Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA DALAM


PEMBELAJARAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Diajukan sebagai penyeselesaian dari Tugas Penelitian Pendidikan

Disusun Oleh:
Yulisa Harisnaini Ilsa
(21129143)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
limpahan rahmat, karunia serta kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw., keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, atas segala
rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Analisis Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran
Siswa di Sekolah Dasar”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini sampai selesai. Proposal penelitian ini tidak akan
tersusun tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Miss Mai Sri Lena, S. Pd, M. Pd selaku dosen
pertama. Tak lupa juga kepada Mr. Sartono, M. Pd selaku dosen kedua yang selalu
memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga, dengan proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi para pembaca.

Padang, 25 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................

BAB II – KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kosakata .............................................................................

2.2 Perkembangan dan Pengembangan Kosakata Bahasa Indonesia .........

2.3 Penguasaan Kosakata pada Siswa Sekolah Dasar................................

BAB III – METODOLOGI ...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1985: 75), bahasa merupakan
sistem lambang (tanda yang berupa sebarang bunyi) yang dipakai oleh orang untuk
melahirkan pikiran dan perasaan atau perkataan yang digunakan sebuah bangsa
untuk melakukan komunikasi antar sesama mereka. Dalam kamus Oxford (2000:
752), bahasa diartikan sebagai “the system of communication in speech and writing
that used by people of a particular country” atau bahasa adalah sistem komunikasi
dalam bentuk lisan maupun tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari masing-
masing negara.
Di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan banyak suku dengan berbagai
macam budaya, di sekitar 718 bahasa di masing-masing daerahnya, akan tetapi
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, peserta didik diajarkan semenjak dini
untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa baku dan bahasa pemersatu
bangsa.
Penggunaan Bahasa Indonesia sendiri sudah diterapkan semenjak dini oleh
para praktisi pendidikan, semenjak dari bangku PAUD hingga jenjang pendidikan
tertinggi yakni SMA. Namun ini hanya terlihat di beberapa fasilitas pendidikan
yang terletak di Perkotaan, sedangkan untuk di beberapa pedesaan terutama
pedesaan di daerah sumatera sendiri masih menggunakan bahasa daerah mereka
sebagai bahasa pengantar di Sekolah.
Penggunaan media yang tidak tepat dapat menghambat guru dalam
menyampaikan materi, sehingga materi menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu,
penggunaan media menjadi penting untuk memudahkan siswa memahami apa yang
diajarkan guru dan mendorong mereka untuk menarik perhatian siswa dan
memperhatikan pelajaran. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode permainan
anagram dengan media pembelajaran untuk meningkatkan kosakata pada siswa
sekolah dasar.
Permasalahan yang ada saat ini, terutama di pedesaan, adalah rendahnya
penggunaan bahasa Indonesia. Orang tua biasanya menggunakan bahasa daerah
dalam komunikasi sehari-hari, jarang sekali di kampung atau kampung yang orang
tuanya berbahasa Indonesia. Selain itu, ditambahkan bahwa bahasa Indonesia
kurang digunakan di kalangan siswa dan guru di sekolah dasar. Di pedesaan, guru
terkadang masih menggunakan bahasa daerah di kelas sehingga membuat anak sulit
berbicara bahasa Indonesia. Oleh karena itu, anak-anak kurang belajar kosa kata
bahasa Indonesia. Seorang anak dapat menjadi bingung ketika mendengar bahasa
Indonesia dari orang lain dan anak dapat salah mengartikan bahasa Indonesia.
Siswa yang tidak cukup mempraktikkan kosakata di sekolah atau di rumah
dapat merusak kosakata yang ada. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dapat
lebih sering melatih siswa untuk menguasai kosa kata dengan cara mengakrabkan
diri dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Dengan faktor-faktor tersebut,
peneliti ingin mengkaji penguasaan kosakata bahasa Indonesia.
Pada dasarnya, Bahasa Indonesia merupakan bahan ajar yang diberikan
kepada peserta didik sesuai dengan ilmu pengajaran dan tingkatan pendidikan
peserta didik itu sendiri. Dalam Alexander (2013) Salah satu bahan ajar bahasa
Indonesia adalah kosakata. Penambahan kosakata seseorang baik dari proses
pembelajaran bahasa maupun pengembangan kemampuan berbahasa seseorang
sangatlah penting. Kosakata itu penting karena (1) pemahaman seseorang
bertambah ketika mengetahui arti sebuah kata, (2) kata-kata adalah alat komunikasi.
Menguasai kosakata dapat meningkatkan keterampilan berbahasa baik itu
menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis, dan (3) Ketika pemelajar
meningkatkan kosakata mereka, kemampuan akademik dan kepercayaan diri serta
kompetensinya meningkat juga.
Menurut Kasno (Dalam Pramesti; 2015) Kosakata merupakan salah satu
materi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang menempati peran sangat
penting sebagai dasar siswa untuk menguasai materi mata pelajaran bahasa
Indonesia dan penguasaan mata pelajaran lainnya. Penguasaan kosakata
mempengaruhi cara berpikir dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
bahasa sehingga penguasaan kosakata dapat menentukan kualitas seorang siswa
dalam berbahasa. Kualitas dan kuantitas kosakata yang dimiliki dapat membantu
siswa dalam menyerap berbagai informasi yang disampaikan para pengajar atau
dari berbagai sumber belajar lainnya.
Penguasaan kosakata yang baik sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Perbendaharaan kata yang cukup
memudahkan siswa mengungkapkan segala pendapat, gagasan, pikiran, dan
perasaan kepada orang lain yang tampak dalam empat kompetensi berbahasa, yakni
membaca, menyimak, berbicara, dan menulis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan kosakata siswa sekolah dasar.
Kurangnya variasi metode pembelajaran mempengaruhi penyampaian materi
pembelajaran terhadap siswa. Hal ini agar materi tersebut disampaikan dengan baik
dan siswa lebih paham materi yang disampaikan oleh guru. Kendala kurang
menguasai kosakata bahasa Indonesia di kalangan siswa sekolah dasar, karena
siswa kurang aktif menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari, siswa di sekolah dasar tersebut cenderung hanya
menggunakan bahasa Indonesia di kelas dan dalam kehidupan sehari-hari tetap
menggunakan bahasa daerah. bahasa. bahasa Selain itu, ada keterbatasan-
keterbatasan yang timbul dalam proses pembelajaran karena media yang digunakan
dalam pembelajaran masih terbatas dan belum beragam, sehingga siswa mudah
bosan dan belajar kurang aktif, dan akhirnya siswa malah terlibat tanpa
memperhatikan penjelasan guru. Sehingga dalam pembelajaran timbul masalah
yang tidak optimal.
Dalam Putra (2018) Penguasaan kosakata BI oleh siswa sekolah dasar (SD)
beragam. Nilai Ujian Nasional (UN) atau Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) BI cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai USBN Matematika.
Selanjutnya, nilai USBN mengalami penurunan secara nasional. Menurut
Nurgiyantoro (Dalam Anjarwati; 2016), penguasaan kosakata dapat dibedakan ke
dalam penguasaan yang bersifat reseptif dan produktif, yaitu kemampuan untuk
memahami dan mempergunakan kosakata. Pada saat kegiatan membaca dan
menyimak diperlukan kemampuan pemahaman, sedangkan pada kegiatan menulis
dan berbicara diperlukan kemampuan penggunaan kosakata.
Dalam Tarigan (2015) menjelaskan bahwa kualitas keterampilan berbahasa
seseorang bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya.
Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan kita
terampil berbahasa. Hal ini berarti bahwa penguasaan kosakata seseorang
menentukan kualitas berbahasa orang tersebut. Tanpa memiliki penguasaan
kosakata yang memadai maka sangat sulit bagi orang tersebut untuk mengadakan
interaksi yang baik.
Berdasarkan laporan study Programme for International Student Assessment
(Litbang Kemdikbud, 2012) bahwa pada 2004 literasi membaca siswa Indonesia
berada di posisi ke-39 dari 40 negara dan pada 2006 prestasi literasi membaca siswa
berada pada peringkat ke-48 dari 56 negara. Selanjutnya hasil studi Progress in
International Reading Literacy Study (PIRLS) menyatakan bahwa Indonesia berada
pada peringkat 41 dari 45 negara dengan skor prestasi literasi membaca siswa kelas
IV Indonesia adalah 405 di bawah rata-rata internasional (500). Data tersebut
menunjukkan bahwa minat baca dan tingkat kemampuan membaca siswa di
Indonesia tergolong rendah.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya yaitu sebagai berikut :
1. Apa penyebab rendahnya penggunaan Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
di?
2. Bagaimana perkembangan kosakata Bahasa Indonesia Sekolah Dasar?
3. Bagaimana meningkatkan kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar?

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui penggunaan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
2. Untuk mengetahui perkembangan kosakata Bahasa di Indonesia Sekolah
Dasa.
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan kosakata Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kosakata


Kosakata merupakan salah satu aspek bahasa yang sangat penting
keberadaannya. Dalam kamus besar bahasa indonesia, Kbbi (Dekdikbut, 1996:
527), Kosakata diartikan sebagai, “perbendaharaan kata”. Di dalam bahasa Inggris,
istilah yang digunakan untuk menyebut kosakata adalah vocabulary, yang merujuk
pada kumpulan kata-kata yang dimiliki oleh individu atau entitas lain, atau yang
menjadi bagian dari suatu bahasa tertentu. Selain itu ada, juga beberapa yang
menerangkan pengertian kosakata, yaitu:
a. Kridalaksana dalam Tarigan (1994 : 446)
Kosakata adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang
makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki
seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang
disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis.
b. Soedjito dalam Tarigan (1994 : 447)
Kosakata merupakan: (1) semua kata yang terdapat dalam satu bahasa; (2)
kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara; (3) kata yang dipakai
dalam satu bidang ilmu pengetahuan; dan (4) daftar kata yang disusun seperti
kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.
c. Dowdowski (1982 : 1454)
Arti kosakata merupakan keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa.
Kosakata adalah keseluruhan kata yang tersedia baik kosakata aktif yang
digunakan oleh pembaca dan penulis maupun kosakata fasif yang digunakan
oleh pembaca dan pendengar.
d. Adiwinarta dalam Husein (1994 : 7)
Kosakata adalah : 1). Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, 2). Kata
yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang dipakai oleh segolongan
orang dalam lingkungan yang sama, 3). Daftar sejumlah kata dan frase dari
suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai batasan dan keterangan”.
e. Swahnell (1986 : 633)
Makna kosakata atau penggunaan kata dalam bahasa, buku, karangan atau
cabang ilmu pengetahuan dan penyusunan kata dalam bahasa.
f. Rahayu (1999 : 6)
Definisi kosa kata adalah keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau
istilah yang mengacu pada konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu bahasa dalam suatu lingkungan.
2.2 Perkembangan dan Pengembangan Kosakata Bahasa Indonesia
Kemampuan berbahasa merupakan potensi yang dimiliki oleh manusia sejak
lahir. Sesuai dengan pernyataan(Markus, Kusmiyati, & Sucipto, 2018) bahwa
perkembangan kemampuan berbahasa berjalan seiring dengan perkembangan fisik,
intelektual, dan sosialnya. Seiring bertambahnya usia, tanpa sadar anak telah
memperoleh bahasa dari lingkungan sekitarnya. Mulai dari bayi yang berbicara,
menirukan suara, hingga berbicara. Kemampuan berbahasa juga dapat dipelajari
baik secara tidak resmi atau resmi. Belajar secara tidak resmi dapat dilakukan
melalui keluarga atau lingkungan sosial, sementara secara resmi dapat dilakukan
melalui lembaga pendidikan (SD hingga PT). Dengan belajar bahasa, kemampuan
berbicara yang dimiliki akan semakin meningkat sehingga dapat dengan mudah
berkomunikasi menggunakan bahasa yang tepat dan benar.
Salah satu unsur bahasa adalah kosa kata, kosa kata adalah kata yang
berhubungan dengan bahasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Chaer, 2007)
bahwa kosakata bahasa Indonesia mengacu pada kata-kata yang berkaitan dengan
bahasa Indonesia. Kosakata merupakan unsur penting bagi siswa. Untuk
berkomunikasi dengan santun, baik dan benar, siswa perlu menguasai kosa kata
yang berbeda (Hilaliyah, 2018; Syafryadin, Wardhana, Apriani, & Noermanzah,
2020). Semakin banyak kosa kata yang diperoleh, semakin kaya kosa kata mereka.
Dengan cara ini, siswa dapat memahami makna bahasa dan meningkatkan
pengetahuannya tentang bahasa, serta mengungkapkan ide atau pemikiran secara
lisan. dan hanya menulis.
Chaer (2007) mengatakan bahwa untuk melihat perkembangan kosakata
bahasa Indonesia, paling tidak sejak proklamasi kemerdekaan hingga kini, ada
beberapa fakta yang dapat dicatat. Berikut adalah enam di antaranya.
a. Munculnya Kosakata baru
Sejalan dengan perkembangan budaya dan sosial masyarakat Indonesia,
kosakata yang digunakan terus berkembang sesuai dengan kebutuhannya.
Ada banyak kosakata asing pada awalnya, tetapi tampaknya memenuhi
kebutuhan baru untuk penamaan. Kosa kata termasuk Gojek, TV, Perbaikan,
Internet, Media Sosial, dan Peretas.
b. Sebagian Besar Kosakata dari Bahasa Belanda Lenyap
Faktanya, kepergian Belanda dari Indonesia tidak hanya mempengaruhi
politik dan pemerintahan, tetapi juga penggunaan bahasa mereka. Kosakata
bahasa Belanda hilang dan diganti dengan padanan bahasa Inggris. Misalnya
kata formil diganti dengan kata formal, kata montir diganti dengan kata
mekanik, dan kata karcis diganti dengan kata tiket.
c. Leksikalisasi dalam Pemberian Proses Morfologi
Pemberian proses morfologi pada kosakata yang berasal dari bahasa Inggris
juga kerap terjadi dalam perkembangan bahasa Indonesia saat ini, misalnya
me-recall, mem-blacklist, dan meng-upgrade. Fakta ini menunjukkan bahwa
sistem morfologis bahasa Indonesia bersifat fleksibel. Hal ini juga terlihat
dari fakta bahwa proses leksikalisasi tersebut juga berlaku pada kata dasar
yang berupa akronim dan singkatan. Misalnya, ditilang dan di-PHK.
d. Akronim
Akronim ini juga menjadi indikator perkembangan bahasa Indonesia hingga
saat ini. Beberapa akronim yang awalnya tidak ada namun kemudian
diciptakan oleh penutur bahasa Indonesia antara lain warnet (warung
internet), dan hansip (pertahanan sipil).
e. Deakronimisasi
Dekronimisasi adalah pembuatan ekstensi baru dari kata-kata yang ada yang
memiliki makna leksikal yang unik. Ekstensi baru yang dibuat biasanya
merupakan lelucon atau ejekan. Misalnya, umar dimaknai sebagai akronim
dari untungnya memiliki rambut yang tersisa, benci dimaknai sebagai cinta
sejati, dan romantisme dimaknai sebagai akronim dari asap, makan dan
minum. Proses pengurangan ini sesuai dengan proses punning, proses
pemberian membentuk interpretasi yang berbeda.
f. Perubahan Makna Kata
Perubahan makna kata dapat terjadi karena kebutuhan untuk mewadahi suatu
konsep yang belum ada kosakatanya atau konsep yang memiliki kesamaan
komponen makna dengan kosakata yang telah ada sebelumnya. Misalnya,
penggunaan kata menyiarkan ‘menyebarkan’. Awalnya makna dari
kata menyiarkan identik dengan fungsi radio, tetapi sekarang juga digunakan
untuk mendefinisikan penyebaran lainnya seperti menyiarkan uang palsu.
Perkembangan leksikal suatu bahasa juga dapat menunjukkan perkembangan
sosiokultural penuturnya. Perkembangan ini tidak terbatas. Selama
penuturnya masih ada dan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari, maka akan terus berkembang.
Perkembangan bahasa Indonesia dapat dilihat dari banyaknya kosa kata. Hal
ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah entri kamus bahasa Indonesia. Isi
Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) karya Poerwadar Minta (edisi pertama
terbit tahun 1952, beberapa kali dicetak ulang, direvisi tahun 1976), yang semula
hanya sekitar 20.000 isian, disusun selama 45 tahun. Oleh Tim Penyusun Pusat
Bahasa yang telah berkembang menjadi sekitar 75.000 entri dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). KUBI juga direvisi pada tahun 2003, dan entri
meningkat lagi, sekarang menjadi sekitar 85.000. Setelah itu, pada Pusat Bahasa
KUBI edisi ke-4, jumlah butir dan subkosa kata bertambah menjadi 41.250 butir
pokok, 48.250 subkosa kata, dan 2.036 peribahasa, sehingga berjumlah 90.049 kata.
Dengan perbendaharaan kata yang begitu kaya, bahasa Indonesia kini dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi yang cocok dan efektif.

2.3 Penguasaan Kosakata pada Siswa Sekolah Dasar


Penguasaan kosakata adalah kemampuan siswa untuk mengenal, memahami,
dan menggunakan kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa dengan tepat.
Penguasaan kosakata bukan keterampilan yang sederhana. Siswa harus melalui
tahapan dalam proses penguasaan kosakata agar dapat berkembang dengan baik dan
benar. Tahapan tersebut terdiri atas masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa (Keraf,
2009).
Hurlock (2009) menyatakan bahwa kosakata yang harus dikuasai oleh anak-
anak usia 6—13 tahun atau siswa SD ada dua jenis, yakni kosakata umum dan
koakata khusus. Kosakata umum, mencakup kata-kata umum yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi yang termasuk kelas kata verba, nomina, adjektiva,
adverbia, konjungsi, dan pronomina. Berbeda dengan kosakata umum, kosakata
khusus adalah kata-kata khusus, seperti kosakata waktu, warna, uang, rahasia,
populer, dan makian.
Susanto (2013) mengatakan bahwa perkembangan bahasa anak pada usia
sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan
menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Dalam proses pertumbuhan
perbendaharaan kata selama masa sekolah, anak-anak juga semakin banyak
menggunakan kata yang tepat untuk menjelaskan suatu tindakan. Ketika memasuki
usia sekolah dasar, anak-anak akan terkondisikan untuk mempelajari bahasa tulis
(Susanto, 2013). Pada masa ini anak dituntut untuk berpikir lebih dalam sehingga
kemampuan berbahasa anak mengalami perkembangan. Perkembangan bahasa
pada fase kanak-kanak tengah akhir tampak pada perubahan perbendaharaan kata
dan tata bahasa. Pada tahap ini anak belajar memilih kata yang tepat untuk
penggunaan tertentu dan mempelajari bahasa tulis sehingga anak mudah menulis
suatu karangan.
Standar penguasaan kosakata untuk tingkat SD beragam. Jumlah kosakata SD
+ 9.000 kata dalam “Pengajaran Bahasa dan Pendekatan Pragmatik” (Nababan,
1988). Dalam kurikulum untuk sekolah dasar dan menengah 1994 disebutkan
bahwa penguasaan kosakata untuk lulusan SD adalah 3.500 kata (Depdikbud, 1994
dalam Gafari, 2001). Pada kurikulum berbasis kompetensi dinyatakan bahwa
penguasaan kosakata untuk lulusan SD adalah 9.000 kata (Depdiknas, 2000 dalam
Gafari, 2001). Berdasarkan kurikulum 2004, dinyatakan bahwa standar penguasaan
kosakata untuk setiap tingkat berbeda, yaitu (1) standar penguasaan 500—1500
kosakata (vocabulary) termasuk kategori pembaca tingkat pemula dengan jenjang
pendidikan sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah pertama /SMP
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
Dalam menentukan tingkat penguasaan kosakata BI siswa SD, dilakukan
dengan cara penentuan patokan dengan penghitungan persentase skala 5 yang
dikonversi dari skala 4 (Nurgiyantoro, 2013). Penentuan kriteria dengan
penghitungan persentase untuk skala 4 ialah sebagai berikut.

Contoh penghitungan, siswa memperoleh skor 62 dari 75 butir soal yang


tersedia atau kemungkinan tertinggi. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mampu
menjawab soal sekitar 83% (62 dibagi 75 dikali 100%). Jika ditransformasikan ke
skala 4, diperoleh nilai 3 atau baik.
Berikut tingkat penguasaan kosakata berdasarkan skala 5.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan datanya menggunakan
instrumen penelitian yang telah ditetapkan, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, tujuannya untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
sehingga data hasil penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik (Sugiyono, 2011: 11). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
data yang diambil melalui jurnal – jurnal nasional yang sudah resmi dan
berhubungan dengan kosakata Bahasa Indonesia. Data pada penelitian ini juga ada
diambil dari berbagai buku – buku yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi hubungan kausal. Sugiyono
(2011: 59) mengemukakan hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat. Jadi dalam penelitian ini terdapat variabel independen (variabel yang
memengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan
menulis eksposisi.

3.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015: 117). Sedangkan menurut Arikunto (2010: 173) populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Jadi populasi adalah keseluruhan objek/subjek
penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi dalam
penelitian ini adalah siswa sekolah dasar.
2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2015: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari oleh
sampel X Y 42 kesimpulannya akan dapat diberlakukan oleh populasi. Oleh
sebab itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili). Hal ini sesuai dengan Arikunto (2010: 174) yang berpendapat
bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi, sampel
adalah bagian atau wakil populasi dan karakteristik tertentu yang dimilki oleh
populasi.
Sampel ditetapkan menjadi wakil populasi yang diteliti. Tujuan dari
penentuan sampel adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek
yang diteliti dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi. Tujuan
lain dari sampel adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari populasi
untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan, mempermudah
penafsiran, peramalan dan pengujian hipotesis. Pada penelitian ini penarikan
sampel ditentukan dengan menggunakan teknik random sampling dengan
cara undian yang keluar sebagai sampel adalah siswa sekolah dasar.
3.3 Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dan presentasi
tertulis. Instrumen berupa tes objektif digunakan untuk mengetahui penguasaan
kata siswa dan tes tulis digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menulis karangan eksplanasi. Tahapan pembuatan instrumen tes objektif dalam
penelitian adalah:(1) penentuan indikator berdasarkan kajian teoritis; (2) menulis
pertanyaan berdasarkan indikator variabel penelitian; (3) Biasakan diri Anda
dengan peralatan yang disediakan para ahli atau dimintai saran atau perbaikan;(4)
mengujicobakan instrumen kepada subjek penelitian; dan (5) menganalisis hasil uji
coba instrumen.
1. Instrumen Penguasaan Kosakata
Instrumen penguasaan kosakata berikut merupakan pengembangan dari
pengajaran kosakata yang disampaikan oleh Tarigan dalam buku Pengajaran
Kosakata (2011). Selanjutnya, aspek-aspek yang diuraikan adalah (1) sinonim
(2) antonim (3) istilah (4) arti dalam konteks. Skor penilaian pada ubahan ini
didasarkan pada jawaban, apabila jawaban betul skor 1, apabila salah maka skor
0.
Kisi – Kisi Tes Penguasaan Kosakata

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik tes, tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok Menurut Arikunto (2012: 46). Ada dua cara pengumpulan
data dalam penelitian ini. Pertama tes dipakai untuk mengumpulkan data
penguasaan kosakata siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka


Cipta.
Kurniawati, W., & Karsana, D. (2020). Aspek Penguasaan Kosakata Bahasa
Indonesia oleh Siswa Sekolah Dasar di Kota Medan. Ranah: Jurnal Kajian
Bahasa, 9(2), 286-399.
Meysitta, Lisa. (2018). Perkembangan Kosakata Serapan Bahasa Asing dalam
KBBI. Bapala: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(2), 1-10.
Poerwadarminta, W,J,S. (1985). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Pramesti, U. D. (2015). Peningkatan penguasaan kosakata bahasa Indonesia dalam
keterampilan membaca melalui teka-teki silang (Penelitian tindakan di
kelas VI SDN Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon,
Jawa Barat). Puitika, 11(1), 82-93.
Putri, N. P. (2017). Eksistensi bahasa indonesia pada generasi
millennial. Widyabastra: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 5(1), 45-49.
Sari, M. U. K., Kasiyun, S., Ghufron, S., & Sunanto, S. (2021). Upaya
Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dengan
Menggunakan Permainan Anagram di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(5), 3614-3624.
Sugono, D., Burhanuddin, E., & Lien Sutini, H. (2019). Kamus Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar. Gramedia Pustaka Utama.
Sutarini, S., Sutikno, S., & Wariyati, W. (2021). Analisis perkembangan kosakata
bahasa Indonesia pada masa pandemi covid-19. TIN: Terapan Informatika
Nusantara, 1(10), 499-502.
Yendra, S.s., M. Hum. (2018). Mengenal Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai