Anda di halaman 1dari 16

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MENULIS

Makalah Ditulis Sebagai Bahan Diskusi

Mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Dosen Pengampu :

Sri Muryati

Di Susun Oleh :

Dyva Febrian Ariyani 2252000129

Wika Hamidan Pramulya 2252000130

Dhea Nurishka Putri 2252000133

Angelika Anazabila 2252000144

Miftahul Hidayatullah 2252000150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-
nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang berjudul “Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dengan Fokus Menulis”.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah
memberikan kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, ibu Sri Muryati dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam berbagai hal.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Kami berharap informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Tidak ada yang sempurna didunia, melainkan Alloh SWT tuhan yang maha
sempurna. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah pada masa yang akan datang.

Sukoharjo, 14 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Menulis permulaan merupakan tahapan proses belajar menulis bagi siswa
sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu guru perlu merancang pembelajaran menulis dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasan menulis sebagai suatu yang menyenangkan.
Kenyataan di atas mengharuskan pengajaran menulis digalakkan sedini
mungkin. Tidak mengherankan jika dalam kurikulum sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi, pengajaran menulis menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia
yang mendapat porsi lebih besar daripada kemampuan berbahasa lainnya. Hal ini
terlihat pada banyaknya porsi kemampuan menulis dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar, yakni sekitar 70 persen.
Akan tetapi, disayangkan, kenyataan dewasa ini pembelajaran menulis
termasuk di Sekolah Dasar belum menggembirakan. Banyak penelitian yang
mengungkapkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah karena metode
pengajaran menulis kurang efektif. Banyak kalangan menilai pengajaran menulis
dewasa ini sangat terlantar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pembelajaran Bahasa Indonesia dengan focus menulis?
2. Apa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan focus menulis?
3. Bagaimana cara memilih materi, metode, dan Teknik pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan focus menulis?
4. Bagaimana cara Menyusun model pembelajaran Bahasa Indonesia dengan focus
menulis di kelas rendah dan kelas tinggi?
C. TUJUAN
1. Dapat menjelaskan pengertian pembelajaran Bahasa Indonesia dengan focus
menulis.
2. Dapat menjelaskan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan focus menulis.
3. Dapat memilih materi, metode, dan Teknik pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan focus menulis.
4. Dapat Menyusun model pembelajaran Bahasa Indonesia dengan focus menulis di
kelas rendah dan kelas tinggi.
BAB II

PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MENULIS

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS


MENULIS
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis.
Kemampuan itu bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak
pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis pun belum
tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan menulis.
Siswa SD yang baru masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-
huruf. Oleh karena itu, pada hakikatnya huruf-huruf itu dibentuk oleh garis- garis
maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis lurus,
garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf.
Oleh karena itu, kalau kita perhatikan materi pokok menulis pada semester I SD kelas
1, yaitu minggu-minggu pertama masuk sekolah, mereka dilatih untuk membuat garis-
garis tersebut. Hal ini sesuai dengan materi pokok pembelajaran menulis pada
semester I, yaitu (a) garis putus-putus, (b) garis lurus, (c) garis lengkung. (d)
lingkaran, dan (e) garis pembentuk lingkaran. Jadi, di kelas 1 SD ini siswa
diperkenalkan dengan membuat/menulis huruf-huruf atau alfabet latin dan
merangkaikannya menjadi kata-kata.
Di samping itu siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar,
misalnya memegang dan menggunakan alat tulis (merupakan kompetensi dasar
menulis yang harus dikembangkan guru). Di SD kelas tinggi setelah siswa menguasai
teknik menulis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan merangkaikan kata-kata
menjadi kalimat, dan kalimat-kalimat ini dirangkaian menjadi paragraf dan yang
terakhir paragraf-paragraf disusun menjadi sebuah wacana.
Menurut Pappas (dalam Nurchasanah, 1994) dalam pengajaran bahasa terpadu
(termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Anak anak adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka terus-menerus akan
berpikir tentang dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka pelajari dan mereka
susun.
2. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial.
Karena bahasa digunakan untuk bermacam-macam tujuan maka makna tersebut
diekspresikan dengan cara yang bermacam-macam. Bahasa tidak dapat dipahami,
diinterpretasikan, dan dievaluasi tanpa dibubungkan dengan konteks sosial tempat
bahasa itu digunakan. Bahasa dipelajari melalui penggunaan aktual. Pola-pola
bahasa yang bervariasi dipelajari dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan dan
berbagai konteks sosial.
3. Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan. Pengetahuan itu
diorganisasikan dan disusun melalui interaksi sosial. Pengetahuan itu secara tiba-
tiba akan berubah dalam kehidupan mereka dan dibangun dengan representasi
mental yang didasarkan atas pengalaman individual. Selanjutnya, pengetahuan itu
selalu dimodifikasi dan bersifat tentatif dan sementara. Pengetahuan itu tidak
bersifat statis dan absolut dalam menyikapi objek. Karena anak-anak hidup dalam
lingkungan social maka mereka akan selalu menyikapi budaya yang ada di
lingkungannya dan keadaan sosial yang selalu berubah serta peristiwa-peristiwa
sejarah.

Aplikasi ketiga prinsip di atas dalam pengajaran menulis, siswa perlu dihadapkan
dengan dunia nyata yang ada di lingkungan sosialnya. Mereka perlu dilatih untuk
berinteraksi dengan kehidupan sosial mereka. Mereka perla diberi kesempatan untuk
berinteraksi dengan kehidupan nyata dengan bekal pengetahuan yang sudah mereka
miliki. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menemukan masalah yang akan
ditulisnya dan lingkungan sosial mereka sendiri dan dapat mengembangkan masalah
dan menata bahan penulisan dengan kreativitas mereka sendiri.

Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam
bahasa tulis sesuai dengan konteks pemakaian bahasa yang wajar. Untuk mencapai
tujuan itu, pengajaran menulis bisa memadukan beberapa aspek pembelajaran bahasa
baik yang bersifat kebahasaan maupun keterampilan sebagai bahan ajarnya, misalnya
coba Anda sebutkan!--- ya, keterampilan menulis dipadukan dengan keterampilan
menyimak mendengarkan, membaca, atau dipadukan dengan pembelajaran
kebahasaan, seperti kosakata, struktur, ejaan, dan sebagainya.

Dalam proses pembelajaran terpadu ini peran guru sangat besar Cars harus
mampu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa aktif untuk
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Jadi, yang dimaksud dengan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus menulis adalah pembelajaran bahasa
Indonesia yang dipusatkan atau bertumpu pada kegiatan latihan menulis. Kalau di SD
kelas rendah difokuskan pada penguasaan menulis huruf-huruf dan merangkaikan
huruf-huruf itu menjadi kata, serta merangkaikan kata-kata itu menjadi kalimat
sederhana maka di SD kelas tinggi difokuskan pada latihan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tulis secara jelas.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SD KELAS RENDAH


Tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah ini dapat kita lihat pada
Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar apa yang akan dikembangkan. Hasil Belajar dan
Kompetensi Dasar untuk menulis di SD kelas rendah ini dapat kita lihat pada Modul 4
atau langsung pada sumber utamanya, yaitu Kurikulum 2004: Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Dalam Modul 4 dapat kita lihat hasil belajar (yang pada hakikatnya
merupakan tujuan pembelajaran) apa yang akan dicapai sehubungan dengan
keterampilan menulis di SD kelas rendah. Adapun hasil belajar atau tujuan
pembelajaran menulis yang ingin dicapai yaitu:
1. kelas 1 SD
(a) bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis
lengkung lingkaran, garis pembentuk huruf
(b) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, bentuk lurus
(c) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat)
(d) menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas
(e) menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung
(f) menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan
menuliskannya dengan benar
(g) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung.

2. Kelas 2 SD
(a) menuliskan pengalaman menggunakan kalimat sederhana dengan huruf sambung
(b) menuliskan kalimat yang didiktekan guru dalam huruf sambung dengan benar
(penggunaan ejaan dan tanda baca)
(c) melengkapi cerita dengan kata yang tepat
(d) Menulis karangan pendek tentang kegiatan anggota keluarga
(e) menulis cerita sederhana tentang kesukaan dan etidaksukaan.
Dalam praktiknya pembelajaran menulis di SD kelas I guru SD tidak banyak
mengalami kesulitan karena siswa kelas 1 SD sebagian besar sudah di bekali dengan
menulis dan membaca permulaan di Taman Kanak-kanak.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SD KELAS TINGGI


Hasil belajar / tujuan pembelajaran menulis di SD kelas tinggi adalah:
1. Kelas 3
A. Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat yang tepat.
B. Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri menggunakan kalimat yang
makin kompleks.
C Membuat ringkasan dari teks narasi cerita dalam beberapa kalimat menggunakan
kata-kata sendiri.
D. Menulis petunjuk membuat mainan dan menjelaskan cara
memainkannya.

2. Kelas 4
A. Memahami isi percakapan dan melengkapi percakapan.
B. Menulis deskripsi tentang benda di sekitar atau seseorang dengan bahasa
yang runtut.
C. Mengisi formulir dengan benar.
D. Memahami isi cerita dan melengkapi cerita.
E. Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa
yang komunikatif.
F. Menyusun paragraf dengan bahan yang tersedia.
G. Menulis cerita berdasarkan pengalaman.
H. Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif.
I. Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dan
menggunakan EYD yang tepat.
J. Membuat pantun sederhana.

3. Kelas 5
A. Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak.
B. Menulis karangan dengan bahan yang tersedia
C. Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan.
D. Menulis kartu pos dengan benar.
E. Menulis surat pribadi untuk berbagai keperluan untuk berbagai tujuan dengan
kalimat yang efektif.
F. Menyusun laporan melalui tahapan yang benar.
G. Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam beberapa
kalimat dengan kata-kata sendiri.
H. Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa yang sesuat
I. Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster sederhana dengan bahasa
yang komunikatif.
J. Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk prosa sederhana.
K. Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi.

4. Kelas 6
A. Mengisi daftar riwayat hidup dengan benar.
B. Menyusun naskah pidato/sambutan dengan bahasa yang komunikatif dan
santun.
C. Menyampaikan informasi dalam bentuk iklan dengan bahasa yang komunikatif.
D. Menulis wesel pos dengan benar.
E. Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar.
F. Menyusun rangkuman dari berbagai teks bacaan yang memiliki kesamaan tema.
G. Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan
yang dituju.
H. Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap mempertahankan makna puisi
I. Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi gambar.
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
MENULIS
A. MATERI, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DENGAN FOKUS MENULIS
Setelah Anda memahami uraian pada Kegiatan Belajar yang memaparkan
tentang (a) pengertian pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus menulis, (b)
tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah, dan (c) tujuan pembelajaran
menulis di SD kelas tinggi. Pada Kegiatan Belajar 2 in Anda diajak untuk
menentukan materi, metode, dan teknik dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dengan fokus menulis, Materi merupakan bahan pembelajaran yang berfungsi
sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan guru atau untuk
mengembangkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sebenarnya materi pembelajaran itu sudah tercantum dalam kurikulum,
sehingga guru tinggal mengembangkannya. Mungkin Anda masih ingat pada Modul
4 yang menjelaskan bahwa kerangka Kurikulum 2004 terdiri atas lima komponen
utama, yaitu (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) hasil belajar, (4)
indikator, dan (5) materi pokok. Jika Anda lupa Anda dapat melihat kembali kelima
komponen tersebut pada Modul 4.
Materi pokok dalam pembelajaran menulis di sini adalah "cerita tentang
kegiatan sehari-hari berdasarkan pengamatan siswa di lingkungannya" Adapun hasil
belajar yang diharapkan adalah mengungkapkan pikiran sendin dengan menggunakan
pilihan kata yang tepat Kegiatan sehari-hari di sim misalnya kegiatan siswa berangkat
ke sekolah, dalam perjalanan ke sekolah ini pasti ada sesuatu yang diamati siswa
Berdasarkan keadaan ini gunu memberi tugas kepada siswa untuk menuliskan
pengalamannya tentang apa apa yang diamat dialaminya selama dia dalam perjalanan
menuju sekolah Dengan demikian siswa secara tidak langsung sudah mempunyai
bahan untuk ditulis dari pengalamannya
Kalau Anda perhatikan materi pokok pada lajur keempat hanya butkan materi
yang pokok saja. Dengan demikian, guru harus mojabarkan yang lebih terperinci dan
disesuaikan dengan dunia atau kungan siswa. Misalnya, di kelas I kompetensi
dasarnya "Menjiplak dan menebalkan" dan materi pokoknya adalah "Gambar,
Lingkaran, Bentuk Huruf Materi pokok yang berupa gambar, lingkaran, dan bentuk
huruf kita sesuaikan dengan dunia siswa kelas 1. Dengan demikian, materi gambar
kita pihkan gambar mobil atau boneka yang berhubungan dengan lingkaran, misalnya
kita berikan beberapa gambar balon yang diikat, dan yang berupa bentuk huruf kita
tuliskan bentuk-bentuk huruf-huruf yang berhubungan dengan gambar-gambar yang
kita berikan tadi. Untuk jelasnya di bawah gambar mobil kita tuliskan bentuk huruf-
huruf m-o-b-i-1, di bawah gambar boneka kita tuliskan bentuk huruf-huruf b-o-n-e-k-
a, di bawah gambar balon kita tuliskan bentuk huruf-huruf b-a-1-0-n.
Setelah kita tentukan materi pembelajaran untuk keterampilan menulis,
selanjutnya kita menentukan metode dan teknik pembelajarannya. Uraian mengenai
metode dan teknik dapat Anda lihat lagi pada Modul 3. Pada umumnya metode dan
teknik dipakai dalam pengertian yang sama, yaitu cara menyampaikan pelajaran.
Sebenarnya pengertian metode pembelajaran dan teknik pembelajaran tidak sama.
Metode mengacu kepada suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan, yang meliputi (a) pemilihan bahan, (b) urutan bahan, (c) penyajian bahan,
dan (d) pengulangan bahan, sedangkan teknik mengandung makna upaya guru. usaha-
usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung
dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Oleh karena dalam
metode mengandung makna penyajian bahan dan teknik mengandung makna cara-
cara yang digunakan guru maka penggunaan kata metode dan teknik disamakan.
Syafi'ie (dalam Nurchasanah, 2004) membagi menulis permulaan menjadi dua
tahap, yaitu (a) tahap prapenulisan, dan (b) tahap penulisan. Tahap prapenulisan
bertujuan melatih siswa untuk membiasakan din bersikap yang baik dan tepat dalam
menulis, misalnya sikap duduk yang benar, pengaturan jarak mata dengan tangan
yang tepat pada waktu menulis, cara membuka buku yang tepat, dan belajar membuat
berbagai macam garis yang memungkinkan siswa untuk bisa menulis dengan tepat.
Tahap penulisan merupakan kelanjutan dan tahap prapenulisan yang bertujuan
melatih siswa untuk dapat menulis dengan sesungguhnya. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan teknik yang merupakan alternatif model pembelajaran menulis
sebagai berikut:
1. Menjiplak, yang dapat dibagi menjadi (a) menjiplak huruf. (b) menjiplak kalimat,
(c) menjiplak wacana sederhana.
2. Menyalin, biasanya dimulai dari tingkatan kata, kalimat, sampai pada wacana.
Menyalin ini bisa dari (a) kata, kalimat, dan wacana yang menggunakan huruf lepas
ke huruf lepas, dan (b) kata, kalimat, dan wacana yang menggunakan huruf lepas ke
huruf latin atau sebaliknya.
3. Menatap, biasanya dilakukan dengan cara mengamati objek. Agar siswa dapat
membahasakan objek yang diamati, objek itu dapat berupa (a) menyusun gambar,
yaitu gambar kata dan gambar kalimat, serta (b) objek asli.
4. Menyusun, kegiatan menyusun yang paling sederhana adalah t huruf menjadi kata,
dilanjutkan dengan menyusun kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi wacana.
5. Melengkapi, kegiatan melengkapi dapat berupa melengkapi kalimat sebagian
katanya dihilangkan dan bisa juga melengkapi bagian kalimat yang dihilangkan dalam
wacana.
6. Menulis halus, kegiatan ini untuk membiasakan menulis secara baik.
7. Dikte, dengan memperdengarkan kata, kalimat, atau wacana sederhana kepada
siswa agar mereka menuliskan apa yang mereka dengar.
8. Mengarang, yang dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan dapat pula tanpa
bantuan gambar.
Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan (1986) ada beberapa Teknik dalam
pembelajaran menulis, seperti berikut ini:

1. Menyusun Kalimat
Menurut Slager yang dikutip oleh Tarigan, menyusun atau membangun kalimat
dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini.
a. Menjawab pertanyaan
Guru bertanya : Siapa namamu?
Siswa menjawab: Budi/Nama saya Budi (siswa menulis namanya)
Guru bertanya :Di mana rumahmu?
Siswa menjawab: Di Jalan Tamrin No. 3 (siswa menulis alamatnya)
b. Melengkapi kalimat
Guru: Sempurnakan kalimat berikut!
Pilih kata yang tepat di bawah!
1) Ibu kota Jawa Barat adalah
2) Kebun Raya terletak di
3) Taman Mini berada di
4) Kota pahlawan adalah
A. Bandung
B. Semarang
C. Jakarta
D. Bogor
E. Surabaya
Siswa : mengisi kalimat di atas dengan jalan menulis nama kota yang tepat
c. Memperbaiki susunan kalimat
Guru: Ubahlah susunan kalimat berikut ini supaya tepat!
Contoh: Saya di Jalan Melati No. 10 bertempat tinggal Saya bertempat tinggal di
Jalan Melati No. 10.
1) Baju membeli ayah.
2) Memakan kuda rumput.
3) Halaman Suci setiap hari menyapu
4) Belajar Adi kalimat menyusun yang tepat.
d. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat model. Kemudian, siswa memperia kalimat model
dengan kata/frase yang sudah ditentukan guru.
Contoh: Kalimat model "Ibu menjahit" Kata untuk memperluas kalimat "pakaian"
Siswa : Ibu menjahit pakaian
e. Substitusi
Guru memberikan kalimat model, kemudian menyebutkan kata lain yang dapat
menduduki posisi jabatan tertentu. Setelah itu guru memberi contoh penggantian kata
tersebut.
Contoh: Ayah membeli buku.
Guru memberikan kalimat model, kemudian menyebutkan kata lain yang dapat
menduduki posisi jabatan tertentu. Setelah itu guru memberi contoh penggantian kata
tersebut.
Contoh: Ayah membeli buku.
sepatu - Ayah membeli sepatu
Guru: Ayah membeli sepatu
adik -> …………………………(siswa)
Guru. Adik membeli sepatu,
memakai →→ ………………………..(siswa)
f. Transformasi
Guru memberikan sebuah kalimat model. Siswa mengubah bentuk kalimat model dan
menuliskannya.
Guru: Ibu memasak nasi.
Siswa: Ibu memasak apa?
Guru: Halimah pergi ke sekolah
Siswa: Siapa pergi ke sekolah?
Guru: Ana membaca buku itu
Siswa Baca buku itu!
Guru: Adik menangis
Siswa: Jangan menangis!

2. Memperkenalkan Karangan
Dalam memperkenalkan karangan ini dapat ditempuh dengan dua cara teknik,
yaitu (1) baca dan tulis, atau (2) simak dan tulis
3. Meniru Model
Dalam teknik guru menyiapkan contoh karangan yang dipakai sebagai model oleh
siswa untuk menyusun karangan Struktur karangan memang sama, tetapi berbeda
dalam isi
4. Karangan Bersama
Pelaksanaan teknik ini dimulai dengan pengamatan yang dilakukan oleh siswa
bersama guru Misalnya, mengamati kebun sekolah Setelah itu siswa ditugasi
menyusun sebuah kalimat yang berhubungan dengan hasil pengamatannya terhadap
kebun sekolah Kemudian, kalimat-kalimat dan siswa tadi disusun bersama-sama dan
dengan bantuan guru diperbaiki sehingga menjadi sebuah karangan
5. Mengisi
Teknik ini dipraktikkan dengan cara guru menyiapkan sebuah karangan yang
kata kelima dan setiap kalimat pembangun cerita itu dihilangkan. Kemudian,
karangan ini diberikan kepada siswa untuk disempurnakan atau dusi titik-titik dengan
sebuah kata sehingga menjadi karangan yang utuh Kembali
6.Menyusun Kembali
Suatu karangan yang telah dikacaukan urutan kalimatnya, kemudian diberikan
kepada siswa untuk mengurutkan kembali menjadi sebuah karangan dengan urutan
kalimat yang benar
7. Menyelesaikan Cerita
Siswa diberi sebuah cerita yang belum selesai dan ditugasi menyelesaikan
cerita tersebut menjadi cerita yang utuh.
8. Menjawab Pertanyaan
Siswa diberi pertanyaan dan dan kalimat-kalimat jawaban siswa tersebut
dapat disusun sebuah cerita apakah tentang alam sekitarnya, kesenangannya, dan
sebagainya.
9. Meringkas Bacaan
Teknik ini dilaksanakan dengan jalan siswa diberi suatu bacaan yang berupa
cerita pendek atau sebuah wacana. Siswa disuruh membaca/mempelajari bacaan
tersebut, kemudian disuruh meringkasnya.
10. Parafrase
Dalam pengajaran menulis dapat juga digunakan teknik parafrase dengan jalan
guru memberi karangan puisi yang harus diubah oleh siswa dalam bentuk prosa atau
sebaliknya.
11. Reka Cerita Gambar
Teknik ini bertujuan untuk melatih mengembangkan imajinasi siswa. Dengan
melihat gambar tunggal atau gambar berseri siswa disuruh menuliskan sebuah cerita
yang ada hubungannya dengan gambar yang diamatinya
12. Memerikan
Teknik ini dilakukan dengan jalan siswa disuruh mengamati sesuatu, apakah
kelasnya, lingkungan sekolah, orang yang berjualan di sekolah atau yang lain,
kemudian disuruh menggambarkan atau memerikan apa-apa yang diamatinya itu
dalam bentuk tulisan.
13. Mengembangkan Kata Kunci
Pelaksanaan teknik ini dengan jalan siswa diberi beberapa kata kunci,
kemudian dia disuruh mengembangkan kata-kata itu menjadi sebuah karangan.
14. Mengembangkan Kalimat Topik
Kalau dalam teknik mengembangkan kata kunci yang dikembangkan menjadi
sebuah karangan adalah kata-kata yang kita berikan kepada siswa, dalam teknik
mengembangkan kalimat topik ini yang dikembangkan adalah sebuah kalimat yang
kita berikan kepada siswa. Kalimat topik ini sifatnya masih umum dan luas yang
harus dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas
15. Mengembangkan Judul
Latihan menulis berikutnya yang lebih sulit adalah penerapan teknik
mengembangkan judul. Siswa kita beri judul yang terdiri dari beberapa kata yang
harus dikembangkan menjadi beberapa kalimat topik, kalimat-kalimat topik ini harus
dikembangkan menjadi sebuah paragraf, dan paragraf- paragraf tersebut harus
berhubungan satu sama lainnya yang membentuk suatu cerita yang utuh dan padu.
16. Mengembangkan Peribahasa
Teknik ini dilaksanakan dengan jalan pemberian sebuah peribahasa yang
sudah dikenal dan dipahami maknanya oleh siswa. Kemudian, siswa ditugasi menulis
karangan singkat berdasarkan peribahasa tersebut.
17. Menulis Surat
Menulis surat merupakan pekerjaan mengarang yang sering dilakukan orang.
Dalam pembelajaran menulis surat ada dua cara/teknik yang bisa diberikan kepada
siswa. Cara pertama adalah menulis surat secara terpimpin, artinya siswa menulis
surat berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan, sedangkan cara kedua adalah
menulis surat secara bebas. Dengan sendirinya untuk pertama kali guru memberi
contoh sebuah surat, kemudian siswa disuruh menulis balasan surat tersebut. Pada
kesempatan yang lain siswa ditugasi menulis surat izin tidak masuk sekolah karena
ada acara keluarga atau ada keperluan yang lain.
18. Menyusun Dialog
Teknik menyusun atau mengembangkan dialog atau percakapan dapat
digunakan untuk pembelajaran menulis karena dialog sudah dikenal oleh setiap siswa.
Misalnya, guru menyuruh siswa menyusun suatu dialog antara ayah, ibu, dan adik
tentang rencana rekreasi pada waktu liburan semesteran yang akan datang.
19. Menyusun Wacana
Teknik menyusun wacana dalam pembelajaran menulis merupakan teknik
pembelajaran menulis secara bebas. Siswa bebas dalam menentukan judul, bebas
dalam menjabarkan judul menjadi kalimat topik, bebas melengkapi kalimat topik
dengan kalimat pengembang sehingga tersusun paragraf
Akhimya siswa pun bebas menyusun dan mengatur urutan dan posisi paragraf
sehingga tersusun wacana yang baik. Pemilihan kesembilan belas teknik di atas
dengan sendirinya harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Misalnya,
teknik menyusun wacana tidak mungkin diberikan pada siswa kelas 2 SD, tetapi
untuk siswa kelas 6 yang sudah banyak berlatih menulis.
Setelah Anda dapat menentukan materi dan metode/teknik dalam
pembelajaran menulis, Anda diharapkan dapat menyusun perencanaan pembelajaran
menulis baik di kelas rendah SD maupun di kelas tinggi. Berikut ini Anda dapat
menelaah alternatif model pembelajaran menulis.

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS


MENULIS DI SD KELAS RENDAH

Sebelum mengajar di depan kelas tentunya guru harus membuat persiapan


tertulis. Sebelum diberlakukannya Kurikulum 2004, persiapan tertulis itu disebut
Model Satuan Pelajaran yang disingkat MSP. MSP ini disusun untuk beberapa kali
pertemuan. Persiapan mengajar untuk satu kali pertemuan yang diambil dari MSP ini
disebut Rencana Pengajaran yang disingkat RP. MSP disusun berdasarkan GBPP
(Garis-garis Besar Program Pengajaran) yang dalam Kurikulum 2004 disebut Silabus.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran,
sedangkan dalam buku Acuan Pengembangan Kurikulum 2004 dijelaskan bahwa
silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta
penilaiannya. Pada lampiran diberikan contoh silabus (yang dimaksud adalah Rencana
Pembelajaran) dengan format yang dapat dikembangkan oleh guru yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Contoh silabus yang ada mulai dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Menurut Pappas (dalam Nurchasanah, 1994) dalam pengajaran bahasa
terpadu (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai
berikut.
1. Anak anak adalah pembelajar yang konstruktif.
2. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan
sosial.
3. Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan.

Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat


berkomunikasi dalam bahasa tulis sesuai dengan konteks pemakaian
bahasa yang wajar.

Tahap penulisan merupakan kelanjutan dan tahap prapenulisan yang


bertujuan melatih siswa untuk dapat menulis dengan sesungguhnya.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan teknik yang merupakan alternatif
model pembelajaran menulis sebagai berikut:

1. Menjiplak
2. Menyusun
3. Menatap
4. Melengkapi
5. Menyalin
6. Menulis halus
7. Dikte
8. mengarang
A. SARAN
Anak harus diajarkan cara menulis sejak dini mulai dari menulis
permulaan hingga menulis lanjutan, serta guru harus bisa menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Bahan Kajian. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Prasekolah, Dasar, dan


Menengah: Acuan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Prasekolah, Dasar, dan


Menengah: Ketentuan Umum. Jakarta: Depdiknas.

Harsiati, Titik. (1994). Perencanaan Pembelajaran Menulis Vokal. Tahun V, Nomor 1,


Desember 1994.

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurchasanah. (2004). Alternatif Model Pembelajaran Menulis Permulaan, Bahasa, dan Sastra
Indonesia. Tahun 10, Nomor 1, Februari 2004.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

Artikel Universitas Negeri Gorontalo: https://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-2-1-86206-


151412361-bab1-20012015073235.pdf

Anda mungkin juga menyukai