Anda di halaman 1dari 24

PENGGUNAAN BAHASA INDONESI YANG EFEKTIF

ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Nama : FEBIANA FEBERLINA NDRURU


Program Studi : S1 - PGSD
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Tujuan : Untuk Menyelesaikan Tugas Matakuliah Bahasa Indonesia
Nama Dosen : ROIKESTINA SILABAN, S.S.,M.Hum

UNIVERSITAS AUDI INDONESIA


T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya yang telah
dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pentingnya mempelajari penggunaan Bahasa Indonesia yang efektif bagi
dosen dan Mahasiswa” yang berperan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa
merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam makalah ini saya membahas mengenai pentingnya bahasa, latar


belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, mengindentifikasi
kerangka teori, formulasi isi tulisan dan bagaimana membuat kesimpulan dan saran
dalam pentingnya mempelajari Bahasa Indonesia bagi Mahasiswa.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi saya.

Akhir kata saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati.

Medan, 14 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan menghafal.


Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau
penjelasan semata. Mahasiswa tidak dapat memperoleh keterampilan berbahasa hanya
dengan duduk dan mendengar keterangan atau penjelasan dari pendidik. Keterampilan
berbahasa dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan berbahasa secara terus menerus.
Pengajaran keterampilan berbicara juga perlu mencakup (1) kenyaringan suara, (2)
kelancaran, (3) sikap berbicara, (4) gerak-gerik mimik muka, (5) penalaran, (6) santun
berbicara. Kemampuan berbicara mahasiswa, dapat dilakukan saat kegiatan berbicara dalam
mengespresikan diri melalui kelompok kecil diharapkan kemampuan berbahasa mahasiswa
berkembang khususnya kemampuan berbicara. Selama periode usia sekolah kognitif
meningkat pesat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikatif yang efektif.
Kemampuan berbicara mahasiswa pada semester satu perlu ditingkatkan. Dalam hal ini
upaya kemampuan berbicara tersebut dapat berhasil baik atau tidak tergantung kepada upaya
pendidik, metode pengajar yang digunakan, serta mahasiswa sebagai objek. Di samping
penguasaan materi pelajaran, pendidik hendaknya mempunyai pengalaman yang beraneka
ragam tentang metode mengajar atau teknik mengajar. Dosen bahasa Indonesia yang
mengetahui aneka ragam teknik pengajar keterampilan berbahasa dan dapat
mempraktikannya sangat membantu dalam mengajarkan keterampilan berbahasa. Pengajar
atau dosen yang memiliki pengetahuan luas, mampu memimpin mahasiswa untuk
memecahkan masalah yang kompleks. Dosen melontarkan kepada mahasiswa untuk
dianalisis, pada tiap-tiap kelompok dapat mendiskusikan apa yang disampaikan oleh dosen
(Roestiayah. N.K, 2008: 157). Pengajaran yang tidak tepat dapat menyebabkan mahasiswa
tidak seimbang dalam kemampuan teoretis dan praktisnya serta kurang kreatif. Hal ini juga
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti dosen, bahan pelajaran, kesiapan mahasiswa, dan
sarana pengajar. Ketidakseimbangan dalam faktorfaktortersebut dapat berdampak pada hasil
pengajaran bahasa. Kurangnya sarana dan prasarana mengakibatkan penyampaian materi
informasi dalam proses belajar mengajar kurang lancar dan tidak efektif. Pengajaran
kemampuan berbicara untuk mahasiswa saat sekarang kurang sekali. Sistem pengajaran pada
waktu dulu banyak memberikan motivasi mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan
berbicara melalui mendengarkan cerita yang diberikan oleh dosen. Dengan mendengarkan
cerita mahasiswa dapat menambah wawasan serta imajinasi mereka. Berbeda dengan
sekarang, dosen sedikit sekali dalam memberikan ilmu dan pengetahuan melalui berbicara.
Selain itu, yang menjadi faktor kurangnya pengetahuan tentang berbicara adalah faktor orang
tua. Pada saat ini jarang sekali orang tua yang dapat memberikan sedikit berbicara kepada
anaknya dalam suasana santai. Pada zaman dahulu orang tua selalu memberikan tatacara
berbicara sebagai arahan atau petunjuk kepada anaknya, tetapi seiring perkembangan zaman
anak selalu dimanjakan oleh teknologi yang serba maju. Dalam keterampilan berbahasa
pendidik harus dapat mengajarkan materi tentang keterampilan berbahasa kepada
mahasiswa. Sebaiknya pendidik keterampilan berbahasa hendaknya tidak menggunakan pola
lama dalam mengajar mahasiswa, yakni pola mengajar secara rutin, monoton tanpa
bervariasi; sehingga mahasiswa kurang mendapatkan variasi berbicara dalam memperoleh
pelajaran di kelas. Di pihak lain, orang tua sebagai komponen penting yang dapat
mempengaruhi keterampilan berbahasa pada anak. Orang tua hendaknya dapat memberikan
suatu keterampilan berbahasa lewat kegiatan berbicara kepada anak
Upaya pendidik menggunakan bahasa Indonesia lisan baik dan benar dalam kelompok
kecil Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Unvic Sorong kalangan mahasiswa melalui
kemampuan berbicara dapat menggunakan beberapa metode pengajaran berbicara. Banyak
metode yang dapat digunakan oleh pengajar dalam kemampuan berbicara. Metode tersebut
antara lain pendidik menggunakan kegiatan berbicara dengan kelompok kecil dan pendidik
sebagai pelatih, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, yang menuntut pendidik untuk bertindak
sebagai pelatih. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi
dasar, juga harus memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya
(Muslikah, 2010: 19). Untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan kemampuan berbicara
bahasa Indonesia lisan baik dan benar kalangan mahasiswa, dapat dilakukan kegiatan
berbicara dalam kelompok kecil, khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia. Melalui
kegiatan berbicara dalam kelompok kecil diharapkan kemampuan berbahasa mahasiswa
dapat lebih maju. Selama duduk dalam bangku perkuliahan diharapkan mahasiswa menjadi
komunikator yang baik, hal itu sering dengan tingkat perkembangan proses kognitif. Melihat
kenyataan yang ada di lapangan selama ini sikap kerja sama dalam kelompok mahasiswa
belum memuaskan. Kerja sama dalam kelompok masih diterapkan dalam diskusi dan belum
diterapkan pada kegiatan lain. Ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurangnya variasi
dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan seperti tugas secara kelompok, ada
perbedaan secara individual serta diperkirakan pemahaman dan minat belajar mahasiswa
terhadap mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia masih kurang. Kondisi tersebut
mendorong peneliti untuk senantiasa berupaya menvariasikan penggunaan metode yang
dapat melatih mahasiswa bekerja sama dengan mahasiswa lain di antaranya metode kerja
kelompok hanya dapat diskusi saja. Oleh karena itu, penulis mencoba mengunakan metode
kerja kelompok dalam kegiatan berbicara dalam kelompok kecil untuk mempertinggi hasil
belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan untuk membantu mahasiswa menjadi
manusia demokratis (Nasution, 2010: 147). Pada umumnya mahasiswa lebih menyukai
proses pembelajaran yang melibatkan dirinya. Mereka diberikan kebebasan untuk memberi
respon terhadap apa yang diterimanya. Dengan cara demikian,
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa, sebagai warga Negera Indonesia, antara Dosen
dengan mahasiswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa indonesisa yang
efektif untuk mencapai keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Baik di
lingkungan kampus maupun di tengah-tengah bangsa dan Negara
Berdasarkan pengamatan penulis dan juga beberapa hasil observasi awal bahwa di
lingkungan kampus masih ada sebagian orang atau kelompok, baik antara dosen dengan
mahasiswa, bahwa interaksi atau komunikasi antara dosen dengan mahasiswa menggunakan
bahasa indonesia yang tidak efektif di sebabkan. Salah satunya, pengaruh dari bahasa daerah
masing-masing dosen maupun masiswa, perngaruh perubahan jaman dan lain-lain atau di
sebut bahasa jaman now dan lain-lain. Berdasarkan latang belakang masalah di atas maka
penulis meneliti dengan judul “Penggunakan Bahasa Indonesaia yang efektif antara
Dosen dan Mahasiswa”

B. RUMUSAN MASALAH

a) Dosen mampu menerapkan penggunakan bahasa indonesia secara efektif kepada


mahasiswa
b) Mahasiswa dapat menggunakan bahasa indonesia secara efekti

C. PERTANYAAN PENELITIAN
a) Pertanyaan untuk Dosen
1. Apa saja yang anda lakukan pertama kali masuk di dalam kelas ?
2. Apa saja upayah anda agar mahasiswa yang kurang aktif dapat menjadi aktif dalam
kelas?
3. Bagaimana upayah anda agar bisa menjalin komunikasi yang baik kepada
mahasiswa?
4. Apa saja yang menjadi permasalahan anda saat berhadapan dengan mahasiswa?
5. Upayah yang anda lakukan dalam membangun dan mendidik karakter seorang
mahasiswa?
6. Bagaimana upayah anda dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif?
b) Pertanyaan untuk mahasiswa
1. Apa yang membuat anda memilih untuk kuliah di Universitas Audi Indonesia?
2. Apa yang kamu rasakan ketika pertamakali menginjakan kaki di Universitas Audi
Indonesia?
3. Bagaimana sikap anda ketika jumpa dengan dosen?
4. Upayah apa yang anda lakukan ketika di berikan tugas oleh dosen?
5. Apa saja yang menjadi kesulitan anda dalam perkuliahan setiap hari?
6. Pernahkah kamu berpikir untuk berhenti kuliah ketika di berikan tugas banyak oleh
dosen?
7. Bagaimana cara kamu menjalani komunikasi yang baik dengan teman sekelas mu?

D. Tujuan Penelitian

Peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian tentang penggunaan bahasa indonesia


yang efektif oleh Dosen kepada Mahasiswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori

1. Pengertian Bahasa
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam segala aspek di
dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa Indonesia harus dipelajari, dikembangkan, dan
dioptimalkan penggunaannya maupun fungsinya. Melalui mata pelajaran Bahasa
Indonesia diharapkan tumbuh sikap bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia
sehingga akan tumbuh juga kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung di
dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah
dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional sekaligus bahasa Negara di Indonesia. Menurut Oka (dalam Muslich,
2009: 108), menyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai : lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu
bangsa, dan sebagai alat perhubungan antar budaya atau daerah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional di Indonesia memiliki fungsi yang beragam, diantaranya adalah sebagai
lambang kebanggaan nasional karena dipakai secara luas dan sangat djunjung tinggi,
sebagai lambang identitas nasional, alat untuk mempersatukan seluruh 2 bangsa, dan
sebagai alat perhubungan antar budaya atau daerah karena bahasa Indonesia dapat
dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahsanya sehingga mereka dapat saling
berhubungan.
Untuk mewujudkan fungsi bahasa Indonesia, perlu diadakannya suatu pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia dengan harapan bahasa Indonesia bisa diakui oleh
setiap warga negara Indonesia. Pengembangan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan
upaya yang strategis melalui pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembinaan dan
pengembangan yang berhasil akan memberikan suatu dampak yang positif bagi
kemajuan berbagai aspek bangsa Indonesia.
Untuk meningkatkan mutu dalam penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya
dilakukan mulai sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan
sebagai landasan atau dasar pendidikan ke dalam jenjang yang lebih tinggi. Penguasaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan berbahasa yang
terdiri dari ketrampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (Muslich,
2009:109).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan yang dimiliki
seseorang dalam aspek membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Setiap
ketrampilan dalam bahasa mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia. Bahasa memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan
berbicara tentang apa saja. Bahasa juga sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep ataupun perasaan. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang digunakan suatu
masyarakat untuk bekerjasama, berinterksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana,
1982: 17). Bahasa adalah sistem lambang yang bersifat arbitrer, yang dipakai para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi.
Batasan pengertian bahasa yaitu (a) bahasa merupakan suatu sistem, (b) sebagai sistem,
bahasa bersifat arbitrer, dan (c) sebagai sistem arbitrer, bahasa dapat digunakan untuk
berinteraksi, baik dengan orang lain maupun diri sendiri (Kridalaksana, 1994 dalam
Sarwiji, 2008: 24)
Bahasa adalah salah satu alat untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran,
keinginan, dan perasaan kita. Hal itu sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Pateda (2008:10) bahasa adalah ucapan pikiran, kemauan, dan perasaan manusia yang
bersistem yang dihasilkan oleh alat bicara dan digunakan untuk berkomunikasi. Jadi
bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemesatu bangsa.
Pengungkapan bahasa yang baik dapat bersifat komunikatif antara pembicara dan
pendengar. Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari. Apabila komunikasi berjalan dengan efektif, maka informasi yang disampaikanpun
akan berjalan lancar sehingga dapat mempercepat suatu proses penyelesaian pekerjaan.
Sebaliknya komunikasi terhambat, arus informasipun tersendat, dan akibatnya tentu
akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan.

2. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat
terbentuknya, yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda.
Setelah terbentuk, bahasa Indonesia terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van
Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga ke Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Ini
2 adalah beberapa contoh sederhana bagaimana bahasa Indonesia dengan pesat
mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh khalayak umum
merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di
Nusantara kala itu. Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu. Keberadaan
bahasa Melayu pun dapat ditilik dalam saat persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, para
pemuda masih mempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia.
Kemudian M. Tabrani mengusulkan bahasa Melayu diganti dengan istilah bahasa
Indonesia dan hal ini pun disetujui bersama pada 2 Mei 1926. Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam
laman resminya telah mencantumkan bahwa bahasa Melayu telah berada di kawasan
Asia dan khususnya Asia tenggara sejak abad ketujuh. Pernyataan ini juga tentu
didukung oleh adanya beberapa prasasti sepeti prasasti Talang Tuo di Palembang,
bahkan prasasti Karang Brahi di Jambi. Keberadaan prasasti-prasasti ini telah ada sejak
tahun 680-an. Selanjutnya, untuk sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat disoroti
melalui zaman Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa
pembelajaran kebudayaan dan hingga pada saat penyebaran agama Kristen oleh para
pendeta-pendeta dan orang Belanda pada saat masih berada di Indonesia. Bahasa
Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berkembang dengan sangat
pesat di Indonesia, bahkan sebelum bahasa Indonesia pertama kali resmi di umumkan
pada sumpah pemuda.
Bahasa Indonesia sejak dahulu telah membentuk bangsa dan mempersatukan
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki tingkat kemajemukan yang sangat
tinggi. Bahasa pada dasarnya adalah media untuk berkomunikasi ternyata memiliki
eksistensi yang lebih lagi. Bahasa mencakup hampir seluruh lapisan masyarakat, bahkan
kebudyaan itu sendiri. Banyak sumber yang mengupas fungsi bahasa Indonesia, salah
satunya Arifin (2008:12) kedudukan bahasa Indonesia memiliki fungsi berikut. 1)
Lambang kebanggaan bangsa. Bahasa Indonesia mencerminkan setiap nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. 2) Lambang identitas nasional. Bahasa Indonesia
merupakan identitas ataupun jati diri dari orang-orang ataupun penduduk Indonesia. 3)
Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Bahasa Indonesia
menghindarkan segala aktifitas yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di tengah
masyarakat yang majemuk. 3 4) Alat pemersatu suku budaya dan bahasanya. Bahasa
Indonesia mempersatukan setiap suku-suku di Indonesia yang memiliki bahasa dan
kebudayaan yang berbeda dengan total tujuh ratusan bahasa daerah, bahasa Indonesia
pun menyatukan. Dengan demikian, peranan bahasa Indonesia adalah krusial dalam
menunjang bangsa dan negara serta setiap dari pada rakyat Indonesia. Perkembangan
bahasa Indonesia telah melalui sejarah yang cukup teramat panjang. Melalui kilas balik
sejarah yang telah dipaparkan di atas, dapat dengan jelas diketahui bahwa bahasa
Indonesia telah menjadi begitu kuat hingga saat ini karena telah melalui proses yang
unik. Berawal dari bahasa Melayu, kontak dengan budaya asing yang kemudian
menggunakan bahasa Melayu dan menjadi bahasa yang akhirnya diganti dengan istilah
bahasa Indonesia pada tahun 1926. Bahasa Indonesia kemudian masuk ke dalam tiga
kategori perkembangan, yaitu 1) Bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia pada awalnya
diikarkan oleh para pemuda kembali pada tahun 1928 pada tanggal 28 Oktober dalam
sumpah pemuda yang berbunyi: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe
bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia Kami poetra dan poetri Indonesia
mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia Kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia Dengan sangat jelas bahasa
Indonesia pertama kali digunakan ataupun diikrarkan sebagai bahasa pemersatu pada
butir ketiga. Bahasa Indonesia kemudian mulai diterima oleh masyarakat Indonesia.
Dengan diterimanya bahasa Indonesia, secara harfiah bahasa ini menjadi bahasa
pemersatu Indonesia. Diterimanya bahasa Indonesia juga dapat tercermin dari
diadakannya Kongres Bahasa Indonesia (KBI) pada tanggal 25 —28 Juni 1938 di Solo.
2) Bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan selama
54 sejak ditetapkan dalam pasal 36 UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus. Hal ini ditandai
dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang
membuat fase awal bahasa Indonesi sebagai bahasa pemersatu menjadi bahasa resmi
negara. Adapun pergantian ejaan dari ejaan Van Ophuijsen (dari masa jajahan Belanda)
menjadi ejaan Suwandi karena dianggap lebih menunjukan rasa nasionalisme yang
tinggi. 3) Bahasa internasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupkan
fase lanjutan dari dua fase yang ada. Hal ini telah dicanangkan dan dilakukan terbukti
dengan adanya Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia yang mengambil tempat di
Jakarta pada tanggan 28 Oktober hingga 1 November 2018. Undang-undang Nomor 4 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
juga ikut mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, khususnya pasal
44 ayat 1. Salah satu bukti dari tindak lanjut untuk fase ini adalah adanya tenaga dan
buku-buku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.

3. Pekembangan ejaan dalam perkembangan bahasa indonesia

a. Pengertian Ejaan
Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin,M.Hum.
dan  Drs.S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam
suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf,
kata, pemakaian tanda baca
b. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang
menyangkut pembakuan
tata bahasa maupun kosa kata da peristilahan, ejaan mempunyaifungsi yang cukup
penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu
diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain, berfungsisebaga
i Landasan pembakuan tata bahasa dan Landasan pebakuan kosakata dan
peristilahan.
Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasaIndonesia.Di
samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan
sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk
membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di capai jikasegala ketentuan
yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik
c. Perkembangan ejaan dalam pengembangan bahasa
1. Van Ophusyen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin,
yangdisebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang
dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut.
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata  jang, pajah, dan sajang 
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer 
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untukmenuliskan
kata-kata ma‟moer, „akal, ta‟, pa‟. dinamai‟ 
2. Soewandi
Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk
menggatikanEjaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan Ejaan
Republik.Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah
sebagai berikut.
a. Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoemenjadi
itu, oemoer menjadi umur. 
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, dan rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata
yangmengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakandengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
3. Melindoa.
Apakah yang di maksud dengan ejaan melindo ?
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang
disusun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan
pihakPersekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin
Ismail.Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa
Indonesia.Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya
EjaanMelindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan
dikedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan
politikantara Indonesia dan malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal
diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di
umumkan.
Hal-hal apakah yang terdapat dalam konsep ejaan melindo?
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan,
karenaejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan
menggunakansistem fonemis.Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo
gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta.
Juga gabungan konsonan nj,seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc
yang sama sekali masih baru.
d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia
Soehartomeresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru
itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.Karena penuntun itu perlu dilengkapi,
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
yang dibentuk oleh Menteri Pendidikandan Kebudayaan dengan surat putusannya
tanggal 12 Oktober 1972,

4. Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum


pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukanya berada di atas bahasa-bahasa
daerah. Menurut (Arifin,dkk. 2008:12) Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai
bahasa negara, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal
khusus (Bab XV, pasal 36).
Jadi dapat disimpulkan jika kedudukan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional
dan bahasa negara. Hal ini yang selama ini tidak diketahui oleh semua kaum muda dan
pelajar, dimana bahasa Indonesia begitu fital di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Bahasa Indonesia menjadi jantung dari bangsa Indonesia yang sudah menjadi keharusan
sebagai generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkanya. Dalam kedudukanya
bahasa Indonesia harus benar-benar dipahami oleh semua kalangan terutama kaum muda
dan pelajar, agar jiwa patriotisme dan nasionalisme mereka terus terjaga, hal ini
berkenaan dengan keadaan saat ini yang semangkin hari semangkin krisis akan jiwa
nasionalisme tersebut. Kaum muda dan pelajar lebih bangga akan bahasa asing, seperti
bahasa Inggris, Mandarin, Arab dan lainya, yang menyampingkan bahasa nasional dan
negara kita, hal ini karena bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu yang mudah untuk
dipahami dan tidak memerlukan belajar khusus.
Dalam kenyataanya masih banyak kaum muda dan pelajar yang tidak tahu bahsa
Indonesia yang baik dan benar, mulai dari tingkatan pendidikan dasar sampai dengan
tingkatan perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan kenyataan yang pernah diteliti oleh
salah satu mahasiswa yang pernah penulis bimbing. Dari hasil penelitian tentang
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar terlihat jika
sebagian besar pelajar tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
mereka lebih sering menggunakan bahasa daerah dengan campuran bahasa asing yang
sudah jelas merusak tatanan kebahasaan yang telah dibakukan di Indonesia. Selain itu
pendidik dalam hal ini Guru dalam kegiatan belajar mengajar juga masih banyak yang
tidak menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, hal ini juga berpengaruh terhadap
pola pikir pelajar, sehingga mereka tidak terbiasa untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, dimana tujuan akhir akan mengarah pada tidak terjaganya
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan baik di mata kaum muda dan pelajar.

5. Kedudukan dan fungsi bahasa indonesi bagi mahasiswa

Fungsi dari Bahasa Indonesia Sebagai bahasa yang memiliki fungsi dasar sejak
pendiriannya. Adanya fungsi membuat bahasa Indonesia tumbuh besar dan dikenal oleh
negara lain. Bahasa Indonesia berfungsi dasar sebagai (1)alat pemersatu, (2)sebagai
penguhubung antar masyarakat berbeda daerah, (3)identitas/tanda pengenal bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia yang mempersatukan bangsa. Bahasa Indonesia
menyatukan berbagai perbedaan di Indonesia. Indonesia memiliki pulau yang tersebar
melintang dari pulau dari sabang hingga merauke yang mempunyai kebudayaan dan
keunikannya masing-masing.
Bahasa Indonesia menyatukan segala keunikan dan kebudayaan tersebut menjadi
satu tanpa adanya perbedaan. Bahasa Indonesia sebagai penghubung antar masyarakat
daerah. Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah yang membuatnya memiliki ciri khas.
Setiap pulau di Indonesia memiliki cara komunikasi daerah tersendiri yang dituturkan
kepada ruang lingkup daerahnya. Misal pulau sumatera utara dengan Ibu Kota Medan
menggunakan bahasa daerah medan untuk berkomunikasi. Pada provinsi Sumatera Utara
terdapat banyak bahasa daerah didalamnya seperti bahasa Melayu, Batak Toba,
Mandailing, KAro, Simalungung, Nias, PAkpak dan Pesisir Sibolga-Tapanulis Tengah.
Dengan banyaknya bentuk komunikasi yang berada pada pulau medan membuat
komunikasi menjadi lambat antara masyarakat yang berbeda bahasa.
Jika seorang masyarakat menuturkan bahasa batak kepada orang yang berbahasa
melayu, maka orang yang berbahasa melayu akan sulit memahami maksud dari
perkataan orang yang berbahasa batak dan begitu pun sebaliknya. Maka ditetapkan nya
bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional untuk mempermudah komunikasi dan
mempermudah memahami maksud dari orang yang berkomunikasi.
Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Identitas adalah jati diri. Bahasa
Indonesia menjadi identitas jika bangsa Indonesia menggunakannya dan menjadikan nya
memiliki ciri khas. Bahasa Indonesia menjadi identitas agar mudah dikenali oleh negara
lain. Dengan adanya bahasa Indonesia yang khas dapat menumbuhkan rasa penasaran
terhadap negara lain untuk mempelajarinya lebih dalam. Bahasa Indonesia sudah dikenal
luas oleh berbagai negara dan dijadikan sebagai pembelajaran seperti Vietnam, Jepang,
Ukraina, dan Korea Selatan. Pentingnya Bahasa Indonesia Bagi Mahasiswa Sebagai
warga Indonesia sudah sepatutnya kita menghargai tanah air, salah satunya dengan
menggunakan bahasa yang tepat. Bahasa Indonesia yang tepat merupakan bahasa yang
sesuai aturan yang ada pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Dalam lingkup pendidikan mahasiswa memiliki peran untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat dan mengajak warga lain untuk menerapkannya. Bahasa indonesia
memiliki banyak maanfaat untuk mahasiswa salah satunya dalam penulisan artikel
ilmiah, makalah, ataupun proposal. Kaidah penulisan yang digunakan haruslah sesuai
dan tidak menyimpang dari PUEBI. Kaidah bahasa adalah peraturan dalam penggunaan
bahasa, bunyi, dan pengucapan bahasa. Contoh kaidah bahasa Indonesia dalam
penulisan adalah menggunakan huruf kapital diawal kalimat.
Mahasiswa sebagai penerus bangsa memiliki peran untuk menyebarluaskan
pemakaian bahasa Indonesia yang tepat kemudian melestarikannya pada keturunan
selanjutnya karena jika tidak ada yang meneruskan maka bahasa akan perlahan hilang
tergantikan oleh bahasa-bahasa lain. Oleh karena itu bahasa Indonesia dijadikan mata
pelajaran wajib di perguruan tinggi agar mahasiswa tidak melupakan identitas bangsa.
Bahasa Indonesia harus dijaga agar tidak tertutup oleh budaya dan bahasa asing. Zaman
sekarang banyak yang melupakan penggunaan bahasa yang benar karena menurutnya
menggunakan bahasa luar (asing) lebih keren. Mempelajari bahasa luar (asing) tidak
salah tetapi jangan sampai melupakan bahasa nasional, yaitu bahasa indonesia. Karena
itu sebagai mahasiswa yang menjadi generasi selanjutnya gunakanlah bahsa Indonesia
yang sesuai dan tidak pernah melupakan identitas bangsa tersebut. Pentingnya Bahasa
Indonesia Bagi Perguruan Tinggi Bahasa Indonesia memiliki arti penting jika berlanjut
dan terus diajarkan di semua jenjang pendidikan, tak terkecuali untuk perguruan tinggi.
Tujuannya jelas dengan terus menunjukkan usia negara yang semakin maju, dipercaya
bahasa Indonesia akan tetap ada hingga kapanpun. Salah satu tujuan diajarkannya
bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan ialah untuk membuat rasa bangga akan tanah
air ketika menggunakan bahasa Indonesia. Perguruan tinggi sebagai tempat pelajar
mencari ilmu dan meningkatkan pengetahuannya dapat mewadahi pelajarnya untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah dalam pembuatan artikel ilmiah
ataupun proposal. Adanya pembelajaran bahasa tentu memiliki alasan.
pembelajaran ini dimaksudkan untuk menjadikan pelajar berbakat dan
memanfaatkan bahasa Indonesia secara tepat, efektif, baik secara lisan maupun tulisan,
sebagai aliran pemikiran dalam karya ilmiah. Berikut beberapa manfaat diajarkannya
bahasa indonesia:
1. Menimbulkan sifat positif terhadap bahasa Indonesia.
2. Mempersatukan ragam bahasa daerah yang menjadi satu, bahasa Indonesia.
3. Menambahkan rasa bangga, setia, dan nasionalis terhadap Negara Indonesia.

B. Pengertian Dosen dan Mahasiswa

a. Dosen
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 37 tahun 2009 pasal 1 tentang
dosen menyatakan bahwa : dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat (Himpunan Peraturan Perundang-undangan, 2011). Dosen adalah
tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Dosen adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan
keilmuan yang dimilikinya dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang
cerdas (Djamarah, 2010). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dosen
adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
kepada peserta didik melalui pendidikan.
Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai
agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta
pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional (Himpunan Peraturan Perundang-undangan, 2011). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 45 mengemukakan bahwa dosen
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan
tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 Pasal 60, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen
berkewajiban (Himpunan Peraturan Perundang-undangan, 2011) :

a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.


b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta
didik dalam pembelajaran.
e. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta
nilai-nilai agama dan etika
f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Kompetensi dosen Kompetensi dosen adalah seperangkat kemampuan


pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik melalui bidang pendidikan (Djamarah, 2010 ; Majid, 2009 ; Trianto, 2010 ;
Himpunan Peraturan perundang-undangan, 2011). Kompetensi dosen merupakan
kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Sebagai agen pembelajaran maka dosen dituntut untuk kreatif dalam mnenyiapkan
metode dan strategi yang cocok untuk kondisi peserta didiknya, memilih dan
menentukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Menurut Budiada (2012) seorang dosen yang memiliki kompetensi yang
memadai, tentunya akan berpengaruh positif terhadap potensi peserta didik.

b. Mahasiswa

Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang


sedang belajar di perguruan tinggi (Taufik, 2010). Salim dan Salim(dalam Spica,
2008)mengatakan bahwa mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani
pendidikan padaperguruantinggi. Susantoro (dalam Siregar, 2006) menyatakan bahwa
sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwannya
yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional.
Mahasiswa secara harfiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di
universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan
tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).
Menurut Budiman (2006), mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah
tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat
sarjana. Sementara itu menurut Daldiyono (2009) mahasiswa adalah seorang yang
sudah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sedang menempuh
pendidikan tinggi. Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa mahasiswa adalah orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah
universitas atau perguruan tinggi.
a. Ciri-ciri Mahasiswa
Menurut Kartono (dalam Siregar, 2006), mahasiswa merupakan anggota
masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:
1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi,
sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelektual.
2. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai
pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat
ataupun dalam dunia kerja.
3. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses
modernisasi.
4. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan
profesional.
b. Tugas dan Kewajiban Mahasiswa Menurut Siallagan (2011),
mahasiswa sebagai masyarakat kampus mempunyai tugas utama yaitu
belajar seperti membuat tugas, membaca buku, buat makalah, presentasi, diskusi,
hadir ke seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bercorak kekampusan. Di
samping tugas utama, ada tugas lain yang lebih berat dan lebih menyentuh
terhadap makna mahasiswa itu sendiri, yaitu sebagai agen perubah dan
pengontrol sosial masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya
sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang setia mencarikan solusi
berbagai problem yang sedang mereka hadapi.
Selain memiliki tugas, mahasiswa juga memiliki kewajiban yang harus
dijalankan. Setiap mahasiswa berkewajiban untuk:
1. Bertaqwa dan berahlak mulia.
2. Belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh agar memperoleh prestasi
tinggi.
3. Mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang berlaku, baik pada tingkat
universitas, fakultas maupun jurusan.
4. Ikut memelihara sarana prasarana serta kebersihan, ketertiban dan
keamanan dalam lingkungan universitas.
5. Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
6. Terlibat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan.
7. Menjaga nama baik, citra, dan kehormatan universitas.
8. Ikut bertanggungjawab biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi
mahasiswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
9. Berpakaian rapi, sopan, dan patut.
10. Memakai jaket almamater pada setiap kegiatan kemahasiswaan maupun
kegiatan universitas.
11. Menunjang tinggi adat istiadat, sopan santun serta etika yang berlaku.
12. Menjaga kampus dari kegiatan politik praktis.
13. Menaati kewajiban-kewajiban yang dibebankan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan
metode penelitian meliputi (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) metode dan teknik
pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5) teknik analisi data, (6) triangulasi.

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Selain itu, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara,catatan
lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya (Moleong.2008:11). Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1993:30 dalam Prastowo, 2014:22).
Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena apa
adanya dengan menggunakan kata-kata yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan data ilmiah atau alami.

2. Lokasi dan waktu penelitian


Peneliti melakukan penelitidan di areal kampus Universitan Audi Indonesia
dengan waktu meneliti 7 s/d 9 November 2022

3. Populasi dan sample


1. Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan merupakan wilayah yang ingin di teliti
oleh peneliti. Seperti menurut Sugiyono (2011 : 80) “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya.” Pendapat di atas menjadi salah satu acuan bagi penulis untuk
menentukan populasi. Populasi yang akan digunakan sebagai penelitian adalah Dosen
dan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Audi Indonesia.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2011:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sehingga sampel merupakan bagian dari
populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara
tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam teknik
pengambilan sampel ini penulis menggunakan teknik sampling purposive. Sugiyono
(2011:84) menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.” Dari pengertian diatas agar memudahkan penelitian,
penulis menetapkan sifat-sifat dan katakteristik yang digunakan dalam penelitian ini.
Sampel yang akan digunakan peneliti memiliki ketentuan, Dosen Univesrsitas Audi
Indonesia dengan jumlah 3 Orang dan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan berjumlah 3 o;Orang,.
Menurut Arikunto (2006:112) mengatakan bahwa “apabila subjeknya kurang
dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan populasi.
Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10-15% atau 15- 25% atau
lebih.” Pendapat tersebut sesuai menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011:90) “ ukuran
sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.” Dari
keseluruhan populasi semuanya berjumlah 6 orang, maka sesuai pendapat diatas
jumlah sampel dalam penelitian ini. Sehingga didapat jumlah sampel untuk penelitian
ini berjumlah 6 orang
BAB VI
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pendidik dalam melaksanakan
perkuliahan yang dinilai dari empat aspek, yakni (1) membuka perkuliahan, (2)
melaksanakan kegiatan inti perkuliahan, (3) refleksi, dan penilaian (4) faktor penunjang yang
meliputi penggunaan bahasa Indonesia lisan baik dan benar serta percaya diri. Berdasarkan
hasil penelitian perkuliahan dalam hal ini pembelajaran yang diperoleh nilai yang dapat
disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia lisan baik dan benar kalangan mahasiswa
Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan di Universitas Audi Indonesia secara rata-rata dalam
katagori kurang pada aspek kebahasaan antara lain (1) aspek pilihan kata dengan nilai rata
rata 1,56 (2) aspek struktur dengan nilai rata-rata 1,36 (3) aspek pelafalan dengan nilai rata-
rata 1,36 (4) aspek intonasi dengan nilai ratarata 2,86 dan pada aspek
nonkebahasaan anatara lain (1) aspek sikap jujur,tenang, dan tidak kaku dengan nilai
rata-rata 1,50 (2) aspek penguasaan nilai ratarata 1,53 (3) aspek penguasaan materi dengan
nilai rata-rata 2,66 (4) aspek gerak gerik/mimik dengan nilai rata-rata 1,43. Secara umum
mahasiswa masih perlu meningkatkan inovasi pembelajaran dalam penggunaan bahasa
Indonesia lisan baik dan benar melalui aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan yang
mengarah pada perubahan penggunaan bahasa di kalangan mahasiswa di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan temuan dari hasil pelaksanaan tindakan dan didukung dengan penelitian
terdahulu dan berbagai pendapat pakar, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa
Indonesia lisan baik dan benar kalangan mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Unvic
Sorong dapat meningkatkan kompetensi pendidik dan mahasiswa terutama dalam penggunaan
aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa prodi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia Unvic Sorong, dengan hasil bahwa kalangan mahasiswa dapat meningkatkan
penggunaan bahasa Indonesia lisan baik dan benar. Oleh karena itu, penulis memberi saran
sebagai berikut.
a) Untuk mengembangkan kemampuan penggunaan bahasa Indonesia diperlukan sikap
dan keterampilan dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan memerlukan
banyak latihan.
b) Pendidik perlu melakukan pendekatan untuk memberi motivasi sehingga terbentuk
rasa percaya diri pada kalangan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
c) Perubahan tingkah laku merupakan tujuan pembelajaran yang digunakan oleh peserta
didik sebagai terapan dan pengembangan kemampuan berbicara.
d) Nilai sikap belajar untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap materi belajar
digunakan untuk salah satu bahan intropeksi seorang pendidik terhadap usaha-usaha
yang dilakukan dalam proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka.
Arifin, dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKAPRESS.
Puspitasari, A. (2017). Menumbuhkan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam
Pendidikan Dan Pengajaran. Tamaddun, 16(2), 81–87.
Artati,b.2010. Panduan Pendidikan Bahasa Indonesia.Klaten: Intan Pariwara. Arikunto, S. 2010.
Penelitian Belajar Mengajar. Jogjakarta: Aditya Media. Emzir.2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Grapindo Persada. Gorys, 1969.Tata Bahasa
Indonesia.Jakarta: Nusa Indah. Gorys. 1970.Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai