MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Problematika
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu
Titik Dwi Ramthi Hakim, M. Pd.
Oleh:
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Problematika Pembelajaran Keterampilan Berbicara”.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kelak
kita mendapat syafaatnya di hari kiamat. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Problematika Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia”
Selesainya makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu pemakalah tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Penulis tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami,
2. Dr. Erna Iftanti, S.S.,M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Bahasa Indonesia
yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur jurusan kami,
3. Titik Dwi Ramthi Hakim, M. Pd. Selaku dosen mata kuliah Problematika
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan nasihat
dan bimbingannya dalam menyusun makalah ini,
4. Semua pihak yang telah ikut mendukung dan membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sumpurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.Harapan penulis semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya mengenai
prosedur menyusun program siaran.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................5
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pembelajaran menulis .............................................................6
B. Problematika guru dalam pembelajaran menulis ......................................8
C. Problematika siswa dalam pembelajaran menulis ....................................10
D. Solusi problematika dalam pembelajaran menulis ...................................11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................14
B. Saran ......................................................................................................14
DAFTAR RUJUKAN 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pembahasan makalah ini akan dibahas mengenai problematika pembelajaran
keterampilan berbicara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian pembelajaran menulis?
2. Bagaimanakah problematika guru dalam pembelajaran menulis?
3. Bagaimanakah problematika siswa dalam pembelajaran menulis?
4. Bagaimanakah solusi problematika pembelajaran menulis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran membaca.
2. Untuk mendeskripsikan problematika guru dalam pembelajaran membaca.
3. Untuk mendeskripsikan problematika siswa dalam pembelajaran membaca.
4. Untuk mendeskripsikan solusi problematika pembelajaran membaca.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang masalah pada bab 2 ini akan menjelaskan
mengenai pengertian pembelajaran menulis, problematika guru dalam pembelajaran
menulis, problematika siswa dalam pembelajaran menulis, dan solusi problematika
pembelajaran menulis.
A. Pembelajaran Menulis
Pranoto (dalam Edi Saputra 2014: 80) menjelaskan Keterampilan menulis
adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-
kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut
dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil menurut Byrne, Penulis
biasanya lebih memikirkan apa yang dikomunikasikan. Namun demikian, penulis
tetap harus melibatkan perhatian pembaca.
Penggunaan istilah menulis dan mengarang merupakan dua hal yang dianggap
sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan berbeda oleh sebagian ahli lainya. Dalam
tulisan ini, kedua istilah tersebut penggunaanya dipandang bersinonim. Oleh karena
itu, keduanya dapat saling menggantikan. Sejalan dengan hal itu, tulisan sebagai hasil
menulis berpadanan dengan karangan sebagai hasil mengarang. Mardiyah, (2016: 3)
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus
dipelajari siswa. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
sangat rumit. Keterampilan ini memang lebih susah dari pada keterampilan bahasa
yang lainnya. Dibutuhkan proses belajar dan latihan untuk mengasah bakat dan
keterampilan menulis yang sudah ada sebelumnya. Dengan berdasar pada betapa
pentingnya keterampilan menulis ini, para ahli banyak mendefinisikan keterampilan
atau kegiatan menulis ini sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Berikut akan
dituliskan beberapa pengertian menulis menurut para ahli.
Menurut Djuharie (dalam Edi Saputra 2014: 80) menulis merupakan
keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan pendapat Ebo
6
bahwa semua orang dapat menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan
oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
pengertian menulis menurut Pranoto (dalam Edi Saputra 2014: 80)
berpendapat, bahwa menulis dapat diartikan menuangkan buah pikiran ke dalam
bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis
juga dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Dengan kata lain, melalui menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak
langsung.
Menulis, menurut Crimmon (dalam Mardiyah, 2016: 3) merupakan kegiatan
menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan
ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya
dengan mudah dan jelas. Sejalan dengan pendapat di atas, Slamet berpendapat bahwa
menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan
juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup
seseorang dalam bahasa tulis.
Tarigan (dalam Mardiyah, 2016: 4) berpendapat bahwa menulis merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak bertatap muka dengan orang lain. Lebih lanjut Tarigan
menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu proses menirukan, melukiskan
lambang-lambang grafis yang menggambarkan bahwa suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafis tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan aktivitas manusia yang terarah dan sadar untuk menuangkan ide, gagasan,
pikiran, perasaan, atau pengalaman dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan menggunakan kalimat yang logis, sehingga orang lain dapat
memahami maksud yang disampaikan sesuai dengan tujuan penulis. Dalam
pembelajaran siswa hendaklah diarahkan ke pengembangan potensi diri sendiri.
Segala masalah kebahasaan yang perlu dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai
dengan zamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernuansa kekinian.
7
Sumber bahasa yang digunakan oleh guru juga harus mengacu ke minat dan harapan
siswa. Dengan demikian siswa dapat tertarik dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
B. Problematika Guru Dalam Pembelajaran Menulis
Biasanya guru abai terhadap penulisan huruf dan tanda baca yang benar,
utamanya bukan guru bidang studi bahasa Indonesia. Bagi guru bidang studi bahasa
Indonesia, tidak memberikan standar disasi penulisan huruf dan tanda baca secara
kontinu. Dimungkinkan juga antara guru bahasa Indonesia dengan guru bidang studi
yang lain saling melempar tanggung jawab tentang standardisasi penulisan tersebut
(Muttaqillah, 2015).
Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahlian tidak mampu
menunjukkan sisi lain dari pembelajaran sastra bahwa sastra mengandung manfaat
bagi perkembangan intelektual siswa.
8
Guru menjadi faktor penting dalam pembelajaran Menulis. Jika guru yang
mengajar tidak memiliki keahlian di bidangnya maka faktor lainnya tidak akan dapat
berjalan dengan maksimal. Guru adalah kunci sukses terlaksananya proses
pembelajaran yang berkualitas. Permasalahan yang berhubungan dengan guru dapat
diatasi dengan meningkatkan kualitas diri pengajar serta mengembangkan kompetensi
yang dimilikinya.
Para siswa saat ini merasa sulit dalam menulis sambung. Hal ini disebabkan
oleh tiadanya pembiasan menulis sambung yang standar. Guru hanya terpaku dengan
kurikulum yang mengembangkan penalaran siswa, namun faktor keindahan dalam
menulis tidak diutamakan. Pada tingkat sekolah dasar, mulai dari kelas 4 SD – SMA
tidak lagi diperkenalkan menulis sambung. Hal ini juga disebabkan oleh bagaimana
guru mengejar materi pelajaran agar cepat tuntas. Lagi pula tuntunan menulis
sambung setelah kelas 4 SD sudah tidak tersurat dalam kurikulum. Padahal
pembiasaan menulis indah itu harus dibiasakan sejak dini.
Diyan Permata Yanda, Dina Ramadhanti (2019: 6) Guru yang ada di sekolah
masih terbatas, sehingga ada guru yang mengajar untuk dua mata pelajaran yang
berbeda. Bahkan, mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan oleh guru mata pelajaran
PPKn. Hal ini sangat bertentangan dengan pembelajaran sesungguhnya, bahwa guru
harus mengajar sesuai dengan bidangnya demi tercapainya tujuan pembelajaran,
apalagi untuk pembelajaran sastra harus diajarkan oleh guru bahasa Indonesia yang
menguasai teori, metode, dan evaluasi pembelajaran sastra.Masalah yang mendasar
adalah apabila guru bidang studi di luar pelajaran bahasa Indonesia tidak menganggap
penting tentang bagaimana cara menulis yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang
berlaku. Fenomena ini menjadi hal umum terjadi. Bila kita amati secara umum dan
seksama, tampak hanya guru bidang studi bahasa Indonesia yang amat peduli tentang
teknik penulisan yang sesuai kaidah ejaan. Bila saja guru IPA, IPS, Matematika, dan
sebagainya, menulis sesuai kaidah ejaan yang baik dan benar, tentu akan diikuti oleh
para siswanya. Jadi apa yang diberikan pembelajaran oleh guru bahasa Indonesia,
setidaknya juga sama halnya dilakukan oleh guru bidang studi yang lain.
9
C. Problematika Siswa Dalam Pembelajaran Membaca
Bila kita perhatikan tulisan siswa, ada beberapa masalah dalam penulisan antara
lain, penulisan huruf, dan tanda baca.
1. Penulisan huruf
Dalam menulis huruf, siswa sering kali salah dalam menulis huruf. Beberapa
kesalahan dalam penulisan huruf yaitu tata cara menulis huruf kapital dan huruf kecil.
Mereka salah menulis huruf di awal kalimat, nama orang, nama tempat-tempat
penting, nama jabatan, judul karangan, dan sebagainya. Hal inilah yang sering
dijumpai dalam pembelajaran menulis di sekolah (Muttaqillah, 2015).
Kesalahan-kesalahan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia jelas sangat
mengganggu keberhasilan siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut harus dapat
penanganan agar tercapai tujuan pembelajaran.
Sebagai contoh, kesalahan-kesalahan menulis ejaan yang sering dijumpai:
a. Keslahan menulis huruf kapital pada awal kalimat.
1) kita harus berangkat sekarang.
2) pada hari itu saya sedang tak ada di rumah.
3) kita harus tekiun dalam belajar agar nilainya baik.
b. Kesalahan menulis huruf kapital pada setiap kata. Setiap awal kata
dalam kalimat siswa menulis dengan huruf kapital semua
1) Kucing Itu Berlari Dengan Cepatnya.
2) Burung-Burung Berkicauan Di Atas Dahan.
3) Pencuri Itu Lari Pontang-Panting Dikejar Masa.
c. Kesalahan menulis huruf kapital pada nama orang
1) andi bermain bola dengan ali.
2) susi dan santi bermain karet.
3) Pak somad sedang mencangkul di ladangnya.
d. Menulis huruf kapital di tengah-tengah kata
baPak, iBu, aYah, aTuran, peKerjaan, tiDak, beRasal, iTu
10
e. Kesalahan menulis huruf kapital pada nama kota dan tempat-tempat
penting
1) jakarta ibu kota indonesia.
2) kebun binatang ragunan banyak pengunjungnya.
2. Kesalahan dalam menulis tanda baca. Kesalahan ini sering penulis temui
pada semua jenjang pendidikan baik di sekolah maupun perguruan tinggi.
a. Tidak digunakannya tanda petik ( “…”) pada penulisan percakapan
dua orang atau lebih (dialog):
Amir: Apa kabar, Mal, hari ini.
Akmal: Alhamdulillah, baik-baik saja.
b. Sebuah kesalahan apabila tanda titik sering ditulis setelah tanda petik
pada penulisan dialog:
Andi: “Saya tadi ke rumahmu, La, ternyata kamu masih
tidur”.
Lela: “Oh, maaf, ya, Di, aku tadi ngantuk sekali, sih”.
c. Tidak digunakan tanda titik (.) pada singkatan nama atau gelar yang
terakhir:
1) Drs. Ahmad Dahlan, M. A
2) Sartana, S. H
3) Drs. Abdul Rohim, M. Pd
4) H. Sarmili H. M
d. Tidak digunakan tanda titik di antara singkatan nama gelar:
1) Drs. Ahmad Dahlan, MA.
2) Sartana, SH.
3) Drs. Abdul Rohim, MPd.
4) H. Sarmili HM.
e. Tidak menggunakan tanda titik pada akhir kalimat:
1) Penerbitan berkala adalah penerbitan yang dilakukan
terus menerus dalam waktu tetap atau tidak tetap
11
2) Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang
perempuan mengikuti latihan paduan suara
12
dengan mengisi jawaban sesuai denga kaidah penulisan. Selama setahun atau dalam
kurun waktu dua semester di kelas tertentu, akan menunjukkan hasil yang baik.
Sekalipun demikian, para guru melakukan evaluasi kontinu, tidak berarti akan
seratus persen siswa mampu menulis sesuai kaidah kebahasaan, akan tetapi guru akan
mampu meninimalisir kesalahan-kesalahn menulis yang berkelanjutan. Walaupun
yang dijumpai guru, ada siswa yang terus-menerus melakukan keslahan yang sama
pada siswa yang itu-itu saja, tentu memberikan jalan untuk mengatasi persoalan yang
lebih besar. Karena guru sudah dapat mengidentifikasi siapa yang bermasalah, akan
semakin mudah mengatasinya.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis, khususnya kepada siswa, berbagai
jenis lomba menulis harus diupayakan. Melalui berbagai kesempatan perayaan hari-
hari besar, maupun di luar itu secara berkala dilakukan perlombaan menulis. Lomba-
lomba tersebut merangsang siswa untuk berselancar dalam menulis, sehingga
memberikan pembiasaan yang baik kepada mereka, dan terus meningkatkan
kemampuannya.
Kepada siswa yang belum optimis mampu menulis yang baik, maka guru harus
mampu memberikan motivasi. Motivasi itu dapat berupa dorongan yang
mmenjadikan siswa berani untuk menulis. Termasuk tidak melarang sama sekali jika
murid salah menulis. Siswa berani salah. Dalam batas-batas latihan dan pendidikan
kesalahan-kesalahan itu hendaknya dapat ditoleransi. Mengapa demikian? Kesalahan
yang ada pada siswa sebagai suatu hal penting sebagai bahan informasi kepada siswa
yang bersangkutan agar mengetahui kesalahan dan memberikan pemecahan
perbaikannya. Siswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki sesuai petunjuk
gurunya. Apabila siswa sudah mampu memperbaiki sesuai petunjuk gurunya, hal ini
merupakan jalan yang terbaik, positif, dan dapat dinyatakan sukses dalam mengajar.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
2. Problematika guru dalam pembelajaran menulis adalah Guru mengajar tidak sesuai
bidang keahlian, siswa dan guru memiliki latar belakang budaya yang berbeda,
kurikulum yang terus mengalami perubahan sebelum benar-benar terealisasi dengan
maksimal di lapangan, metode pembelajaran yang tidak bervariasi dan tidak
bermakna bagi siswa,
1. Kepada pendidik, makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam
pembelajaran terkait dengan problematika pembelajaran menulis.
14
2. Kepada peserta didik, makalah ini dapat dijadikan bahan referensi penyelesaian
tugas yang berkaitan dengan problematika pembelajaran menulis.
15
DAFTAR RUJUKAN
http://muttaqilah123.blogspot.com/2015/02/problematika-menulis.html?m=1 diakses
17 mei 2020
16