Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENTINGNYA TEORI LINGUISTIK BAGI GURU SEKOLAH DASAR


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kulian Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Panca Dewi purwanti, M.Pd.
Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Pd.

Kelompok 1

Disusun Oleh:
Innayah Wulandari (2399010078)
Sultan (2399010085)
Rizky Sania (2399010108)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2024

i
PRAKATA
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pentingnya teori
Linguistik bagi Guru Sekolah Dasar”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menjelaskan betapa pentingnya kecerdasan
linguistik bagi guru terkhusus guru Sekolah Dasar yang mana akan menanamkan kecerdasan
linguistik pada anak sedari dini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan masukan dari pembaca agar kami dapat melengkapi
dan memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca serta dapat membantu memajukan pendidikan di Indonesia.

Semarang, 7 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
(PENDAHULUAN).............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
(PEMBAHASAN)................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Linguistik............................................................................................................3
2.2 Manfaat Linguistik................................................................................................................3
2.3 Cabang-cabang Linguistik....................................................................................................4
2.4 Aliran dari Linguistik............................................................................................................7
2.5 Penerapan linguistik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar............11
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................15

iii
iv
BAB I
(PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memainkan peran integral dalam membentuk masa depan suatu bangsa,
dan dalam konteks ini, peran guru di sekolah dasar menjadi sangat penting. Guru
berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing siswa dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Pemahaman tentang bahasa, yang
merupakan medium utama dalam proses pendidikan, sangat diperlukan. Bahasa
merupakan alat komunikasi paling utama bagi manusia. Dalam konteks pendidikan,
bahasa memiliki peran penting dalam membentuk dasar pemahaman, pengetahuan, dan
keterampilan siswa. Di Indonesia, Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional dan bahasa
pengantar dalam proses pembelajaran.

Setiap kecerdasan memiliki cara pengembangan dan fungsinya sendiri. Menurut


gardner “melatih dan mengenali keragaman semua tipe kecerdasan manusia serta semua
kombinasi tipe kecerdasan sangatlah penting, guna membuat pendidik tertarik untuk
membantu siswa belajar dan mengembangkan model belajar siswa ( Warsah, 2018).

Terdapat satu kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari yakni
kecerdasan linguistik, karena di era zaman modern ini seseorang akan lebih dinilai dari
cara dia berbicara dan menulis (Suwani, 2019). Kecerdasan Linguistik merupakan
kecerdasan yang tidak bergantung pada input indra spesifik atau saluran output, karena di
dalam otak manusia terdapat tempat yang bernama “Daerah Broca”, daerah ini
bertanggung jawab untuk menghasilkan kalimat yang benar secara tata bahasa (Anisah,
2019; Sudarwati et al., 2017; Suharti et al., 2021; Violita, 2019).

Pemahaman yang baik terhadap dasar-dasar linguistik menjadi kunci dalam


menyediakan pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, teori linguistik menjadi
landasan esensial untuk membekali guru dengan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap proses belajar-mengajar.Teori linguistik adalah kajian tentang bahasa, baik dari
segi struktur, fungsi, maupun penggunaannya dalam masyarakat. Teori linguistik
memiliki peran yang signifikan dalam memberikan pemahaman mendalam tentang
bahasa, dan pemahaman ini sangat relevan bagi para guru di sekolah dasar. Oleh karena

1
itu, penting untuk mengeksplorasi dan memahami keterkaitan antara teori linguistik dan
peran guru dalam konteks pendidikan dasar.

Pentingnya teori linguistik pada pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar diantaranya,


meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis, (Bahasa, A., 2018) bahwa penerapan
teori linguistik dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa secara signifikan.
Selain meningkatkan meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis, teori linguistik
pada pembelajaran Bahasa dapat mengoptimalkan pembelajaran bahasa. Dalam bukunya
"Linguistik dalam Pengajaran" (Linguista, M., 2015) menyatakan bahwa pemahaman
teori sintaksis dan morfologi dapat membantu guru merancang strategi pengajaran yang
lebih terstruktur.

Mengingat pentingnya penguasaan teori linguistik dalam pembelajaran bahasa di


Sekolah Dasar, maka hal tersebut perlu ditekankan dan diharapkan semua guru di Sekolah
dasar dapat memahami dan menerapkan hal tersebut. Meskipun pada kenyataannya
sebagian guru di Sekolah Dasar belum memahami secara betul teori linguistik dalam
pembelajaran Bahasa. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk menghadirkan
pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu makalah ini bertujuan untuk memahami
pentingnya penguasaan teori linguistik dalam pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari linguistik ?


1.2.2 Bagaimana konsep bahasa sebagai objek kajian linguistik?
1.2.3 Aspek Linguistik apa saja yang dipelajari dalam pembelajaran bahasa?
1.2.4 Bagaimana peran linguistik dalam mengembangkan materi ajar bahasa di Sekolah
Dasar?

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui pengertian linguistic.


1.3.2. Mengetahui konsep bahasa sebagai objek kajian linguistik.
1.3.3 Mengetahui aspek linguistik yang dipelajari dalam pembelajaran bahasa
1.3.4. Mengetahui peran linguistik dalam mengembangkan materi ajar bahasa di Sekolah
Dasar.

2
BAB II
(PEMBAHASAN)

2.1 Pengertian Linguistik

Kridalaksana (1983) menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari,


mengkaji atau menelaah hakikat bahasa, yakni bahasa secara umum yang dimiliki manusia
sebagai alat komunikasi. Atau dapat dikatakan bahwa linguistik merupakan ilmu bahasa atau
ilmu yang menyelidiki bahasa secara ilmiah.
Pada tahun 1916, Ferdinand De Saussure sebagai pelopor linguistik modern. Bukunya
yang terkenal ialah cours de linguistique generale. Buku tersebut sebagai dasar linguistik
modern. Beberapa istilah yang digunakan menjadi istilah yang digunakan dalam linguistik.
Istilah tersebut adalah langue, language, dan parole. Language berarti bahasa tertentu seperti
pada frase bahasa indonesia, bahasa jawa, dan sebagainya. Langguage berarti bahasa pada
umumnya, sedangkan parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, konkret, yaitu
berbentuk ujaran.
Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada pada benak seseorang yang
disebut competence. Langue ini akan muncul dalam bentuk parole. Parole yaitu ujaran yang
diucapkan atau yang didengar oleh kita. Jadi, parole merupakan performance dari langue,
parole ini yang dapat diamati oleh para linguis. Sedangkan language adalah satu kemampuan
berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan. Pembawaan ini juga
dikembangkan melalui stimulus-stimulus (Alwasilah,1985).
Jadi dapat disimpulkan objek linguistik ialah bahasa. Jika dikaitkan dengan istilah-istilah
dari de saussure, maka yang menjadi objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat
diamati dari bahasa yaitu parole dan yang melandasinya ialah langue.

2.2 Bahasa Sebagai Objek Kajian Linguistik

2.2.1. Pengertian Bahasa

Bahasa sebagai objek kajian linguistik harus dipahami dari sosok bahasa, Jadi dalam hal
ini pertanyaan utama yang harus dijawab apa itu bahasa? Sehubungan pertanyaan tentang
sosok bahasa ini, Kridalaksana (1983) memberi defenisi secara lugas tentang hakikat bahasa.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

3
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal
ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah
sebagai alat komunikasi sosial.

Bahasa dapat dikatakan sebagai pengaruh dari adanya stimulus yang kemudian
menghasikan sebuah respon. Semakin banyak stimulus atau rangsangan yang diberikan
peserta didik, semakin banyak pula respon yang ia dapat dalam perkembangan berbahasanya.
Seorang anak akan lebih tanggap dalam berbahasa jika anak tersebut tidak segan untuk
belajar (Iskandarwasid & Dadang, 2018: 87).

2.2.2. Ciri-Ciri Bahasa

Dari definisi bahasa di atas, tersirat beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Ciri
atau sifat itu dikemukakan oleh Chaer (1994) yang dijelaskan seperti berikut ini:

a) Bahasa adalah sistem


Sistem berarti susuna teratur berpola yang membentuj suatu keseluruhan yang
memiliki makna dan memiliki fungsi. Sistem tersusun dari sejumlah komponen yang
padu dan saling berhubungan secara fungsional. Sehubungan dengan hal ini, Samsuri
(1983) menegaskan bahwa bahasa merupakan kumpulan aturan, pola, atau kaidah yang
secara singkat disebut sistem.
b) Bahasa berwujud lambang
Bahasa adalah lambang atau simbol, lambang-lambang bahasa diwujudkan dalam
bentuk bunyi yang berupa satuan-satuan bahasa seperti kata atau gabungan kata. Jadi
bisa dikatakan bahwa “kata” sebagai satuan bahasa disebut lambang. Disebut lambang
karena bersifat arbitrer (tidak tentu), tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa
yang berwujud bunyi (k u d a)) misalnya, dengan benda yang dirujukannya yaitu
seekor binatang berkaki empat yang biasa ditunggangi.
Lambang atau simbol tidak bersifat alamiah atau langsung. Lambang menandai
sesuatu yang lain secara konvensional. Untuk memahami lambang ini tidak ada jalan
lain selain harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal lambang itu, tidak akan
tahu apa-apa dengan arti lambang itu, sebab pada segi lain mungkin barang yang sama
dipakai untuk menandai atau melambangkan hal yang lain. Sebagai contoh, bendera
negara kita Sang Merah Putih, bagi bangsa lain tidak akan mengerti maksudnya bahwa
merah lambang keberanian, putih lambang kesucian, kecuali bagi yang sudah
mempelajarinya, lalu mengapa ditetapkan Sang Merah Putih sebagai bendera negar

4
kita, ini didasarkan pada konvensi para pejuang atau tokoh bangsa kita. Begitu juga
dengan lambang padi dan kapas atau lambang lainnya yang ada dalam gambar Burung
Garuda sebagai lambang negara kita, tentu tidak akan dapat dipahami , kecuali kalau
telah dipejari.
c) Bahasa adalah bunyi
Bunyi yang termasuk lambang-lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia, tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia disebut bunyi bahasa. Misal bersin, batuk, teriak, tertawa, bunyi orokan tidak
dapat dikategorikan sebagai bunyi bahasa. Mengapa tidak dapat dikatakan sebagai
bunyi bahasa? Alasannya karena bunyi-bunyi tersebut terjadi secara tidak saadar ,
tidak dapat menyampaikan pesan dengan tepat, dan juga tidak termasuk bunyi dalam
sistem bahasa.
d) Bahasa itu bermakna
Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi (ujaran) yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Lambang ada karena ada suatu hal yang dilambangkan baik itu
pengertian, konsep, ide, atau pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi
bahasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa lambang-lambang bunyi bahasa mengacu pada
suatu konsep, ide, atau pikiran, dengan demikian bahasa dapat dikatakan bermakna.
Seperti contoh di atas, lambang bahasa yang berwujud bunyi (k u d a) lambang ini
mengacu pada konsep sejenis binatang berkaki empat yang dapat ditunggangi.
e) Bahasa itu arbitrer
Bahasa itu arbitrer artinya tidak ada hubungan yang bersifat wajib antara
lambang bahasa yang berwujud bunyi dengan sesuatu yang dilambangkan beserta
konsep atau pengertiannya.
Contoh masyarakat Indonesia menyebut suatu benda yang digunakan untuk menulis
dengan sebutan papan tulis., masyarakat Inggris menyebutnya dengan blackboard,
masyarakat arab menyebutnya dengan assaburatun. Hal ini terjadi karena bahasa
bersifat arbitrer (kesewenangan) bahasa. Andain bahasa tidak bersifat arbitrer, maka
bahasa di dunia ini sama, padahal pada kenyataannya bahasa itu sangat beraneka
ragam (Kelompok Studi, 1991:10)
f) Bahasa itu konvensional
Bahasa itu konvensional artinya, meskipun penggunaan lambang bunyi
dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang suatu

5
konsep haruslah merupakan kesepakatan (konvensional) pemakainya atau masyarakat
bahasanya.
Masyarakat bahasa harus mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu
digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya, kalau misalnya, suatu benda
yang terbuat dari papan, yang digunakan untuk menulis secara arbitrer dilambangkan
dengan bunyi (p a p a n t u l i s), maka masyarakat bahasa Indonesia harus
mematuhinya, kalau tidak dipatuhi atau menggantinya dengan lambang lain, maka
komunikasi antara masyarakat akan terhambat, bahasa yang digunakan tidak dapat
dipahami oleh penutur bahasa yang lain, dan konvensi yang sudah disepakati itu tidak
berlaku lagi.
g) Bahasa itu produktif
Bahasa itu dikatakan produktif maksudnya, walaupun jumlah unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat disusun satuan
satuan bahasa yang jumlahnya relatif tidak terbatas, sesuai dengan sistem yang berlaku
dalam bahasa yang bersangkutan. Contoh, bahasa Indonesia mempunyai 30 buah
fonem, tetapi dapat digunakan untuk menciptakan ribuan kata yang mengandung
fonem itu. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia ada lima pola kalimat dasar yang
dapat dikembangkan menjadi kalimat-kalimat lain yang jumlahnya relatif tidak
terbatas.
h) Bahasa itu bersifat unik di samping universal
Bahasa itu unik artinya, setiap bahasa memiliki sistem yang khas serta spesifik
yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Sistem yang khas itu, menyangkut sistem
bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem
yang lain. Sebagai contoh, salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah tekanan kata
tidak bersifat morfemis, melainkan bersifat sintaksis. Dalam bahasa Indonesia, kalau
pada kata tertentu dalam kalimat diberikan tekanan, maka makna kata yang diberi
tekanan itu tetap, yang berubah adalah makna kalimat secara keseluruhan. Di samping
sifat unik atau khas, bahasa memiliki sifat-sifat bahasa yang dimiliki bahasa lain yang
bersifat universal, yakni ciri-ciri yang sama-sama dimiliki oleh setiap bahasa yang ada
di dunia. Keuniversalan itu di antaranya dapat dipahami dari bahasa itu berupa ujaran,
maka ciri universal dari bahasa yang paling umum bahwa bahasa itu mempunyai
bunyi yang terdiri dari vokal dan konsonan. Namun, berapa banyak vokal dan
konsonan yang dimiliki bukanlah persoalan keuniversalan bahasa.
i) Bahasa itu dinamis

6
Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dengan manusia, segala
kegiatan dan gerak manusia tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa, tidak ada
kegiatan manusia yang tidak disertai dengan bahasa, bahkan, dalam bermimpi pun
manusia menggunakan bahasa. Oleh karena itu, sejalan dengan perubahan kehidupan
atau ilmu pengetahuan manusia (masyarakat penutur bahasa), maka bahasa itu juga
menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap atau tidak statis. Keadaan inilah yang
membuat bahasa itu bersifat dinamis.
j) Bahasa itu bersifat manusiawi,
Artinya bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh
manusia. Manusia sering disebut sebagai homo sapien (makhluk yang berpikir), homo
sosio (makhluk yang bermasyarakat), homo faber (makhluk pencipta alat-alat), animal
rationale (makhluk rasional yang berakal budi). Manusia dapat memikirkan, apa saja
yang lalu, yang kini atau yang masih akan datang serta menyampaikan kepada pihak
lain dengan alat komunikasi yang dimiliki manusia, yaitu bahasa. Binatang memiliki
alat komunikasi, tetapi hanya bersifat terbatas untuk makan, menyelamatkan diri atau
keperluan biologis lainnya yang dimilikinya secara instingtif. Binatang tidak memiliki
akal budi serta segala kemampuan yang dilakukan dengan akal budinya itu, oleh
karena itulah alat komunikasi binatang tetap saja, tidak berubah. Kiranya ada binatang
yang dapat mengerti, memahami serta dapat melakukan perintah manusia yang
diberikan dalam bahasa manusia, bukanlah karena inteligensi binatang, tetapi
merupakan hasil latihan yang diberikan kepada binatang yang bersangkutan. Selain
bersifat manusiawi, bahasa itu memiliki variasi (bervariasi).
Variasi suatu bahasa terjadi, karena masyarakat penutur bahasa itu terdiri dari
berbagai orang yang memiliki berbagai status sosial dan berbagai latar belakang
budaya yang berbeda. Penutur suatu bahasa itu ada yang berpendidikan tinggi, ada
yang tidak, ada yang berprofesi sebagai pegawai kantor, guru, petani, buruh, nelayan
dan sebagainya. Ada yang tinggal di kota, ada yang tinggal di daerah pedesaan, ada
orang dewasa, ada pula anak-anak, sehingga bahasa yang mereka gunakan menjadi
bervariasi atau beragam. Berhubungan dengan variasi (ragam) bahasa ini, ada tiga
istilah yang digunakan, yakni idiolek, dialek dan ragam. Idiolek merupakan variasi
bahasa yang bersifat perorangan, setiap penutur suatu bahasa tentu memiliki ciri khas
bahasanya masing masing.

2.3 Aspek linguistik yang dipelajari dalam pembelajaran bahasa

7
2.3.1. Fonetik

Menurut (Ali Al-Khuli, Muhammad, 1982) dalam bukunya yang berjudul A Dictionary Of Theoretical
Phonetics, Phonetics adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bunyi dari segi
pengucapan, perubahan dan pemerolehannya. Fonetik adalah bidang linguistik yang khusus
menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur serta mempelajari
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ujar manusia. Jadi pada dasarnya fonetik
adalah cabang ilmu linguistik yang menjelaskan dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa (Sibarani Robert,
1992).

2.3.2. Fonologi
2.3.3. Morfologi
2.3.4. Sintaksis
2.3.5. Semantik

2.4 Peran linguistik dalam mengembangkan materi ajar bahasa di Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai