SD
Makalah tentang
Oleh :
KELOMPOK 2
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembacanya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Pendekatan Dan Model Pembelajaran......................................................................4
B. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.............................. 5
C. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar...........................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................................21
D. Kesimpulan..............................................................................................................21
E. Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada
setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar.
Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Perubahan
kurikulum dilakukan untuk menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat/pembangunan, serta meningkatkan mutu pendidikan. Dalam beberapa dasawarsa
ini telah terjadi beberapa kali perubahan pendekatan dalam dunia pembelajaran, termasuk di
dalamnya dunia pembelajaran bahasa. Sehingga tuntutan guru dalam kompetensi
pembelajaran harus dipenuhi sebaik mungkin
Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, tanpa adanya pendekatan, model,
metode dan teknik pembelajaran, itu akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya
menjadi pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu menguasai
pendekatan, model, metode serta teknik yang cocok untuk pembelajaran bahasa agar siswa
lebih tertarik pada pelajaran tersebut. Pengajaran bahasa pada pendidikan dasar dengan cara
mengenalkan masalah – masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut.
1
lisan maupun tulisan (Tarigan, 1995: 32). Berdasarkan uraian tersebut, maka yang
diutamakan adalah konsep pembelajaran, bukan konsep pengajarannya. Pembelajaran bahasa
Indonesia ditekankan pada proses belajar siswa sehingga siswa lebih aktif dalam belajar
bahasa. Menurut Fuad (1988: 1) pembelajaran bahasa adalah proses sadar yang menghasilkan
pengetahuan tentang bahasa dan pemerolehan adalah proses ambang sadar yang identik
dengan proses yang dilalui seorang anak dalam memperoleh bahasa ibunya.
B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang tersebut, penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah, yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan model pembelajaran?
b. Apa saja pendekatan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar ?
c. Apa saja model pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar ?
C. Tujuan penulisan
a. Menjelaskan pengertian pendekatan dan model pembelajaran
b. Mendeskripsikan pendekatan pembelajaran bahasa indonesia sekolah dasar
c. Mendeskripsikan model pembelajaran bahasa indonesia skolah dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendekatan Pembelajaran
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti
di antaranya diartikan dengan “pendekatan”. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih
tepat diartikan a way of beginning something “cara memulai sesuai”. Karena itu, istilah
pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas,
pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.
Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan
yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu
1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan
lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan
dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang
berkaitan.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangkat asumsi mengenai hakikat
bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Menurut Tarigan (1989), pendekatan
adalah seperangkat korelatif yang menangani teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa.
Sedangkan menurut Djunaidi (1989) Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang
bersifat hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan belajar bahasa. Pendekatan adalah
seperangkat asumsi-asumsi yang antara satu dan lainnya saling terkait. Asumsi-asumsi ini
sangat berhubungan dengan karakter bahasa dan karakter proses pengajaran serta
pembelajarannya. Pendekatan juga bisa diartikan dengan cara pandang dan bisa juga diartikan
sebagai rencana menyeluruh yang berhubungan erat dengan penyajian materi pelajaran secara
teratur. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.
Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai
seperangkat kaidah. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
3
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
2. Model Pembelajaran
Secara etimologi, model berasal dari bahasa italia yakni modello yang dapat diartikan
dari berbagai dimensi. Dengan kata lain, model secara etimologi yakni sesuatu contoh. Dalam
kamus besar bahasa indonesia (KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari sesuatu yang
dibuat atau yang dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil kesimpulan, jika model
dapat dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu pola yang dibuat untuk menghasilkan
sesuatu. Sedangkan Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara aktif, efektif dan inovatif.
Model pembelajaran menurut Zaini dalam Krisitarsia,dkk 2012, model pembelajaran
adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tangguangjawab guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan
dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama
belajar. Menurut Sukmasari dalam Krisitarsia,dkk 2012 Model pembelajaran adalah suatu
rencana mengajar yang melibatkan pola pembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut dapat
terlihat kegiatan guru, siswa, sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkungan yang menyababkan terjadinya belajar pada siswa.
Dari berbagai macam pengertian diatas maka kami menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu program yang dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. tujuan belajar bahasa adalah memperoleh kemampuan menggunakan bahasa
untuk berbagai keperluan, sesuai dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
bahasa. Konsep pendekatan komunikatif memaparkan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
digunakan untuk berbagai macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan penutur,
seperti menyatakaan sikap faktual (mengidentifikasi, melaporkan, mengoreksi) menyatakan
sikap intelektual (setuju, tidak setuju, menyanggah) menyatakan sikap moral
(penghargaan,minta maaf, menyatakan penyesalan) dan bersosialisasi) (memperkenalkan diri,
menyapa, menyampaikan selamat). Hal itu mengisyaratkan bahwa pembelajaran bahasa itu
4
bertujuan untuk membina kompetensi berbahasa yaitu aspek berbicara, menyimak, membaca
dan menulis. Dalam konteks pembelajaran di SD/MI, suatu pembelajaran dapat dinilai efektif
bila pembelajaran itu telah mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan dalam kurikulum,
yang pada dasarnya tujuan khusus tersebut telah mengacu kepada Tujuan Umum Pendidikan
Nasional yang tertulis dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal
3. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat
memilih Discovery Based Learning, sedangkan untuk pengetahuan prosedural Project
Based Learning dan Task Based Learning.
b. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4.
Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Based Learning dan Task
Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkret menggunakan Project Based
Learning.
c. Karakteristik sikap yang dikembangkan meliputi sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2)
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah
pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-pendekatan
yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa lainnya
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan
metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang
diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.Pada
bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan suatu
pendekatan. Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang
berorientasi pada pendekatan tujuan. Sejalan dengan hal itu maka bidang-bidang studi
pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Indonesia.
5
Oleh karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun penekanannya
pada tercapainya tujuan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran
yang ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman
atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting
ialah tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun
mengenai bagaimana proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik
pembelajarannya tidak merupakan masalah penting.Demikian pula kalau yang diajarkan
pokok bahasan struktur, dengan tujuan "Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-
bentuk kata bahasa Indonesia". Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran
morfologi bahasa Indonesia.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil
apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai
minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu
didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar minimal 75% dari soal yang diberikan
oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural
6
3. Pendekatan Komunikatif
Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan
pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola
pikir masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir
ini sedang digalakkan penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi
komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pemikiran pendekatan komunikatif didasarkan
pada pemikiran bahwa:
a. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang
bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas
pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.
b. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam
pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa.
tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa
asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk
bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi
dan waktu yang tepat.
Ciri pendekatan komunikatif yang lain dikemukkan Finoccaro dan Brumfit (dalam
Sumardi,1992:100). Pendekatan komunikatif mempunyai ciri sebagai berikut:
7
e. Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui pertimbangan isi, fungsi, atau
makna yang menarik.
f. Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran dan
metodologi.
g. Apabila diperlukan dan berguna bagi siswa, penerjemahan dapat dilakukan.
h. Jika diperlukan campur kode dengan bahasa ibu dapat dilakukan.
i. Dialog, jika digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya
tidak dihafalkan.
j. Bukan ucapan yang persis seperti ucapan penutur asli yang dicari, tetapi ucapan
yang dapat dipahami.
k. Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan.
l. Bahasa yang diciptakan oleh individu-individu sering kali melalui trial and error.
m. Guru membantu siswa dengan cara apa pun yang mendorong siswa menggunakan
bahasa yang dipelajari.
n. Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan
atau kelompok, baik secara langsung maupun melalui tulisan.
4. Pendekatan Terpadu
8
satu tema tertentu. Untuk mengoptimalkan keterpaduan antara pembelajaran bahasa
dengan pendekatan integratif, Buscing dan Chwartz (1983) mengemukakan tiga prinsip,
yaitu:
Jadi jelas, bahwa aspek-aspek itu, di dalam praktek penggunaan bahasa, akan
selalu tampil bersama. Melihat kenyataan tersebut makan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, ditetapkan suatu pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek-
aspek bahasa. Pendekatan itu disebut pendekatan terpadu.Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dikelas-kelas , keterampilan tersebut dapat diwujudkan sebagai berikut:
9
tanda tanya. Disamping itu, siswa juga diminta membaca kalimat-kalimat yang
telah mereka buat, siswa yang sedang tidak membaca akan mendengarkan dengan
baik atau menyimak. Jika demikian telah ada pemaduan antara menulis, membaca
dan menyimak tetapi dalam hal ini tekanannya pada keterampilan menulis.
e. Pada waktu guru mengajarkan keterampilan berbicara sekaligus guru
mengajarkan intonasi, lafal, dan menyimak. Mungkin setelah salah satu siswa
bercerita, siswa yang lain diminta mengemukakan isi cerita itu secara singkat.
f. Keterampilan menyimak dapat dipadukan dengan keterampilan berbicara maupun
keterampilan menulis. Pada pembelajaran menyimak ini, dapat juga guru sengaja
menggunakan atau menyelipkan kata-kata baru bagi siswa, sehingga menambah
pembendaharaan kata mereka. Jika demikian, berarti guru telah memadukan
menyimak, berbicara, menulis dan pembendaharaan kosa kata siswa.
g. Pada waktu guru mengajarkan kata-kata baru, guru harus selalu ingat bahwa kata-
kata tersebut harus masuk dalam kalimat atau dalam bacaan (di dalam konteks).
Jadi dalam hal ini, guru mengajarkan kata baru sekaligus mengajarkan bagaimana
penggunaannya didalam kalimat. Dalam hal ini ada pemaduan antara kosa kata
keterampilan berbahasa dan struktur.
h. Pemaduan dengan bidang-bidang studi lain seperti IPA, IPS, dan matematika
dilakukan melalui penyajian tema dan materi berkaitan dengan bidang studi
tersebut. Di kelas-kelas yang lebih tinggi, pembelajaran aspek-aspek keterampilan
berbahasa diberikan secara terpadu
5. Pendekatan Keterampilan
10
Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang
rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu
pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar
dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri.
Karena itu dalam penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata
pelajaran. Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan
dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi
beberapa kemampuan seperti:
11
6. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan
pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990;
Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan
pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat
dalam pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language
adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham
constructivism.Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana
bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen whole
language:
a. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk
siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku
cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga
setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari
reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,memperkaya kosakata,
membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah
menumbuhkan minat baca pada siswa.
b. Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan
siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau
menulis informal. Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan
gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk
tulisan.
c. Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan
siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sendiri
sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru
sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau
sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan.
d. Shared Reading
12
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana
setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik
di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Disini guru lebih berperan sebagai model dalam
membaca.
e. Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan
fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu
sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa
membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang
meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.
f. Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator,
membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya
dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur,
sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti memilih
topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit yang dilakukan sendiri oleh siswa.
g. Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana
siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca
bebasmerupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading, siswa
bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah
dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat,
fasilitator, dam pemberi respon.
h. Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari
guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang
termasuk independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis respons.
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language:
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan (dinding,
pintu, dan furniture).
b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Disini guru berperan sebagai model, guru
menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal.
13
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
e. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna.
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
g. Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya.
Discovery Based Learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik
sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkah-
langkah pembelajaran tersebut dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan stimulus
14
b. Menyiapkan pernyataan masalah
c. Mengumpulkan data/mencoba
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang
telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas masalah. Verifikasi bertujuan agar proses
belajar berjalan dengan baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terbukti atau tidak.
f. Menarik simpulan
Tahap menarik simpulan adalah proses menarik sebuah simpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi.
15
2. Model Pembelajaran Berbasis Permainan
Permainan mampu menarik minat anak ke dalam materi pembelajaran. Pada
dasarnya semua orang menyenangi permainan. Kesukaan terhadap permainan karena di
dalamnya terdapat unsur rekreasi dan tantangan sehingga dapat menghilangkan stress.
Anak-anak dengan dunia mereka tidak akan pernah lepas dengan bermain. Bermain
merupakan cara anak-anak untuk belajar tentang ‘dunia’. Mereka menemukan
pengalaman-pengalaman yang berharga dalam kehidupan melalui bermain. Melalui
proses bermainlah sebagian besar keterampilan dan kemampuan yang dimiliki anak
terlatih. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat merancang pembelajaran di kelas dalam
bentuk permainan.
Melalui permainan diharapkan proses belajar mengajar yang dilakukan menjadi
efektif. Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan
untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan
berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa. Sebaliknya,
apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur
kesenangan maka bukan disebut permainan bahasa. Sebuah permainan disebut permainan
bahasa, apabila suatu aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus
secara langsung dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Anak-anak pada usia
6–8 tahun masih memerlukan dunia permainan untuk membantu menumbuhkan
pemahaman terhadap diri mereka. Aktivitas permainan digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan Pembelajaran berbasis
permainan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu
a. Menyediakan aktivitas pembelajaran yang atraktif, karena dalam permaina peserta
didik merasa senang dan cenderung aktif,
b. Bersifat menghibur, artinya pembelajaran tidak dilakukan seperti biasanya sehingga
peserta didik lebih tertarik melakukannya dan
c. Menciptakan suasana yang menyenagkan dan rilek sehingga dapat membantu peserta
didik mencapai tujuan yang ditetapkan.
16
d. Permainan yang tepat pada waktu yang tepat dan orang yang tepat dapat membuat
pembelajaran menyenangkan dan menarik, memberikan tujuan berguna yang dapat
menguatkan pembelajaran, bahkan dapat menjadi semacam tujuan dan ukuran bagi
peserta didik.
Namun, jika pembelajaran berbasis permainan tidak didesan dan dikelola dengan baik
akan muncul beberapa kelemahan, yaitu :
a. Adanya kompetisi dapat berdampak kontra produktif bagi peserta didik yang tidak
sukaberkompetisi atau peserta didik yang lemah dalam penguasaan materi atau
keterampilan yang dilatihkan,
b. Peserta didik dapat terjebak hanya pada kesenangan bermain dan melupakan tujuan
belajarnya,
c. Peserta didik hanya menghabiskan waktu untuk jalannya permainan, sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai seluruhnya. Permainan dalam belajar bukanlah tujuan,
melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan pembelajaran.
Terkadang permainan bisa menarik, cerdik, menyenangkan, dan sangat memikat,
namun tidak memberi hasil penting pada pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat
digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai
dari keterampilanketerampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Model
pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada
lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran terbaik
akan tercapai di tengah-tengah percakapan di antara siswa. Terdapat enam tahapan di
dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh
Penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya
siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir
pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi
tentang apa yang mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, palign tidak ada
tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu :
17
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul
dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa
kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan
khusus dari teman sebaya yang memiliki orentasi dan bahasa yang sama. Dalam proses
tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang
hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
b. Pengakuan adanya keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang
mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademkik, dan tingkat social.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
kepada siswa keterampilan social dan kolaborasi dalam hal berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mengemukakan ide dan pendapat, dan bekerja dalam
kelompok. Keterampilan ini amat penting untuk memiliki nantinya di dalam masyarakat
di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
paling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragama.
18
questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama
proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa,
penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan
berbagai cara).
19
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah
mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menerapkan kecakapan yang penting yaitu
pemecahan masalah berdasarkan keterampilan belajar sendiri atau kerjasama kelompok
dam memperoleh pengetahuna yang luas. Guru mempunyai peran untuk memberikan
inspirasi agar potensi dan kemampuan mahasiswa dimaksimalkan.
20
BAB III
A. Kesimpulan
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangkat asumsi mengenai
hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Menurut Tarigan
(1989), pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani teori bahasa dan
teori pemerolehan bahasa. Sedangkan menurut Djunaidi (1989) Pendekatan
merupakan serangkaian asumsi yang bersifat hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan
belajar bahasa
Model pembelajaran menurut Zaini dalam Krisitarsia,dkk 2012, model
pembelajaran
adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual,
guru dapat memilih Discovery Based Learning, sedangkan untuk pengetahuan
prosedural Project Based Learning dan Task Based Learning.
b. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari
KI-4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Based Learning
dan Task Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkret menggunakan
Project Based Learning.
c. Karakteristik sikap yang dikembangkan meliputi sikap religious (KI-1) maupun
sikap sosial (KI-2)
Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1. Discovery Based Learning
2. Model Pembelajaran Berbasis Permainan
3. Model Pembelajaran Kooperatif
4. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
5. Pembelajaran Berbasis Masalah
6. TGT (Teams Games Tournament)
21
B. Saran
Pendekatan dan model dalam pembelajaran sangat penting dipelajari oleh seseorang
khusunya seorang pendidik. Oleh karena itu penulis menyarankan untuk mendalami serta
memahami setiap aspek tersebut
22
DAFTAR PUSTAKA
Apri Damai Sagita Krissandi, B. Widharyanto Dkk. 2017. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk Sd (Pendekatan Dan Teknis) Jakarta: Penerbit Media Maxima.
Krisitarsia, Paulina Suandang, Dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia Di Sd
Ngalimun,dkk.2014.Pembelajaan Ketrampilan Berbahasa Indonesia.Jogjakarta:swaja
pressindo
Nursyaidah, M.Pd. 2013. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif. Logaritma
Vol. I, Hal72
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
1
23