Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS DAN DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI

SD

Makalah tentang

“PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI


SEKOLAH DASAR ”

Oleh :

KELOMPOK 2

Diren Agasi (21124005)

Lindri Martinopa (21124013)

Yulia Maulani (21124026 )

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Dr. Nur Azmi Alwi, M.Pd

DR. Darnies Arief, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Padang, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Pendekatan Dan Model Pembelajaran......................................................................4
B. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.............................. 5
C. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar...........................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................................21
D. Kesimpulan..............................................................................................................21
E. Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada
setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar.
Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Perubahan
kurikulum dilakukan untuk menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat/pembangunan, serta meningkatkan mutu pendidikan. Dalam beberapa dasawarsa
ini telah terjadi beberapa kali perubahan pendekatan dalam dunia pembelajaran, termasuk di
dalamnya dunia pembelajaran bahasa. Sehingga tuntutan guru dalam kompetensi
pembelajaran harus dipenuhi sebaik mungkin

Pendekatan dan model pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses


belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, pendekatan pembelajaran juga
dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Penerapan
pendekatan dan model pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang
menarik perhatian dengan memanfaatkan pendekatan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
variatif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan berorientasi
pada prestasi belajar

Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, tanpa adanya pendekatan, model,
metode dan teknik pembelajaran, itu akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya
menjadi pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu menguasai
pendekatan, model, metode serta teknik yang cocok untuk pembelajaran bahasa agar siswa
lebih tertarik pada pelajaran tersebut. Pengajaran bahasa pada pendidikan dasar dengan cara
mengenalkan masalah – masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut.

Berbicara mengenai aspek-aspek ketrampilan berbahasa, maka pembicaraan tersebut


tidak lepas dari tujuan pengajaran bahasa secara umum. Oleh karena itu, tujuan pengajaran
bahasa Indonesia tidak semata-mata mengajarkan siswa agar menguasai ilmu bahasa, akan
tetapi harus diajarkan bagaimana seseorang siswa terampil berbahasa. Dengan demikian,
berbahasa berarti belajar kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia

1
lisan maupun tulisan (Tarigan, 1995: 32). Berdasarkan uraian tersebut, maka yang
diutamakan adalah konsep pembelajaran, bukan konsep pengajarannya. Pembelajaran bahasa
Indonesia ditekankan pada proses belajar siswa sehingga siswa lebih aktif dalam belajar
bahasa. Menurut Fuad (1988: 1) pembelajaran bahasa adalah proses sadar yang menghasilkan
pengetahuan tentang bahasa dan pemerolehan adalah proses ambang sadar yang identik
dengan proses yang dilalui seorang anak dalam memperoleh bahasa ibunya.

B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang tersebut, penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah, yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan model pembelajaran?
b. Apa saja pendekatan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar ?
c. Apa saja model pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar ?

C. Tujuan penulisan
a. Menjelaskan pengertian pendekatan dan model pembelajaran
b. Mendeskripsikan pendekatan pembelajaran bahasa indonesia sekolah dasar
c. Mendeskripsikan model pembelajaran bahasa indonesia skolah dasar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pendekatan Dan Model Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti
di antaranya diartikan dengan “pendekatan”. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih
tepat diartikan a way of beginning something “cara memulai sesuai”. Karena itu, istilah
pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas,
pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.
Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan
yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu
1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan
lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan
dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang
berkaitan.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangkat asumsi mengenai hakikat
bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Menurut Tarigan (1989), pendekatan
adalah seperangkat korelatif yang menangani teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa.
Sedangkan menurut Djunaidi (1989) Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang
bersifat hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan belajar bahasa. Pendekatan adalah
seperangkat asumsi-asumsi yang antara satu dan lainnya saling terkait. Asumsi-asumsi ini
sangat berhubungan dengan karakter bahasa dan karakter proses pengajaran serta
pembelajarannya. Pendekatan juga bisa diartikan dengan cara pandang dan bisa juga diartikan
sebagai rencana menyeluruh yang berhubungan erat dengan penyajian materi pelajaran secara
teratur. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.
Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai
seperangkat kaidah. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya

3
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
2. Model Pembelajaran
Secara etimologi, model berasal dari bahasa italia yakni modello yang dapat diartikan
dari berbagai dimensi. Dengan kata lain, model secara etimologi yakni sesuatu contoh. Dalam
kamus besar bahasa indonesia (KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari sesuatu yang
dibuat atau yang dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil kesimpulan, jika model
dapat dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu pola yang dibuat untuk menghasilkan
sesuatu. Sedangkan Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara aktif, efektif dan inovatif.
Model pembelajaran menurut Zaini dalam Krisitarsia,dkk 2012, model pembelajaran
adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tangguangjawab guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan
dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama
belajar. Menurut Sukmasari dalam Krisitarsia,dkk 2012 Model pembelajaran adalah suatu
rencana mengajar yang melibatkan pola pembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut dapat
terlihat kegiatan guru, siswa, sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkungan yang menyababkan terjadinya belajar pada siswa.
Dari berbagai macam pengertian diatas maka kami menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu program yang dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. tujuan belajar bahasa adalah memperoleh kemampuan menggunakan bahasa
untuk berbagai keperluan, sesuai dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
bahasa. Konsep pendekatan komunikatif memaparkan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
digunakan untuk berbagai macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan penutur,
seperti menyatakaan sikap faktual (mengidentifikasi, melaporkan, mengoreksi) menyatakan
sikap intelektual (setuju, tidak setuju, menyanggah) menyatakan sikap moral
(penghargaan,minta maaf, menyatakan penyesalan) dan bersosialisasi) (memperkenalkan diri,
menyapa, menyampaikan selamat). Hal itu mengisyaratkan bahwa pembelajaran bahasa itu

4
bertujuan untuk membina kompetensi berbahasa yaitu aspek berbicara, menyimak, membaca
dan menulis. Dalam konteks pembelajaran di SD/MI, suatu pembelajaran dapat dinilai efektif
bila pembelajaran itu telah mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan dalam kurikulum,
yang pada dasarnya tujuan khusus tersebut telah mengacu kepada Tujuan Umum Pendidikan
Nasional yang tertulis dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal
3. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat
memilih Discovery Based Learning, sedangkan untuk pengetahuan prosedural Project
Based Learning dan Task Based Learning.
b. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4.
Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Based Learning dan Task
Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkret menggunakan Project Based
Learning.
c. Karakteristik sikap yang dikembangkan meliputi sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2)

B. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah
pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-pendekatan
yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa lainnya

1. Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan
metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang
diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.Pada
bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan suatu
pendekatan. Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang
berorientasi pada pendekatan tujuan. Sejalan dengan hal itu maka bidang-bidang studi
pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Indonesia.

5
Oleh karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun penekanannya
pada tercapainya tujuan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran
yang ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman
atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting
ialah tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun
mengenai bagaimana proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik
pembelajarannya tidak merupakan masalah penting.Demikian pula kalau yang diajarkan
pokok bahasan struktur, dengan tujuan "Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-
bentuk kata bahasa Indonesia". Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran
morfologi bahasa Indonesia.

Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil
apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai
minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu
didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar minimal 75% dari soal yang diberikan
oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.

2. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran


bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan
aturan. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus
mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu,
pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang
tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan tentang
pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek
kognitif bahasa lebih diutamakan.

Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan. Dengan


pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka
memahami kaidah-kaidahnya.

6
3. Pendekatan Komunikatif

Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan
pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola
pikir masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir
ini sedang digalakkan penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi
komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pemikiran pendekatan komunikatif didasarkan
pada pemikiran bahwa:

a. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang
bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas
pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.
b. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam
pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa.
tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa
asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk
bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi
dan waktu yang tepat.

Ciri pendekatan komunikatif yang lain dikemukkan Finoccaro dan Brumfit (dalam
Sumardi,1992:100). Pendekatan komunikatif mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bentuk bahasa.


b. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur, bunyi
atau kosakata secara terpisah-pisah.
c. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan komunikasi (communicative
competence), yaitu kemampuan menggunakan sistem bahasa secara efektif dan
betul.
d. Kelancaran menggunakan bahasa yang dapat diterima, menjadi tujuan utama
yang ingin dicapai. Keakuratan penggunaan bahasa dilihat dari konteks
penggunaannya.

7
e. Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui pertimbangan isi, fungsi, atau
makna yang menarik.
f. Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran dan
metodologi.
g. Apabila diperlukan dan berguna bagi siswa, penerjemahan dapat dilakukan.
h. Jika diperlukan campur kode dengan bahasa ibu dapat dilakukan.
i. Dialog, jika digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya
tidak dihafalkan.
j. Bukan ucapan yang persis seperti ucapan penutur asli yang dicari, tetapi ucapan
yang dapat dipahami.
k. Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan.
l. Bahasa yang diciptakan oleh individu-individu sering kali melalui trial and error.
m. Guru membantu siswa dengan cara apa pun yang mendorong siswa menggunakan
bahasa yang dipelajari.
n. Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan
atau kelompok, baik secara langsung maupun melalui tulisan.

Pengajaran bahasa yang komunikatif nampak lebih humanistik, yaitu sentralitas


kegiatan lebih banyak berada pada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, siswa diberi
kebebasan, otonomi, tanggung jawab dan kreativitas yang lebih besar dalam proses
belajar (Stevik, dalam Sumardi, 1992). Sebagai fasilitator guru mengkoordinasikan
kegaiatan siswa yang harus bisa menjamin kegiatan kelas berjalan dengan baik. Dalam
kegiatan komunikatif, guru berperan sebagai individu yang diharapkan memberi nasihat,
memantau kegiatan siswa, menentukan latihan, dan memberikan bimbingan (Littlewood,
dalam Sumardi, 1992).

4. Pendekatan Terpadu

Pendekatan integratif atau pendekatan terpadu merupakan pendekatan


pembelajaran bahasa dengan cara berpikir menyeluruh, yang menghubungkan semua
aspek keterampilan berbahasa sebagai kesatuan yang bermakna (Routman, 1991:276).
Selain itu, Djiwandono (1996:10) mengataka bahwa pendekatan integrative merupakan
penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang bersama-sama
membentuk bahasa. Dalam pembelajaran bahasa, materi pembelajaran bahasa disajikan
secara terpadu, yaitu terpadu antar-materi dalam pembelajaran bahasa dan berpijak pada

8
satu tema tertentu. Untuk mengoptimalkan keterpaduan antara pembelajaran bahasa
dengan pendekatan integratif, Buscing dan Chwartz (1983) mengemukakan tiga prinsip,
yaitu:

a. Keefektipan komunikasi secara luas sebagai tujuan pengajaran di sekolah dasar


b. Memaksimalkan hubungan antar keterampilan berbahasa
c. Situasi pengajaran bahasa menurut konteks

Selanjutnya, Yeager (1991) mengemukakan beberapa hal yang terjadi di dalam


kelas dengan pendekatan integratif, yakni:

a. Siswa banyak bergaul dengan literatul (bacaan).


b. Siswa merasakan adanya peningkatan dalam belajar dan mereka memperlihatkan
kesanggupan belajar yang tinggi.
c. Guru-guru berinteraksi dengan siswa, baik sebagai pembaca maupun sebagai
penulis.
d. Guru memperlihatkan perhatiannya terhadap bacaan dan tulisan pada umumnya.

Jadi jelas, bahwa aspek-aspek itu, di dalam praktek penggunaan bahasa, akan
selalu tampil bersama. Melihat kenyataan tersebut makan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, ditetapkan suatu pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek-
aspek bahasa. Pendekatan itu disebut pendekatan terpadu.Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dikelas-kelas , keterampilan tersebut dapat diwujudkan sebagai berikut:

a. Ketika guru mengajarkan menulis kalimat atau kata-kata, sekaligus guru


mengajarkan bagaimana melafalkannya (mengucapkannya) dengan tepat.
b. Ketika guru mengajarkan menulis kalimat atau kata-kata, guru sekaligus juga
mengajarkan bagaimana membacanya, melafalkannya, dan bagaimana ejaannya.
c. Pada waktu guru mengajarkan membaca kalimat, guru sekaligus mengajarkan
bagaimana intonasinya, pelafalannya, tanda baca yang ada dalam bacaan. dan
bagaimana membaca kalimat itu dengan memperhatikan tanda-tanda baca yang
digunakan. Disamping itu, guru berkesempatan menambah kosa kata siswa dan
pada waktu guru memberikan contoh membaca atau salah seorang siswa
membaca, tentu saja siswa yang lain harus menyimak.
d. Pada saat guru mengajarkan menulis kalimat, guru sekaligus mengajarkan ejaan
bagaimana cara menggunakan tanda baca dalam kalimat., seperti titik, koma, dan

9
tanda tanya. Disamping itu, siswa juga diminta membaca kalimat-kalimat yang
telah mereka buat, siswa yang sedang tidak membaca akan mendengarkan dengan
baik atau menyimak. Jika demikian telah ada pemaduan antara menulis, membaca
dan menyimak tetapi dalam hal ini tekanannya pada keterampilan menulis.
e. Pada waktu guru mengajarkan keterampilan berbicara sekaligus guru
mengajarkan intonasi, lafal, dan menyimak. Mungkin setelah salah satu siswa
bercerita, siswa yang lain diminta mengemukakan isi cerita itu secara singkat.
f. Keterampilan menyimak dapat dipadukan dengan keterampilan berbicara maupun
keterampilan menulis. Pada pembelajaran menyimak ini, dapat juga guru sengaja
menggunakan atau menyelipkan kata-kata baru bagi siswa, sehingga menambah
pembendaharaan kata mereka. Jika demikian, berarti guru telah memadukan
menyimak, berbicara, menulis dan pembendaharaan kosa kata siswa.
g. Pada waktu guru mengajarkan kata-kata baru, guru harus selalu ingat bahwa kata-
kata tersebut harus masuk dalam kalimat atau dalam bacaan (di dalam konteks).
Jadi dalam hal ini, guru mengajarkan kata baru sekaligus mengajarkan bagaimana
penggunaannya didalam kalimat. Dalam hal ini ada pemaduan antara kosa kata
keterampilan berbahasa dan struktur.
h. Pemaduan dengan bidang-bidang studi lain seperti IPA, IPS, dan matematika
dilakukan melalui penyajian tema dan materi berkaitan dengan bidang studi
tersebut. Di kelas-kelas yang lebih tinggi, pembelajaran aspek-aspek keterampilan
berbahasa diberikan secara terpadu
5. Pendekatan Keterampilan

Proses Pendekatan keterampilan adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar


mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses
pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ketrampilan proses
dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan
keterampilan fisik. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan
mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi
pula sebagai penunjang keterampilan proses.

Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan


konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa.

10
Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang
rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu
pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar
dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri.
Karena itu dalam penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata
pelajaran. Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan
dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi
beberapa kemampuan seperti:

a. Kemampuan mengamati Merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting


untuk memperoleh pengetahuan,
b. Kemampuan mengukur Dasar dari pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam
penajaran apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran dapat berupa telaah
(kajian lebih dalam) terhadap suatu karya sastra denagan menggunakan kriteria
nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
c. Kemampuan mengklasifikasi Merupakan kemampuan mengelompokkan atau
menggolongkan sesuatu yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan..
pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri yang sama dalam
satu tujuan. Dalam pembelajan bahasa Indonesia, kemampuan ini misalnya berupa
kemampuan membedakan antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan
mengelompokkan karya sastra berdasarkan ciri strukturnya.
d. Kemampuan menemukan hubungan Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah
fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu.
e. Kemampuan membuat prediksi Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan
yang didasari penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
f. pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
g. Anak-anak dilatih untuk mengumpulkan data dalam pengamatan lapangan,
kemudian meganalisis data tersebut dan membuat kesimpulan.
h. Kemampuan mengkomunikasikan hasil Contoh: Kompetensi Dasar: Siswa dapat
menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi
(keterampilan proses yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah
mengkomunikasikan).

11
6. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan
pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990;
Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan
pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat
dalam pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language
adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham
constructivism.Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana
bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen whole
language:
a. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk
siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku
cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga
setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari
reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,memperkaya kosakata,
membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah
menumbuhkan minat baca pada siswa.
b. Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan
siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau
menulis informal. Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan
gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk
tulisan.
c. Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan
siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sendiri
sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru
sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau
sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan.
d. Shared Reading

12
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana
setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik
di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Disini guru lebih berperan sebagai model dalam
membaca.
e. Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan
fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu
sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa
membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang
meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.
f. Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator,
membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya
dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur,
sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti memilih
topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit yang dilakukan sendiri oleh siswa.
g. Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana
siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca
bebasmerupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading, siswa
bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah
dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat,
fasilitator, dam pemberi respon.
h. Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari
guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang
termasuk independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis respons.
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language:
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan (dinding,
pintu, dan furniture).
b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Disini guru berperan sebagai model, guru
menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal.

13
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
e. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna.
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
g. Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya.

C. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


1. Discovery Based Learning

Discovery Based Learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik
sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkah-
langkah pembelajaran tersebut dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

a. Menciptakan stimulus

Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat peserta didik melakukan


aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca,
atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks
atau fenomena yang menimbulkan kontroversi. Pada tahap ini, misalnya, peserta didik
mengamati fakta tentang beberapa teks naratif. Kemudian, diberi fakta lain tentang
paparan identitas diri seseorang yang ada pada kompetensi dasar sebelumnya. Dari segi
informasi kedua teks tersebut terlihat hampir sama namun memiliki genre yang berbeda.
Dengan demikian, peserta didik termotivasi untuk mencari tahu lebih lanjut tentang fakta
dan fenomena tersebut dengan membaca dari berbagai sumber atau mempertanyakan
kepada guru.

Selain itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan


pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan. Ketika memberikan stimulus, guru dapat menggunakan teknik bertanya, dengan
cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada
kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

14
b. Menyiapkan pernyataan masalah

Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk


mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Kemudian
peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk paragraph. Dalam
pembelajaran teks anekdot, guru memberikan contoh dalam bentuk cerita bergambar.
Peserta didik ditugaskan mencari teks lain dengan ciri-ciri yang sama dengan cerita
bergambar yang disajikan. Peserta didik merumuskan pernyataan masalah misalnya
“semua teks naratif memiliki alur cerita orientasi, dan komplikasi”.

c. Mengumpulkan data/mencoba

Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan


informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
pernyataan masalah tersebut. Dalam hal ini informasi yang dikumpulkan berfungsi untuk
membuktikan pernyataan masalah dalam contoh teks anekdot. Pembuktian ini dapat
dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, atau wawancara dengan nara sumber.

d. Mengolah Data

Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang
telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan.

e. Memverifikasi data

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas masalah. Verifikasi bertujuan agar proses
belajar berjalan dengan baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terbukti atau tidak.

f. Menarik simpulan

Tahap menarik simpulan adalah proses menarik sebuah simpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi.

15
2. Model Pembelajaran Berbasis Permainan
Permainan mampu menarik minat anak ke dalam materi pembelajaran. Pada
dasarnya semua orang menyenangi permainan. Kesukaan terhadap permainan karena di
dalamnya terdapat unsur rekreasi dan tantangan sehingga dapat menghilangkan stress.
Anak-anak dengan dunia mereka tidak akan pernah lepas dengan bermain. Bermain
merupakan cara anak-anak untuk belajar tentang ‘dunia’. Mereka menemukan
pengalaman-pengalaman yang berharga dalam kehidupan melalui bermain. Melalui
proses bermainlah sebagian besar keterampilan dan kemampuan yang dimiliki anak
terlatih. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat merancang pembelajaran di kelas dalam
bentuk permainan.
Melalui permainan diharapkan proses belajar mengajar yang dilakukan menjadi
efektif. Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan
untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan
berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa. Sebaliknya,
apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur
kesenangan maka bukan disebut permainan bahasa. Sebuah permainan disebut permainan
bahasa, apabila suatu aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus
secara langsung dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Anak-anak pada usia
6–8 tahun masih memerlukan dunia permainan untuk membantu menumbuhkan
pemahaman terhadap diri mereka. Aktivitas permainan digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan Pembelajaran berbasis
permainan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu
a. Menyediakan aktivitas pembelajaran yang atraktif, karena dalam permaina peserta
didik merasa senang dan cenderung aktif,
b. Bersifat menghibur, artinya pembelajaran tidak dilakukan seperti biasanya sehingga
peserta didik lebih tertarik melakukannya dan
c. Menciptakan suasana yang menyenagkan dan rilek sehingga dapat membantu peserta
didik mencapai tujuan yang ditetapkan.

16
d. Permainan yang tepat pada waktu yang tepat dan orang yang tepat dapat membuat
pembelajaran menyenangkan dan menarik, memberikan tujuan berguna yang dapat
menguatkan pembelajaran, bahkan dapat menjadi semacam tujuan dan ukuran bagi
peserta didik.
Namun, jika pembelajaran berbasis permainan tidak didesan dan dikelola dengan baik
akan muncul beberapa kelemahan, yaitu :
a. Adanya kompetisi dapat berdampak kontra produktif bagi peserta didik yang tidak
sukaberkompetisi atau peserta didik yang lemah dalam penguasaan materi atau
keterampilan yang dilatihkan,
b. Peserta didik dapat terjebak hanya pada kesenangan bermain dan melupakan tujuan
belajarnya,
c. Peserta didik hanya menghabiskan waktu untuk jalannya permainan, sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai seluruhnya. Permainan dalam belajar bukanlah tujuan,
melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan pembelajaran.
Terkadang permainan bisa menarik, cerdik, menyenangkan, dan sangat memikat,
namun tidak memberi hasil penting pada pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat
digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai
dari keterampilanketerampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Model
pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada
lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran terbaik
akan tercapai di tengah-tengah percakapan di antara siswa. Terdapat enam tahapan di
dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh
Penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya
siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir
pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi
tentang apa yang mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, palign tidak ada
tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu :

17
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul
dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa
kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan
khusus dari teman sebaya yang memiliki orentasi dan bahasa yang sama. Dalam proses
tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang
hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
b. Pengakuan adanya keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang
mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademkik, dan tingkat social.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
kepada siswa keterampilan social dan kolaborasi dalam hal berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mengemukakan ide dan pendapat, dan bekerja dalam
kelompok. Keterampilan ini amat penting untuk memiliki nantinya di dalam masyarakat
di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
paling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragama.

4. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual
sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),

18
questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama
proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa,
penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan
berbagai cara).

5. Pembelajaran Berbasis Masalah


Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli pembelajaran
menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan
fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa
dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan
mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berpusat pada
siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar
mandiri serta bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada
siswa yaitu salah satunya dalah pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan masalah tersebut
mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan atas
masalah tersebut. Punaji Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah
nyata, a real-world problems sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan
ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.
Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
alternatif model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran ruang kelas yang
tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, guru menyajikan kepada siswa
sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga siswa menjadi lebih aktif belajar

19
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah
mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menerapkan kecakapan yang penting yaitu
pemecahan masalah berdasarkan keterampilan belajar sendiri atau kerjasama kelompok
dam memperoleh pengetahuna yang luas. Guru mempunyai peran untuk memberikan
inspirasi agar potensi dan kemampuan mahasiswa dimaksimalkan.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Belajar diawali dengan masalah


b. Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
c. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
d. Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses belajar
secara mandiri
e. Menggunakan kelompok kecil
f. Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari

6. TGT (Teams Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.Jika waktunya memungkinkan
TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu
sesudah UAS menjelang pembagian raport.

20
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangkat asumsi mengenai
hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Menurut Tarigan
(1989), pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani teori bahasa dan
teori pemerolehan bahasa. Sedangkan menurut Djunaidi (1989) Pendekatan
merupakan serangkaian asumsi yang bersifat hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan
belajar bahasa
Model pembelajaran menurut Zaini dalam Krisitarsia,dkk 2012, model
pembelajaran
adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual,
guru dapat memilih Discovery Based Learning, sedangkan untuk pengetahuan
prosedural Project Based Learning dan Task Based Learning.
b. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari
KI-4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Based Learning
dan Task Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkret menggunakan
Project Based Learning.
c. Karakteristik sikap yang dikembangkan meliputi sikap religious (KI-1) maupun
sikap sosial (KI-2)
Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1. Discovery Based Learning
2. Model Pembelajaran Berbasis Permainan
3. Model Pembelajaran Kooperatif
4. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
5. Pembelajaran Berbasis Masalah
6. TGT (Teams Games Tournament)

21
B. Saran

Pendekatan dan model dalam pembelajaran sangat penting dipelajari oleh seseorang
khusunya seorang pendidik. Oleh karena itu penulis menyarankan untuk mendalami serta
memahami setiap aspek tersebut

22
DAFTAR PUSTAKA

Apri Damai Sagita Krissandi, B. Widharyanto Dkk. 2017. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk Sd (Pendekatan Dan Teknis) Jakarta: Penerbit Media Maxima.

Ayurosita,Septiani. 2019. Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar, Sudah Efektifkah?.

Krisitarsia, Paulina Suandang, Dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia Di Sd
Ngalimun,dkk.2014.Pembelajaan Ketrampilan Berbahasa Indonesia.Jogjakarta:swaja
pressindo

Nursyaidah, M.Pd. 2013. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif. Logaritma
Vol. I, Hal72

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sapani, Suardi, Dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Zulela.2012.Pembelajaran bahasa Indonesia.Bandung:Remaja Rosdakarya

1
23

Anda mungkin juga menyukai