode yang cocok dengan jiwa anak-anak adalah
metode SAS. Alasannya adalah:
1) Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk
bahasa yang terkecil adalah kalimat.
2) Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak
3) Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri
Lebih luas lagi metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang
pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-
langkah berlandaskan operasional dengan urutan: struktural menampilkan
keseluruhan, analitik melakukan proses penguraian, sintetik melakukan
penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula. Landasan lungiistiknya
bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat;
bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pendagogiknya
adalah mengembangkan potensi, pengalaman anak, dan membimbing anak
menemukan jawab suatu masalah.
8
2) Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar
sebagai kontak permulaan.
3) Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar
diperlihatkan, munculah kalimat anak-anak yang sesuai dengan
gambar.
4) Membaca kalimat secara struktural.
5) Membaca permulaan dengan buku.
6) Membaca lanjutan.
7) Membaca dalam hati.
9
1) Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, setelah itu kalimat
dibaca, siswa menyalinnya.
2) Kalimat tersebut diuraikan/dipisah-pisahkan ke dalam kata-kata.
Setelah dibaca, siswa menyalin kata-kata itu seperti yang dilakukan
guru.
3) Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya,
setelah dibaca siswa menyalin suku-suku itu seperti yang dilakukan
oleh guru.
4) Suku-suku kata itu diuraikan lagi atas huruf-hurufnya, siswa
menyalin seperti yang dilakukan guru.
5) Setelah guru memberikan penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu
dirangkai lagi menjadi suku kata. Siswa melakukan seperti apa
yang dilakukan guru.
6) Setelah semua siswa selesai, guru merangkai suku-suku menjadi
kata, murid menyalin.
7) Kata-kata tersebut dirangkai lagi sehingga menjadi kalimat seperti
semula. Siswa melakukan hal yang sama seperti guru. Contoh guru
akan mengajarkan huruf baru, S dan Y sedangkan huruf yang sudah
dikenal siswa: A,N,M,I. Jadi dengan menggunakan kalimat:
“Nama saya Nani”
Na-ma-sa-ya-Na-ni
Nama-saya-Nani
10
Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan
untuk murid kelas 1 SD. Misalnya guru hendak mengenalkan huruf a, I, dan n. langkah-
langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Dua
anak tersebut diberi nama “nani” dan “nana.”
2) Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjukkan tulisan “nani” dan “nana”
yang tertera di bawah masing-masing gambar.
3) Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana
“nani” dan mana “nana” sambil diminta menunjukkan bentuk tulisannya.
4) Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan
tulis, anak diminta memperhatikannya. Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan
dan anak diminta untuk memerhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh pengucapan
dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
5) Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali.
Demikianlah seterusnya, kegiatan dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan
pembelajaran membaca permulaan. Latihan proses pemberian latihan dilaksanakan
dengan mengutip prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju
latihan yang kompleks.
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, antara
lain berikut ini:
1) Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis agar
tidak mudah tergeser. Pensil diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk. Ujung jari,
telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika
duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak antara mata dengan buku
kira-kira 25-30 cm.
2) Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri, atau dengan
bantuan alat seperti pensil. Kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan.
Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk
11
melatih membuat garis tegak lurus, guru dapat bercerita yang ada kaitannya dengan
pagar, bulatan dengan telur, dan sebagainya.
3) Latihan mengeblat
Menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang sudah
ada. Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan
menggunakan karbon, menggunakan kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada.
Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis
dengan benar di papan tulis, kemudian anak menirukan gerakan tersebut dengan
telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan
bimbingan harus dilakukan secara individu sampai seluruh anak terperhatikan.
4) Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan
semacam ini untuk menambah pengetahuan.
5) Latihan menatap bentuk tulisan
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih kordinasi antara mata, ingatan, dan jemari
anak ketika menulis, sehingga anak dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya,
dan memindahkannya ke jemari tangannya. Dengan demikian, gambaran kata yang
hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.
6) Latihan menyalin baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis.
Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah
mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin, di antaranya
menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin tulisan dengan
cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung, atau sebaliknya dari
huruf bersambung ke huruf cetak.
7) Latihan menulis halus/indah.
Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan
menulis atau buku otak. Ada petunjuk berharga yang dapat Anda ikuti, jika murid-murid
Anda tidak memiliki fasilitas seperti itu. Untuk tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris
halaman buku menjadi dua. Untuk ukuran dan bentuk tulisan, ukuran tulisan tegak
bersambung, bagilah setiap baris halaman buku menjadi tiga. Untuk ukuran dan bentuk
tulisan.
12
8) Latihan dikte/imla.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengordinasikan ucapan,
pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga ucapan seseorang itu
dapat didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.
9) Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja
dihilangkan.
Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri, guru bercerita dan bertanya-
jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar serta siswa diberi tugas untuk menulis
karangan sederhana dan menyebutkan nama benda, sesuai dengan penafsirannya
mengenai gambar tadi, atau sesuai dengan cerita gurunya.
13
Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab
terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat
apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ingatan visual, maka
anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata; dan jika gangguan
tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan
menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia
menunjukkan kepada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf
atau simbol-simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait
dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang
pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan
menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil,
menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b. Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya
kreatifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susunan huruf-huruf
untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi.
Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika
disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat
disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub, tiga susunan pertama mengandung
makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna.
c. Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau
perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh
orang lain yang sebahasa. Kesulitan menulis ekspresif banyak dialami oleh
anak dan orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresif seseorang harus
terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja,
menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi
suatu jenis penulisan,dengan menggunakan kata-kata sendiri.
14
2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Menulis
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami
kesulitan menulis yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Orang tua merupakan guru bahasa pertama yang memberikan
makna lisan dari benda-benda yang ada disekitarnya. Namun terkadang
orang tua kurang memperhatikan anaknya. Keberhasilan anak sekolah
pada dasarnya dapat ditentukan pada apa yang dilakukan di rumah,
dorongan serta rangsangan minat menulis anak. Luangkan waktu untuk
membimbingnya, kenalkan anak pada huruf abjad, ajarkan pada anak cara
memegang pensil yang benar, sikap menulis yang benar supaya anak
memiliki kemampuan dasar menulis dari rumah.
b. Lingkungan sekolah
1) adanya penggunaan metode pengajaran yang kurang tepat sehingga
timbul permasalahan dalam proses pembelajaran menulis anak
2) materi – materi yang diajarkan belum tepat, belum sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar kelas I
3) guru kurang memahami keinginan siswa
4) siswa yang benar-benar malas belajar menulis.
Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa
yang lain, yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Sejak awal masuk
sekolah anak harus belajar menulis dengan tangan karena kemampuan ini
merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain.
Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi
anak, tetapi juga guru. Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak
maupun guru tidak dapat membaca tulisan tersebut.
15
Ada 15 macam aktifitas yang dapat digunakan untuk membantu anak
berkesulitan belajar menulis dengan tangan (menulis permulaan) sebagai berikut :
a. Aktifitas menggunakan papan tulis
Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang
sesungguhnya. Kepada anak disediakan papan tulis dan spidol/kapur, dan
pada papan tulis tersebut anak diberi kebebasan untuk menggambar garis,
lingkaran, dsb.
b. Posisi
Untuk latihan menulis, anak hendaknya disediakan kursi yang
nyaman dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyang. Kedua
tangan anak diletakkan diatas meja, tangan yang satu untuk menulis dan
tangan yang lain untuk memegang kertas bagian atas.
c. Kertas
Posisi kertas untuk menulis cetak sejajar dengan sisi meja, untuk
menulis tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagi anak yang menggunakan
tangan kanan, dan 60 derajat ke kanan bagi anak yang menggunakan
tangan kiri atau kidal. Agar kertas tidak bergerak, dapat direkat dengan
selotip.
d. Memegang pensil
Banyak anak berkesulitan belajar menulis yang memegang pensil
dengan cara yang tidak benar. Untuk memegang pensil yang benar, ibu
jari dan telunjuk di atas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah
pensil, dan pensil di pegang agak sedikit di atas bagian yang diraut. Bagi
anak yang belum dapat memegang pensil dengan benar, bagian pensil
yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip, atau latihan dapat
dimulai dengan spidol besar, spidol sedang, spidol biasa, dan baru
kemudian pensil.
e. Titik-titik
Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang
terbuat dari titik titik. Selanjutnya, anak diminta untuk menghubungkan
titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh
16
f. Menjiplak dengan semakin dikurangi
Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk
menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis sebagian
besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak diminta untuk
meneruskan penulisan.
g. Buku bergaris tiga
Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tebal tipis (halus
kasar). Dengan buku bergaris semacam itu, anak dapat berlatih membuat
dan meletakkan huruf-huruf secara benar.
h. Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf
Ada huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit ditulis.
Berbagai huruf yang mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e;
sedangkan yang sulit adalah x, z, y, j, p, b, h,k,f, g, dan q. Anak hendaknya
diajar menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke yang
lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari keduanya.
i. Bantuan verbal
Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan bantuan
dengan mengucapkan petunjuk seperti “naik”, “turun”, “belok”, “stop”,
dll.
j. Kata dan kalimat
Setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan
dengan menulis kata-kata dan selanjutnya kalimat. Penempatan huruf,
ukuran, dan kemiringan hendaknya juga memperoleh perhatian.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan Menulis permulaan adalah tahapan proses belajar menulis atau kemampuan
dasar yang dimiliki siswa sekolah dasar kelas awal degan cara merealisasikan simbol-simbol
bunyi menjadi huruf-huruf yang dapat dikenali secara konkrit sesuai dengan tata cara
menulis yang baik sehingga siswa tersebut dapat menulis dengan menggunakan ejaan yang
benar dan mampu menyatakan ide/gagasan secara tertulis.
Tujuan utama menulis permulaan menurut M. Subana dan Sunarti (2009: 236) adalah
mendidik anak-anak agar ia mampu menulis.
Jenis-jenis menulis permulaan tersebut diajarkan kepada siswa secara bertahap, mulai
dari yang dianggap mudah dipahami siswa sampai dianggap rumit oleh siswa. Selain itu,
jenis menulis permulaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa, mulai dari
kelas 1 dan sampai kelas 2, sehingga jenis-jenis menulis permulaan dapat dikuasai siswa
secara menyeluruh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menulis antara lain kematangan koordinasi motorik
dan sensoris serta didukung oleh lingkungan.
Pembelajaran menulis permulaan terdiri dari media, metode, serta langkah-langkah yang
tepat digunakan oleh guru saat mengajar.
Problematika menulis permulaan dapat dilihat dari kesulitan belajar menulis siswa,
faktor-faktor yang menyebabkan anak kesulitan menulis serta bimbingan yang tepat
dilakukan guru dalam mengatasi anak yang mengalami kesulitan menulis permulaan.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai
hakikat berbicara, jenis-jenis berbicara, dan pembicara ideal. Dan demi penyempurnaan
makalah, penulis membuka kritik yang konstruktif dari pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di SD. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Ari. (2012, Maret 17). Aspek Menulis : Pengertian, Metode Menulis Permulaan, dan langkah-
langkah. hal. 1-2.
19