Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI

SEKOLAH DASAR
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
SD Kelas Tinggi)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Kelas: Ekstensi-H

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Pembelajaran
Bahasa di Kelas Tinggi Sekolah Dasar”
.Ucapan terima kasih sedalam-dalamya kepada dosen mata kuliah dan teman-teman yang
telah membimbing dan membantu dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan serta do’a dan perhatian yang
luar biasa sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami mengenai
Hakikat Pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi Sekolah Dasar dan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Tinggi.
Menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, maka hal itu semua tidak lepas dari ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangatlah diharapkan untuk membangun dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan serta koreksi
untuk lebih baik lagi.

PENULIS

KELOMPOK 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi................................................................................3
2.2 Karakteristik Pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi .....................................................4
2.3 Prinsip Pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi...............................................................5
2.4 Pendekatan/Metode/Teknik Pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi..............................7
2.5 Hakikat (Komponen, Fungsi dan Kompetensi) Bahasa di Kelas Tinggi......................10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................12
       3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................................12

      
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang paling utama,
terutama di SD/MI kelas rendah maupun kelas tinggi. Dikatakan demikian karena
dengan bahasa siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta
informasi yang ditularkan dari pendidik. Pembelajaran Bahasa Indonesia memegang
peranan penting terutama pembelajaran membaca. Tanpa memiliki kemampuan
membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan. Kemampuan
membaca menjadi dasar utama bagi pembelajaran. Oleh karena itu, siswa pada tingkat
SD/MI ditargetkan harus bisa membaca. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui kata-kata atau tulisan-tulisan.
Kemampuan membaca seharusnya segera dikuasai oleh para siswa di SD/MI
karena kemampuan membaca ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses
belajar siswa di SD/MI. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca
mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan lancar akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam
menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran,
buku-buku penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya,
kemajuan belajar juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lancar
dalam membaca. Kemudian kedudukan media pembelajaran dalam komponen metode
mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan
siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa itu pengertian Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi?
1.2.2 Apa ciri-ciri pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi?
1.2.3 Apa saja prinsip pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi?
1.2.4 Bagaimana Pedekatan/metode/teknik Pembelajaran Bahasa di Kelas Tinggi?
1.2.5 Apa Hakikat Bahasa Kelas Tinggi?

1
1.3 TUJUAN
1.3.1 Menjelaskan pengertian pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi
1.3.2 Menjelaskan ciri ciri pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi
1.3.3 Menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi
1.3.4 Menjelaskan pendekatan/metode/teknik pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi
1.3.5 Menjelaskan Hakikat pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi

2
BAB  II
PEMBAHASAN

2.1 PEMBELAJARAN BAHASA KELAS TINGGI


a. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakaiannya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,
yaitu seperangkat aturan yang dipenuhi oleh pemakaiannya. Sistem tersebut mencakup
unsur-unsur berikut. (1) sistem lambang yang bermakna dan dipahami oleh masyarakat
pemakaiannya. (2) sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh
masyarakat pemakaiannya berdasarkan kesepiannya. (3) lambang-lambang tersebut
bersifat arbiter (kesepakatan) digunakan secara berulang dan tetap. (4) sistem lambang
tersebut bersifat terbatas, tetap produktif. Artinya dengan sistem yang sederhana dan
jumlah aturan yang terbatas dapat menghasilkan jumlah kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf, dan wacana yang tidak terbatas jumlahnya, (5) sistem lambang bersifat unik,
khas dan tidak sama dengan lambang bahasa lain. (6) sistem lambang dibangun
berdasarkan kaidah yang bersifat universal. Hal ini memungkinkan bahwa suatu sistem
bisa sama dengan sistem bahasa lain.

b. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD/MI


Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses transaksional anatara guru dan siswa
dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi siswa
dengan siswa. Sedangkan pengajaran Bahasa Indonesia adalah proses mengajar atau
mengajarkan Bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, kajian teoritis kearah
implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai alat pemahaman kepada guru SD
dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia secara benar. Guna menggapai
kemajuan masa kini dan yang akan datang, bangsa Indonesia perlu memosisikan dirinya
menjadi bangsa yang berbudaya baca tulis. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pengemabangan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.

3
Pengembangan melalui pendidikan formal, dimulai dari sekolah dasar. Jenjang
sekolah ini berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan baca tulis. Sekolah dasar
sebagai penggelaan pertama pendidikan dasar, seyogyannya dapat membentuk landasan
yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya, hal ini berarti bahwa sekolah harus
membekali lulusnnya dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang memadai,
diantaranya kemampuan proses strategis.
Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki, siswa mampu menimba berbagai
pengetahuan, mengapresiasi seni, saerta mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Selain itu, dengan kemampuan berbahasa seseorang dapat menjadi mahluk sosial budaya,
membentuk pribadi menjadi warga negara, serta untuk memahami dan berpartisipi dalam
proses pembangunan masyarakat, untuk masa kini, dan masa datang, yang ditandai
dengan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin canggih, kemampuan membaca,
menulis perlu dikembangkan secara sungguh-sungguh. Abad modern menuntut
kemampuan membaca dan menulis yang memadai. Dari penjelasan singkat di atas, maka
jelas pembelajaran Bahasa Indonesia yang dalam hal ini dimulai dari sekolah dasar perlu
dilaksanakn dengan benar. Dalam kenyataan di lapangan, khusus nya guru sekolah dasar
belum mampu, melaksanakan pembelajaran keterampilan berbahasa dengan benar.

2.2 KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BAHASA KELAS TINGGI


Kelas tinggi adalah siswa yang terdiri dari kelas IV, V, VI. Menurut Sri Anitha, dkk
(2008 : 2. 37) esensi proses pembelajaran kelas tinggi sekolah dasar adalah suatu
pembelajaran yang dilakasanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan konsep
dan generalisasi hingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan,
menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi).
Karakteristik pembelajaran kelas tinggi disekolah dasar terlihat bahwa selain dituntut
aktivitasyang tinggi, kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti
tahapan penyidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya. Karakteristik
pembelajaran Bahasa Indonesia diantaranya :
1. Setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan siswa
2. Setiap kegiatan pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa

4
3. Setiap kegiatan pembelajaran dimulai dengan kata kerja dan dapat dikembangkan secara
kreatif
2.3 PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI
Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada wawasan
pembelajaran yang dilandasi berbagai prinsip. Prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran
bahasa Indonesia terdiri dari prinsip humanisme, prinsip progresivme, dan
prinsip rekonstruksionisme.
 Prinsip Humanisme

Prinsip humanisme ini terdiri dari beberapa wawasan, diantaranya sebagai berikut:
1. Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu.
Implikasi wawasan ini terhadap kegiatan pengajaran bahasa Indonesia yaitu guru bukan
merupakan satu-satunya sumber informasi, siswa disikapi sebagai subyek belajar yang
secara kreatif mampu menemukan pemahaman sendiri, dan dalam proses belajar
mengajar guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping, pemotivasi,
fasilitator, dan aktor yang juga bertindak sebagai pebelajar.
2. Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Implikasi dari wawasan ini dalam
kegiatan pengajaran bahasa Indonesia yaitu isi pembelajaran harus memiliki kegunaan
bagi pebelajar secara aktual, dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari manfaat
penguasaan isi pembelajaran bagi kehidupannya, dan isi pembelajaran harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan pelajar.
3. Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Implikasi wawasan ini
dalam kegiatan pengajaran bahasa Indonesia yaitu  layanan pembelajaran selain bersifat
klasikal dan kelompok juga bersifat individual, pebelajar selain ada yang dapat
menguasai materi pembelajaran secara cepat juga ada yang menguasai isi pembelajaran
secara lambat, dan pelajar perlu disikapi sebagai subyek yang unik, baik menyangkut
proses merasa, berpikir, dan karakteristik individual sebagai hasil bentukan lingkungan
keluarga, teman bermain, maupun lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya.

 Prinsip Progresivisme
Prinsip progresivisme memiliki wawasan bahwa:

5
1. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi
memerlukan daya kreativitas. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan melalui
kreativitas ini berkembang secara berkesinambungan. Pemahaman kosa kata misalnya,
akan membentuk keterampilan menyusun kalimat. Begitu juga kemampuan membaca dan
menulis dibentuk oleh kemampuan memahami kosakata dan keterampilan menyusun
kalimat. Pengetahuan dan keterampilan tersebut diperoleh secara utuh dan
berkesinambungan apabila dalam proses pembelajarannya siswa secara kreatif melakukan
pemaknaan kosakata, berlatih menyusun kalimat, melakukan kegiatan membaca, dan
berlatih mengarang secara langsung. Selain itu, topik atau isi pembelajaran yang satu
dengan yang lain harus memiliki hubungan dan secara potensial harus dapat dibentuk
sebagai suatu keutuhan.
2. Dalam proses belajarnya siswa seringkali dihadapkan pada masalah yang memerlukan
pemecahan secara baru. Dalam memecahkan masalah, siswa perlu menyaring dan
menyusun ulang pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya secara hipotesis. Dalam
hal ini terjadi cara berpikir yang terkait dengan metakognisi. Metakognisi adalah
penghubungan suatu pengetahuan dengan pengalaman atau pengetahuan lain melalui
proses berpikir untuk mehasilkan sesuatu (Marzano, 1992).

 Prinsip Konstruksionisme
Prinsip konstruksionisme menganggap bahwa proses belajar disikapi sebagai
kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan hingga
membentuk suatu keutuhan. Dalam tindak kreatif tersebut murid pada dasarnya merupakan
subyek pemberi makna. Kesalahan sebagai bagian dari kegiatan belajar justru dapat
membuahkan pengalaman dan pengetahuan baru.
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak “menggurui” melainkan secara
adaptip berusaha memahami jalan pikiran murid untuk kemudian menampilkan sejumlah
kemungkinan. Fulwier (dalam Aminuddin, l994) berpendapat bahwa Like students, teacher
as learner are unique. Dinyatakan demikian karena dalam mengendalikan, mengembangkan,
sampai ke mengubah bentuk proses belajar mengajar guru bisa jadi sering dihadapkan pada
masalah baru. Karena itu, guru juga perlu belajar, mengembangkan kreativitas sejalan dengan

6
kekhasan subyek didik, peristiwa belajar, konteks pembelajaran, maupun terdapatnya
berbagai bentuk perkembangan.

2.4 PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA DI


KELAS TINGGI
a) PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain
ialah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-
pendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni
pendekatan komunikatif. Ketiga pendekatan ini saling berhubungan/saling menunjang. Di
samping pendekatan-pendekatan di atas, terdapat juga pendekatan yang lain, yaitu
pendekatan tata bahasa dan pendekatan terjemahan. Namun, pada bagian ini ketiga
pendekatan di atas yang akan dibahas, kedua pendekatan terakhir tidak akan dibahas.
1. Pendekatan Tujuan. Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa
dalam setiap kegiatan belajar-mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan
itu, maka dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran
yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi,
proses belajar-mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan itu sendiri. Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun
berdasarkan suatu pendekatan. Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupakan
kurikulum yang berorientasi pada pendekatan tujuan. Sejalan dengan hal itu maka
bidang-bidang studi pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi
Bahasa Indonesia karena orientasinya pada tujuan maka pembelajarannya pun
menekankan pada tercapainya tujuan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan
pembelajaran yang ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan
pengalaman atau informasi dari bacaan”. Berdasarkan pada pendekatan tujuan ini, maka
yang paling penting dari pendekatan tujuan ini ialah tercapainya tujuan, yakni siswa
memiliki kemampuan mengarang. Adapun mengenai bagaimana proses pembelajarannya,
bagaimana metode pembelajarannya, dan bagaimana teknik pembelajarannya pada
pendekatan tujuan ini tidak begitu dipentingkan atau bukan merupakan masalah penting.

7
Demikian pula jika yang diajarkan adalah pokok bahasan struktur bahasa
Indonesia dengan tujuan "Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-bentuk kata
bahasa Indonesia" maka pada pendekatan tujuan ini tujuan pembelajaran tersebut dapat
dicapai dengan baik melalui pembelajaran morfologi bahasa Indonesia.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar-mengajar dianggap berhasil
apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai
minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu
didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurangkurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar minimal 75% dari soal yang diberikan
oleh guru, maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan
dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai
seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut, timbul pemikiran
bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa.
Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan
tentang struktur bahasa yang terdiri atas: fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam hal
ini, pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat
penting. Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan daripada aspek afektif dan
aspek psikomotor. Pendekatan struktural di samping memiliki berbagai kelemahan,
pendekatan struktural juga memiliki berbagai kelebihan.
Dengan pendekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun
kalimat karena mereka memahami kaidah-kaidahnya. Misalnya, mereka mungkin tidak
akan membuat kesalahan seperti di bawah ini. a. "Bajunya anak itu baru". b. "Di
sekolahan kami mengadakan pertandingan sepak bola". c. "Anak-anak itu lari-lari di
halaman.
3. Pendekatan Komunikatif Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa
pandangan tentang bahasa dan pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan
dengan perkembangan pola pikir masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
bahasa Indonesia, akhir-akhir ini sedang digalakkan penerapan pendekatan komunikatif

8
dalam bahasa Indonesia. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi
oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan
tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa.
Pendekatan komunikatif lahir dari banyaknya penggunaan komunikasi (bahasa).
Komunikasi itu sendiri dapat diartikan proses interaksi yang terjadi secara dua arah antara
penutur dan petutur. Tampak bahwa komunikasi melalui bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Ini berarti bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi
komunikatif.
b) METODE PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana aktivitas pembelajaran bahasa yang
mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan
diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar dilakukan oleh guru dengan
menyesuaikan apa yang ada pada kompetensi dasar. Pemilihan, penentuan, dan
penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah
diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut.
Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang
dianut. Dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar penentu metode yang akan
digunakan.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya
adalah sebagai berikut. 1. Metode tata bahasa/terjemahan. 2. Metode membaca. 3.
Metode audiolingual. 4. Metode reseptif/produktif. 5. Metode langsung. 6. Metode
komunikatif. 7. Metode integratif. 8. Metode tematik. 9. Metode kuantum. 10. Metode
konstruktivistik. 11. Metode partisipatori. 12. Metode kontekstual.

c) TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI


Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan
oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses
belajar-mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan

9
teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi
siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian, teknik
pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama
dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai
faktor tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa teknik
pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan
berdasarkan metode yang digunakan dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang
dianut.
Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
a. Teknik Pembelajaran Menyimak. 1) simak-ulang ucap, 2) simak-tulis (dikte), 3)
simak-kerjakan, 4) simak-terka, 5) memperluas kalimat, 6) menyelesaikan cerita, 7)
membuat rangkuman, 8) menemukan benda, 9) bisik berantai, 10) melanjutkan cerita, 11)
parafrase, 12) kata kunci.
b. Teknik Pembelajaran Berbicara. 1) ulang-ucap, 2) lihat-ucapkan, 3)
memerikan, 4) menjawab pertanyaan, 5) bertanya, 6) pertanyaan menggali, 7)
melanjutkan, 8) menceritakan kembali, 9) percakapan, 10) parafrase, 11) reka cerita
gambar, 12) bermain peran, 13) wawancara, 14) memperlihatkan dan bercerita.
c. Teknik Pembelajaran Membaca. 1) membaca survei, 2) membaca sekilas, 3)
membaca dangkal, 4) membaca nyaring, 5) membaca dalam hati, 6) membaca kritis, 7)
membaca teliti, 8) membaca pemahaman.
d. Teknik Pembelajaran Menulis. 1) menyalin kalimat, 2) membuat kalimat, 3)
meniru model, 4) menulis cerita dengan gambar berseri, 5) menulis catatan harian, 6)
menulis berdasarkan foto, 7) meringkas, 8) parafrase, 9) melengkapi kalimat, 10)
menyusun kalimat, 11) mengembangkan kata kunci.

2.5 HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI

Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik


tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan

10
fungsinya. Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan
bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.

Untuk mengimplementasikan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut, maka


pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan
pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks
merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi
dan konteks. Dengan kata lain, belajar Bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau bagaimana
memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya.

Mahsun, menyatakan, dalam pembelajaran Bahasa ada dua komponen yang harus
dipelajarai, yaitu masalah makna dan bentuk. Kedua unsur tersebut harus hadir secara
stimulant dan keduanya harus ada. Namun pemakai bahasa harus menyadari bahwa
komponen makna menjadi unsur utama dalam pembentuk bahasa, dan karena itu bahasa
menjadi sarana pembentukan pikiran manusia. Untuk itu guru perlu menyadari, bahwa
kemampuan berpikir yang harusnya dibentuk dalam bahasa adalah kemampuan berpikir
sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis. Secara stipulatif kemampuan berpikir tersebut
disebut dengan berpikir metodologis yang hanya dapat dicapai melalui pembelajaran teks
berdasarkan pendekatan ilmiah/ saintifik

11
 BAB III 
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakaiannya. Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah
membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai tujuan dan fungsinya. Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki, siswa
mampu menimba berbagai pengetahuan, mengapresiasi seni, saerta mengembangkan diri
secara berkelanjutan. Selain itu, dengan kemampuan berbahasa seseorang dapat menjadi
mahluk sosial budaya, membentuk pribadi menjadi warga negara, serta untuk memahami
dan berpartisipi dalam proses pembangunan masyarakat, untuk masa kini, dan masa
datang, yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin canggih,
kemampuan membaca, menulis perlu dikembangkan secara sungguh-sungguh.
Karakteristik pembelajaran kelas tinggi disekolah dasar terlihat bahwa selain dituntut
aktivitasyang tinggi, kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti
tahapan penyidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya.
B. SARAN
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukkan dan
perhatian bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA 

Uyu Mu‟awwanah, M. Pd, Pembelajaran Bahasa Indonesia,(Banten: pusat penelitian dan


penerbitan lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat LP2M , 2016)
Widjono HS, Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Perguruan Tinggi
(Jakarta: PT. Grasindo, 2007)
http://repository.ut.ac.id/4787/1/PBIN4218-M1.pdf
Ummul. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA). AR-RIAYAH : Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol.2, NO.1.
Samsiyah, Nur. 2016.PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA: DI SEKOLAH DASAR
KELAS TINGGI. Jawa Timur : Cv. AE Media Grafika

13

Anda mungkin juga menyukai