Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

HAKIKAT PEMBELAJARAN MENULIS DAN BERBICARA KREATIF MI/SD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Bahasa Indonesia 1 MI/SD

Dosen Pengampu:

Dr. Mohamad Zubad Nurul Yaqin, M.Pd

Disusun Oleh:

Ahmad Akhid Yusuf Saputra (210103110132)

Rahmat Nur Latif (210103110151)

Khumairotul Nur Fadillah (210103110154)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam atas segala rahmat,
hidayah serta karunia-Nya. Selama ini senantiasa memberi petunjuk, pertolongan, serta kekuatan
lahir dan batin. Sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul "Hakikat
Pembelajaran menulis dan Kreatif MI/SD” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta para pengemban
risalahnya yang selalu setia hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan dan saran
serta dukungan dalam proses penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikannya. Terutama
Bapak Dr. Mohamad Zubad Nurul Yaqin, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2
MI/SD. Terima kasih teruntuk teman-teman kelas. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik dalam hal penyajian maupun penggunaan
bahasa. Namun demikian inilah yang terbaik yang penulis lakukan dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu semua masukan,
kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan bagi penyempurnaan makalah
ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Aamiin ya Robbal Alamin.

Malang, 6 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 7
A. Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Problematika Pembelajaran Menulis dan Berbicara
Kreatif.......................................................................................................................................... 7
B. Pendekatan dan Strategi pembelajaran menulis dan berbicara kreatif ............................... 12
C. Metode dan Teknik Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif .................................... 14
D. Perencanaan Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif ............................................... 21
E. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif ....................... 24
F. Model Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif ......................................................... 24
G. Evaluasi Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif ..................................................... 30
H. Analisis Kasus Pengembangan Kompetensi Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif
Dalam Berbagai Konteks Penelitian ......................................................................................... 32
BAB III ......................................................................................................................................... 34
PENUTUP..................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 35
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada tingkat SD/MI memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman
dan keterampilan berbahasa siswa. Bahasa sendiri merupakan media dalam menyampaikan
maupun menerima informasi agar selaras antara individu. Keterampilan berbahasa terdiri
atas empat komponen utama, yaitu menyimak, menulis, membaca, dan berbicara. Keempat
komponen ini harus dilatih terus-menerus agar dapat dikuasai dan dipahami dengan cepat
karena kemampuan bahasa bukanlah hal yang alamiah, terutama kegiatan menulis dan
berbicara. Alasannya karena kedua kegiatan ini bersifat produktif. Kedua kegiatan
pembelajaran ini bersifat menyampaian bukan reserpatif atau penerimaan. Sehingga perlu
benar-benar dilatih agar informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dan sejalan
dengan pemikiran penulis maupun pembicara.
Kemampuan menulis dan berbicara siswa MI/SD umumnya ditentukan oleh
bagaimana metode pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Pembelajaran menulis
dan berbicara dapat ditingkatkan melalui pola pikir kreatif. Dengan adanya pikiran-pikiran
kreatif, guru dapat membuat metode, maupun memanfaatkan media serta melakukan
evaluasi pembelajaran yang menarik serta berkembang sesuai dengan teknologi terkini.
Selain itu, pola pikir kreatif guru dapat membantu dalam menghindari kebosanan serta
mempercepat proses pemahaman bagi siswa maupun orang yang menerima informasi yang
disampaikan. Hal ini karena bahasa yang hidup ialah bahasa yang dapat digunakan dalam
proses berpikir, dapat didengarkan, dapat dibicarakan lagi dan mampu ditulis kembali.
Pembelajaran menulis dan berbicara kreatif sangat penting. Menulis dapat diartikan
sebagai sebuah proses menuangkan isi pikiran agar dapat dibaca orang lain dalam bentuk
tulisan1. Pembelajaran menulis dapat dikatakan sebagai manifestasi

1
Misra, ‘Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol . 1 No . 2 ISSN 2354-614X Peningkatan Kemampuan Menulis
Pengumuman Melalui Metode Latihan Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Gio Kecamatan Moutong’, Jurnal Kreatif
Tadulako Online, 1.2 (2013), 60–73 <https://media.neliti.com/media/publications/111917-ID-peningkatan-
kemampuan-menulis-pengumuman.pdf>.
berbahasa paling akhir dari keempat tahap pembelajaran dasar lainnya. Selain menulis,
berbicara juga berkaitan dengan pemberian informasi. Berbicara sendiri memiliki
pengertian sebagai kemampuan dalam mengucapkan kata-kata yang bertujuan untuk
melakukan komunikasi2. Melihat betapa pentingnya kedua pembelajaran tersebut, maka
dirasakan perlu untuk membuat makalah dengan judul “Hakikat Pembelajaran Menulis
Dan Berbicara Kreatif MI/SD”. Untuk mempelajari bagaimana cara mengajarkan kepada
siswa SD/MI bagaimana cara belajar berbicara dan menulis secara kreatif. Agar siswa bisa
berbicara dan menulis secara kreatif.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian, tujuan, manfaat, dan problematika pembelajaran menulis dan
berbicara kreatif?
2. Apa saja pendekatan dan strategi pembelajaran menulis dan berbicara kreatif?
3. Apa saja metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran menulis dan
berbicara kreatif?
4. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis dan berbicara kreatif?
5. Bagaimana pengembangan bahan ajar pembelajaran menulis dan berbicara kreatif?
6. Bagaimana model pembelajaran menulis dan berbicara kreatif?
7. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran menulis dan berbicara kreatif?
8. Bagaimana analisis kasus pengembangan kompetensi pembelajaran menulis dan
berbicara kreatif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, manfaat, dan problematika pembelajaran
menulis dan berbicara kreatif.
2. Untuk mengetahui apa saja pendekatan dan strategi pembelajaran menulis dan
berbicara kreatif.
3. Untuk mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran menulis
dan berbicara kreatif.

2
Apri Damai and others, Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD, ed. by Thoma Diman, pertama (Bekasi:
Penerbit Media Maxima, 2018).
4. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran menulis dan berbicara kreatif.
5. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar pembelajaran menulis dan berbicara
kreatif.
6. Untuk mengetahui model pembelajaran menulis dan berbicara kreatif.
7. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran menulis dan berbicara kreatif.
8. Untuk mengetahui analisis kasus pengembangan kompetensi pembelajaran menulis
dan berbicara kreatif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Problematika Pembelajaran Menulis dan


Berbicara Kreatif

1. Pengertian Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif


a. Pengertian Pembelajaran Menulis Kreatif
Ketrampilan menulis adalah salah satu ketrampilan bahasa siswa yang perlu
dipelajari. Menulis menurut Morris dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
menyampaikan pesan atau berkomunikasi dengan menggunakan alat atau media berupa
bahasa tulis.3
Menulis termasuk salah satu keterampilan berbahasa yang dikatakan sangat
ekspresif dan produktif. Menulis dikatakan ekspresif karena menulis berasal dari
perasaan dan diekspresikan atau dituangkan melalui tulisan yang digoreskan oleh
tangan kita sebagai bentuk gerakan motoric halus. Kemudian, menulis dikatakan
produktif karena dalam prosesnya menulis dapat menghasilkan karya nyata berbentuk
tulisan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tulisan adalah karya yang dihasilkan dari
gagasan seseorang yang bisa dipahami dengan baik oleh orang lain yang membacanya.
Berkaitan dengan ketrampilan, keterampilan menulis adalah keterampilan dalam
pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada
suatu halaman tertentu.

3
Tarigan. 2008. Hal. 1-16
4
Nurhadi. Handbooks of Writing. Bumi Aksara, 2017.
Jadi, berdasarkan pendapat yang telah disebutkan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa menulis kreatif adalah kegiatan mengemukakan pikiran dan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tertulis yang dapat dimengerti dengan
mudah dan mampu menarik imajinasi seorang pembaca. Sehingga pembaca dapat
memahami isi tulisan tersebut.

b. Pengertian Pembelajaran Berbicara Kreatif


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berbicara adalah berbahasa, berkata,
bercakap, dan melahirkan suatu pendapat yang dapat berupa lisan atau perkataan atau
berunding. Menurut Henry Guntur Tarigan di dalam bukunya yang berjudul Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa menyebutkan bahwa berbicara adalah
kemampuan menerangkan bunyi-bunyi atau kata-kata untuk menyampaikan pikiran
dan perasaan.5 Sedangkan Arsjad dan Mukti U.S. mengemukakan bahwa kemampuan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.6
Berbicara dapat dikatakan sebagai bentuk komunikasi verbal yang sangat sering
dilakukan oleh manusia untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang telah tersusun
dengan baik dan rapi dalam pikiran. Berbicara adalah jenis keterampilan berbahasa
yang disampaikan secara lisan atau diungkapkan dengan kata-kata. Apabila dikaitkan
dengan kreativitas, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat perlu
diperhatikan karena berbicara dapat menghasilkan gagasan-gagasan kreatif. Sehingga
bisa lebih membuat percaya diri dan lebih baik dalam penyampaian public speaking.

2. Tujuan Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif

Menurut kurikulum 2006 tentang tujuan pembelajaran menulis


kreatif ada empat, yaitu :

a) Mampu mengemukakan ide atau gagasan

5
Henry Guntur Tarigan. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. 1983. hal. 15
6
Arsjad, Maidar G. dan Mukti, U.S. (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
b) Mampu memahami materi dari berbagi segi, bentuk, makna
dan fungsi
c) Memiliki kemampuan dalam menggunakan materi yang
diajarkan untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya,
kematangan emosional dan kematangan sosial serta,
d) Mengingat materi dan memudahkannya dalam
mempelajarinnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan
wawasan.7

Menurut Umi Faizah (2011:9), “tujuan utama berbicara adalah


untuk berkomunikasi secara langsung antara pembicara dan
pendengar.” 8
Kemudian O’loghlin (dalam Umi Faizah, 2011:8)
menyatakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk mencari informasi
agar pendengar bisa mengambil dan mempergunakan informasi
tersebut atau mereka menginginkannya sebagai gambaran dari
cerminan hidup mereka.”9

Kaitannya dengan tujuan berbicara menurut Ochs dan Winkler


(1979) menjelaskan secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai
berikut: 10
a) Mendorong atau menstimulasi
Pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan
kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.
b) Meyakinkan
Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan sikap mental/
intelektual kepada para pendengarnya.
c) Menggerakkan
Pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para

7
Krisna Anggraeni. Efektivitas Model Menulis Kolaborasi Dengan Media Big Book Terhadap Keterampilan
Menulis Kreatif. (Cakrawala Pendas:2017). Vol. 3 No.2. hal. 4
8
Umi Faizah, 2011. hal. 9
9
Umi Faizah, 2011. hal. 8
10
Kundharu, Pembelajaran..., 58.
pendengar dengan terbangkitkannya emosi.
d) Menginformasikan
Pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan
sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar
mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.
e) Menghibur
Pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para
pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh
pendengar.

3. Manfaat Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif


Menurut Mohamad Yunus dan Suparno ( 2009 :1.4 ) mengemukakan
manfaat menulis adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan kecerdasan
b) Mengembangkan inisiatif dan kreatifitas
c) Menumbuhkan keberanian
d) Mendorong dan mengumpulkan informasi.11

Menurut (Mahardika,2015 : 93) manfaat berbicara kreatif di bagi sebagi


berikut :

1. Memperlancar berbicara antar sesama


2. Mepermudah menjalin informasi
3. Meningkatkan kepercayaan diri
4. Meningkatkan kewibawaan diri
5. Mempererat hubungan antar masyarakat
6. Sebagai penunjang meraih pekerjaan
7. Meningkatkan mutu profesi dan pekerjaan

11
https://eprints.uny.ac.id/13737/2/BAB%20II.pdf
4. Problematika Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif

Dalam menyikapi problematika membaca dan berbicara kreatif


seorang guru tentunya memiliki tugas untuk mempersiapkan siswa
agar termotivasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan
berbicara kreatif agar pemahaman terhadap apa yang ditulis bisa di
mengerti.

Berikut ini problematika menulis:

1. Penulisan huruf – Dalam hal ini siswa sering kali salah dalam
menulis huruf.
2. Kesalahan dalam menulis tanda baca
3. Kesalahan dalam menulis kata depan, imbuhan, dan pemutusan
kata.
4. Penulisan paragraf, sering kali siswa sudah diperkenalkan
berbagai jenis paragraf, tetapi mereka masih merasa kesulitan
apalagi membedakan jenis-jenis paragraf.12

Berbicara merupakan salah satu dari ketrampilan berbahasa yang


diperlukan seseorang dengan pelatihan yang dilakukan secara
intensif. Ada beberapa problematika yang bisa terjadi ketika
berbicara kretif diantaranya :

1. Merasa malu saat berbicara di depan umum .


2. Terbata – bata dalam berbicara.
3. Lupa apa yang ingin disampaikan sebelumnya.
4. Mengulang – ngulang suatu perkataan yang sudah

12
Ahmad Muttaqillah. Problematika Menulis. (14 February 2015).
disampaikan sebelumnya.13

Sebelumnya suatu problematika dapat terjadi pada guru


maupun peserta didik dalam proses pembelajarn. Problemtika
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain:
1. Pengaruh budaya yang menghubungkan antar sesama
2. Pola pendidikan dan kurikulum pembelajaran
3. Hambatan dalam proses pembelajaran seperti terbatasnya jam
pertemuan, sumber belajar dan media yang kurang memadai
4. Kepribadian guru dan peserta didik
5. Kondisi psikis dan psikologi guru dan peserta didik14

B. Pendekatan dan Strategi pembelajaran menulis dan berbicara kreatif


1. Pendekatan pembelajaran menulis dan berbicara kreatif
a) Pendekatan pembelajaran menulis kreatif
Dalam hal menulis diperlukan pendekatan-pendekatan menulis dengan cara
sebagai berikut :
1. Pendekatan frekuensi yaitu dengan memperbanyak latihan mengarang, karena
itu akan membantu meningkatkan ketrampilan menulis seseorang.
2. Pendekatan gramatikal yaitu dengan cara memperbanyak pengetahuan
mengenai struktur bahasa agar mempercepat kemahiran orang dalam menulis.
3. Pendekatan koreksi yaitu menyatakan bahwa seseorang bisa mahir menulis
karena dia menerima banyak koreksi atau masukan yang diperoleh dari
tulisannya.

13
Syihabbul Hudaa. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia (Sukabumi: CV Jejak, 2018). Hal 9
14
Fauzatul Ma’rufah Rohmanumerta Sri Budyartati, Ami Gemilang Harsanti, Dkk. Problematika Pembelajaran Di
Sekolah Dasar (Magetan: CV. AE Media Grafika, 2016). Hal 4-6
4. Pendekatan formal yaitu bahwa ketrampilan menulis akan didapat apabila
pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewancanaan, serta aturan penulisan
dikuasai dengan baik.15
b) Pendekatan pembelajaran berbicara kreatif
Pendekatan berbicara adalah pengajaran penguasaan ketrampilan berbicara
dengan pengalaman bahasa anak yang meliputi membaca, menyimak, dan menulis
(Harjasujana, 1997: 187). Dan aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
berbicara yaitu meliputi kemampuan berpikir dan kemampuan mengungkapakan
bahasa.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pendekatan berbicara kreatif adalah :

1. Pembelajaran berbicara kratif merupakan suatu pendekatan untuk proses


pengajaran dalam mengungkapkan bahasa
2. Materi ajar dipelajari dari diri sendiri atau pengalaman berbicara dari
orang yang mempelajarinya.
3. Pelaksanaan pembelajaran melibatkan seluruh aspek ketrampilan berbicara
seseorang secara integrative (secara kesatuan).16
2. Strategi pembelajaran menulis dan berbicara kreatif
Strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang wajib dilaksanakan oleh
setiap guru dan siswa agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Isjoni 2007: 2).17
a) Strategi pembelajaran menulis
Dalam kegiatan pembelajaran menulis harus dengan tahapan seperti berikut :
1. Menyiptakan diksi yaitu siswa dilatih untuk memilih kata secara tepat dan
digunakan sesuai dengan pembaca yang dituju.
2. Pembuatan keliamt efektif yaitu siswa dilatih untuk menciptakan bebrbagai
jenis kaliamta sehingga tulisannya mudah dan jelas untuk dibaca.

15
https://www.academia.edu/42276629/PENDEKATAN_METODE_DAN_JENIS_TES_MENYIMAK_BERBICA
RA_MEMBACA_DAN_MENULIS
16
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313273/penelitian/ARTIKEL+BERBICARA+PENDKTAN+PNGLMAN+BE
RBAHASA.pdf
17
I PUTU MAS DEWANTARA. Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara. (Jurnal Santiaji
Pendidikan, 1 januari 2016). Vol. 6 No. 2 hal. 39
3. Membangun paragraf yaitu dengan melatih siswa menyusun paragraph
berdasarkan kalimat topik yang telah dikembangkan.
4. Pembatasan dan penjabaran topik yaitu dengan membatasi topik karangan
agar lebih ringkas untuk dipahami.
5. Memilih jenis dan penciptaan wacana yaitu dengan melatih siswa secara
intensif untuk menyusun wacana.18
b) Strategi pembelajaran berbicara kreatif

Adapun strategi atau langkah – langkah dalam pembelajaran berbicara


kreatif adalah :

1. Dengan mengidentifikasi minat, latar belakang pengalama, dan fasilitas


bahasa lisan anak.
2. Merencanakan dan mendiskusikan pengalaman anak atau topik tertentu
yang dipilih anak.
3. Mencatat dan merekam bahasa ( cerita ) anak.
4. Mengembangkan ketrampilan anak sesuai dengan kebutuhan dengan cara
membacakan atau memperdengarkan hasil rekaman pada siswa.19

C. Metode dan Teknik Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif


Menurut KBBI (W.J.S. Poerwadarminta), metode yaitu cara yang telah atau
terstruktur untuk mencapai suatu tujuan . dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana
bahan ajar yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis dengan melakukan pendekatan.

1. Metode Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif


a) Metode pembelajaran menulis
Dalam pembelajaran menulis, ada beberapa metode yaitu :

18
http://wahyurosidin.blogspot.com/2017/10/makalah-strategi-pembelajaran-menulis.html
19
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313273/penelitian/ARTIKEL+BERBICARA+PENDKTAN+PNGLMAN+BE
RBAHASA.pdf
1. Metode langsung yaitu pengajaran dengan merancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan
yang terstruktur dengan baik dan mudah dipahami.
2. Metode komunikatif yaitu desain yang harus mencakup semua keterampilan
bahasa.
3. Metode integrative yaitutidak mencaku beberapa aspek kedalam satu proses
artinya ada beberapa bidang studi dalam pengembangan menulis.
4. Metode tematik yaitu semua komponen pembelajaran diintegrasikan ke dalam
tema yang sama dalam satu unit pertemuan.
5. Metode konstruktivistik yaitu belajar menemukan. Maksudnya, guru
menyampaikan sesuatu kepada siswa dan siswa melakukan pencarian
informasi untuk memahami hasil penyampaian dari guru.20
b) Metode pembelajaran berbicara kreatif
Metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara yaitu sebagai berikut
:
1. Metode ulang ucap yaitu berbicara kemudian siswa menirukan suara yang telah
di ucapkan oleh guru.
2. Metode lihat ucap yaitu guru memperlihatkan gambar atau benda tertentu, lalu
siswa diminta menyebutkan nama gambar atau benda yang telahdiperlihatkan
oleh guru.
3. Metode menjelaskan yaitu guru menjelaskan secara terperinci dengan
diringkas semedikian rupa agar mudah dipahami oleh siswa untuk mencapai
tujuan.
4. Metode menjawab pertanyaan yaitu guru memancing siswa untuk berani
bertanya jawab.
5. Metode bertanya yaitu dengan meminta siswa mengajukan pertanyaan
berbagai hal lain agar bisa melatih mental siswa.21

2. Teknik Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif

20
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Membaca. Bandung: Angkasa.
21
Pandapotan Tambunan. Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar. (Jurnal Curere, 2018). Vol. 2
No. 1
a. Teknik Pembelajaran Menulis Kreatif
Dalam pembelajaran menulis kreatif terdapat berbagai macam teknik, beberapa
diantaranya yaitu:
1. Teknik Kata Berantai
Teknik kata berantai membahas terkait teori pengetahuan kata dan konsep sebuah
kata. Sebuah kata akan tersusun dengan kata selanjutnya apabila mempunyai kumpulan
konsep kata tersebut. Teknik kata berantai dapat melatih siswa untuk menghubungkan
setiap kata dengan kata-kata lain yang lebih dekat sesuai topik yang sudah ditentukan.
Adapun cara yang lebih menarik, yaitu teknik kata berantai dilaksanakan secara
berkelompok. Setiap siswa harus berpikir cepat untuk menyusun setiap kata yang telah
dituliskan oleh siswa lain hingga menjadi sebuah puisi yang utuh.
Menurut Ekoati (2010), Teknik kata berantai dilakukan seperti permainan bisik
berantai. Adapun bedanya yaitu bisik berantai dilakukan dengan cara diucapkan sedangkan
kata berantai dilakukan dengan cara dituliskan. Karena kata berantai merupakan salah satu
bentuk permainan maka diharapkan dapat menumbuhkan semangat siswa dalam menulis.
Teknik kata berantai dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. Membagi siswa menjadi 4 kelompok
b. Setiap kelompok memilih tema dengan cara diundi
c. Setiap kelompok menentukan subtema yang digunakan sebagai judul puisi.
d. Selanjutnya siswa menentukan menentukan judul
e. Siswa menuliskan kata pertama sebagai kata kunci dalam puisi
f. Berdasarkan kata kunci tersebut dilanjutkan dengan setiap anggota kelompok
secara berantai melanjutkan dengan kata-kata berikutnya menjadi baris-baris puisi
hingga selesai
g. Kata-kata yang dituliskan secara berantai harus tetap memperhatikan tema dan pola
persajakan
h. Setelah waktu berakhir, diadakan revisi dengan menukarkan hasil puisinya kepada
kelompok lain.
i. Pemberian penghargaan kepada puisi terbaik.22

22
Dina Merdeka Citraningrum, “Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran yang Kreatif”, E-ISSN Vol. 1 No. 1,
2. Teknik brainwriting
Brainwriting merupakan salah satu teknik pembelajaran yang cara penyajiannya
melalui sebuah tulisan atau tertulis. Brain berarti otak sedangkan write berarti menulis.
Jadi, brainwriting adalah menulis segala sesuatu yang terlintas di otak. Teknik
Brainwriting merupakan teknik untuk mengutarakan pendapat terkait suatu pokok
permasalahan atau suatu hal secara tertulis yang dikembangkan oleh Ilmuwan di Batelle
Institute di Frankfurt, Jerman (Michalko, 2004). Menurut Darmadi (1996), terdapat dua
prinsip penting yang harus diingat di dalam melakukan brainwriting yaitu tidak
memikirkan apakah ide-ide yang didapatkan itu benar atau salah, yang penting di dalam
prosesi ini adalah pengumpulan ide-ide yang berkaitan dengan topik sebanyak- banyaknya.
Kedua, terjadinya tumpang tindih ide dianggap sebagai suatu yang wajar karena memang
belum dievaluasi. Sesuai dengan fungsinya, teknik brainwriting dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk memaparkan ide-ide untuk menulis puisi. Maka dari itu,
teknik brainwriting dapat dijadikan alternatif strategi dalam pembelajaran menulis puisi.
Adapun langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan teknik brainwriting sebagai
berikut. 23
a. Membuat kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang
b. Guru membagikan lembar kertas kerja pada setiap siswa lalu menentukan tema puisi
yang akan mereka tulis
c. Seluruh siswa menuliskan judul puisi berdasarkan tema yang telah ditentukan pada
lembar kertas kerja masing-masing
d. Selanjutnya, lembar kertas kerja siswa ditukarkan dengan lembar kerja siswa lain
dalam satu kelompok
e. Proses penukaran ini berlangsung selama 4 kali sesuai dengan jumlah kelompok. Setiap
sekali penukaran, peserta didik memberikan ide atau gagasan tentang apa yang harus
ditulis berdasarkan judul yang tersedia dalam lembar kerja temannya. Waktu yang
diberikan untuk satu ide atau gagasan kurang lebih 2 menit.

Februari 2016, hal. 88-89.


23
Aida Azizah, “Pembelajaran Menulis Puisi dengan Memanfaatkan Teknik Brainwriting pada Peserta Didik SD/MI
Kelas V”, (Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Semarang), hal. 5-7.
f. Setelah proses penukaran selesai dan lembar kerja telah kembali kepada pemiliknya
masing-masing maka tiap siswa telah mendapatkan empat sumbangan ide atau gagasan
dari teman satu kelompoknya
g. Ide atau gagasan yang sudah terkumpul pada lembar kertas kerja masing-masing
kemudian diseleksi oleh peserta didik itu sendiri
h. Kemudian ide atau gagasan tersebut dikembangkan menjadi sebuah gambaran kasar
penulisan puisi. Ketika membuat draf, peserta didik menentukan puisi yang akan
mereka tulis berdasarkan ide yang telah mereka bayangkan. Dari sinilah proses kreatif
menulis puisi berawal
i. Setalah gambar kasar selesai dibuat, peserta didik kemudian mengembangkan
gambaran tersebut ke dalam sebuah karya puisi
j. Setelah tulisan yang telah dibuat menjadi sebuah karya puisi, tugas selanjutnya yaitu
merevisi hasil puisi ciptaan mereka sendiri. Untuk mengecek apakah karya puisi
tersebut masih ada kata yang terlewat atau tidak
k. Setelah merevisi puisi milik peserta didik sendiri, kemudian masing-masing peserta
didik menukarkan puisi dengan peserta didik lain untuk direvisi kembali. Pada tahap
ini secara langsung peserta didik juga melakukan tahap berbagi yaitu mempublikasikan
tulisan mereka ke pembaca yang telah ditentukan.
3. Teknik Peta Pasang Kata
Dalam penerapan teknik peta pasang kata yaitu menggunakan media gambar
peristiwa yang diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam pembelajaran menulis.
Media yang digunakan yaitu berupa gambar peristiwa yang diharapkan dapat membantu
peserta didik untuk menentukan tema maupun kata awal yang kemudian dikembangkan
menjadi puisi. Teknik peta pasang kata diharapkan dapat membantu peserta didik dalam
menyusun kata sehingga menjadi rangkaian kata yang memiliki nilai estetis tinggi.
Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik peta pasang kata
melalui media gambar peristiwa yaitu sebagai berikut:24
a. Guru menempelkan gambar dari suatu peristiwa dengan tema yang berbeda di papan
tulis

24
Nailul Mafaazah, “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Teknik Peta Pasang Kata Melalui Media
Peta Pasang Kata Melalui Media Gambar Peristiwa” (Magelang: Universitas Negeri Semarang, 2016), hal. 49-50.
b. Peserta didik memilih tema gambar yang mereka inginkan
c. Peserta didik dibuatkan kelompok sesuai dengan tema gambar peristiwa yang mereka
pilih, masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang yang bertugas untuk mencari
pilihan kata yang tepat
d. Peserta didik menulis kata yang sesuai dengan gambaran tema yang telah dipilih dan
menentukan kata utama
e. Peserta didik menulis kata lain secara bebas di sekitar kata utama untuk dipilih kata
mana yang dirangkai dengan kata utama
f. Peserta didik memasangkan kata dengan berbagai kata secara bebas dan
mengembangkannya menjadi larik
g. Peserta didik merangkai larik-larik menjadi bait puisi
h. Peserta didik mernyunting hasil karya teman sebaya.
b. Teknik Pembelajaran Berbicara Kreatif
1. Memerikan

Memerikan bermakna menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau


mendeskripsikan sesuatu. Siswa diminta untuk menunjukkan sesuatu berupa benda atau
gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambar secara teliti. Kemudian
siswa diminta memerikan sesuatu dari apa yang telah dilihatnya.

2. Pertanyaan Menggali
Pertanyaan menggali merupakan teknik yang dirancang untuk mendorong siswa
agar berbicara. Dimulai dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bersifat
menggali dan memancing siswa untuk berbicara. Selain itu, pertanyaan menggali juga
digunakan untuk menilai kedalaman dan keluasan pemahaman siswa tentang suatu
masalah. Misalnya, membuat pertanyaan seperti “Apa dampak penggunaan obat-obatan
terlarang?” Pertanyaan ini akan menggali imajinasi siswa untuk mencari dampak dari
penggunaan obat-obatan terlarang.25
3. Melanjutkan cerita

25
staffnew.uny.ac.id, “Pendekatan Metode, dan Teknik Dalam Pembelajaran Bahasa”
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+1-+8.pdf diakses pada 04 September 2022, pukul
23.26
Dalam pembelajaran ini guru menyiapkan cerita yang belum selesai. Lalu para
siswa diminta untuk melanjutkan cerita yang tidak selesai seorang demi seorang paling
banyak lima orang. Pada bagian akhir kegiatan memeriksa jalan cerita apakah sistematis,
logis, atau padu.
4. Menceritakan kembali
Pembelajaran berbicara menggunakan teknik menceritakan kembali dapat
dilakukan dengan cara siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian guru
meminta siswa untuk menceritakan kembali isi bacaan menggunakan kata-kata sendiri
secara singkat.
5. Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu topik antara dua
orang atau lebih. Adapun dua kegiatan dalam percakapan yaitu menyimak dan berbicara
silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik
pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasana
pengembangan keterampilan berbicara.
6. Parafrase
Parafrase artinya mengubah bentuk, misalnya memprosakan isi puisi menjadi
prosa. Dalam parafrase, guru menyiapkan sebuah puisi yang tepat untuk kelas tersebut.
Guru membacakan puisi itu dengan suara yang jelas, intonasi yang tepat, dan normal.
Siswa menyimak pembacaan dan kemudian menceritakannya dengan kata-kata sendiri.
7. Reka cerita gambar
Teknik reka cerita gambar menggunakan gambar untuk mendorong siswa agar
berbicara. Melalui stimulus gambar, guru mempersiapkan gambar benda tertentu seperti
hewan, tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya. Gambar juga dapat berbentuk
sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan, dan sebagainya. Siswa diinstruksikan untuk
mengamati dan memperhatikan gambar-gambar tersebut. Hasil pengamatan tersebut
kemudian diungkapkan secara lisan. 26
8. Bermain peran

26
staffnew.uny.ac.id, “Pendekatan Metode, dan Teknik Dalam Pembelajaran Bahasa”
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+1-+8.pdf diakses pada 04 September 2022, pukul
23.26
Ketika bermain peran, siswa bertindak dan berperilaku seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa perlu mengetahui dan dapat menggunakan
beragam bahasa. Bermain peran agak mirip dengan dramatisasi dan sosiodrama tetapi
ketiganya berbeda. Bermain peran lebih sederhana dalam segala hal daripada sosiodrama
ataupun dramatisasi.
9. Wawancara
Wawancara atau interview yaitu percakapan berbentuk tanya jawab. Pewawancara
biasanya seperti wartawan atau penyiar radio dan televisi. Biasanya mereka mewawancarai
orang berprestasi, ahli atau istimewa, contohnya pejabat, tokoh, pakar dalam bidang
tertentu, ataupun juara. Melalui kegiatan wawancara, siswa dapat berlatih berbicara dan
mengembangkan keterampilannya. Mereka dapat mengawali latihannya dengan
mewawancarai pedagang atau penjaga di sekitar sekolah. Kemudian, mereka melaporkan
hasil pekerjaannya secara berkelompok maupun individu.
10. Memperlihatkan dan bercerita
Dalam memperlihatkan dan bercerita, siswa diminta untuk membawa benda- benda
yang mereka sukai dan menceritakan tentang benda tersebut. Kegiatan ini merupakan
jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah. Hal pertama yang dapat
dilakukan oleh guru yaitu mendorong siswa dengan cara membantu mereka merencanakan
cerita yang akan dikemukakannya dan dilanjutkan dengan menyuruh siswa lain
menyiapkan pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, mengapa, di
mana, dan bagaimana.

D. Perencanaan Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif


1. Perencanaan dalam pembelajaran menulis kreatif
a. Menentukan topik, yaitu bisa didapatkan melalui banyak hal seperti buku,
laporan hasil penelitian, isu-isu yang muncul di media cetak atau media
elektronik, maupun yang berasal dari pengalaman pribadi
b. Meneliti topik, yaitu dapat dilakukan dengan cara seperti wawancara
ataupun menyebarkan kuesioner
c. Pengumpulan data, yaitu dapat dilakukan dengan mencari jurnal atau arsip
di perpustakaan
d. Mengelompokkan ide dan gambaran cerita, yaitu didapatkan melalui
brainstorming.27
2. Perencanaan dalam pembelajaran berbicara kreatif

Perencanaan berbicara kreatif harus dilakukan melalui berbagai macam persiapan.


Ada tiga tahap persiapan, yaitu:

1. Persiapan diri, berkaitan dengan bagaimana kondisi tubuh yang meliputi jasmani dan
rohani.
2. Persiapan materi, berkaitan dengan materi apa saja yang akan disampaikan.
3. Persiapan pendukung, berkaitan dengan berbagai macam persiapan seperti ilmu,
vocal,dan bahasa.

Tahap-tahap perencanaan pembelajaran berbicara kreatif, yaitu:

1. Memilih topik yang menarik yang dapat dikuasai oleh pembicara agar suasana yang
dibangun tidak membosankan. Selain itu, penting untuk mengetahui latar belakang
pembahasan dari topik yang akan dibahas.
2. Mengenal hal yang menarik bagi audiens, khususnya kemampuan mereka dalam menyerap
materi yang akan dibicarakan. Pembahasan yang menarik tentunya akan membuat audiens
dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
3. Memperhatikan tempat dan suasana. Tempat bisa dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi
yang memungkinkan, bisa di dalam ruangan atau diluar ruangan.
4. Menguasai materi atau masalah yang akan dibicarakan dengan menyiapkan isi dari
materinya terlebih dahulu. Materi dapat dikumpulkan dari sumber-sumber yang dipercaya,
buku bacaan, pendapat atau opini, dan lain sebagainya.
5. Menyusun materi dan menyesuaikan bahasa yang digunakan. Dalam penyusunan materi,
usahakan menggunakan memakai bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti
6. Menyiapkan diri dengan latihan mengendalikan nada bicara, emosi, dan gerakan yang
bersahabat agar audiens merasa nyaman dan mudah menyimpulkan materi pembicaraan
yang disampaikan oleh pembicara.

27
Bagus Priambodo, “Ini Dia, Tujuh Proses Menulis Kreatif”, https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/ini-
dia-tujuh-proses-menulis-kreatif, diakses pada 05 September 2022, pada pukul 20.58
Tahapan dalam menyampaikan suatu pembicaraan, yaitu :

1. Persiapan
a. Pengetahuan. Seorang pembicara atau komunikator harus memiliki pengetahuan
yang luas dan mendalam dan dapat pula memahami materi dengan baik.
b. Sistematika penyajian. Urutan penyampaikan materi harus diperhatikan dengan
baik agar pembicaraan urut dan runtut.
c. Alat bantu. Komunikator bisa mengandalkan beberapa alat bantu atau alat peraga
yang berguna untuk menjelaskan lebih rinci materi yang disampaikan, misalnya
gambar atau bagan.
d. Tempat. Tempat yang dipersiapkan harus mampu dikuasai oleh seorang pembicara
agar dapat menguasai dirinya ketika tampil dihadapan banyak orang.
e. Waktu. Mengenai waktu, estimasi yang digunakan harus diusahakan untuk tidak
terlalu lama dan penyampaiannya dilakukan dengan sesingkat mungkin, karena
audiens mudah lelah dan bosan jika mendengar pembicaraan yang begitu lama dan
panjang.
2. Penyajian
a. Pendahuluan. Dalam hal ini, sebagai pendahuluan seorang komunikator dapat
memberikan motivasi terlebih dahulu, kemudian merumuskan tujuan dari
pembicaraan yang akan terjadi, dan pembatasan materi.
b. Isi. Materi yang disampaikan harus singkat, padat, jelas, dan sehingga mudah di
mengerti oleh pendengar.
3. Penutup
a. Memberikan ringkasan materi diujung pembicaraan
b. Memberikan motivasi yang berguna bagi audiens atau pendengar
c. Memberikan saran dan ajakan kepada audiens
d. Mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam
penyampaian materi yang diberikan.28

28
Khayyirah, Balqis. 2013. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik. Yogyakarta: DIVA Press.
E. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif
1. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Menulis Kreatif
Bahan ajar pembelajaran menulis kreatif dapat dikembangkan menjadi bahan ajar
prototipe seperti materi-materi yang disatukan di dalam buku cetak ataupun non cetak.
Isi buku ini dapat berupa materi tentang hakikat menulis berbagai jenis teks, model
teks, struktur teks, latihan penulisan teks, petunjuk penilaian, dan pedoman
penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
2. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Berbicara Kreatif
Salah satu bahan ajar yang berkaitan dengan berbicara kreatif yaitu video yang
dapat dikembangkan berupa bentuk vlog. Vlog merupakan kata gabungan dari Video
Blogging yaitu kegiatan blogging dengan memakai rekaman video yang
menggunakan berbagai perangkat elektronik seperti handphone atau kamera digital
yang dapat merekam video. Umumnya vlog berisi laporan perjalanan, cerita
pengalaman, tips-tips maupun tutorial terkait hal apapun. Vlog dapat memperluas
wawasan dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara serta dapat
membantu siswa yang kurang berpotensi dalam pembelajaran berbicara.29

F. Model Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif


1. Model Pembelajaran Menulis Kreatif
a. Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan seorang


psikologi dari inggris. Buzan menyatakan, Mind Mapping adalah cara
termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi keluar dari otak. Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Dalam membuat
Mind Mapping kita menggunakan warna, memiliki struktur alami yang
memancar dari pusat, menggunakan garis lengkung, simbol kata, dan gambar

Irda Polina, “Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Berbicara Dengan Prosedur Kompleks Menggunakan
29

Media Vlog”, LOA Vol. 13 No. 1, Juni 2018, hal. 19.


yang sesuai dengan satu rangkaian. Dengan Mind Mapping, informasi yang
ada menjadi mudah untuk diingat30.

Mind Mapping merupakan proses memetakan pikiran untuk


menghubungkan konsep tertentu yang dituangkan kedalam suatu tulisan yang
menarik dan kreatif meyerupai peta kota. Sehingga konsep dari pembelajaran
tersebut akan mudah dipahami oleh otak. Model Pembelajaran Mind Mapping
merupakan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan kedua bagian otak
dalam pembelajaran. Pengaktifan kedua bagian otak merupakan suatu upaya
agar proses pembelajaran yang diterima oleh siswa berjalan dengan baik.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan Mind Mapping yaitu: 31

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


b. Guru menyampaikan materi pelajaran
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d. Tiap kelompok mencatat poin- poin penting dari materi yang ingin
disampaikan
e. Setiap kelompok menyajikan kembali materi yang telah
disampaikan guru dalam bentuk peta konsep (mind map) berupa
bagan atau diagram
f. Perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan mind map yang
telah dibuat.

Adapun langkah dalam membuat mind map dilakukan dengan cara


dengan bahan yang sederhana. Menurut Buzan langkah – langkah dalam
membuat mind map adalah sebagai berikut.32

a. Membuat dari bagian tengah


Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisanya panjang dan
diletakkan mendatar.
b. Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral
30
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map.Hal.4
31
Karunia Eka Lestari & Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika .Hal.76
32
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map.Hal.15
Gambar bermakna seribu kata dan membantu siswa menggunakan
imajinasi
c. Menggunakan warna
Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna
membuat peta pikiran menjadi lebih hidup, menambah energi
pemikiran kreatif dan menyenangkan.
d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat kemudian
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ketingkat satu dan
dua dan seterusnya.
e. Membuat garis hubung yang melengkung, cabang-cabang yang
melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih
menarik bagi mata.
f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis
Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan flebilitas
kepada peta pikiran

Penggunaan model Mind Mapping akan membawa manfaat bagi


siswa dalam pembelajaran, diantaranya :33

a. Fleksibel
Jika guru sedang memberikan materi pelajaran dan siswa yang
mencatat, tiba- tiba guru menambahkan suatu informasi yang
penting tentang suatu materi pelajaran yang telah dijelaskan
diawal, maka siswa dapat dengan mudah menambahkannya di
tempat yang sesuai denga peta pikiran tanpa harus kebingungan
dan takut akan merusak catatan yang sudah rapi.
b. Dapat memusatkan Perhatian

33
Yulia Angraini, skripsi : “Pengaruh model pembelajaran Mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada materi
konsep mol di SMA Negeri 1 Lubuhanhaji” ...hal.17
Dengan Mind Mapping, siswa tidak perlu berpikir untuk
menangkap setiap kata dari guru tetapi siswa dapat
berkonsentrasi pada gagasan-gagasanya.
c. Meningkatkan Pemahaman
Dengan Mind Mapping, siswa dapat lebih mudah mengingat
materi pelajaran sekaligus dapat meningkatkan pemahaman
terhadap materi pelajaran tersebut. Imajinasi dan kreatifitas
siswa tidak terbatas sehingga menjadikan pembuatan dan
pembacaan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan. Setiap
model pembelajaran tidak hanya memiliki kelebihan saja,
melainkan juga memiliki kekurangan.

Adapun kelebihan Model Pembelajaran Mind Mapping sebagai


berikut:34

a) Bisa digunakan untuk cara cepat


b) Teknik ini dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide- ide yang
muncul dalam pemikiran
c) Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide- ide yang lain
d) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis
Adapun Kekurangan Model Pembelajaran Mind Mapping yaitu:
a) Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b) Tidak seluruh murid belajar
c) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

b. Model Pembelajaran kreatif, Konstektual dan Religius (KKR)


Menurut Amin (2007:332) pembelajaran KKR adalah “sebuah konsep
pembelajaran yang berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis
dan merangsang munculnya ide-ide kreatif, adanya interaksi pembelajaran

34
Aris shoimin, 68 Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013, (Yogyakarta : Ar ruzz media,2014)
hal.106-107
yang mengkomunikasikan dan mengembangkan kecakapan hidup, serta
berusaha menanamkan nilai-nilai spiritual keagamaan/ religius”.
Langkah- langkah pembelajaran KKR disebut juga dengan desain ICARE
yaitu:
a. Introduce (memperkenalkan)
Guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran dengan
menjelaskan kompetensi dasar dan indikator-indikator yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar.
b. Connect (menghubungkan)
Guru mendorong siswa untuk menghubungkan materi yang dipelajari
dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang sudah dimiliki
siswa.
c. Apply (menerapkan)
Guru mampu membimbing dan mendorong siswa untuk mempraktikan
apa yang telah dipelajari
d. Reflect (merefleksikan)
Artinya mengartikulasikan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan cara
lisan atau tulisan.
e. Extend (menambah atau memperluas)
Guru mendorong siswa agar bisa merencanakan apa yang akan dilakukan
untuk belajar lebih banyak, mendapatkan informasi yang lebih banyak ,
dan memiliki kecakapan lebih banyak pula dari materi yang sudah
dipelajari.

Disamping itu model pembelajaran KKR memiliki kelebihan, diantaranya:


a. Menciptakan pembelajaran yang mampu melahirkan inisiatif siswa
untuk tampil sebagai siswa yang kreatif
b. Mempu mengembangkan cara berpikir siswa untuk mengaitkan materi
pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-
hari, baik lingkungan keluarga, masyarakat , alam sekitar, maupun
dunia kerja yang merangsang pembentukan strutur fisik berpikir dalam
rangka merespon lingkungannya sesuai dengan kerja alam, yaitu saling
kebergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri.
c. Nilai- nilai religius dapat memberi makna pada kehidupan siswa.

2. Model Pembelajaran Berbicara Kreatif


Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan salah satu model
pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Menurut
Hardiyanti dkk (2013), model pembelajaran AIR mengutamakan keaktifan peserta
didik baik dalam menyimak, berbicara, menyampaikan ide atau pendapat secara
lisan (Auditory), berlatih terampil kemampuan pemecahan masalah (Intellectually)
serta memberikan pemahaman peserta didik melalui pengulangan (Repetition)
terkait bahan materi yang dipelajari yaitu pendalaman, keluasan, pemantapan
dengan cara memberikan latihan kepada peserta didik berupa pemberian tugas atau
praktek dan kuis. Tidak hanya terampil dalam memecahkan masalah dan
pemahaman yang bisa diperoleh peserta didik melainkan juga keterampilan
berbicara atau komunikasi.
Auditory bermakna bahwa keaktifan peserta didik haruslah dengan
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
pendapat, dan menanggapi. Proses belajar dalam konteks ini menekankan pada
keaktifan mahasiswa agar terjadi interaksi multiarah antara pendidik dengan peserta
didik, antara peserta didik dengan peserta didik yang lain, dan antara peserta didik
dengan bahan materi. Intellectually bermakna bahwa keaktifan peserta didik
menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), konsentrasi pikiran dan berlatih
memaksimalkannya. Repetition bermakna pengulangan yaitu pendalaman,
perluasan, pemantapan melalui keaktifan peserta didik yang dilatih dengan
pemberian tugas atau kuis. Dalam konteks pembelajaran berbicara ini Repetition
merujuk pada praktek berbicara.35

Nur Alfin Hidayati, “Penerapan Model Auditory Intellectually Repetition (AIR) untuk Meningkatkan
35

Kemampuan Berbicara”, Jurnal Educatio Vol. 7 No. 1, Maret 2021, hal. 254-255.
G. Evaluasi Pembelajaran Menulis dan Berbicara Kreatif
Landsheere (1984) menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses untuk menentukan
kesesuaian antara materi dan metode dengan tujuan yang telah dirancang. 36 Evaluasi
menurut Wrigstone, dkk (1956) adalah penaksiran pertumbuhan ke tujuan atau nilai-nilai
yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi, evaluasi adalah bentuk penilaian belajar yang
dilakukan untuk menguji keterampilan yang dimiliki siswa sesuai atau tidak dengan
tujuan yang ingin dicapai.

1. Evaluasi Pembelajaran Menulis Kreatif


a. Jenis-jenis evaluasi menulis kreatif, yaitu :
• Menulis atau melengkapi pantun atau puisi
• Merangkum sinopsis cerita
• Melengkapi kalimat rumpang
• Menyusun karangan
• Menulis narasi
• Menulis fakta dan opini
• Membuat surat resmi dan tidak resmi
• Melengkapi teks percakapan
• Membuat pertanyaan wawancara
• Mengisi formular atau data diri

Jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan menulis dapat
dilihat dari isi, pendekatan, dan bentuk yang berupa:
• Tes diskrit, integratif, dan komunikatif.
• Tes performansi langsung dan taklangsung.
• Tes objektif, subjektif, dan cloze.37

b. Fungsi-fungsi evaluasi, yaitu sebagai berikut:


• Fungsi normatif

36
Mimi Mulyani. Evaluasi Keterampilan Menulis yang Dibuat Guru SD Di Kota Magelang. (Ilmu Pendidikan :
2008). Hal. 135-140
37
Depdiknas.2002
Fungsi normatif yaitu, berfungsi untuk perbaikan sistem pembelajaran.
• Fungsi diagnostik
Fungsi diagnostik yaitu, untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses
pembelajaran.
• Fungsi sumatif
Fungsi sumatif yaitu, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta
didik.

c. Contoh evaluasi menulis kreatif melengkapi kalimat rumpang, yaitu:


• Laptop Nadia … sehingga dia tidak bisa mengerjakan tugasnya. (rusak)
• Dina melukis pemandangan di … menggunakan kuas. (kanvas)
• Ayah baru saja membeli … agar dapat menelepon kami lebih sering. (ponsel)

2. Evaluasi Pembelajaran Berbicara Kreatif


a. Evaluasi tes berbicara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
• Tes berbicara langsung
• Tes berbicara tidak langsung
b. Aspek yang dinilai dalam tes keterampilan berbicara meliputi :
• Lafal
• Tata bahasa
• Kosakata
• Kefasihan
• Isi Pembicaraan
• Pemahaman
c. Adapun bentuk-bentuk evaluasi kemampuan berbicara, yaitu:
• Membaca keras, dengan melafalkan bunyi-bunyi dengan
lancar dan fasih.
• Bercerita melalui gambar, siswa dapat memanfaatkan gambar
untuk menjelaskan isi cerita yang akan disampaikan.
• Menceritakan kembali, yaitu guru memperdengarkan siswa
dengan sebuah cerita terlebih dahulu barulah setelah itu siswa
menceritakan Kembali dengan bahasa sendiri.
• Bercerita bebas, yaitu siswa diberikan sebuah topik dan
menceritakan topik tersebut dengan bebas menurut
pendapatnya sendiri.
• Wawancara, yaitu menanyakan sebuah pertanyaan kepada
seorang narasumber sesuai topik yang ditentukan.
• Diskusi, yaitu siswa menyampaikan pendapatnya dengan
argument yang mereka susun sendiri dengan bebas untuk
mengukur keterampilan berbicaranya.

H. Analisis Kasus Pengembangan Kompetensi Pembelajaran Menulis dan


Berbicara Kreatif Dalam Berbagai Konteks Penelitian
1. Kasus
Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas tinggi di SD Negeri 1
Kedunglegok Kemangkon Purbalinga?

Analisis:
• Lafal
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dari siswa kelas IV
SD N 1 Kedunglegok sebagian siswa masih kaku dalam
melafalkan fonem sesuai dengan ejaan huruf yang tepat.
Sehingga orang lain sedikit kesulitan untuk mengerti apa yang
dibicarakan.
• Kosakata
Perbendaharan kata sudah cukup banyak untuk ukuran siswa SD
kelas IV. Sebagian siswa sudah mampu untuk berbicara dengan
kata-kata yang tepat dan mudah dimengerti.
• Struktur
Penggunaan gaya bicara masih dalam taraf-taraf standar,
artinya gaya bicara yang dilakukan sudah cukup dimengerti.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Menulis kreatif adalah kegiatan mengemukakan pikiran dan berkomunikasi


dengan menggunakan bahasa tertulis yang dapat dimengerti dengan mudah dan
mampu menarik imajinasi seorang pembaca. Adapun berbicara, apabila
dikaitkan dengan kreativitas, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang
sangat perlu diperhatikan karena berbicara dapat menghasilkan gagasan-
gagasan kreatif.
Tujuan berbicara adalah untuk mencari informasi agar pendengar bisa
mengambil dan mempergunakan informasi tersebut atau mereka
menginginkannya sebagai gambaran dari cerminan hidup mereka. Manfaat
menulis dan berbicara adalah meningkatkan kecerdasan, mengembangkan
inisiatif dan kreatifitas, menumbuhkan keberanian, mendorong dan
mengumpulkan informasi.

B. SARAN
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak terdapat kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu. Diakses pada 4 September 2022.
(https://www.academia.edu/42276629/PENDEKATAN_METODE_DAN_JENIS_TES_
MENYIMAK_BERBICARA_MEMBACA_DAN_MENULIS)
Ahmad Muttaqillah. Problematika Menulis. (14 February 2015).
Aida Azizah, “Pembelajaran Menulis Puisi dengan Memanfaatkan Teknik Brainwriting pada
Peserta Didik SD/MI Kelas V”, (Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Semarang),
hal. 5-7.
Apri Damai and others, Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD, ed. by Thoma Diman,
pertama (Bekasi: Penerbit Media Maxima, 2018).
Aris shoimin, 68 Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013, (Yogyakarta : Ar ruzz
media,2014) hal.106-107
Arsjad, Maidar G. dan Mukti, U.S. (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Bagus Priambodo, “Ini Dia, Tujuh Proses Menulis Kreatif”,
https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/ini-dia-tujuh-proses-menulis-kreatif,
diakses pada 05 September 2022, pada pukul 20.58
Depdiknas.2002
Dina Merdeka Citraningrum, “Menulis Puisi dengan Teknik Pembelajaran yang Kreatif”, E-
ISSN Vol. 1 No. 1, Februari 2016, hal. 88-89.
Eprint.umy. diakses pada 4 september 2022 (https://eprints.uny.ac.id/13737/2/BAB%20II.pdf)
Fauzatul Ma’rufah Rohmanumerta Sri Budyartati, Ami Gemilang Harsanti, Dkk. Problematika
Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Magetan: CV. AE Media Grafika, 2016). Hal 4-6
Henry Guntur Tarigan. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. 1983. hal. 15
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313273/penelitian/ARTIKEL+BERBICARA+PENDKTAN
+PNGLMAN+BERBAHASA.pdf
I PUTU MAS DEWANTARA. Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara.
(Jurnal Santiaji Pendidikan, 1 januari 2016). Vol. 6 No. 2 hal. 39
Irda Polina, “Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Berbicara Dengan Prosedur Kompleks
Menggunakan Media Vlog”, LOA Vol. 13 No. 1, Juni 2018, hal. 19.
Karunia Eka Lestari & Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika
.Hal.76
Khayyirah, Balqis. 2013. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik. Yogyakarta: DIVA
Press.
Krisna Anggraeni. Efektivitas Model Menulis Kolaborasi Dengan Media Big Book Terhadap
Keterampilan Menulis Kreatif. (Cakrawala Pendas:2017). Vol. 3 No.2. hal. 4
Kundharu, Pembelajaran..., 58.
Mimi Mulyani. Evaluasi Keterampilan Menulis yang Dibuat Guru SD Di Kota Magelang. (Ilmu
Pendidikan : 2008). Hal. 135-140
Misra, ‘Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol . 1 No . 2 ISSN 2354-614X Peningkatan
Kemampuan Menulis Pengumuman Melalui Metode Latihan Siswa Kelas IV SD Inpres 2
Gio Kecamatan Moutong’, Jurnal Kreatif Tadulako Online, 1.2 (2013), 60–73
<https://media.neliti.com/media/publications/111917-ID-peningkatan-kemampuan-
menulis-pengumuman.pdf>.
Nailul Mafaazah, “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Teknik Peta Pasang Kata
Melalui Media Peta Pasang Kata Melalui Media Gambar Peristiwa” (Magelang:
Universitas Negeri Semarang, 2016), hal. 49-50.
Nur Alfin Hidayati, “Penerapan Model Auditory Intellectually Repetition (AIR) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara”, Jurnal Educatio Vol. 7 No. 1, Maret 2021, hal.
254-255.
Nurhadi. Handbooks of Writing. Bumi Aksara, 2017.
Pandapotan Tambunan. Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar. (Jurnal
Curere, 2018). Vol. 2 No. 1
staffnew.uny.ac.id, “Pendekatan Metode, dan Teknik Dalam Pembelajaran Bahasa”
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+1-+8.pdf diakses pada 04
September 2022, pukul 23.26
staffnew.uny.ac.id, “Pendekatan Metode, dan Teknik Dalam Pembelajaran Bahasa”
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+1-+8.pdf diakses pada 04
September 2022, pukul 23.26
Syihabbul Hudaa. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia (Sukabumi: CV Jejak,
2018). Hal 9
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Membaca. Bandung:
Angkasa.
Tarigan. 2008. Hal. 1-16
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map.Hal.15
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map.Hal.4
Umi Faizah, 2011. hal. 8-9
Uny.ac.id. diakses pada 4 september 2022.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313273/penelitian/ARTIKEL+BERBICARA+PEN
DKTAN+PNGLMAN+BERBAHASA.pdf)
Yulia Angraini, skripsi : “Pengaruh model pembelajaran Mind mapping terhadap hasil belajar
siswa pada materi konsep mol di SMA Negeri 1 Lubuhanhaji” ...hal.17

Anda mungkin juga menyukai