Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Upaya Peningkatan Kualitas Membaca Siswa Kelas Rendah

Menggunakan Metode Global pada Metode Membaca

Permulaan (Diajukan sebagai tugas UTS mata kuliah Pendidikan Bahasa


Kelas Rendah) Dosen Pengampu: Nur Azmi Alwi, S.S., M.Pd.

Disusun oleh:

Suci Rahmayani (20129213)

20 BKT 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ulangan
Tengah Semester pada mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas Rendah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Payakumbuh, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Membaca Permulaan.............................................................................................................5


B. Hakikat Metode Global......................................................................................................................7
C. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Global Pada Membaca Permulaan di
SD......................................................................................................................................................8
D. Penerapan Metode Global dalam Upaya Peningkatan Kualitas Membaca Siswa Kelas Rendah
dengan Metode Global pada Metode Membaca Permulaan di SD.....................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................................................14

Daftar Pustaka........................................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca permulaan adalah tahapan proses belajar belajar membaca bagi peserta didik sekolah
dasar kelas rendah. Pada pembelajaran ini, peserta didik akan belajar untuk memperoleh
kemampuan dan teknik-teknik membaca da nisi bacaan dengan baik dan tepat. Oleh sebab itu,
sebagai guru nantinya, kita harus mampu merancang pembelajaran dengan baik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar membaca bagi peserta didik. Selain itu, suasana belajar yang baik
dan menyenangkan dapat diciptakan melalui kegiatan bermain sambil belajar dalam kegiatan
permainan bahasa dalam pembelajaran membaca dikelas rendah. Hal itu dimaksudkan karena
karakteristik anak yang masih senang bermain. Dengan dilakukan pembelajaran dengan metode
permainan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Muchlisoh (1992:119), mengemukakan empat aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua
kelompok besar :
a. Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi keterampilan membaca dan
menyimak.
b. Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi keterampilan menulis
dan berbicara.

Dalam pembelajaran membaca permulaan, terdapat proses pengenalan kata, pengenalan kata
adalah salah satu dasar dari pembinaan dalam keterampilan membaca permulaan. Didalam
pembelajaran, bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam berkomunikasi, kemampuan
berkomunikasi yang baik dan benar ialah yang sesuai dengan konteks waktu, tujuan, dan suasana
saat komunikasi terjadi.pada standar kompetensi Bahasa Indonesia merupakan kemampuan
kualifikasi peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Dalam hal ini, standar kompetensi yang dimaksud

3
adalah peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya sastra.
Didalam pembelajaran bahasa kelas rendah, keterampilan membaca sebagai salah satu
keterampilan berbahasa tulis yang perlu dimiliki peserta didik SD agar mampu berkomunikasi
secara tertulis dengan baik. Karenanya, bahasa Indonesia memiliki peranan khusus dalam
pengajaran membaca di sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di SD yang
bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya
kemahirwacanaan. Keterampilan membaca harus segera dikuasai oleh para peserta didik di SD.
Tingkat keberhasilan belajar siswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar disekolah sangat
ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca peserta didik.
Peserta didik yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di semua mata pelajaran. Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam
menangkup dan memahami informasi yang disajikan didalam berbagai buku pelajaran. Akibatnya,
kemampuan belajarnya juga menjadi lamban dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak
mengalami kesulitan dalam membaca.
Menurut pandangan “whole language”, membaca tidak diajarkan sebagai suatu poko bahasan yang
berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan
berbahasa yang lain. Keterkaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan
keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan hanya dapat menyangkut dua keterampilan
saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
Proses pembelajaran bahasa di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal
dan kelas-kelas tinggi. Dikelas-kelas awal, pelajaran membaca dan menulis disebut pelajaran
membaca dan menulis permulaan, sedangkan dikelas-kelas tinggi, biasa disebut pelajaran
membaca dan menulis lanjut. Pada proses pelaksanaan membaca permulaan dikelas rendah
Sekolah Dasar dilakukan pada dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan
menggunakan buku.
Pada proses pembelajaran membaca tanpa buku, biasanya dilakukan dengan cara menggunakan
media atau alat peraga selain buku, misalnya seperti kartu gambar, kartu huruf, kartu kata, dan
kartu kalimat, berbeda dengan membaca dengan buku, membaca dengan buku merupakan kegiatan
membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pokok pada proses pembelajaran.
Depdikbud, 1994/1995:4, menjelaskan bahwa tujuan membaca permulaan dikelas rendah adalah
agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lanvar dan tepat. Kelancaran

4
dan ketepatan membaca pada anak ini, dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas dari guru yang
mengajar dikelas rendah. Guru sangat memegang peranan penting dan strategis dalam peningkatan
keterampilan membaca siswa. Peranan yang strategis ini menyangkut peran guru sebagai fasilitator,
motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang
mempunya kompetensi yang tinggi tentusaja sanggup untuk menyelenggarakan tugas demi
mencerdaskan anak bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membetuk
ilmuan dan tenaga ahli. Badudu (1993: 131) menyampaikan bahwa pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia di SD ialah guru terlalu banyak menyuapi, tetapi kurang menyuruh siswa aktif
membaca, menyimak, meulis, dan berbicara.
Terdapat banyak metode yang bisa digunakan guru dalam melaksanakan pembelajarn membaca
permulaan. Salah satu metode tersebut yang biasanya digunakan guru didalam kelas yaitu “Metode
Global”. Satrio (2011) mengungkapkan “metode global yaitu (metode kalimat) proses
pembelajaran MMP yang memperlihatkan melalui proses yang diawali dengan penyajian beberapa
kalimat secara global agar membantu kalimat yang dimaksud, biasanya menyajikan gambar
dibawah gambar yang dimaksud, ditulis sebuah kalimat yang kira-kira menunjuk pada makna
gambar tersebut”.
Jadi, dalam penggunaan metode global ini, penulis akan menunjukkan berbagai gambar yang ada
disekitar peserta didik untuk menuliskan di buku atau papan tulis kemudian membacanya dengan
bersama maupun individu untuk melatih bagaimana cara membaca dan menulis kata yang baik dan
benar, yang bertujan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca tekhusus di
kelas rendah. Selain itu, Metode global ini memiliki tujuan untuk memberikan aktivitas kepada
siswa yang baru dalam meningkatkan keterampilan, dengan cara menunjukkan gambar yang lebih
banyak kepada peserta didik mengenai benda yang ada disampingnya agar bisa diterima dengan
mudah, lanjut dengan menuliskannya di papan tulis dan peserta didik yang belajar membaca dan
menuliskan permulaannya peserta didik akan lebih memahaminya lagi.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu membaca permulaan?
2. Apa itu Metode Global?
3. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan Metode Global pada membaca permulaan di
SD?
4. Bagaimana bentuk penerapan Metode Global dalam Upaya peningkatan kualitas
membaca siswa kelas rendah dengan metode global pada metode membaca permulaan di
SD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat dari membaca permulaan.
2. Untuk mengetahui hakikat dari Metode Global.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan Metode Global pada membaca
permulaan di SD.
4. Untuk mengetahui bentuk penerapan Metode Global dalam Upaya peningkatan kualitas
membaca siswa kelas rendah dengan metode global pada metode membaca permulaan di
SD.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Membaca

Permulaan Pengertian Membaca

Pengertian Membaca
Menurut Hainstock (2002:103), masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitungberada di
usia 4-5 tahun, karena di usia ini anak lebih mudah membaca dan mengerti angka. Sebaiknya, anak
mulai diajarkan membaca di usia 1-5 tahun karena pada usia ini massa otak anak lebih dapat
menyerap semua hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya, contohnya seperti membaca,
berhitung, maupun menulis.
Berbicara tentang membaca, kemampuan membaca merupakan kemampuan yang pada umumnya
didapatkan disekolah, kemampuan membaca ini sangat perlu dikembangkan dikarenakan membaca
merupakan kegiatan yang bisa mengembangkan pengetahuan, selain itu juga sebagai alat
komunikasi manusia. H.G Tarigan (2008:7), mendefinisikan pengertian membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan ileh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Ada beberapa cakupan dalam
membaca, yaitu :
a. Membaca merupakan suatu proses,
b. Membaca adalah strategis
c. Membaca merupakan interaktif.

Dapat kita ambil, bahwa membaca adalah suatu proses yang dimaksudkan informasi dari teks dan
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk
makna.
Pengertian lain disampaikan oleh Saleh Abbas (2006: 101), ia menyebutkan bahwa membaca pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang secara tersurat
maupun yang secara tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluative,
dan kreatif dengan memanfaatkan pengalaman pembaca. Pendapat serupa juga disampaikan oleh
Farida Rahim (2005:1), ia menyampaikan bahwa terdapattiga istilah yang sering digunakan untuk
7
memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu: recording, decoding, dan meaning.
Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-
bunyinya yang sesuai dengan system tulisan yang digunakan. Decoding adalah proses
penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Pada tahap recording dan decoding, penekanan
membaca merupakan proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan
bunyi-bunyi bahasa yang sering disebut dengan istilah membaca permulaan sedangkan meaning
lebih ditekankan dikelas tinggi di Sekolah Dasar. Lerner (Rini Utami Aziz, 2006: 15),
menyampaikan bahwa kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang
studi. Jika anak pada usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan
mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah proses memahami dan merekonstruksi makna
yang terkandung didalam bahan bacaan. Didalam teks bacaan terdapat pesan atau makna yang
terkandung didalamnya yang merupakan interaksi timbal-balik, interaksi aktif, dan interaksi
dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat fakta dan
informasi yang tertuang yang terdapat didalam teks bacaan.
Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan
Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar(2008: 289) mendefinisikan bahwa tujuan pembelajaran
membaca dibagi menjadi tingkat pemula, menengah, dan mahir. Menurutnya, tujuan pembelajaran
bagi tingkat pemula adalah :
a. Mengenali lambing-lambang (symbol-simbol bahasa), dengan membaca anak akan
langsung melihat lambing-lambang bahasa dan anak akan semakin memahami perbedaan
dari lambing – lambing bahasa.
b. Mengenali kata dan kalimat, dengan mengenal lambang-lambang anak juga akan mengenal
kata kemudian mengenal kalimat-kalimat.
c. Menemukan ide pokok dan kata kunci.
d. Menceritakan kembali cerita-cerita pendek.

Selain itu, terdapat pendapat lain oleh Heru Santosa (dalam K. Istarocha, 2012: 14), ia
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu
memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta
didik dapat membaca dengan kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu
yang relative singkat. Selanjutnya, menurut Soejono (Lestary, 2004: 12), mengungkapkan bahwa

8
tujuan mengajarkan membaca permulaan pada anak adalah :
a. Mengenalkan anak pada huruf – huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi
b. Melatih keterampilan anak dalam mengubah bentuk huruf menjadi bentuk suara
c. Pengetahuan huruf –huruf dalam abjad dan ketrampilan menyuarakan wajib untuk dapat
dipraktikkan dalam waktu singkat ketika anak belajar membaca lanjut.

Berdasrkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran membaca
permulaan bagi anak adalah agar anak mengenali lambing-lambang bahasa kemudian
menyuarakannya dengan tujuan untuk memahami isi dari lambing-lambang bahasa tersebut
sebagai bekal anak saat belajar membaca tingkat lanjut.

B. Hakikat Metode Global

Menurut Satrio (2011) “metode global yaitu ( metode kalimat) proses pembelajaran MMP yang
memperlihatkan melalui proses diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global agar
membantu kalimat yang dimaksud, biasanya menyajikan gambar dibawah gambar dimaksud,
ditulis sebuah kalimat yang kira-kira menunjuk pada makna gambar tersebut”.

Jadi pada metode global ini peneliti menunjukkan berbagai gambar yang ada disekitar siswa
untuk menuliskan di buku atau papan tulis kemudian membacanya dengan seksama maupun
individu untuk meltih bagaimana cara membaca dan menulis kata yang baik dan benar yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil beajar siswa. Metode global ini bertujuan untuk memberikan
aktivitas kepada siswa yang baru dalam meningkatkan keterampian, dengan meunjukkan gambar
yang lebih banyak kepada siswa mengenai benda yang ada sisampingnya agar bisa diterima
dengan muda, dengan menuliskannya di papan tulis dan siswa yang belajar membaca dan
menuliskan permulaannya siswa akan lebih memahaminya lagi.

Darmiyati & Budiasih (1997: 54) menjelaskan bahwa metode global muncul karena pengaruh
gestalt, dimana ada yang berpendapat bila satu kesatuan lebih bermakna dibanding bagian-
bagian. Caranya adalah dengan memperkenalkan kepada anak kalimat-kalimat. Sesudah anak
mengenal kalimat tersebut kemudian dikaji dengan diuraikan menjadi suku kata dan huruf.

9
Purwanto (1997: 32) pengertian dari metode global yakni sebuah metode yang memandang
sesuatu sebagai keseluruhan, proses pembelajarannya anak membaca kalimat secara utuh.
Metode global ini berlandaskan pada pendekatan kalimat.

Tarigan (2005: 5) menyebutkan bahwa metode global juga merupakan metode kalimat. Karena
tahapan pembelajaran membacanya diawali dengan penyampaian beberapa kalimat secara global
atau utuh. Kemudian dalam proses pengenalan kalimat umumnya memakai gambar, yang mana
gambar tersebut dituliskan kalimat yang merujuk makna gambar.

Soejono (1983: 22-23) menjelaskan pengertian metode global berlandaskan pada ilmu teori ilmu
jiwa secara totalitas atau keseluruhan. Keseluruhan sebagai satu kesatuan global selanjutnya
menuju kepada bagian-bagian yang diamati makin lama semakin terperinci.

Depdikbud (1994: 5) menjelaskan metode global memulai pengajaran membaca permulaan


yakni dengan membaca kalimat keseluruhan yang biasanya ada di bawah gambar, lalu membaca
kalimat tanpa gambar, selanjutnya mengurai kalimat menjadi kata, mengurai kata menjadi suku
kata, dan kemudian menguraikan suku kata menjadi huruf.

Metode global tercipta dengan terilhami oleh salah satu aliran yang terdapat dalam ilmu jiwa,
yaitu aliran gestalt. Aliran ini memandang bahwa suatu kebulatan, keutuhan atau kesatuan akan
lebih bermakna dari pada jumlah bagianbagiannya (Wulandari, 2008:44). Bacaan merupakansatu
keutuhan yang terbangun dari huruf, suku kata, kata, frase, klausa,kalimat atau paragraph yang
membentuk makna bacaan.Makna bacaanterbangun dari makna unsur-unsur bacaan.Untuk dapat
memahamibacaan, seorang pembaca harus dapat merangkai makna-makna unsur bacaan menjadi
suatu keutuhan makna bacaan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Global Pada Membaca Permulaan


di SD

Kelebihan metode global :

1) Karena menggunakan gambar maka siswa lebih cepat mengerti dan hafal.
2) Kelebihan dari metode global yaitu dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf
sehingga mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan, dapat
belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata yang

1
dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya, penyajian tidak memakan waktu yang lama,
dan dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata.

Kelemahan metode global :

1) Metode global memakai gambar metode ini tidak bisa diterapkan di SD daerah pedesaan
karena untuk mendapatkan gambar sangat sulit, jauh dari tempat fotocopy atau print.
2) Mungkin siswa akan menghafal gambar saja, dan tidak terlalu memperhatikan
kalimatnya.

D. Penerapan Metode Global dalam Upaya Peningkatan Kualitas Membaca Siswa


Kelas Rendah dengan Metode Global pada Metode Membaca Permulaan di SD

Benyon, Holland andCarey1994 menjelaskan bahwa Gestalt Theory is one ofthe foundations for
instructional screen design. It isgenerally accepted that Gestalt theory may be used toimprove
educational screen design and thereby improvelearning. Teori Gestalt adalah keluarga dari teori
psikologis yang telah mempengaruhi banyak daerah penelitian sejak 1924. termasuk masalah
desain visual. Teori Gestalt adalah salah satu dasar untuk pembelajaran.

Contoh penerapan pembelajaran membaca metode Global adalah sebagai berikut :

Pada suatu saat di sebuah Sekolah Dasar ada seekor ular jatuh dari pohon, sudah tentu siswa
hingar-bingar dengan adanya kejadian tersebut karena menarik perhatian. Guru yang kreatif dan
faham akan kurikulum 2013, maka jelas hal tersebut akan dijadikan tema untuk berbagai mata
pelajaran sebagai berikut:

a. Mata pelajaran yang melatih kemampuan membaca


Ular
Hari minggu pagi kakak membakar sampah,, Ibu menyapu di kebun, ular-ular teriak
kakak. Buang ular itu ke kali kata Ayah Sistem pengajaran menggunakan metode Global
(Gestalt) yaitu guru menulis di papan tulis cerita tersebut, sambil menunjuk tulisannya
menggunakan tongkat kecil kemudian siswa menirukannya. Setelah diulangi beberapa
kali, siswa sudah mulai hafal dengan cerita tersebut, kemudian siswa maju satu persatu ke
depan untuk membaca sambil menunjuk tulisannya. Inti dari metode ini bahwa cara

1
mengajarkan membaca dimulai dari suatu hal yang global dulu yaitu paragraf kemudian
mengerucut ke kalimat, dari kalimat menjadi kata, selanjutnya baru huruf.
b. Mata pelajaran untuk melatih kemampuan menulis
Dilakukan dengan gimnastik jari-jari, yaitu siswa membuat arsiran-arsiran menyerupai
gigi-gigi ular yang rapi. Cara ini sebagai dasar ketrampilan siswa dalam membuat tulisan
yang rapi seperti gigi ular.
c. Mata pelajaran menyanyi
Bernyanyi tentang ular
Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Makan yang lezat itulah yang
dicari Itu dianya yang terbelakang
d. Pendidikan jasmani
Dengan berjuang baku keluar dari kelas seperti ular, keliling lapangan tetap bergerak
seperti ular.
e. Pelajaran menggambar Menggambar ular
f. Ilmu hayat
Ular termasuk hewan melata, dan lain-lain

Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan memulis pemula membutuhkan metode yang
sesuai salah satunya adalah metode membaca global. “Metode global adalah metode yang
melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan
ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6)
mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode
global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan
menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan
dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

Di dalam metode membaca global siswa didorong untuk bersemangat membaca karena
termotifasi dari gambar. Dari gambar tersebut siswa di suguhkan kalimat yang sesuai gambar,
dan dari kalimat itu siswa di harapkan dapat memisah menjadi kata, dari kata itu siswa

1
diharapkan memisah lagi menjadi suku kata dan selanjutnya menjadi huruf. Sehingga siswa lebih
mudah memahami materi yang diberikan guru.

Metode global proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali)

Langkah-langkah Metode global :

a. Guru mengenalkan beberapa contoh kalimat yang disertai gambar kepada siswa. Gambar
berfungsi untuk mempermudah siswa dalam membaca permulaan.
b. Membaca kalimat tanpa bantuan gambar
c. Kalimat diuraikan menjadi kata Setelah siswa dapat membaca kalimat dengan benar
kemudian kalimat diuraikan menjadi kata.
d. Kata diuraikan menjadi suku kata

Contoh penggunaan metode global :

a. Mengkaji salah satu kata

b. Menguraikan huruf menjadi suku kata

c. Menguraikan suku kata menjadi huruf

d. Menggabungkan huruf menjadi suku kata

e. Merangkaiakan kata menjadi suku kata

f. Merangkaikan kata menjadi

kalimat Misalnya :

saya melihat

buku melihat

1
me – li – hat

m–e–l–i–h–a–t

melihat

saya melihat buku

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar global (gestalt) berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia. Selain itu, teori
global (gestalt) tersebut memiliki hukum-hukum yang dapat membantu secara jelas dalam
menjelaskan teori gestalt tersebut dan teori ini dapat diaplikasikan kedalam pembelajaran melalui
beberapa langkah, antara lain: pengalaman tilikan, pembelajaran yang bermakna, perilaku
bertujuan dan prinsip ruang hidup. Dengan demikian teori ini dapat diterapkan secara efektif
dalam pembelajaran di sekolah.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan memulis pemula membutuhkan metode yang
sesuai salah satunya adalah metode membaca global. “Metode global adalah metode yang
melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan
ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6)
mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode
global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan
menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan
dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

Di dalam metode membaca global siswa didorong untuk bersemangat membaca karena
termotifasi dari gambar. Dari gambar tersebut siswa di suguhkan kalimat yang sesuai gambar,
dan dari kalimat itu siswa di harapkan dapat memisah menjadi kata, dari kata itu siswa
diharapkan memisah lagi menjadi suku kata dan selanjutnya menjadi huruf. Sehingga siswa lebih
mudah memahami materi yang diberikan guru.

Metode global proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali)

1
B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. C. (1972). Language Skills in Elementary Education.

New York:Macmillan Publishing Co, Inc.

Badudu. J. S. (1993). Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah:


Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6. Yogyakarta:
Kanasius.

Cleary, Linda Miller dan Michael D. Linn. (1993). Linguistics For Teachers.
New York: Mc Graw-Hill.

Depdikbud. 1994/1995. Pengajaran Membaca. Jakarta:

Depdikbud. Depdikbud. 2003. Pengajaran Membaca. Jakarta:

Depdikbud.

Ag. Soejono. 1983. Metodik Khusus Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Karya.

Darmiyati, Budiasih, 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah:
Depdikbud

Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ngalim Purwanto. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Inonesia.Jakarta:PT Rosda Jayaputra.

Anda mungkin juga menyukai