Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia SD


Kode Mata Kuliah : KPD 616303
Semester : 5(Lima) A
Jumlah SKS : 4 (Empat)
Dosen Pengampu : Dr. Suwarjo, M,Pd.
: Siska Mega Diana, S.pd, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Nama NPM

1. Revi Kusheri 1813053076


2. Varadella Fajarwati 1813053037
3. Yulia Puspaningrum 1813053027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini membahas
mengenai ”Metode Dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD” yang
menjadi salah satu pokok materi mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonsia SD.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan,


koreksi, serta masukan dari berbagai pihak untuk itu rasa terima kasih penyusun
sampaikan kepada:
1. Dr. Suwarjo, M.Pd; dan Siska Mega Diana, S.Pd; M.Pd. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Pembelajaran Indonesia SD di PGSD Kampus B FKIP
Universitas Lampung.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.
3. Berbagai sumber yang telah penulis pakai dalam menyusun makalah ini.

Demikian makalah ini penulis buat semaksimal mungkin, dengan harapan


mendapat hasil yang memuaskan. Penulis berharap kritik dan saran atas ketidak
sempurnaannya makalah ini, agar penulis dapat lebih baik lagi untuk proses
kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanafaat bagi penulis dan para
pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb

Metro, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran ......................................................... 3

2.2 Keddukan Metode Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ................. 4

2.3 Jenis-jenis Metode Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia................. 5

2.4 Pengertian Teknik Pembelajaran ........................................................24

2.5 Teknik Penyajian Pembelajaran .........................................................24

2.6 Macam-macam Teknik Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia ......25

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 40

3.2 Saran ................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 41

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan
kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana
seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki
kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru
paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai
metode, serta teknik belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar
disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang. Bertolak dan
bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentang
berbagai metode, dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia agar mampu
melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar. Apabila telah memiliki
kemampuan dalam penguasaan penggunaan metode, serta teknik
pembelajaran bahasa secara mendalam. Pengajaran bahasa pada pendidikan
dasar menengah dengan cara mengenalkan masalah–masalah sosial melalui
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi dan
memecahkan masalah sosial tersebut.

Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, tanpa adanya metode dan
teknik pembelajaran, itu akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan
tentunya menjadi pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, guru di
harapkan mampu menguasai metode dan teknik yang cocok untuk
pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa lebih tertarik pada pelajaran
tersebut.

Metode bisa dikatakan cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran hal ini sependapat dengan Pranowo (2014:
265) mengatakan metode adalah rancangan bangunan pembelajaran yang
biasa digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu, makin
efektif pula pencapaian tujuan. Menerapkan metode yang efektif dan efisien
adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh pendidik. Dengan
harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak
membosankan.

Sebagai calon tenaga pendidik, kita harus bisa menguasai berbagai macam
teknik pembelajaran, terutama untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Teknik
adalah sebuah cara khas yang operasianal, yang dapat digunakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan,berpegang pada proses sistematis yang
terdapat dalam metode. Oleh karena itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata
berupa usaha atau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Yang dimaksud dengan metode?
2. Bagaimana kedudukan metode pembelajaran dalam Bahasa Indonesia?
3. Apa saja jenis-jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia?
4. apakah yang dimaksud dengan teknik?
5. Apa sajakah macam-macam teknik dalam pembelajaran Bahasa ndonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode.
2. Untuk mengetahui kedudukan metode pembelajaran dalam Bahasa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis metode yang digunakan dalam Bahasa
Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teknik.
5. Untuk mengetahui macam-macam teknik dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran


Metode adalah jalan yang harus kita tempuh dalam rangka memberikan
sebuah pemahaman terhadap murid tentang pelajaran yang mereka akan
pelajari. Pengetahuan mengenai metode sangat penting yang harus dimiliki
oleh seorang guru sebelum memasuki ruang belajar, harus memilih metode
dan harus dipakai oleh seorang guru. Metode sangat berpengaruh besar dalam
pengajaran dengan metode nilai bisa baik atau bisa buruk, dangan metode
pula pembelajaran bisa sukses atau gagal, kebanyakan seorang guru yang
menguasai materi akan tetapi bisa gagal dalam pembelajaran karna ia tidak
mendapatkan metode yang tepat untuk memahamkan murid.

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara


yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran hal ini sejalan
dengan apa yang di ungkapkan Pranowo (2014:265) menjelaskan metode
adalah analog dengan jalan yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan.
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan.

Dalam KBBI (2012: 740) metode yaitu cara yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Selain itu, juga didefanisikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan
oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat
3
bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh
guru. Dari beberapa uarian mengenai apa itu mentodei dapat di simpulkan
metode adalah cara melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan urutan
yang tersusun dan terencana. Dalam pembelajaran bahasa indonesia metode
diartikan sebagai sisitem perencanaan pembelajaran bahasa indonesia secara
menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan meyajikan materi
pelajaran bahasa indonesia secara teratur.

Dalam pelaksanaanya di lapangan tidak ada satu metode pun yang dianggap
paling baik diantara metode-metode yang lain karena setiap metode
mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu,
pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak
tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik
untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-
kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang
guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok
babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran
menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu
uraian dengan metode diskusi, kemudian menggunakan contoh-contoh
melalui peragaan dan diakhiri dengan ceramah untuk mempertegas
pembelajaran. Dengan metode seperti ini di harapkan siswa dapat aktif bukan
hanya guru saja..

2.2 Kedudukan Metode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Kegiatan belajar mengajar yang akhir nya melibatkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Serta analisis
yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat
bagi seorang guru agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang di

4
harapkan jadi kedudukan metode berfungsi sebagai strategi pengajaran dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Apabila metode yang dipakai dengan baik maka hasilnya akan berdampak
pada mutu pendidikan yang baik, namun jika metode yang dipakai tidak baik
maka hasilnya pun akan berakibat pada mutu pembelajaran yang tidak akan
baik juga. Oleh karena itu metode sangat berperan penting dalam pendidikan,
karna metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan dan atas keberhasilan suatu pembelajaran.

Contoh pengunaan metode dalam pembelajaran bahasa Indonesia misalnya


dalam pembelajaran teks deskripsi.
KD 3.1 Mengindentifikasi dalam teks deskripsi tentang objek (sekolah,
tempat wisata, tempat bersejarah) yang didengar dan dibaca,
KD 3.2 Menelaah struktur dan unsur kebahasaan dari teks deskripsi tentang
objek (sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah) yang didengar dan
dibaca.
Tujuan pembelajaran nya adalah:
1. Dengan mendengar atau membaca teks deskripsi, siswa mampu
menuliskan struktur teks deskripsi yang didengar dan dibaca dengan benar
2. Dengan mendengar atau membaca teks deskripsi siswa mampu
menyebutkan ciri-ciri kebahasaan (kata umum khusus, makna denotasi dan
konotasi, kata sifat, ejaan dan tanda baca) dengan benar.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran mengenai
teks di atas bisa mengunakan metode demontrasi, Tanya jawab, diskusi
dan penugasan yang diharpakan semoga metode ini bisa menjadi alat
untuk mencapai apa yang telah direncanakan dalam tujuan pembelajaran
teks deskripsi.

2.3 Jenis-jenis metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia


Menurut Subana dan Sunarti (2011) Metode dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia sebagai berikut

5
1. Metode Terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim
digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa
Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah
penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama
pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai
dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu
murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misalnya latihan
terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari
Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam
hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata
dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.

Selanjutnya Newmark (1988:45) telah mengelompokkan metode-metode


penerjemahan berikut ke dalam dua kelompok besar. Empat metode
pertama lebih ditekankan pada Bsu, yaitu Word-for-word translation,
Literal translation, Faithful translation, dan Semantic translation dan empat
metode kedua lebih ditekankan pada Bsa, Adaptation, Free translation,
Idiomatic translation, dan Communicative translation.
a. Penerjemahan Kata-demi-kata
Dalam metode penerjemahan kata-demi-kata (word-for-word
translation), biasanya kata-kata Tsa langsung diletakkan di bawah versi
Tsu atau disebut dengan interlinear translation. Metode penerjemahan
ini sangat terikat pada tataran kata, sehingga susunan kata sangat
dipertahankan. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari
padanan kata Bsu dalam Bsa. Susunan kata dalam kalimat terjemahan
sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu. Setiap kata
diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks,
sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan
secara harfiah. Umumnya metode ini digunakan pada tahapan
prapenerjemahan pada saat penerjemah menerjemahkan teks yang sukar
atau untuk memahami mekanisme Bsu. Jadi metode ini digunakan pada

6
tahap analisis atau tahap awal pengalihan. Biasanya metode ini
digunakan untuk penerjemahan tujuan khusus, namun tidak lazim
digunakan untuk penerjemahan yang umum. Kecuali jika struktur
kalimat bahasa Inggris sama dengan struktur kalimat bahasa Indonesia
(lihat contoh nomor 3 dan 4 di bawah ini) (Catford, 1978:25; Soemarno,
1983:25; Newmark, 1988:45-46; Machali, 2000:50-51; Nababan,
2003:30).
Berikut adalah beberapa contoh hasil terjemahan yang menggunakan
contoh metode penerjemahan kata-demi-kata menurut beberapa pakar
tersebut di atas:
1. Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.
Tsa : *Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.
Berdasarkan hasil terjemahan tersebut, kalimat Tsu yang dihasilkan
sangatlah rancu dan janggal karena susunan frase “kecil anak” tidak
berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak” itu
kurang tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan
“seharusnya tidak”. Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya
diterjemahkan menjadi “itu” bukan “ini”. Sehingga alternative

b. Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga
penerjemahan lurus (linear translation) berada di antara penerjemahan
kata-demi-kata dan penerjemahan bebas (free translation). Dalam
proses penerjemahannya, penerjamah mencari konstruksi gramatikal
Bsu yang sepadan atau dekat dengan Bsa. Penerjemahan harfiah ini
terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula dilakukan seperti
penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian
menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa
(Soemarno, 1983:25; Newmark, 1988:46; Machali, 2000: 51; Nababan,
2003:33; Moentaha, 2006:48). Perhatikan beberapa contoh berikut:
1. Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.
Tsa : Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak berbuat seperti itu.

7
2. Tsu : It’s raining cats and dogs.
Tsa : Hujan kucing dan anjing.
3. Tsu : His hearth is in the right place.
Tsa : Hatinya berada di tempat yang benar.
4. Tsu : The Sooner or the later the weather will change.
Tsa : Lebih cepat atau lebih lambat cuaca akan berubah.
Jika dilihat dari hasil terjemahannya, beberapa kalimat-kalimat yang
diterjemahkan secara harfiah masih terasa janggal, misalnya kalimat ke-
2 sebaiknya diterjemahkan “Hujan lebat” atau “Hujan deras”. Kalimat
ke-3 sebaiknya diterjemahkan menjadi “Hatinya tenteram”. Namun jika
demikian hasil terjemahannya, memang lebih condong pada
penerjemahan bebas. Demikian pula dengan kalimat ke-4 sebaiknya
diterjemahkan menjadi “Cepat atau lambat cuacanya akan berubah”.

c. Penerjemahan Setia
Dalam penerjemahan setia (faithful translation), penerjemah berupaya
mereproduksi makna kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam
batasan-batasan struktur gramatikal teks sasaran. Di sini kata-kata yang
bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan
pilihan kata masih tetap ada atau dibiarkan. Penerjemahan ini
berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga hasil
terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing
(Newmark, 1988:46; Machali, 2000:51). Perhatikan contoh terjemahan
berikut ini:
1. Tsu : Ben is too well aware that he is naughty.
Tsa : Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal.
2. Tsu : I have quite a few friends.
Tsa : Saya mempunyai samasekali tidak banyak teman.

d. Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada
penerjemahan setia. Penerjemahan setia lebih kaku dan tidak kompromi

8
dengan kaidah Bsa atau lebih terikat dengan Bsu, sedangkan
penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan Bsa. Berbeda dengan
penerjemahan setia, penerjemahan semantis harus mempertimbangkan
unsur estetika teks Bsu dengan cara mengkompromikan makna selama
masih dalam batas kewajaran (Newmark, 1988:46; Machali, 2000:52).
Perhatikan contoh berikut:
Tsu : He is a book-worm.
Tsa : *Dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca.
Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks
budaya dan batasan fungsional yang berterima dalam Bsa. Tetapi
terjemahan di atas kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan
menjadi: ’Dia seorang kutu buku.’

e. Adaptasi (Saduran)
Adaptasi (adaptation) oleh Newmark (1988:46) disebut dengan metode
penerjemahan yang paling bebas (the freest form of translation) dan
paling dekat dengan Bsa. Istilah ”saduran” dapat diterima di sini,
asalkan penyadurannya tidak mengorbankan tema, karakter atau alur
dalam Tsu. Memang penerjemahan adaptasi ini banyak digunakan
untuk menerjemahkan puisi dan drama. Di sini terjadi peralihan budaya
Bsa ke Bsu dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam
Tsa. Jika seorang penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah
drama untuk dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan semua
karakter dalam naskah asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan,
namun dialog Tsu sudah disadur dan disesuaikan dengan budaya Bsa.
Berikut adalah contoh lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia (http://anotherfool.wordpress.com):
Tsu : Hey Jude, don’t make it bad
Take a sad song and make it better
Remember to let her into your heart
Then you can start to make it better
(Hey Jude-The Beatles, 196)

9
Tsa : Kasih, dimanakahMengapa kau tinggalkan aku
Ingatlah-ingatlah kau padaku
Janji setiamu tak kan kulupa

f. Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas (free translation) merupakan penerjemahan yang
lebih mengutamakan isi dari pada bentuk teks Bsu. Biasanya metode ini
berbentuk parafrase yang lebih panjang daripada bentuk aslinya,
dimaksudkan agar isi atau pesan lebih jelas diterima oleh pengguna Bsa.
Terjemahannya bersifat bertele-tele dan panjang lebar, bahkan hasil
terjemahannya tampak seperti bukan terjemahan (Newmark, 1988:46;
Machali, 2003:53). Soemarno (2001:33-37) memberi contoh sebagai
berikut:
1. Tsu : The flowers in the garden.
Tsa : Bunga-bunga yang tumbuh di kebun.
2. Tsu : How they live on what he makes?
Tsa : Bagaimana mereka dapat hidup dengan penghasilannya?
Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up
(langsir ke atas), karena dari frase preposisi in the garden menjadi
klausa ’yang tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi
pergeseran yang disebut dengan shunt down (langsir ke bawah), karena
klausa on what he makes menjadi frase ’dengan penghasilannya’.
Contoh-contoh lainnya adalah:
3. Tsu : Tatik is growing with happiness.
Tsa : Tati, hatinya berbunga-bunga.
4. Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing this.
Tsa : Dengar nak, mengapa kamu semua melakukan hal-
hal seperti ini. Ini tidak baik.
Berikut adalah sebuah contoh terjemahan bebas yang tampak sangat
ekstrim yang dikemukakan oleh Moentaha (2006:52):
5. Tsu : I kissed her.
Tsa : Saya telah mencetak sebuah ciuman pada bibirnya yang merah.

10
Terjemahan di atas tampak lebih radikal, sekalipun tetap
mempertahankan isi atau pesan. Padahal terjemahannya bisa saja
menjadi ’Saya telah menciumnya’.

g. Penerjemahan Idiomatik
Larson dalam Choliludin (2006:23) mengatakan bahwa terjemahan
idiomatik (idiomatic translation) menggunakan bentuk alamiah dalam
teks Bsa-nya, sesuai dengan konstruksi gramatikalnya dan pilihan
leksikalnya. Terjemahan yang benar-benar idiomatik tidak tampak
seperti hasil terjemahan. Hasil terjemahannya seolah-olah seperti hasil
tulisan langsung dari penutur asli. Maka seorang penerjemah yang baik
akan mencoba menerjemahkan teks secara idiomatik. Newmark
(1988:47) menambahkan bahwa penerjemahan idiomatik mereproduksi
pesan dalam teks Bsa dengan ungkapan yang lebih alamiah dan akrab
daripada teks Bsu.
Choliludin (2006:222-225) memberi beberapa contoh terjemahan
idiomatik sebagai berikut:
1. Tsu : Salina!, Excuse me, Salina!
Tsa : Salina!, Permisi, Salina!
2. Tsu : I can relate to that.
Tsa : Aku mengerti maksudnya.
3. Tsu : You’re cheery mood.
Tsa : Kamu kelihatan ceria.
4. Tsu : Tell me, I am not in a cage now.
Tsa : Ayo, berilah aku semangat bahwa aku orang bebas.
5. Tsu : Excuse me?
Tsa : Maaf, apa maksud Anda?
h. Penerjemahan Komunikatif
Menurut Newmark (1988:47), penerjemahan komunikatif
(communicative translation) berupaya untuk menerjemahkan makna
kontekstual dalam teks Bsu, baik aspek kebahasaan maupun aspek
isinya, agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Machali

11
(2000:55) menambahkan bahwa metode ini memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan penerjemahan.
Contoh dari metode penerjemahan ini adalah penerjemahan kata spine
dalam frase thorns spines in old reef sediments. Jika kata tersebut
diterjemahkan oleh seorang ahli biologi, maka padanannya adalah spina
(istilah teknis Latin), tetapi jika diterjemahkan untuk mimbar pembaca
yang lebih umum, maka kata itu diterjemahkan menjadi ’duri’.
Di samping itu Nababan (2003:41) menjelaskan bahwa penerjemahan
komunikatif pada dasarnya menekankan pengalihan pesan. Metode ini
sangat memperhatikan pembaca atau pendengar Bsa yang tidak
mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan dalam
teks terjemahan. Metode ini juga sangat memperhatikan keefektifan
bahasa terjemahan. Kalimat ’Awas Anjing Galak’ dapat diterjemahkan
menjadi Beware of the dog! daripada Beware of the vicious dog!
Karena bagaimanapun juga kalimat terjemahan ke-1 sudah
mengisyaratkan bahwa anjing itu galak (vicious).

Berdasarkan pengamatan peneliti, setiap penerjemah memiliki gaya


masing-masing dalam menerjemahkan suatu karya. Gaya yang dia pakai
akan sangat berkaitan erat, misalnya, dengan metode penerjemahkaan yang
dia gunakan bergantung tujuan penerjemahan yang dia lakukan. Di antara
para penerjemah ada yang menggunakan metode penerjemahan setia,
seperti yang telah dilakukan oleh penerjemah novel Harry Potter and the
Phylosopher’s Stone. Alasannya adalah bahwa dia tidak mau melepaskan
makna kontekstual dalam Tsu-nya. Dia berusaha mempertahankan istilah-
istilah yang berkaitan dengan sosio-budaya dan latar dari Bsu, misalnya
mempertahankan kata Mr dan Mrs serta nama-nama diri para karakter
dalam novel itu. Dia tidak melakukan suatu adaptasi atau domestikasi
tetapi mempertahankan ideology forenisasinya. Ini dilakukan demi
menjaga keaslian unsur-unsur ceritera dan nilai-nilai budaya yang melatari
ceritera tersebut sehingga pembaca diajak untuk mengenali tema, karakter,
latar dan atmosfir budaya asing. Para penerjemah novel lainnya masing-

12
masing berbeda dalam memilih metode penerjemahan. Di antaranya ada
yang menggunakan penerjemahan bebas, semantis, idiomatik, dan adaptasi.
Hal tersebut dilakukan bergantung kepada kebiasaan serta gaya yang
menjadi ciri khas mereka. Mungkin pula bergantung pada tujuan
penerjemahan itu sendiri.

2. Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode
itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar
bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan
bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan
struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan
pelatihan berkali-kali secara intensif pola-pola kalimat. Guru dapat
memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.

Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah:


a. penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang
dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca.
b. Peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan
siswa menghafalkannya.
c. Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan
d. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa
memperagakan di depan kelas.
e. Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.

Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual


Teknik pengajaran yang digunakan dalam metode Audio-Lingual adalah
sebagai berikut:[8]
a. Menghafal Dialog (Dialog Memorization)
Dalam teknik ini siswa menghafalkan dialog atau percakapan pendek
antara dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa
memerankan satu orang peran dalam dialog, sedangkan guru

13
memerankan tokoh pasangannya. Setelah siswa belajar percakapan atau
dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti peran. Kemudian siswa
menghafalkan dialog baru. Cara lainnya yang bisa digunakan adalah
dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Masing-masing
kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut.
Setelah masing-masing kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka
diminta untuk untuk berganti peran. Setelah seluruh siswa hafal dialog,
guru meminta siswa untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di
depan kelas.
b. Backward Bulld-up (Expansion) Drill
Drill digunakan ketika siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan
dialog panjang. Caranya adalah guru membagi dialog panjang menjadi
beberapa potong bagian. Guru pertmama kali memberikan contoh
kemudian siswa menirukan bagian kalimat (bisaanya pada frasa akhir).
Contoh:
Guru: It is a beautiful scenery
Guru: It is a beautiful ………
Siswa: It is a beautiful scenery
c. Repetition Drill
Siswa diminta untuk menirukan guru seakurat dan secepat mungkin.
Contoh:
Guru: This is the seventh month
Siswa: This is the seventh month
d. Chain Drill
Drill ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk duduk melingkar
di dalam ruangan, kemudian satu persatu siswa bertanya dan menjawab
pertanyaan. Guru memulai drill ini dengan dengan menyapa atau
bertanya pada salah satu siswa. Kemudian siswa tersebut menjawab
pertanyaan tadi, kemudian ia bertanya pada teman di sampingnya.
Siswa yang ditanya tadi kemudian menjawab dan bertanya lagi kepada
teman di sampingnya, begitu seterusnya.
e. Single Slot Subtitution

14
Guru membaca satu baris dari dialog, kemudian siswa mengucapkan
satu kata atau kelompok kata. Siswa diminta untuk menirukan dengan
cara memasukkan kata atau kelompok kata tersebut secara tepat ke
dalam bait dialog tadi.
Contoh:
Guru: I know Him. (Hardly)
Siswa: I hardly know him
f. Multiple Slot Subtitution Drill
Drill ini sama dengan drill single slot substitution, tapi lebih luas. Tidak
hanya satu bait dialog, akan tetapi satu dialog penuh.
g. Transformational Drill
Guru memberi siswa kalimat, kemudian siswa diminta untuk merubah
kalimat tersebut menjadi bentuk yang berbeda seperti: interrogatif,
negatif, positif, pasif, imperative dan sebagainya.
h. Question and Answer Drill
Drill model ini melatih siswa menajwab pertanyaan dengan tepat.
i. Use Minimal Pairs
Guru menggunakan pasangan kata yang berbeda satu bunyi, misal: ship
dan sheep. Siswa diminta untuk menemukan perbedaan dua kata
tersebut, kemudian berlatih untuk mengucapkan kata tersebut dengan
benar.
j. Complete the Dialog
Beberapa kata dalam sebuah dialog dihapus, kemudian siswa diminta
untuk melengkapi dialog tersebut
k. Grammar Game
Game ini mirip dengan game supermarket alphabet, didesain untuk
melatih grammar siswa dalam suatu konteks. Dengan begitu siswa bias
mengekspresikan dirinya sendiri, walaupun dalam porsi yang terbatas.

Dari berbagai teknik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan dalam


pelaksanaan metode Audio-Lingual seorang guru akan memberi contoh
tentang model yang benar, dalam hal ini melafalkan (pronounce) dan

15
bagaimana melafalkan (how to pronounce) sebuah kalimat dan siswa harus
menirukan. Kemudian dalam kesempatan lain guru akan melanjutkan
dengan mengenalkan kata-kata baru dengan struktur kata yang sama.
Pokok dari metode ini dan kaitannya dengan pembelajaran pronunciation
adalah bagaimana melatih siswa untuk terus berlatih melafalkan dengan
benar sampai mereka dapat melakukannya secara spontan. Oleh karena itu
seperti telah dijelaskan di awal, siswa hanya diberi kosakata secukupnya
(khususnya yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari) agar
pelaksanaan metode ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan
berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap
pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan
produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkansebagai sebuah informasi
yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam
nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula, sebuah
perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat
dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan
melalui penyelesaian tugas yang berhasil.

Contoh pembelajran dengan pendekatan komunikatif yaitu:


a. Ketika Tanya jawab antara siswa dengan guru, maka akan terjadi
interaksi dan pertukaran informasi.
b. Ketika siswa menggunakan keterampilan berbahasanya (menyimak,
membaca, menulis, dan berbicara), maka secara langsung maupun tidak,
telah terjadi pembelajaran dengan pendekatan komunikatif.
c. Simulasi dan bermain peran. Contoh :
1. Siswa diminta membayangkan dirinya ada dalam situasi yang dapat
terjadi di luar kelas. Ini dapat saja berupa kejadian yang sederhana,
misalnya bertemu seorang teman di jalan, tetapi dapat pula kejadian
yang bersifat kompleks, negosiasi di dalam bisnis.

16
2. Siswa diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam
beberapa kasus, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri,
tetapi dalam beberapa kasus-kasus lain mungkin mereka
memperagakan sesuatu, di dalam simulasi
3. Mereka diminta berbuat seperti kalau situasi ini benar-benar terjadi,
sesuai dengan peran mereka masing-masing. Permainan peran tidak
selalu dalam bentuk akting, tetapi dapat juga dalam bentuk debat,
atau improvisasi.

4. Metode Struktural analisis (SAS)


Metode ini digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis.prinsip
metode ini adalah prinsip cara berpikir manusia. Berpikir secara analisis
sintesis dapat memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga siswa
dapat mengetahui siswa dirinya.

Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap,


yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-
konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat
yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini
adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si
pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya
dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai
contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata, tanya-
jawab informal untuk menggali bahasa siswa.

Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk


materi MMP, barulah KBM MMP yang sesungguhnya dimulai. MMP
dimulai dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian, melalui proses
analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang
dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini
diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut
kata.

17
Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai
pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni
huruf-huruf. Dengan demikan, proses penguraian/ penganalisisan dalam
pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi: 1. kalimat menjadi
kata-kata; 2. kata menjadi suku-kata; dan 3. SAS menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja
sintesis (menyimpulkan). Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi
dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf
menjadi SAS, suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat.

5. Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus
banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan
metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang
terdapat dalam pikirannya ke dalam ketrampilan berbicara dan menulis
secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan
bahasa yang komunikatif. Yang dimaksud dengan komunikatif di sini
adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara
kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.

6. Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar
yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi.
Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar
siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa
Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-latihan untuk
mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan,
gerakan, serta mimik secara langsung.

Langkah-langkahnya :

18
1. Pembelajaran dimulai dengan dialog atau humor dalam bahasa
indonesia dengan gaya bahasa santai dan non formal.
2. Materi mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan dan gambar.
3. Tanya jawab berdasarkan bahasa yang dipelajari dengan memberikan
contoh yang merangsang siswa.
4. Tata bahasa diajarkan secara induktif.
5. Kata-kata digunakan dalam percakapan.
6. Siswa yang sudah maju diberi bacaan sastra untuk pemahaman tetapi
bahasa dalam bacaan tidak dianalisis secara sistematis.
7. Budaya yang relevan diajarkan secara induktif.

7. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa
secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa
didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa
dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau
fasilitator.

Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai


subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi
tumpuan utama.

Partisipatori beranggapan bahwa :


1. Setiap siswa adalah unik, punya kelebihan dan kelemahan masing-
masing.
2. Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.
3. Dunia anak adalah dunia bermain.
4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif.

19
8. Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan
memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa.
Berikut langkah-langkah metode membaca:
a. pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa.
Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat.
b. Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15
menit (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari
sebelumnya)
c. Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
d. Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu
dilakukan jika dipandang perlu oleh guru.
e. Pembicaraan kosakata yang relevan
f. Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau
membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya
yang berkaitan dengan isi bacaan.

9. Metode Quantum
Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang
bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan pecepatan
belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri
dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak
kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses
belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat
berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru
menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh
itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu,
pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta
pikiran dengan cepat.

10. Metode Pembatasan Bahasa

20
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan
struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan
atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola
kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber
bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan
kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.

11. Metode Bibahasa


Metode ini mempermudah siswa untuk memahaminya, setiap siswa
mempunyai bahasa ibunya tersendiri sehingga mereka tidak lagi
dipusingkan dengan adanya kosakata baru atau pun fonetik-fonetik baru
yang sedang dipelajarinya.

Unsur seleksi dan gradasi materi pelajaran merupakan unsure yang tak
terpisahan dengan unsure presentasi dan repetisi dalam membentuk suatu
metode mengajar (Mackey dalam Subana, 20, 20). Metode pembelajaran
bahasa Membaca Permulaan di kelas rendah adalah sebagai berikut.
1 Metode Eja/Abjad
Metode ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama
dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya.
Guru sering mengajarkannya melalui lagu ABC. Lagu ini ada dalam
berbagai bahasa setelah siswa menguasai huruf-huruf itu.Guru merangkai
huruf-huruf konsonan dengan huruf vokal menjadi sukukata. Suku-suku
kata dirangkai menjadi kata, dan kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat.
Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja,
yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses
penguasaan kemampuan membaca permulaaan. B, a  ba (dibaca be. A
ba) D, u  du (dibaca de. U du) Ba-du dilafalkan badu
2. Metode Bunyi
Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua.
Pelaksanaannya hampir sama dengan metode abjad. Namun, huruf-huruf
tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan nama bunyinya. Jadi,

21
huruf “m” tidak diucapkan sebagai [ɛm] atau [ɚm] melainkan [m]. Bunyi-
bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga membentuk suku
kata. Suku kata dirangkai menjadi kata, dan akhirnya kata-kata dirangkai
menjadi kalimat. Baik metode abjad maupun metode bunyi sering
menggunakan kata-kata lepas untuk latihan membaca. ma–ma ru–sa ma–
na ra–si na-ma dan seterusnya. i–na a–na ni–na

3. Metode suku kata dan metode kata


Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,seperti ba, bi, bu, be, bo,
ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian
dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar
suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata
menjadi kata-kata bermakna. Misalnya: ba–bi cu–ci da–da ka–ki ba–bu
ca–ci du–da ku–ku bi–bi ci–ca da–du ka–ku ba–ca ka–ca du –ka ku–da
Kemudian suku kata dirangkai menjadi kata kemudian menjadi kalimat
sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti
tampak pada contoh di bawah ini. ka–ki ku–da ba–ca bu–ku cu–ci ka–ki
(dan seterusnya) Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi
kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan
atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di
bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam suku-suku
kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan
mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni
Metode Rangkai Kupas. Jika kita simpulkan, langkah-langkah
pembelajaran MMP dengan metode suku kata adalah: a. tahap pertama,
pengenalan suku-suku kata, b. tahap kedua, perangkaian suku-suku kata
menjadi kata, c. tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana,
dan d. tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan
pengupasan (kalimat kata-kata  suku-suku kata) Proses pembelajaran
MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses “pengupasan” dan
“perangkaian”. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai “Metode

22
Kupas Rangkai”. Sebagian orang menyebutnya “Metode Kata” atau
“Metode Kata Lembaga”.

4. Metode Global
Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama kali
dalam metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat
tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya.
Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang
ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca
kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh, di bawah
ini bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global. a.
Memperkenalkan gambar dan kalimat. b. Menguraikan salah satu kalimat
menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf. ini
mama i n i m a m a i-ni ma-ma i-n-i m-a-m-a

5. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)


Metode SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak.
Kemudian anak diajak untuk melakukan proses analitik untuk mengenal
konsep kata.kalimat utuh yang diperkenalkan pada anak untuk pertama
kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil di
sebut kata hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak
bisa diuraikan lagi yakni huruf. Jika dituliskan proses
penguraian/penganaliosisan dalam pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai berikut: a. kalimat menjadi
kata-kata b. kata menjadi suku-suku kata c. suku kata menjadi huruf-huruf
Metode SAS ini berperan baik untu siswa. Berpikir secara analisissintesis
dapat memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat
mengetahui kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat
dan alam sekitar. Selain itu metode SAS sejalan dengan prinsip linguistik
yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk
berkomunikasi sebagai kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan
bahasa di bawahnya yaitu kata, suku kata, fonem (hurufhuruf). Metode ini

23
juga menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengna perkembangan dan
pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya.
Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri sehingga siswa akan merasa lebih
percaya diri atas kemampuannya. (Hairuddin, 2008)

2.4 Pengertian Teknik Pembelajaran


Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI,1995). Teknik
merupan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan menyelesaikan
serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan
metode. Oleh karena itu, teknik harus selaras dan serasi dengan pendekatan.
Kemampuan pengajar sangat menentukan dalam memilih teknik mengajar
yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Bila pengajar mempunyai keterbatasan pengetahuan dan penguasaan tentang
di siplin ilmu, tentu ia akan berkutat dengan teknik yang sama tanpa variasi.
Dengan demikian pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan.
Setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pengajar perlu mengkaji
teknik mengajar yang sesuai dan memilih startegi-strategi yang memberikan
peluang paling banyak bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
proses pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.

2.5 Teknik Penyajian Pelajaran


Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang di pergunakan oleh pengajar atau instruktur. Pengertian lain
ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai pengajar untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas agar
pelajaran tersebut dapat di tangkap, di pahami, dan digunakan oleh peserta
didik dengan baik.
Seorang pengajar harus mengetahui dan memahami teknik-teknik penyajian
dan sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian agar mampu dan
trampil menggunakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

24
2.6 Macam-macam Teknik Khusus Pelajaran Bahasa Indonesia
Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan)
bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran
bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena
teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang keci!.

Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik


pembelajaran membaca, teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran
berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa,
dan teknik pembelajaran kosa kata. Pembelajaran membaca terbagi pula atas
teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca
lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak macam. Begitulah, teknik
khusus itu banyak sekali macamnya karena teknik khusus itu berhubungan
dengan rincian bahan pembelajaran.
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru bahasa Indonesia,
hanya menggunakan satu metode, katakanlah metode khusus pembelajaran
bahasa (yang ditunjang sejum!ah pendekatan dan prinsip), tetapi
menggunakan sejumlah teknik, baik umum maupun khusus. Teknik ini setiap
saat divariasikan. Berikut ini macam-macam teknik yang dapat digunakan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia:
1. Teknik pembelajaran menyimak
a. Simak-ulang ucap
Teknik simak–ulang ucap biasanya digunakan dalam melatih siswa
melafalkan dengan tepat unit-unit bahasa mulai dari unit terkecil sampai
unit terbesar misalnya fonem, kata, kelompok kata, kalimat, dan
paragraf atau wacana pendek.Model ucapan yang akan diperdengarkan
dan tiru oleh siswa harus dipersiapkan secara cermat oleh guru. Bila
memungkinkan guru dapat merekam model itu dalam pita rekaman.

b. Simak-tulis (dikte)

25
Teknik simak–tulis dikenal juga dengan dikte. Latihan dikte menuntut
keseriusan siswa seperti memusatkan perhatian, mengenali fonem,
tanda-tanda baca, penulisan huruf besar, membedakan ujaran langsung
dan tak langsung, memperhatikan permulaan atau akhir paragraf dsb.

c. Simak-kerjakan
Teknik simak-kerjakan dalam pengajaran menyimak digunakan dalam
memperkenalkan dan membiasakan siswa akan suruhan atau perintah.
Biasanya suruhan atau perintah itu tersirat dalam kata kerja dasar, kata
kerja berakhiran–kan, -i, atau –lah. Model suruhan atau perintah
dipersiapkan oleh guru lalu disampaikan secara lisan kepada siswa.

d. Simak-terka
Dalam teknik simak-terka, guru menyiapkan deskripsi suatu benda
tanpa menyebutkan nama bendanya. Deskripsi tersebut disampaikan
secara lisan kepada siswa, kemudia siswa diminta menerka nama benda
itu.

e. Memperluas kalimat
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru.
Guru mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan
guru. Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama
dan kedua sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang.

f. Menyelesaikan cerita
Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru
berhenti bercerita, ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak
secara bergilir sampai cerita itu selesai sebagai suatu keutuhan. Cerita
seperti ini seolah memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti jalan
ceritanya sambil menghayati cerita tersebut karena siswa dituntut
menyelesaikan cerita secara bergilir.

26
g. Membuat rangkuman
Merangkum berarti menyingkat atau meringkas dari bahan yang telah
disimak. Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat
dan kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya.
Bahan yang disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana
sesuai dengan tingkat kematangan anak.

h. Menemukan benda
Guru menyiapkan sejumlah benda. Benda itu sebaiknya yang sudah
dikenal siswa. Benda-benda dimasukkan ke dalam kotak terbuka. Guru
menyebutkan nama benda, siswa mencari bendanya dalam kotak dan
menunjukkan kepada guru atau temannya.

i. Bisik berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut
membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan
pesan itu kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya. Siswa terakhir
menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru
memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir
atau tidak.

j. Melanjutkan cerita Kelas dibagi atas beberapa kelompok. Satu


kelompok beranggotakan empat orang. Orang pertama dalam satu
kelompok bercerita, tetapi ceritanya beru sebagian; dilanjutkan dengan
oleh anggota kedua, dan ketiga, kemudian disudahi oleh siswa terakhir.

k. Parafrase Parafrase berarti alih bentuk. Dalam pembelajaran bahasa,


paraprase biasanya diwujudkan dalam bentuk pengalihan bentuk puisi
ke prosa atau memprosakan sebuh puisi. Guru mempersiapkan puisi
sederhana yang sekiranya sesuai dengan karakteristik kelas yang
dibelajarkan. Puisi tersebut dibacakan kepada siswa dan siswa

27
menyikam dengan seksama. Pembacaan puisi tersebut hendaknya
dengan jeda yang jelas dan intonasi yang tepat. Setelah selesai siswa
disuruh bercerita isi puisi dengan bahasanya sendiri dalam bentuk
prosa.

l. Kata kunci Metode identifikasi tema, kalimat topik, dan kata kunci ini
pada prinsipnya sama. Perbedaannya terletak pada materi yang harus
diidentifikasi. Identifikasi tema untuk sebuah wacana atau cerita. Siswa
disuruh menerka tema atau topik maupun judulnya. Kalimat topik untuk
semua paragraf. Sedangkan kata kunci untuk sebuah kalimat. Apabila
hal ini belum dapat dilaksanakan, guru dapat melatih siswa dengan cara
memberikan pertannyaan yang memancing ke arah pengidentifikasian
yang tepat. Hal ini juga baik untuk mengembangkan diskusi
kelas/kelompok, yang berarti pula memupuk kerjasama antar siswa.

2. Teknik pembelajaran berbicara


a. Ulang-ucap Teknik ulang ucap menggunakan suara guru atau rekaman
suara guru sebagai sumber belajar siswa. Model pengucapan yang di
ucapkan guru atau rekaman yang diperdengarkan kepada siswa harus
dipersiapkan dengan teliti. Suara yang digunakan harus jelas, intonasi
cepat, dan kecepatan berbicara normal. Siswa diminta untuk
mendengarkan dengan teliti lalu mengucapkan kembali sesuai dengan
model.

b. Lihat-ucapkan Teknik lihat-ucapkan menggunakan sebuah objek atau


benda sebagai sumber belajar siswa. Guru memperlihatkan kepada
siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut,
benda-benda yang diperlihatkan disesuaikan dengan lingkungan siswa.
Bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan di bawah kelas,
benda tersebut dapat diganti oleh tiruannya atau gambarnya.

28
c. Memerikan Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan
ataumendeskripsikan sesuatu. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu
berupa benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan
atau gambar secara teliti. Kemudian siswa diminta memerikan sesuatu
yang telah dilihatnya.

d. Menjawab pertanyaan Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat


dipancing untuk berbicaradengan menjawab pertanyaan mengenai
dirinya, misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal, pekerjaaan
orang tua, dan sebagainya.

e. Bertanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya


merupakan salahsatu cara agar siswa berlatih berbicara. Melalui
pertanyaan siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu
hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan
tingkat kedewasaan siswa. Melalui pertanyaanpertanyaan yang
sistematis siswa dapat menemukan sesuatu yang diinginkannya.

f. Pertanyaan menggali Pertanyaan menggali merupakan teknik yang


ditujukan untuk memancing siswa agar berbicara. Guru memulai
dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bersifat menggali
dan memancing siswa untuk berbicara. Selain itu, pertanyaan menggali
juga digunakan untuk menilai kedalaman dan keluasan pemahaman
siswa terhadap sesuatu masalah. Contohnya, membuat pertanyaan “Apa
dampak penggunaan obat-obatan terlarang?” Pertanyaan ini akan
menggali imajinasi siswa untuk mencari dampak penggunaan
obatobatan terlarang.

g. Melanjutkan cerita Dalam pembelajaran ini guru menyiapkan cerita


yang belum selesai. Parasiswa disuruh melanjutkan cerita yang tidak
selesai seorang demi seorang paling banyak lima orang. Pada bagian

29
akhir kegiatan memeriksa jalan cerita apakah sistematis, logis, atau
padu.

h. Menceritakan kembali Pembelajaran berbicara dengan teknik


menceritakan kembali dilakukandengan cara siswa membaca bahan itu
dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali
isi bacaan dengan kata-kata sendiri secara singkat.

i. Percakapan Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat


mengenai suatu topikantardua orang atau lebih. Dalam percakapan ada
dua kegiatan yaitu menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana
dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik
pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan
suasana pengembangan keterampilan berbicara.

j. Parafrase Parafrase artinya beralih bentuk, misalnya memprosakan isi


puisi menjadiprosa. Dalam parafrase, guru menyiapkan sebuah puisi
yang cocok bagi kelas itu. Guru membacakan puisi itu dengan suara
jelas, intonasi yang tepat,tan normal. Siswa menyimak pembacaan dan
kemudian menceritakannya dengan kata-kata sendiri.

k. Reka cerita gambar Teknik reka cerita gambar menggunakan gambar


untuk memancing siswa berbicara. Melalui stimulus gambar, guru
mempersiapkan gambar benda tertentu seperti binatang,
tumbuhtumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya. Gambar itu
dapat pula berbentuk sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan, dan
sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan
gambar tersebut. Hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara
lisan.

30
l. Bermain peran Ketika bermain peran, siswa bertindak dan berperilaku
seperti orang yangdiperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus
mengenl dan dapat menggunakan ragambahasa. Bermain peran agak
mirip dengan dramatisasi dan sosiodrama tetapi ketiganya berbeda.
Bermain peran lebih sederhana dalam segla hal daripada sosiodrama
ataupun dramtisasi.

m. Wawancara Wawancara atau interviu adalah percakapan dalam bentuk


tanya jawab.Pewawancara biasanya wartawan atau penyiar radio dan
televisi. Biasanya mereka mewawancarai orang berprestasi, ahli atau
istimewa, misalnya pejabat, tokoh, pakar dalam bidang tertentu, juara.
Melalui kegiatan wawancara, siswa berlatih berbicara dan
mengembangkan keterampilannya. Mereka dapat berlatih
mewawancarai pedagang atau penjaga di sekitar sekolah. Kemudian,
mereka melaporkan hasil pekerjaannya secara berkelompok maupun
individu.

n. Memperlihatkan dan bercerita Siswa disuruh membawa benda-benda


yang mereka sukai dan bercerita tentang benda tersebut. Kegiatan ini
merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah.
Hal yang dapat dilakukan guru yaitu pertama mendorong siswa dengan
cara membantu mereka merencanakan cerita yang akan
dikemukakannya dan kedua, menyuruh siswa lain menyiapkan
pertanyaan yang menggunakan kata tnya: apa, siapa, kapan, mengapa,
di mana, dan bagaimana.

3. Teknik pembelajaran membaca


a. Membaca survei Kegiatam membaca yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan, membaca survei
merupakan kegiatan membaca misalnya melihat judul, pengarang,
daftar isi dll.

31
b. Membaca sekilas Kegiatan membaca yang menyebabkan mata kita
bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari
dan mendapatkan informasi secara cepat (skimming). Skimming
bertujuan untuk mengetahui topik bacaan, mengetahui pendapat orang,
mendapat bagian penting tanpa membaca seluruhnya, dan menyegarkan
apa yang pernah dibaca.
c. Membaca dangkal Kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman
yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya
merupakan bahan bacaan yang ringan karena tujuannya untuk mencari
kesenangan.
d. Membaca nyaring Membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah
tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat,
yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca (Kamidjan).
e. Membaca dalam hati Membaca dalam hati pada dasarnya adalah
membaca dengan mempergunakan ingatan visual(visual memory),
melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.Tujuan utama membaca
dalam hati (silent reading)adalah untuk memperoleh informasi(Tarigan
2008:30).
f. Membaca kritis Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara bijaksana,
penuh tenggang rasa, evaluatif, serta analitis, dan bukan mencari
kesalahan penulis.
g. Membaca teliti Membaca teliti diawali dengan surve yang cepat untu
melihat organisasi bacaan dan melihat hubungan paragraf dengan
seluruh bacaan.
h. Membaca pemahaman Membaca pemahaman merupakan kegiatan
membaca yang tujuan utamanya memahami bacaan secara tepat dan
cepat. Aspek-aspek yang diperlukan dalam membaca pemahaman,
antara lain sebagai berikut. 1) Memiliki kosakata yang banyak. 2)
Memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan
wacana. 3) Memiliki kemampuan menentukan ide pokok dan ide
penunjang. 4) Memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan. 5)
Memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa.

32
4. Teknik pembelajaran menulis Upaya yang dilakukan guru agar siswa senang
menulis adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mau menulis apa
yang disenanginya sesuai dengan perkembangan tema pembelajaran yang
dilaksanakan.
a. Menulis abjad Menulis abjad dilakukan dengan cara setiap siswa
diberikan tugas untuk meniru tulisan beberapa huruf lepas yang
dicontohkan guru. 1) Tujuan: a) Pengenalan huruf b) Mengidentifikasi
lafal 2) Materi: Huruf kapital dan huruf biasa dari Aa sampai Zz. Huruf
lepas yang akan ditulis berukuran besar +/- 15x10 cm. 3) Prosedur: a)
Guru menjelaskan tujuan, langkah-langkah pembelajaran dan
memberikan apersepsi. b) Siswa mengamati contoh huruf yang akan
ditulis. c) Masing-masing siswa diberi tugas menulis huruf-huruf
tertentu. d) Masing-masing siswa menulis huruf yang telah ditentukan
guru. Setiap hasil kerja diberi nama pembuatnya. e) Setiap hasil kerja
ditempel di papan pajangan.

b. Menulis Kegiatan Daya ingat anak sekolah dasar terhadap suatu


kegiatan yang menarik atau yang membawa kesan tersendiri akan
sangat mudah diingat anak. Bagi siswa sekolah dasar, untuk
mengkonstruksi daya ingat terhadap peristiwa yang pernah dialami
secara berulang-ulang merupakan objek ide yang terdekat. Sehingga
dengan ide tersebut anak dapat diajak untuk menulis kegiatan atau
membuat karangan sederhana. 1) Tujuan: a) Menulis cerita yang paling
dekat dan dialami siswa. b) Menulis karangan sederhana dengan
menggunakan pilihan kata yang tepat. c) Menulis cerita rekaan
berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dan penggunaan
EYD yang tepat. 2) Materi: Menulis kegiatan yang telah dan pernah
dilakukan siswa baik di rumah maupun di sekolah. 3) Prosedur: a) Guru
menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran menulis yang
akan dilaksanakan, dan memberikan apersepsi. b) Siswa diberikan
peluang untuk merekonstruksi ingatannya dengan cara bercerita dengan

33
teman sebangku atau kelompok kecil. c) Siswa diminta menuliskan hal-
hal apa yang telah diceritakan dengan kalimat-kalimat pendek yang
merupakan inti cerita. d) Siswa mengembangkan kalimat-kalimat
pendek yang telah dibuat menjadi cerita yang telah diceritakan kepada
teman. e) Siswa secara berkelompok membacakan hasil karangannya,
siswa lain menyimak dan memberi masukan atas tulisan yang mereka
simak. f) Secara cepat guru memilih hasil tulisan siswa yang dianggap
baik untuk ditempel di papan pajangan.

c. Menulisi Gambar Kesayangan Gambar yang telah dibuat siswa ditulisi


sesuai dengan keinginannya, seolaholah gambar itu bercerita sesuai
dengan apa yang ada pada imajinasi siswa. 1) Tujuan: a) Meningkatkan
keterampilan menulis kreatif siswa. b) Meningkatkan penguasaan
perbendaharaan kata. c) Menghubungkan pengalaman pribadi dengan
pengalaman membaca buku. 2) Materi: Gambar yang telah dibuat dan
siap diisi tulisan. 3) Prosedur: a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pembelajaran. b) Siswa diminta untuk membuat gambar
kesenangan dengan bentuk yang sederhana. c) Gambar yang telah
selesai dibuat ditulisi dengan keinginan masing-masing siswa. d) Guru
melaksanakan pengamatan, bimbingan, dan penilaian proses terhadap
kerja yang dilakukan siswa. e) Hasil kerja siswa yang dianggap baik
dipajang di papan pajangan.

d. Menulis Bentuk Gambar Variasi menulis puisi dapat dilakukan dengan


berbagai cara. Salah satunya adalah baris-baris kalimat itu seolah-olah
sebagai garis coretan yang membentuk gambar tertentu. 1) Tujuan: a)
Menulis kreatif b) Mengidentifikasi suatu bentuk puisi untuk
menambah efek pengimajinasian dari wujud yang digambarkan. c)
Menulis puisi yang menggunakan suatu bentuk deskriptif kata-kata. 2)
Materi: Pengalaman, dan pemahaman siswa terhadap suatu bentuk
benda yang mengesankan. 3) Prosedur: a) Guru menjelaskan tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran. b) Guru memperlihatkan satu bentuk

34
puisi yang berbentuk sebuah benda. c) Berdasarkan contoh yang dilihat,
siswa membuat puisi sesuai dengan pengalaman, dan pemahaman siswa
terhadap suatu bentuk benda yang mengesankan. d) Guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, memotivasi, memfasilitasi siswa
saat pembelajaran menulis puisi. e) Siswa berlatih menulis draft puisi. f)
Siswa berdiskusi melakukan tukar pendapat atas draft puisi yang dibuat.
g) Siswa melakukan kegiatan revisi draft, dan melakukan proses akhir
menulis puisi. h) Hasil tulisan siswa dibacakan di depan kelas. i)
Tulisan siswa yang representatif dengan tujuan pembelajaran ditempel
di papan pajangan. j) Guru memberikan tindak lanjut agar siswa lebih
kreatif dalam membuat puisi dengan bentuk-bentuk lain, dan hasilnya
akan di pajang.

e. Menulis Cerita Bentuk Arkodion Gambar berseri berupa foto yang


biasanya merekam kejadian beruntun/kronologis, akan membantu siswa
untuk menemukan gagasan dalam bercerita. 1) Tujuan: a)
Mengembangkan keterampilan penulisan kreatif. b) Melatih siswa
bercerita berdasarkan kronologis waktu, kejadian, dan tempat. 2) Materi:
Menulis cerita dengan berpedoman pada foto keluarga atau gambar
berseri yang diperoleh dari media massa. 3) Prosedur: a) Minal sehari
sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru meminta siswa membawa
foto-foto keluarga atau gambar yang dianggap berseri. b) Sebelum
pembelajaran dimulai, siswa mengeluarkan foto atau gambar yang
mereka bawa. c) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran. d) Siswa mengamati contoh karangan atau cerita dalam
bentuk arkodion. e) Siswa diarahkan untuk membuat bingkai arkodion
dari kertas gambar, menempel foto/gambar. f) Siswa menulis draft
cerita berdasarkan gambar yang ada. g) Saat siswa melakukan kegiatan
menulis sedangkan guru melakukan pengamatan serta bimbingan dan
penilaian proses. h) Siswa mendiskusikan draft cerita untuk
memperoleh masukan dari unsur kronologis cerita, pilihan kata, serta
susunan kalimat, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan unsur

35
kebahasaan. i) Siswa melakukan revisi draft yang dilakukan dengan
menyelesaikannya menjadi sebuah cerita bersambung model arkodion. j)
Selesai menulis, siswa membacakan cerita yang dibuat. k) Tindak lanjut
yang dilakukan guru adalah menempelkan karya yang dianggap baik di
papan pajangan.

f. Menulis Cara Memainkan Sesuatu Menulis ekspossisi, akan terasa sulit


jika apa yang akan ditulis jauh dari siswa. Mulailah dengan cara
menuliskan bagaimana cara siswa memainkan benda kesayangannya. 1)
Tujuan: a) Menulis eksposisi b) Menuliskan cerita secara runtut 2)
Materi: Mainan kesayangan sebagai objek penceritaan. 3) Prosedur: a)
Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. b) Siswa
menyimak pembacaan tulisan tentang cara membuat burung dari kertas.
c) Berdasarkan contoh yang disimak, siswa berlatih menulis karangan
eksposisi sesuai dengan objek tulisan masingmasing dengan langkah-
langkah, (a) membuat kerangka karangan (b) mengembangkan
kerangka karangan berupa draft karangan. d) Secara berpasangan siswa
berbagi melakukan kegiatan perbaikan dan penyuntingan. e) Guru
mengamati, memotivasi, membimbing, serta menilai saat siswa
melakukan kegiatan pembelajaran menulis. f) Kegiatan menyelesaikan
karangan eksposisi dilanjutkan di rumah, dengan demikian tampilan
karangan siswa yang akan dipajang di papan pajangan dapat menarik
minat siswa untuk membacanya. g) Hasil karangan siswa dipajang di
papan pajangan.

g. Menulis Poster atau Reklame 1) Tujuan: a) Mengidentifikasi ciri


kalimat poster atau reklame. b) Penggunaan kalimat pengharapan,
anjuran. c) Membuat poster atau reklame. 2) Materi: Membuat poster
atau reklame. 3) Prosedur: a) Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran. b) Melihat contoh poster atau reklame yang sering
dijumpai. c) Mengidentifikasi bentuk dan karakteristik bahasa poster
atau reklame. d) Siswa berlatih membuat poster atau reklame yang

36
dapat dilakukan dengan cara berkelompok atau mandiri dengan bahan
guntingan huruf yang ditempelkan pada kertas manila. e) Guru
memberikan bimbingan, memotvasi, memfasilitasi saat siswa belajar
membuat poster. f) Setelah menyimpulkan materi pelajaran tentang
karakteristik bahasa poster atau reklame, hasil pekerjaan siswa dapat
dipajang di kelas.

h. Menulisi Benda-benda Pos Benda-benda pos adalah benda-benda yang


digunakan untuk menyelesaikan urusan pos dan siswa perlu memiliki
pengetahuan tentang benda-benda pos tersebut. 1) Tujuan: a) Mengenal
bentuk benda-benda pos. b) Mengetahui fungsi masing-masing benda
pos. c) Mengetahui cara menulisi benda-benda pos. 2) Materi: Menulis
kartu ucapan dengan menggunakan kartu pos. 3) Prosedur: a) Guru
menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. b) Memberikan
apersepsi terkait dengan aktivitas suratmenyurat. c) Guru
memperlihatkan berbagai macam kartu ucapan dengan menggunakan
kartu pos. d) Berdasarkan contoh bermacam-macam kartu ucapan siswa
berlatih menulisi kartu pos. e) Guru mengamati, memberikan
bimbingan, menilai saat siswa melakukan aktivitas menulisi kartu pos. f)
Selesai menulis, hasil menulis kartu pos dapat ditindaklanjuti dengan
melengkapinya dengan perangko, kemudian mengirim surat itu ke
alamat teman yang dituju atau alamat sekolah.

i. Menulis catatan harian Kegiatan menulis catatan harian merupakan


lanjutan dari kegiatan yang berawal dari menulis satu kejadian yang
pernah dialami siswa. Kegiatan yang sama dilakukan setiap hari,
terjadwal mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.
Adakalanya aktivitas yang sama dilakukan setiap hari tetapi adakalanya
saat melaksanakan kegiatan tersebut ada peristiwa atau kejadian yang
tidak sama dengan hari kemarin. Pola karangan yang akan dibuat siswa
bersifat bebas dan guru secara intensif dan berkelanjutan mengingatkan
akan tugas yang harus dikerjakan siswa sebab menulis catatan harian

37
tidak harus dikerjakan dalam sekali atau dua kali pertemuan. Tujuan
dari menulis catatan harian adalah menulis kalimat efektif dan menulis
kejadian-kejadian lain yang secara kronologis dirangkai dalam satu
cerita yang dialami dalam sehari. Materi yang digunakan untuk menulis
catatan harian adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan di rumah
ataupun di sekolah selama seminggu. Prosedur dalam menulis catatan
harian adalah sebagai berikut. 1) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pembelajaran, apersepsi. 2) Siswa berdiskusi kelompok
mencermati, menganalisis contoh diary/catatan harian. 3) Masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil analisisnya. 4) Guru
menyimpulkan materi pelajaran yang terkait dengan bentuk, ciri-ciri
kalimat yang dipergunakan dalam diary/catatan harian. 5) Guru
memberikan tindak lanjut menulis diary/catatan harian selama
seminggu/kurun waktu yang disepakati. 6) Hasil kerja siswa dapat
disimpan sebagai portofolio atau diteruskan oleh anak yang
bersangkutan.

j. Menulis mainan kesenangan Setiap siswa biasanya memiliki mainan


yang disenangi di rumah. Mereka dekat dengan objek ini karena setiap
kesempatan yang ada dimanfaatkan untuk bermain, sehingga siswa
mengetahui setiap detail bagian dari mainannya. Menulis dengan
menggunakan objek mainan yang disenangi merupakan langkah awal
bagi siswa untuk menulis deskripsi. Tujuan dari menulis mainan
kesenangan adalah menulis deskripsi tentang mainan kesayangan atau
benda di sekitar anak dengan bahasa yang runtut dan menulis kalimat
efektif. Materi yang digunakan untuk menulis mainan kesayangan
adalah mainan kesayangan siswa/benda-benda lingkungan yang dekat
dengan anak. Prosedur dalam menulis mainan kesayangan adalah
sebagai berikut. 1) Minimal sehari sebelum pembelajaran dimulai, guru
mengingatkan siswa untuk membawa mainan/benda kecil yang
disenangi dari rumah untuk pelajaran Bahasa Indonesia berikutnya. 2)
Pada saat pembelajaran, siswa diminta mengeluarkan mainan/benda

38
kecil yang disenangi dari rumah. 3) Guru menjelaskan tujuan dan
langkah/langkah pembelajaran, apersepsi. 4) Siswa mulai menulis
dengan objek benda yang dibawa masingmasing. 5) Guru mengamati
proses menulis yang dilakukan siswa, memberikan motivasi, dan
memfasilitasi. 6) Setelah siswa selesai menulis, pekerjaannya ditukar
dengan teman terdekat. Masing-masing siswa membaca karangan
temannya dan mengomentari tulisan yang dibacanya. Komentar yang
mungkin diberikan adalah runtut penceritaannya, ketepatan penggunaan
kosakatanya, ketepatan penggunaan EYD. Komentar tersebut ditulis di
kertas lain. Proses menukar pekerjaan ini dilakukan dua kali. 7)
Berdasarkan masukan yang diberikan dari dua temannya, tulisan yang
telah dibuat diperbaiki. 8) Guru melakukan pengamatan, bimbingan
kepada siswa saat proses perbaikan karangan yang dilakukan siswa. 9)
Berdasarkan hasil pengamatan, guru memperoleh masukan terhadap
kreativitas siswa saat mendeskripsikan mainan kesayangannya/benda
yang dekat dengan anak. Masukan tersebut mungkin dari penggunaan
kosakatanya, susunan kalimatnya, dan penceritaannya. Gunakanlah
sebagai reinforcement. 10) Tindaklanjut yang diberikan adalah siswa
diminta untuk menulis ulang tulisan dengan tulisan yang lebih rapi dan
tampilan yang menarik di rumah. Kemudian hasil tulisan tersebut
dipajang di papan pajangan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang
mencangkup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan
yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana
pengembanganya.
39
teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, untuk dapat memperoleh hasil yang
optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang
digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut.
Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan
metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain,
pendekatan menjadi dasar penentuan metode, dari metode dapat ditentukan
teknik. Karena itu, teknik yang digunakan guru dapat bervariasi sekali. Untuk
metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda,
bergantung pada berbagai faktor.
Karena itu, teknik pembelajaran yang digunakan guru tergantung pada
kemmapuan guru itu mencarai akal atau siasat agar proses belajar mengajar
dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik.

3.2 Saran
Sebagai calon guru diharapkan dapat memahami untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahasa di sekolah dasar, seorang guru diharuskan mengetahui
prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan
pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk
dalam kegiatan pembelajarannya. Agar pembelajaran lebih efektif serta
efisien diperlukan metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

40
DAFTAR PUSTAKA

Pembelajar, Kita. 2016. Metode Penerjemah Dan Contohnya. Diakses di URL


http://kitapelajar.blogspot.com/2016/04/metode-penerjemahan-dan-
contohnya.html?m=1

Wahdah, Ulfa Nurul. 2016. Pendekatan Metode Dan Teknik Pembelajaran


Bahasa. Diakses di URL
http://ulfahnurulwahdah.blogspot.com/2016/06/pendekatan-metode-dan-
teknik.html?m=1

Widiawan, Eryk. 2016. Makalah Pendekatan Metode Dan Teknik Pembelajaran.


Diakses di URL
http://erykwidiawan96.blogspot.com/2016/04/pendekatan-metode-dan-
teknik.html?m=1

Wuryanto, Agus. 2010. Prinsip Pendekatan Metode Teknik Strategi Dan Model
Pembelajaran. Diakses di URL
https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/07/20/prinsip-pendekatan-
metode-teknik-strategi-dan-model-pembelajaran/

Wuryanto, Agus. 2010. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.


Diakses di URL https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/08/22/jenis-
jenis-metode-pembelajaran-bahasa-indonesia/

Wuryanto, Agus. 2010. Aplikasi Metode Dan Teknik-teknik Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Diakses di URL
https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/08/22/aplikasi-metode-dan-
teknik-teknik-pembelajaran-bahasa-indonesia/

41

Anda mungkin juga menyukai