Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pendekatan, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran Bahasa di Kelas Rendah


Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah pembelajaran Bahasa dan sastra
Indonesia di SD Kelas Awal

Diampu oleh :

Drs. H. D. Syahruddin, M.Pd

S. Nailul Muna Aljamaliah, M.Pd

Disusun oleh :
Fina Puspa Effendi (2004102)
Dina Siti Hanifa (2006346)
Jamilla Agustin Ummu Sholih (2007544)
Siti Elni Alyanti (2008929)
Indira Syifa Karai Handak (2009144)
3E - PGSD

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Kampus Daerah Cibiru

Universitas Pendidikan Indonesia

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam
disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun
langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah SWT.

Dalam rangka melengkapi tugas kelompok dari mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD Kelas Awal. Dengan mengangkat judul “Pendekatan, Metode, Teknik
dan Model Pembelajaran Bahasa di Kelas Rendah”. Saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. H. D. Syahruddin, M.Pd dan Ibu S. Nailul Muna Aljamaliah, M.Pd selaku dosen
kuliah pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Awal yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendekatan, metode,
teknik dan model pembelajaran bahasa di kelas awal/kelas rendah.

Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandung, September 2021

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Permasalahan ...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa .................................................................................................. 4
2.2 Metode Pembelajaran Bahasa di Kelas Awal/Rendah .................................................................. 7
2.3 Teknik Pembelajaran Bahasa di Kelas Rendah ............................................................................. 9
2.4 Model Pembelajaran ....................................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan pembelajaran
yang paling utama terutama di SD kelas rendah. Dikatakan demikian karena tidak bisa dipungkiri
dengan berbahasalah siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi
yang diberikan oleh pendidik. Pembelajaran Bahasa Indonesia memegang peranan penting
terutama pembelajaran membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak
dini, anak akan mengalami kesulitan. Kemampuan membaca menjadi dasar utama bagi
pembelajaran. Oleh karena itu, siswa pada tingkat SD/MI ditargetkan harus bisa membaca.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau tulisan-tulisan.
Agar dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis permulaan anak pada
siswa kelas rendah pada jenjang pendidikan dasar, maka diperlukan pendekatan, metode, teknik,
dan model pembelajaran bahasa secara khusus. Berhasil atau tidaknya seorang pendidik
mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada anak didiknya, dapat dilihat dari
metode pengajaran yang digunakan pendidik tersebut dan bagaimana respons dari anak didiknya.
Jika seorang pendidik memakai suatu metode tertentu dengan baik dan benar ketika mengajar
maka anak didiknya pun akan merespons pesan atau informasi yang diberikan pendidik tersebut
dengan baik pula, begitupun sebaliknya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah?
2. Bagaimana metode yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah?
3. Bagaimana teknik yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah?
4. Bagaimana model yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah?
1.3 Tujuan Permasalahan
1. Untuk mendeskripsikan pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas
rendah.
2. Untuk mendeskripsikan metode yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas
rendah.
3. Untuk mendeskripsikan teknik yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas
rendah.
4. Untuk mendeskripsikan model yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa di kelas
rendah.

3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa,
pengajaran, dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa
bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; bahasa
sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai seperangkat
peraturan/kaidah.
Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-
guru sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.
1. Pendekatan Behaviorisme
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak
sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang
diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia
merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak
melalui bahasa pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-
peniruan.
2. Pendekatan Nativisme
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa
yang disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk
mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD
membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan
demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur
yang sudah ada secara alamiah.
3. Pendekatan Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan
kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan
oleh nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada
perkembangan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas.
Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari
bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi.
Inti pembelajaran interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah

4|Page
sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas
dan berfikir kritis mereka.
5. Pendekatan Tujuan
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’.
Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap
berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu
menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan
keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75%
dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk
dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar
strukturstruktur (tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana


berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa,
pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa.

8. Pendekatan Pragmatik

Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan


faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga
aspek pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.

9. Pendekatan “Whole Language”

Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang dilaksanakan


secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak terpisahpisah
dengan aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan sastra. Di
samping itu pendekatan ini juga mementingkan multimedia, lingkungan, dan
pengalaman belajar anak.

10. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)

5|Page
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalamai, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya. Mereka sadar
bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
nanti.

11. Pendekatan Terpadu

Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan “Whole
Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa harus terpadu, tidak
terpisahkan antara keterampilan berbahasa (menyimak,berbicara,membaca,menulis)
dengan komponen kebahasaan (tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga
aspek sastra. Di samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini
menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran
Bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan
Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan Jasmani.

12. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar


keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi,
aktivitas guru sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan
siswa, suasana belajar kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di
kelas satu, dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan
secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancar membaca),

6|Page
dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf menjadi kata,
menjodohkan gambar dan kata.

13. Pendekatan Keterampilan

Proses Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah


keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:

- keterampilan intelektual

- keterampilan sosial

- keterampilan fisik Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan


dan mengembangkan konsep.

Konsep itu akan menunjang pula keterampilan proses. Keterampilan proses dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan: mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
menerapkan, dan mengkomunikasikan.

2.2 Metode Pembelajaran Bahasa di Kelas Awal/Rendah


Metode merupakan suatu cara yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Metode pembelajaran dapat juga diartikan sebagai suatu cara yang dipilih oleh
guru untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar dengan tujuan mencapai hasil
pembelajaran yang diharapkan (Wicaksono,2016). Metode pembelajaran mempunyai peran
penting dalam proses pembelajaran disamping membuat proses belajar mengajar tidak
membosankan juga membuat materi menjadi mudah untuk dipahami. Penggunaan metode
pembelajaran untuk masing-masing kelas tidak harus sama, karena disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik pelajar.
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahsa yang mencakup
pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan serta
kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Semuanya itu
berdasarkan pada pendekatan yang dianut. Pembelajaran di sekolah dasar kelas awal
bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan baca, tulis dan berhitung, pengetahuan,
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Pembelajaran bahas di kelas awal sekolah dasar dikenal dengan istilah membaca dan
menulis. Metode menulis dan membaca saling berkaitan. Menulis memerlukan kemampuan
yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain berpikir secara teratur dan
logis, kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas, menggunakan bahasa yang efektif
dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis secara baik. Persyaratan pembelajaran
menulis permulaan siswa harus sudah bisa membaca apa yang akan mereka tulis.

7|Page
1) Metode langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang
diajarkan. Misalkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa
daerah/bahasa ibu
2) Metode bunyi
Metode bunyi digunakan oleh guru untuk mengenal huruf a sampai z serta cara
pengucapannya. Dalam pelaksanaannya metode bunyi melalui proses latihan terus
menerus.
Contoh :
Huruf /p/ dilafalkan [ep]
Huruf /d/ dilafalkan [ed]
Kata padi dieja menjadi /ep-a/ [pa]/ed-i/[di] dibaca [pa-di]
3) Metode abjad
Pembelajaran membaca permulaaan dengan metode abjad dimulai dengan
mengenalkan huruf huruf alfabet. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan
anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Pada huruf-huruf tertentu yang ada
kemiripan bentuk guru membeda dengan huruf /b-d/, /p-q/, /n-u/, dan /m-w-v/ dengan
cara memberi warna yang berbeda pada kartu abjad. Menurut Subana dan Sunarti
(Halimah, 2014) setelah anak-anak dapat menulis huruf secara terpisah, mereka
diajarkan untuk merangkaikan huruf tersebut menjadi suku kata, lalu menjadi kata.
Dalam kalimat rangkaian huruf yang merupakan kata dengan huruf dirangkaikan
menjadi kalimat.
4) Metode suku kata
Metode ini merupakan cara guru mengenalkan suku kata seperti
ba,bi,bu,be,bo,ca,ci,cu,ce,co,da,di,du,de,do dan seterusnya. Kemudian suku kata
tersebut dirangkaikan menjadi kata-kata yang bermakna misalnya : /ba-bi/, /cu-ci/,
/da-di/
Lalu dari suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kalimat yang sederhana
5) Metode kata lembaga
Metode ini adalah peralihan antara metode bunyi dengan metode global. Guru materi
ajar dari kata yang dekat dengan anak, dipahami, dan sering didengan. Materi ini
dalam bentuk gambar dan nama gambar dibawahnya. Misalnya anak diberikan
gambar bola maka anak tersebut membaca kata /bo-la/ dan seperti itu.
6) Metode struktural analitis sinetik atau SAS
Metode ini mengandung prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa terkecil
adalah kalimat, memperhitungkan perkembangan pengalaman bahasa anak, dan
menganut prinsip menemuka sendiri. Dalam penerapan metode SAS guru melakukan
langkah-langkah berikut :
a. Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, membacanya, siswa menyalinnya
b. Kalimat itu diuraikan kedalam benutk kata-kata. Setelah dibaca siswa menyalin
kata-kata itu seperti yang dilakukan guru

8|Page
c. Kata-kata dalam kalimat itu diuriakan lagi atas suku-sukunya. Setelah dibaca
siswa menyalin suku kata, suku kata-suku kata itu yang sama seperti dilakukan
guru
d. Suku kata itu diuraikan lagu atas huruf-hurufnya. Siswa menyalin seperti yang
dilakukan oleh guru.
7) Metode kupas rangkai suku kata (KRSK)
Guru mengajarkan menulis dimulai dari mengenalkan huruf-huruf yang dirankaikan
menjadi suku kata kemudian menjadi kata. Langkahlangkah dimulai dari guru
mengenalkan huruf lepas, kemudian merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata.
Lalu, merangkaikan suku kata menjadi kata
8) Metode pengamatan
Metode ini lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam mengamati suatu objek
tertentu .
9) Metode Linguistik
Prinsip yang menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang
menjadi landasan pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli
bahasa). Titik pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum
pembelajaran, diteliti terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa ibu dengan
bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-
bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan kalimat.
10) Metode Pembatasan Bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur
bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan
kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi
pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan
bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan
dikontrol dengan baik oleh guru.

2.3 Teknik Pembelajaran Bahasa di Kelas Rendah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), Teknik dapat diartikan sebagai metode
atau sistem untuk mengerjakan sesuatu. Teknik pembelajaran ini merupakan cara guru
menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang
telah diambil untuk memperoleh hasil yang optimal (Suryapermana, 2017). Teknik yang
digunakan oleh guru ini berbeda-beda, semua bergantung pada kemampuan guru tersebut
dalam siasatnya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tetap memenuhi
standar tujuan pembelajaran. oleh karena itu, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru
itu berbeda beda dan bervariasi. Adapun teknik-teknik pembelajaran bahasa di kelas rendah
dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Teknik pembelajaran bahasa secara Lisan
1. Teknik ceramah, didalamnya ada yang disebut dengan menyimak. Pertama, yaitu
disebut dengan simak ucap berulang yang berarti guru melatih siswa agar dapat

9|Page
melafalkan dengan tepat dari bentuk bahasa itu sendiri semisalnya dalam kata
tertentu, atau kelompok kata, kalimat hingga sampai beberapa paragraf. Lalu
yang kedua, ada simak-kerjakan, yang berarti teknik ini digunakan untuk model
ucapan guru yang berisi perintah yang nanti siswa akan mereaksi atas perintah
guru tersebut, yaitu berupa tindakan. Ketiga, simak- terka, yakni guru
mendeskripsikan suatu benda tanpa menyebutkan nama benda tersebut. Lalu
siswa dimintai untuk menerka benda tersebut. Keempat, simak- berantai, yakni
guru membisikkan suatu pesan pada siswa lalu siswa itu menyampaikan pesan
pada siswa kedua dan seterusnya, diakhir guru pun memeriksa apakah pesan itu
benar-benar tersampaikan pada semua siswa atau tidak.
2. Teknik tanya jawab, dari teknik tanya jawab ini diterapkan pada keterampilan
menyimak, berbicara, membaca serta menulis. Dalam teknik berbicara ini, ada
yang disebut dengan menjawab pertanyaan guru, jadi bagi siswa yang sulit untuk
berbicara ataupun malu, dapat dipancing dengan menjawab seputar pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru. Lalu, teknik menceritakan kembali sesuai yang
dikatakan oleh Ningsih (2014), guru bercerita dan siswa menyimak cerita
tersebut dengan seksama, lalu guru berhenti di tengah-tengah cerita kemudian
siswa lain melanjutkan cerita tersebut atau dengan menceritakan kembali suatu
cerita hingga menjadi suatu keutuhan.
3. Teknik Bermain Peran (Andriati, 2016), Jadi siswa ini berperilaku dan juga
bertindak sesuai dengan orang yang diperankannya. Yang mana siswa harus
mengenal serta dapat menggunakan ragam bahasa pada peran nya tersebut.
Tujuannya tidak lain adalah untuk melatih siswa agar dapat berbahasa secara
lisan dan secara intensif, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi.
B. Teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis
1. Teknik Membaca, dalam hal ini guru mengarahkan siswa agar dapat membaca
untuk memperoleh pemahaman berdasarkan bacaan yang dibaca oleh siswa.
Menurut Isah Cahyani (2009) Teknik membaca ini ada beberapa metode, yaitu
membaca abjad (alfabet) yang dilakukan sebagai pengenalan huruf yang harus
dihafal dengan lafal menurut bunyinya. Huruf yang dihafal tersebut itu dirangkai
menjadi suku kata dan digabungkan hingga membentuk suatu kalimat. Lalu ada
metode bunyi (eja), metode ini disajikan dengan menampilkan huruf. Untuk
konsonan dibantu bunyi pepet didepan huruf. Ketiga, metode suku kata, yaitu
dengan menggunakan beberapa suku kata kemudian dirangkai menjadi kata.
Keempat, yaitu metode kalimat, metode seperti ini dilakukan melalui penyajian
beberapa kalimat setelah siswa dapat membaca per-kata. Kata itu diurai menjadi
suku kata dan suku kata itu di pecah menjadi huruf.

10 | P a g e
2. Teknik Menulis, Menurut Sukirman (2020) bahwa aktivitas menulis ini adalah
bentuk perwujudan kemampuan berbahasa yang berada dalam tahap akhir yang
dikuasai oleh siswa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan
membaca. Teknik menulis yaitu upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa
dapat memahami pembelajaran bahasa adalah dengan cara menulis, agar siswa
mau menulis apa yang disenanginya sesuai dengan pembelajaran yang
dilaksanakan. Yang pertama adalah menulis abjad, yaitu dilakukan dengan cara
setiap siswa diberikan tugas untuk meniru tulisan yang dicontohkan oleh guru.
Kedua, menulis kegiatan, yaitu berdasarkan kepada pengalaman apa yang telah
siswa dapatkan dalam pembelajaran bahasa itu seperti halnya menuliskan
pengalaman pribadi saat liburan, menulis bentuk gambar, menggambar benda-
benda yang disekitar, menuliskan tugas sekolah dan lain hal sebagainya.
3. Teknik Pemberian tugas, dalam teknik pemberian tugas ini biasanya ada dalam
bentuk individual maupun diskusi kelompok. Teknik ini bertujuan agar siswa
lebih memperdalam pembelajaran bahasa dalam bentuk seperti membaca, atau
pun menulis. Adapun dengan cara diskusi kelompok, teknik ini dapat dilakukan
dengan berdiskusi bersama teman sekelompok terhadap tugas yang diberikan.
Seperti halnya pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas 3 sd, siswa dimintai
untuk berdiskusi mengenai kegemaran teman-temannya, serta sifat-sifat yang
dimiliki oleh teman sekelompoknya.
4. Teknik Karyawisata, pada kelas rendah ini, guru dapat membawa siswa untuk
berjalan-jalan sekitar lingkungan sekolah, lalu secara bergiliran siswa disuruh
untuk menceritakan benda-benda atau peristiwa yang ditemuinya dalam bentuk
lisan maupun tulisan. Jika dalam bentuk tulisan, siswa menuliskan atau
menggambar mengenai hal -hal yang ia temui (Rahmayani & Idawati, 2021).

2.4 Model Pembelajaran


Memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini
disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga
cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
1. Model Pembelajaran Berbasis Permainan
Permainan mampu menarik minat anak ke dalam materi pembelajaran.
Bermain merupakan cara anak-anak untuk belajar tentang ‘dunia’. Mereka
menemukan pengalaman-pengalaman yang berharga dalam kehidupan melalui
bermain. Melalui proses bermainlah sebagian besar keterampilan dan kemampuan
yang dimiliki anak terlatih. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat
merancang pembelajaran di kelas dalam bentuk permainan. Melalui permainan
diharapkan proses belajar mengajar yang dilakukan menjadi efektif.
Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan
untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan
menulis). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak

11 | P a g e
memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan
permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan
bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut
permainan bahasa. Sebuah permainan disebut permainan bahasa, apabila
suatu aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Setiap permainan bahasa
yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus secara langsung dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Anak-anak pada usia 6–8 tahun
masih memerlukan dunia permainan untuk membantu menumbuhkan pemahaman
terhadap diri mereka. Aktivitas permainan digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan. Pembelajaran
berbasis permainan mempunyai beberapa kelebihan.
a. Menyediakan aktivitas pembelajaran yang atraktif, karena dalam
permainan peserta didik merasa senang dan cenderung aktif,
b. Bersifat menghibur, artinya pembelajaran tidak dilakukan seperti biasanya
sehingga peserta didik lebih tertarik melakukannya dan
c. Menciptakan suasana yang menyenagkan dan rilek sehingga dapat membantu
peserta didik mencapai tujuan yang ditetapkan.

Permainan yang tepat pada waktu yang tepat dan orang yang tepat dapat
membuat pembelajaran menyenangkan dan menarik, memberikan tujuan berguna
yang dapat menguatkan pembelajaran, bahkan dapat menjadi semacam tujuan dan
ukuran bagi peserta didik. Namun, jika pembelajaran berbasis permainan tidak
didesan dan dikelola dengan baik akan muncul beberapa kelemahan, yaitu :
a. Adanya kompetisi dapat berdampak kontra produktif bagi peserta didik
yang tidak suka berkompetisi atau peserta didik yang lemah dalam
penguasaan materi atau keterampilan yang dilatihkan,
b. Peserta didik dapat terjebak hanya pada kesenangan bermain dan
melupakan tujuan belajarnya,
c. Peserta didik hanya menghabiskan waktu untuk jalannya permainan, sehingga
tujuan pembelajaran tidak tercapai seluruhnya. Permainan dalam belajar
bukanlah tujuan, melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu
meningkatkan pembelajaran. Terkadang permainan bisa menarik, cerdik,
menyenangkan, dan sangat memikat, namun tidak memberi hasil
penting pada pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang
dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata
pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah
yang kompleks. Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi
pembelajaran di kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses
pembelajaran, karena pembelajaran terbaik akan tercapai di tengah-tengah
percakapan di antara siswa. Sedang terjadi kecenderungan di mana-mana,
bahwa para guru di seluruh dunia mengubah deretan tempat duduk siswa yang
telah mereka duduki sekian lama dengan menciptakan suatu lingkungan kelas

12 | P a g e
baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna
menuntaskan bahan ajar akademiknya.
Terdapat enam tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan
memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh Penyajian informasi; seringkali
dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir
pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau
evaluasi tentang apa yang mereka pelajari dan memberi penghargaan
terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, paling tidak
ada tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu :
a. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli
yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu
siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-
tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa
kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang
memiliki orentasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa
kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi
pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang
hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
b. Pengakuan adanya keragaman Model kooperatif bertujuan agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku,
agama, kemampuan akademik, dan tingkat social.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan social dan kolaborasi dalam hal
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
mengemukakan ide dan pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Keterampkilan ini amat penting untuk memiliki nantinya di dalam
masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan
dalam organisasi yang paling bergantung satu sama lain dan di mana
masyarakat secara budaya semakin beragama.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang berbasis masalah. PBL adalah strategi pembelajaran
yang berpusat di mana siswa bersama-sama memecahkan masalah dan
merefleksikan pengalaman mereka, serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Karakteristik PBL belajar adalah didorong oleh tantangan, masalah terbuka atau
realita, guru mengambil peran sebagai “fasilitator” belajar. Dengan demikian, siswa

13 | P a g e
didorong untuk mengambil tanggungjawab untuk kelompok mereka dan
mengatur dan mengarahkan proses pembelajaran dengan dukungan dari seorang
guru atau instruktur.
Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dikenal
sebagai pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu dengan menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang bermakna yang dapat memberikan kemudahan
bagi siswa untuk melakukan penyelidikan beserta pemecahan masalahnya. Model
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) diharapkan mampu
meningkatkan keterampilan menulis narasi sehingga, karya-karya yang
dihasilkan pun lebih berkualitas dan kreatif. Model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) akan mempengaruhi kemampuan pengembangan yang
akan berpengaruh pada kualitas penulisan narasi yang ditulis siswa. Dengan
belajar dari permasalahan yang ada dalam masyarakat, dan dari pengalaman
pribadi siswa diharapkan mampu menuangkannya dalam bentuk narasi.
PBL merupakan model yang memberikan siswa untuk mandiri dalam
menjalankan proses belajar mengajar dan memiliki masalah yang dihadapi
dan mencari sumber-sumber dalam penyelesaian masalah. Proses kemandirian dan
berkelompok inilah yang menjadikan siswa kreatif dan kritis.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (problembased learning) Model
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk
menemukan alternatife pemecahan masalah melalui ekplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Serta belajar secara mandiri. Pendekatan
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD/MI untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman.
4. Model Pembelajaran Inkuiri Bahasa Indonesia
Metode Inkuiri merupakan metode pembelajaran dimana seluruh
kemampuan yang dimiliki siswa dipakai untuk mencari dan melakukan
suatu penyelidikan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis untuk memperoleh
jawaban atas rumusan masalah yang sudah dirumuskan oleh siswa sendiri.
5. Model Paikem
Model Paikem adalah sebuah strategi pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka
mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta
didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber
dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran
lebih menarik, menyenangkan dan efektif.

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pembelajaran bahasa di kelas rendah dilakukan dengan menggunakan beberapa
pendekatan, metode, teknik, dan model yang disiapkan oleh seorang guru untuk
mengajarkan materinya kepada peserta didik. Para guru selayaknya bisa memahami
pendekatan untuk mengajar, yaitu pendekatan behaviorisme, pendekatan nativisme,
pendekatan kognitif, pendekatan interaksi sosial, pendekatan tujuan, pendekatan struktural,
pendekatan komunikatif, pendekatan pragmatik, pendekatan “Whole Language”, pendekatan
kontekstual, pendekatan terpadu, pendekatan CBSA dan keterampilan proses. Metode yang
dilakukan untuk pembelajaran memiliki peran penting, agar materi yang disampaikan
menjadi mudah dipahami dan proses belajar tidak membosankan. Metode yang dilakukan
yaitu metode langsung, metode bunyi, metode abjad, metode suku kata, metode kata
lembaga, metode structural, metode SAS, metode KRSK, metode pengamatan, metode
linguistik, dan metode pembatasan bahasa.
Lalu pada teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang
telah disusun dalam metode, berdasarkan pendekatan yang telah diambil untuk memperoleh
hasil yang optimal. Pada teknik pembelajaran bahasa ini dibagi dua, yaitu teknik
pembelajaran bahasa secara lisan dan teknik pembelajaran bahasa secara tulisan/tulis. Untuk
memilih model pembelajaran yang tepat, seorang guru harus bisa memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Beberapa model
pembelajarannya bisa berbasis permainan, model pembelajaran kooperatif, model berbasis masalah,
model pembelajaran inkuiri, dan model paikem.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat kesalahan dan
kurang dari kesempurnaan. Maka dari itu, diharapkan kritik yang membangun dan sarannya
dari pembaca agar penulis memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber.

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Andriati, N. (2016). Model Bimbingan Kelompok dengan Teknik Bermain Peran untuk
Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa. Jurnal Konseling Gusjigang, 2(2), 107974.
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Halimah, Andi. 2014. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI. Jurnal
Aladuna, 1 (2).
Hartati, T. Modul 4 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar.
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRA_INDONESIA_DI_SEKOLAH_DA
SAR_KELAS_RENDAH/BBM_4.pdf

Isah Cahyani, M. P. (2009). Peningkatan dan Pengembangan Keterampilan Membaca Melalui


Teknik-Teknik Membaca dan Pembinaan Perpustakaan Bagi Guru-Guru Sekolah Dasar
Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. abmas, 81,2.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. [Online]. Tersedia di https://www.kbbi.co.id/arti-
kata/teknik Diakses 20 September 2021.
Muhyidin, Rosidin, Salpariansi. (2018). Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis
Permulaan di Kelas Awal. JPSD Vol 4(1).
Nainggolan, Juandi, Kuntarto, dkk. (2018). Strategi Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar
Kelas Rendah. Academia.
Ningsih, S. (2014). Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita Siswa Kelas
III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. Jurnal
Kreatif Online, 2(4), 245.
Rahmayani, I., & Idawati, I. (2021). KEEFEKTIFAN METODE KARYA WISATA DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPSI. INDONESIA: Jurnal Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1), 53.
Sukirman, S. (2020). Tes Kemampuan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah. Jurnal Konsepsi, 9(2), 72-81.
Suryapermana, N. (2017). Manajemen perencanaan pembelajaran. Tarbawi: Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan, 3(02), 189.
Syihabudin, S. A., & Ratnasari, T. (2020). MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
YANG EFEKTIF PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Jurnal BELAINDIKA
(Pembelajaran Dan Inovasi Pendidikan), 2(1), 21-31.

16 | P a g e
Wicaksono, L. (2016). Bahasa Dalam Komunikasi Pembelajaran. Jurnal Pembelajaran
Prospektif Vol 1(2).

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai