Anda di halaman 1dari 31

“ MAKALAH ”

PENDEKATAN, METODE,DAN TEKNIK UNTUK MATERI


PEMBELAJARAN BAHASA SD/MI

Dosen Pengampu : Ratih Purnama Pertiwi,M.Pd

Kelompok 1

1. Enia 2286232094
2. Putri 2286232059

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS NURUL HUDA OKU TIMUR
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini tentang “ Pendekatan, Metode,Dan Teknik Untuk Materi
Pembelajaran Bahasa Sd/Mi ”. Dalam menyusun Makalah ini, ada sedikit
kesulitan dan hambatan yang kami alami, namun berkat dukungan, dorongan dan
semangat dari orang terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

ii
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Hakikat Pendekatan, Metode dan Teknik....................................................5
2.1.1 Pendekatan...............................................................................................5
2.1.2 Metode.....................................................................................................9
2.1.3 Teknik....................................................................................................16
2.2 Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa............................................20
2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD........................................23
2.3.1 Pembelajaran Terpadu Lintas Materi....................................................23
2.3.2 Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum.............................................25
BAB III PENUTUP..............................................................................................28
3.1 Kesimpulan...........................................................................................283.2
Saran.........................................................................28DAFTAR PUSTAKA
29

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai adat isitiadat dan suku
bangsa yang beraneka ragam. Oleh sebab itu, dibutuhkanlah alat sebagai
pemersatu bangsa, yaitu bahasa Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan
yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia
harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan jugakuantitas.
Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses
pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Bahasa Indonesia yang diajarkan di sistem pendidikan Indonesia harus
disesuaikan dengan perkembangan anak dan kurikulum yang berlaku.

Salah satu pembelajaran bahasa Indonesia perlu ditekankan pada jenjang


Sekolah Dasar, karena pada tahap ini anak akan lebih mudah dibentuk
penegetahuan dan pemahanmannya tentang bahasa Indonesia. Faktor yang
menjadi keberhasilan suatu pembelajaran bahasa Indonesia ditentukan oleh
pendekatan, metode dan teknik yang digunakan oleh seorang guru. Banyak
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia di SD yang
dapat digunakan. Dalam kaitan ini guru harus cermat dalam memilih
pendekatan, metode dan teknik mana yang cocok digunakan untuk
lingkungannya.

Untuk itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar serta
pembelajaran bahasa Indonesia terpadu di Sekolah dasar.

1.2 Rumusan Masalah


Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
penulis mengambil perumusan masalah yaitu

1
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan metode dalam pembelajaran bahasa
Indonesia?
3. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan teknik dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
5. Apa saja teknik yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
6. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia terpadu di Sekolah
Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui dan memahami tentang pendekatan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami tentang metode yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami teknik yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami proses pembelajaran bahasa Indonesia terpadu
di Sekolah Dasar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pendekatan, Metode dan Teknik


Uraian tentang konsep pendekatan (approach), metode (method), dan teknik
(technique) dalam modul ini didasarkan pada pendapat Anthony yang
dikemukakan oleh Jos Daniel Parera (1987) dan Sri Utari Subyakto-N (1987).
Dalam pembelajaran bahasa, ketiga istilah atau konsep tersebut saling
berhubungan atau saling menentukan, yaitu pendekatan menentukan metode,
dan metode menentukan teknik yang ketiganya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk jelasnya lihatlah bagan berikut ini!

2.1.1 Pendekatan
Pendekatan ialah sikap atau pandangan sesuatu yang biasanya berupa
asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan
sesuatu. Oleh sebab itu, pendekatannya bersifat aksiomatis, artinya
tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Di dalam pengajaran bahasa,
pendekatan merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentag
hakikat bahasa, dan pengajaran bahasa yang diyakini oleh guru bahasa.

Pada dasarnya para ahli membagi pandangan tentang proses belajar itu
menjadi dua aliran, yaitu aliran empiris dan rasionalis. Aliran empiris

3
mempunyai beberapa nama, yaitu behavioris, aliran mekanis, dan aliran
Bloomfield. Dalam dunia pengajaran bahasa dewasa ini aliran
Bloomfield digolongkan ke dalam ahli-ahli ilmu bahasa struktural dan
ilmu bahasa deskriptif. Adapun prinsip-prinsip pokok aliran ini adalah:
a. Bahasa adalah ujaran , bukan tulisan;
b. Bahasa adalah serangkaian kebiasaan;
c. Ajarkanlah bahasanya, bukan tentang bahasanya;
d. Bahasa adalah apa-apa yang dikatakan oleh para pemakainya, bukan
apa yang oleh seseorang seharusnya dikata demikian;
e. Tidak ada satu bahasa pun yang persis sama dengan bahasa yang
lain.

Prinsip pertama bahasa adalah (suara) yang dihasilkan oleh organ


manusia, yaitu mulut yang bermakna adapun tulisan merupakan
rekaman dari bahasa tersebut. Prinsip kedua bahasa adalah serangkaian
kebiasaan. Pada hakikatnya bahasa adalah kebiasaan, Language is
Habit demikian kata Bloomfield. Bagus sekali kalau seseorang sudah
biasa mengucapkan kata yang baik, misalnya ketika ia terantuk batu
maka yang keluar dari mulutnya adalah kata yang baik. Tetapi kalau dia
sudah biasa mengucapkan kata yang kasar/jorok itu yang aka
diucapkan. Jadi, memang jelas bahwa “bahasa adalah serangkaian
kebiasaan”.

Prinsip ketiga adalah “ajarkanlah berbahasa, bukan tentang bahasanya”


adapun maksudnya adalah siswa harus kita beri kesempatan seluas-
seluasnya untuk menggunakan bahasa itu dalam berkomunikasi baik
lisan atau tulisan. Sistem pengajaran bahasa dengan menerangkan apa
itu subjek, apa itu predikat, contoh kalimat aktif yang dapat dipasifkan,
harus sudah kita tinggalkan.

Prinsip keempat aliran ini adalah “bahasa adalah apa-apa yang


dikatakan oleh pemakainya, bukan apa yang oleh seseorang seharusnya

4
dikatakan demikian itu”. Seperti anda ketahui, di dalam bahasa
Indonesia ada awalan me- yang bermakna aktif, dan awalan di- yang
bermakna pasif. Kedua awalan ini berlawanan maknanya sehingga tidak
mungkin ada bentukan kata “dimemukul” yang ada adalah bentuk
“dipukul” yang mengandung makna ‘pasif’ dan “memukul” yang
bermakna ‘aktif’. Berdasarkan data ini maka paham yang normatif akan
menolak bentukan kata “dimengerti” karena bentukan kata ini
merupakan gabugan dari dua awalan yang berawalan maknanya, yaitu
“di-“ bermakna ‘pasif’ dan meN- yang bermakna ‘aktif’. Jadi, menurut
paham ini seharusnya bentuk kata “dimengerti” tidak ada yang ada
untuk mengganti bentukan kata ini adalah “dipahami”, padahal menurut
kenyataannya dalam bahasa Indonesia kita jumpai bentukan kata
“dimengerti” dan “dipahami” yang memang maknanya berbeda. Jadi,
yang benar adalah bahasa yang menentukan kaidah bahasa, bukan
kaidah bahasa menentukan bahasa.

Prinsip kelima adalah “tidak ada satupun persis bahasa yang sama
dengan bahasa lain”. Kalau mau diperinci lebih lanjut yang
membuktikan bahwa setiap bahasa itu tidak sama, bisa kita lihat dari
kosakata bahasa-bahasa yang kita bandingkan. “kata” yang hakikatnya
merupakan lambang lingual terjadi dari aspek fonis, yaitu yang berupa
sederetan huruf/fonem tersebut.

Ditinjau dari struktur bahasa tidak ada satupun struktur bahasa yang
sama. Misalnya, struktur bahasa indonesia yang sederhana “saya
minum”, dengan pengertian yang sama dalam bahasa inggris yang
struktur kalimatnya adalah I am drink (waktu sekarang), I am drinking
(waktu sedang), dan I was drink (waktu lampau), dan dalam bahasa
arab subjeknya (saya) tidak berdiri sendiri, melainkan inklusif di dalam
kata kerjanya yang berfungsi sebagai predikat (minum). Dengan
demikian, “saya minum” dalam bahasa Arab berbunyi “Asrabu”.

5
Aliran kedua, yaitu aliran rasionalis yang terkenal juga dengan nama
aliran mentalis, atau aliran Noam Chosky. Aliran ini memandang
bahwa perbuatan berbahasa itu adalah perbuatan mental. Prinsip-prinsip
yang dikembangkan oleh kaum rasionalis adalah (1) suatu bahasa yang
hidup ditandai oleh kreativitas yang dituntut oleh aturan-aturan, (2)
aturan-aturan tata bahasa nyata bertalian dengan tingkah laku kejiwaan,
(3) manusialah satu-satunya makhluk yang dapat belajar bahasa; (4)
bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat dipakai dalam berpikir
(Hidayat dkk., 1990).

Yang dimaksud prinsip (1), yaitu suatu bahasa yang hidup ditandai oleh
kreativitas yang dituntut oleh aturan-aturan, contohnya seperti bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup. Bahasa
yang sudah mati, artinya sudah tidak dipakai lagi sebagai alat untuk
berkomunikasi lisan, tetapi bukti keberadaan bahasa itu dahulu masih
ada, yaitu yang merupakan dokumen tulis.

Adapun yang dimaksud dengan prinsip (2), yaitu aturan-aturan tata


bahasa nyata bertalian dengan tingkah laku kejiwaan, seperti yang
diterangkan oleh Kosadi Hikayat (1990), yaitu bila anak berbicara, hal
pertama yang dilakukan adalah menceraikan kata-kata. Setelah itu
barulah, kemudian mereka tambahkan perubahan-perubahan bentuk
kata-kata, kata bantu, dan sebagainya. Anak-anak itu sebenarnya
mengetahui kata-kata dan bunyi-bunyi yang berdiri sendiri, tetapi selain
itu sebenarnya mereka mengetahui pula bahwa bunyi-bunyi bahasa
adalah ciri yang membedakan arti. Jadi, sebenarnya walaupun mereka
itu belum mempelajari aturan tata bahasa, tetapi sebenarnya mereka
telah menggunakan tata bahasa. Kekurangan yang ada pada anak-anak
itu mereka belum mampu merumuskan aturan-aturan tata bahasa yang
dipakainya.

6
Prinsip (3) manusialah satu-satunya makhluk yang dapat belajar bahasa.
Hal ini, seperti dikatakan Marsoedi (1938: 18) “bahasa itu murni
manusiawi” artinya yang dapat mengeluarkan bunyi bahasa itu adalah
manusia, sedangkan binatang tidak berbahasa. Jadi, “bahasa binatang”
itu terbatas pada bunyi-bunyi tertentu, sedangkan manusia
menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang bermacam-macam yang
dihasilkan oleh alat ucap atau daerah artikulasi yang disebut “bunyi-
bunyi yang berartikulasi”. Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa
bahasa itu murni manusiawi.

Prinsip terakhir aliran ini, yaitu bahasa yang hidup adalah bahasa yang
dapat dipakai dalam berpikir. Seperti pernyataan yang dikemukakan
oleh Rita L. Atkinson (tanpa tahun: 548) berpikir mencakup banyak
aktivitas mental. Kita berpikir saat kita mencoba memecahkan soal
yang diberikan di kelas, kita berpikir saat kita melamun sambil
menunggu pelajaran dimulai. Kita berpikir saat memutuskan barang apa
yang akan dibeli ditoko, merencanakan, liburan, menulis surat, atau
mengkuatirkan suatu persahabatan yang terganggu. Dari ilustrasi di atas
dapat kita ketahui bahwa walaupun kita kelihatannya diam, seperti pada
waktu kita melamun, tetapi sesungguhnya ada keaktifan mental dalam
diri kita, yaitu kita menggunakan bahasa dengan diri kita sendiri atau
kita berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Begitu juga ketika
memecahkan suatu masalah terjadilah dialog dalam diri kitadengan
menggunakan bahasa yang sudah kita kuasai. Nah, itulah sebabnya
mengapa dikatakan bahwa bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat
dipakai dalam berpikir. Kemajuan pikiran anak itu ditentukan oleh
perkembangan bahasanya. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian
Frohn (dalam Sumadi Suryabrata, 2002: 59) bahwa “kemajuan pikiran
anak bisu-tuli terhambat oleh terhambatnya perkembangan bahasa”.

7
2.1.2 Metode
Pada umumnya metode diartikan sebagai ‘cara mengajar’. Sebenarnya
pengertian yang tepat untuk cara mengajar adalah teknik mengajar,
sedangkan metode pada hakikatnya adalah suatu prosedur untuk
mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal
berikut.
a. Pemilihan bahan.
b. Urutan bahan.
c. Penyajian bahan.
d. Pengulangan bahan.

Tentang pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan prinsip


alamiah atau random. Prinsip alamiah dalam pemilihan bahan adalah
sesuai dengan apa yang diperlukan, seperti halnya kalau kita
mempelajari bahasa sendiri. Pemilihan secara random, yaitu pemilihan
bahan yang dirasa penting (oleh guru) dan sesuai dengan situasi yang
dihadapi. Baik secara alamiah atau random, pemilihan bahan itu
didasarkan kriteria berikut ini.
a. Bagian-bagian yang paling sering digunakan.
b. Paling berguna.
c. Paling mudah mengerjakannya
d. Gabungan ketiganya

Penentuan bahan dan pengelompokannya akan mempermudah serta


memperlancar proses belajar-mengajar. Untuk itu dapat dikemukakan
kriteria berikut ini.
a. Bagian-bagian yang lebih sederhana didahulukan dari bagian-bagian
yang kompleks.
b. Bagian-bagian yang lebih bergunadan sering digunakan didahulukan
dari bagian-bagian yang kurang berguna dan jarang digunakan.
c. Diperhatikan tingkat kesukarannya, artinya mendahulukan bahan
yang lebih mudah daripada yang sukar.

8
d. Diperhatikan kesinambungan bahan pengajaran itu sendiri.

Selanjutnya mengenai penyajian bahan didasarkan pada kriteria berikut


ini.
a. Apakah bahasa lisan disajikan lebih dahulu dari bahasa tulis, atau
keduanya disajikan sekaligus.
b. Cara penyajian bahasa lisan dan bahasa tulis jangan disamakan
begitu saja.
c. Kapan sebaiknya kosakata disajikan dan kapan sebaiknya kalimat
disajikan, serta bagaimana contoh-contohnya yang memadai.
d. Penggunaan alat bantu yang relevan perlu diperhatikan.
e. Menumbuhkan kebiasaan berbahasa yang dipelajari.
f. Cara-cara pemberian tugas kepada siswa (mandiri atau kelompok)
g. Adanya evaluasi untuk mengetahui bahan yang kita ajarkan itu sudah
dapat diserap oleh siswa atau belum.

Sedangkan pengulangan bahan (repitisi) merupakan usaha-usaha yang


dilakukan untuk menumbuhkan kebiasaan berbahasa melalui bahan
yang telah diberikan itu. Seperti kita ketahui tujuan akhir suatu
pelaksanaan pengajaran bahasa adalah pemilikan kompetensi siswa
untuk menggunakan bahasa secara tepat, lancar, dan bebas.

Kelancaran berbahasa merupakan suatu masalah pengulangan. Ada dua


cara untuk mengulangi bahasa, dengan cara dihafalkan dikepala, atau
dengan cara subtitusi (penggantian). Menghafalkan nyanyian-
nyanyiannya, atau dialog-dialog dapat membantu siswa pada waktu
latihan bercakap-cakap atau mengarang. Suatu contoh substitusi adalah
urutan kegiatan, yaitu berupa lakukan dan katakan. Dalam hal ini siswa
mengganti-ganti setiap perbuatannya bersamaan dengan kegiatan
melaporkan bagian-bagian kalimat yang harus diucapkan. Dalam
pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam Parera, 1987:19) terdapat
lima belas metode, seperti berikut ini.

9
a. Direct Method
b. Natural Method
c. Psychological Method
d. Phonetic Method
e. Reading Method
f. Grammar Language Method
g. Translation Method
h. Grammar Translation Method
i. Eclectic Method
j. The Unit Method
k. Language Control Method
l. Mim-Mem Method
m. Practice-theory Method
n. The Dual Language Method
o. Cognate Method

Metode-metode yang dapat diterapkan di dalam pengajaran bahasa


Indonesia di SD dan menunjang pendekatan yang disarankan oleh
kurikulum bahasa Indonesia yang sedang diberlakukan, yaitu
pendekatan komunikatif, integratif, tematis, CBSA, dan keterampilan
proses, yaitu Direct Method, Natural Method, Reading method, Eclectic
Method.
a. Direct Method
Direct Method atau Metode langsung ialah metode pengajaran
bahasa yang di dalam pelaksanaannya guru langsung menggunakan
bahasa sasaran, yaitu bahasa yang diajarkan. Dari pihak siswa tidak
boleh menggunakan bahasa ibu atau bahasa petemanan selama
pembelajaran berlangsung. Pada tahap permulaan tidak banyak
diajarkan tata bahasa. Kata-kata diajarkan dengan cara langsung
menghubungkan dengan benda-benda, situasi-situasi, dan gerak yang
digambarkan oleh kata-kata itu. Misalnya, kata “mengendap-endap”

10
supaya siswa paham akan maknanya perlu didemonstrasikan dengan
gerakan dan sebagainya. Sejak awal pembelajaran, siswa dibiasakan
mendengarkan pola-pola nama, dan intonasi bahasa yang dipelajari
dan didorong untuk menggunakannya sebanyak mungkin.

Penggunaan Metode Langsung dalam pengajaran bahasa menuntut


agar semua aspek bahasa yang diberikan disajikan dalam bahasa
yang diajarkan. Apabila mengajarkan bahasa Indonesia, pelajaran
disajikan dalam bahasa Indonesia pula. Tujuan metode langsung di
SD ialah penggunaan bahasa sasaran dalam hal ini bahasa Indonesia,
yang merupakan bahasa kedua, secara lisan agar siswa mampu
berkomunikasi dalam bahasa kedua tersebut. Mungkin Anda masih
ingat istilah-istilah dalam pembelajaran bahasa, yaitu ada bahasa ibu
atau bahasa pertama, dan bahasa kedua. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa bahasa Indonesia bagi sebagian besar penduduk
Indonesia merupakan bahasa kedua karena dipelajari setelah
menguasai bahasa pertamanya, yaitu bahasa ibu yang berupa bahasa
daerah, tetapi ada juga sebagian penduduk Indonesia bahasa ibunya
adalah bahasa Indonesia, sedangkan bahasa keduanya mungkin
bahasa Inggris atau bahasa lainnya yang dipelajari di bangku sekolah
setelah dia menguasai bahasa pertamanya, yaitu bahasa Indonesia.

Adapun fungsi metode langsung ini bisa dibedakan menjadi dua,


yaitu bagi siswa dan bagi guru. Bagi siswa berfungsi memudahkan
siswa untuk mampu berbahasa (lisan) dengan tepat, memberikan
situasi yang menyenangkan, dan mendorong siswa untuk belajar
bahasa, sedangkan bagi guru metode ini memudahkan guru untuk
mengajar berbahasa tanpa menggunakan bahasa pengantar bahasa
lain selain bahasa sasaran. Kegiatan dalam proses belajar mengajar
apabila menggunakan Metode Langsung, melibatkan kegiatan guru
dan siswa. Kegiatan guru adalah berikut ini.

11
1) Guru memulai pelajaran dengan dialog atau humor yang pendek
dalam bahasa (BI), dan ragam bahasa yang digunakan ialah ragam
bahasa formal dan informal.
2) Guru, kemudian mulai menyajikan materi secara lisan dengan
gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi, atau
gambar-gambar.
3) Guru mengadakan tanya jawab dalam bahasa sasaran (BI)
berdasarkan dialog atau dialog yangdisampaikan pada butir (1).
4) Guru mengajarkan tata bahasa secara induktif dengan
memberikan contoh-contoh yang merangsang siswa untuk
menyimpulkan sendiri.
5) Guru memberikan bacaan sastra untuk pemahaman dan
kenikmatan, tetapi tidak sampai menganalisis secara struktural.
6) Guru mengajarkan budaya yang relevan pada aspek-aspek bahasa
secara induktif.
Kegiatan siswa adalah berikut ini.
1) Siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru.
2) Siswa menjawab pertanyaan guru menggunakan bahasa sasaran
(BI) tentang apa-apa yang disampaikan guru.
3) Siswa berusaha menarik kesimpulan dalam pembelajaran secara
induktif.
4) Siswa menerima dan membaca bacaan sastra yang diberikan guru.
5) Siswa berusaha memahami dan menikmati bacaan tersebut.
b. Natural Method
Natural Method yang disebut juga Metode Murni atau Metode
Alamiah adalah metode yang pelaksanaannya penggunaan peraga
yang berupa benda-benda, gambar-gambar, atau peragaan secara
langsung dalam aktivitas sehari-hari. Metode Murni atau Metode
Alamiah ini mempunyai ciri-ciri, seperti berikut ini.
1) Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata
yang sudah dikatahui siswa sebelumnya.

12
2) Makna sesuatu kata diajarkan dengan cara inferensi/menarik
kesimpulan dari beberapa contoh yang diberikan.
3) Kamus digunakan untuk mengingat kata-kata yang dilupakan atau
mencari makna kata-kata baru.
4) Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.
5) Penyajia pelajaran mengikuti urutan: mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis, kemudian baru diajarkan tata
bahasa.

Dalam proses pembelajaran langkah-langkah kegiatan guru dalam


menerapkan metode ini adalah:
1) Pertama-tama memperkenalkan bunyi-bunyi bahasa, kata-kata,
dan kaliamt bahasa yang dipelajari itu (BI) secara lisan
menggunakan alat peraga;
2) Guru menyuruh siswa menirukan apa yang diucapkannya seperti
butir (1);
3) Dalam penyajian materi, guru menggunakan urutan-urutan
berbicara, membaca, menulis, baru mengajarkan tata bahasa.
Siswa melakukan kegiatan antara lain.
1) Siswa memperhatikan dengan seksama segala apa yang
disampaikan guru, terurama menyangkut bunyi-bunyi bahasa.
2) Siswa melakukan apa yang diperintahan oleh guru, yaitu berusaha
menirukan atau mengucapkan kata-kata yang telah didengarnya
dari guru.
3) Siswa berusaha untuk menerapkan apa yang telah diterimanya
dalam komunikasi lisan.
4) Siswa berusaha dengan sebaik-baiknya menulisakn unsur-unsur
bahasa.
c. Reading Method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat
pada tahun 1929-an baik di sekolah menengah maupun perguruan

13
tinggi. Tujuannya ialah antara lain, untuk memberi
pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks ilmiah yang
mereka perlukan dalam studi mereka.

Langkah-langkah penyajian metode ini menurut Rivers (dalam


Subyakto-N, 1988: 17-18), seperti berikut ini.
1) Pemberian kosakata dan istilah-istilah yang dianggap sukar oleh
guru bagi siswanya. Ini diberikan dengan definisi dan contoh-
contoh dalam kalimat.
2) Panyajian bacaan dalam kelas yang dibaca secara diam (silent
reading) selama kurang lebih 10-15 menit. (untuk menghemat
waktu, bacaan dapat juga diberikan untuk dibaca/dipersiapkan
dirumah).
3) Diskusi mengenai isi bacaan yang berupa tanya-jawab dengan
menggunakan bahasa sasaran.
4) Pembicaraan/keterangan tentang tata bahasa dapat dilakukan secara
singkat, kalau hal ini memang dirasa perlu oleh guru.
5) Pembicaraan tentang kosakata yang relevan dengan jalan
memberikan daftar kosakata yang disiapkan sebelumnya.
6) Pemberian tugas, seperti mengarang, membuat denah, skema,
diagram, dan sebagainya (yang berkaitan dengan topik bacaan).
Mateode ini dapat juga diterapkan untuk pembelajaran bahasa
Indonesia di SD dengan jalan dimodifikasi disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa. Metode ini cocok kalau
diterapkan di SD kelas tinggi.
d. Eclectic Method
Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak
ada satu pun metode pengajaran bahasa yang paling baik karena
setiap metode yang ada, di samping ada keuntungan/
keunggulan/kebaikan, juga ada kerugian/kelemahan/kejelekannya.
Itulah sebabnya maka guru bebas memilih metode yang mana yang

14
paling cocok dengan situasi kelas yang akan diajar. Guru dapat
mengurangi/menutup kekurangan satu metode dengan jalan
memasukkan metode lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak ada metode pengajaran bahasa yang baik, yang ada adalah guru
bahasa yang baik.

Eclectic artinya ‘memilih secara bebas’. Dalam hubungannya dengan


metode pengajaran bahasa, bebas disini dimaksud adalah bebas
untuk menambah atau mengombinasi/mencampur antara metode
yang satu dengan yang lainnya yang dianggap cocok, dan
diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara
bebas dalam bahasa Indonesia Metode Campuran.
2.1.3 Teknik
Teknik adalah upaya, usaha atau cara-cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaraan di dalam
kelas pada saat itu. Jadi, teknik bersifat implementasional. Sedangkan
pendekatan bersifat aksiomatis dan metode bersifat prosedural. Kata
teknik mengandung makna “cara-cara” dan metode juga mengandung
makna “penyajian bahan”, yang dalam hubungan ini cara penyajian
bahan. Maka kedua istilah ini adakalanya dipakai dalam arti yang sama
yaitu metode/teknik. Metode berhubungan dengan pemilihan bahan,
pengurutan bahan, penyajian bahan, dan pengulangan bahan, oleh
karena itu metode bersifat prosedural. Sedangkan teknik mengacu pada
makna cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas,
sehingga bersifat implementasional. Dengan demikian yang tepat
adalah teknik ceramah bukan metode ceramah. Adapun macam-macam
teknik pembelajaran bahasa, seperti berikut ini (Saliwangi, 1989 : 56-
63)
a. Teknik Ceramah

15
Teknik ceramah sampai saat ini masih digunakan, karena
menganggap bahwa mengajar itu adalah menerangkan dengan
berbicara/berceramah. Itulah fungsi guru didalam kelas senagai
informator, yaitu pemberi informasi kepada siswa-siswanya. Teknik
ceramah memang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi,
terutama kepada mereka yang sudah termotivasi untuk mendapatkan
informasi. Supaya lebih menarik teknik ini dapat dilengkapai dengan
peragaan, gambar-gambar atau yang lain untuk menghindari
verbalisme.

Teknik ceramah memiliki kelebihan, antara lain.


1) Dapat menghemat waktu.
2) Dalam digunakan dalam kelompok besar.
3) Dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah dibaca.
4) Dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada
pelajaran atau aktivitas tertentu.
Di samping kelebihan teknik ceramah, teknik ini juga memiliki
kekurangan antara lain.
1) Tidak semua guru dapat berbicara yang menarik dan baik.
2) Dalam metode ini hanya sati indra yang aktif yaitu indra
pendengaran.
3) Kadar CBSA-nya (Cara Belajar Siswa Aktif) rendah.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teknik ini dapat digu akan


untuk melatih keterampilan mendengarkan (menyimak), lalu
membuat intisari dari ceramah tersebut dan menceritakannya
kembali dengan bahasa sendiri. Pelaksanaan teknik ceramah kelas
rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi
tentang ilmu pengetahuan. Setelah itu dapat diikuti dengan tanya-
jawab.
b. Teknik Tanya-Jawab

16
Teknik tanya-jawab ini mengikuti teknik ceramah yang telah
dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk mengecek pemahaman
siswa terhadap ceramah yang baru diberikan atau bisa juga
pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa
terhadap isi bacaan yang telah mereka baca. Teknik dapat dilakukan
untuk membuka pelajaran, untuk mengetahui bagaimana penguasaan
siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Siswa mengajukan
pertanyaan kepada guru biasanya untuk :
1) mengetahui hal-hal yang dirasa belum jelas, sekalipun sudah
diterangkan guru;
2) memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang dihadapinya;
dan
3) memperjelas pendapat yang dirasa bertentangan dengan pendapat
siswa sendiri.
c. Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini bertujuan untuk melatih siswa mengeluarkan pendapat
dan menerima kritikan jika pendapatnya kurang benar. Dalam
diskusi kelompok terkadang hanya didominasi oleh beberapa siswa
tertentu saja. Untuk menghindari hal semacam itu, diperlukan
seorang moderator yang mengatur jalannya diskusi. Guru dapat
menunjuk salah satu siswa yang dianggap cakap, untuk menjadi
moderator.

Kelebihan teknik diskusi kelompok antara lain.


1) Kadar CBSA-nya tinggi.
2) Memberi peluang kepada siswa untuk saling mengemukakan
pendapat.
3) Mendorong terciptanya rasa kesatuan.
4) Dapat memperluas pandangan siswa.
5) Melatih mengembangkan kepemimpinan bagi siswa yang
ditunjuk sebagai moderator.

17
Sedangkan kekurangan dari teknik ini antara lain.
1) Tidak dapat digunakan secara efektif untuk kelompok yang besar.
2) Jika kurang terkendali bisa saja menyimpang dari tujuan.
3) Membutuhkan moderator yang terampil.
4) Adaklanya hanya didominasi oleh siswa yang suka dan berani
bicara.
d. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini biasanya diberikan secara individual atau kelompok.
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami
pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu. Untuk siswa kelas
rendah tugas individual, seperti membuat catatan kegiatan harian
atau disuruh menghapal puisi atau lagu. Teknik pemberian tugas
disebut juga resitasi.
e. Teknik Ramu Pendapat (Brainstorming)
Teknik ini merupakan perpaduan dari teknik tanya-jawab dan teknik
diskusi. Teknik ini bisa diterapkan dalam pembelajaran sastra,
seperti puisi, cerpen atau novel. Kelebihan dari teknik ramu pendapat
antara lain.
1) Dapat membangkitkan pikiran yang kreatif.
2) Dapat merangsang partisipasi siswa.
3) Dapat memancing timbulnya pendapat-pendapat baru.
4) Menghasilkan reaksi berantai.
5) Dapat digunakan dalam kelompok kecil maupun besar.
6) Tidak memerlukan moderator yang hebat.
7) Hanya sedikit peralatan yang digunakan.
Sedangkan kekurangan dari teknik ini relatif sedikit, seperti jika guru
tidak dapat mengendalikan kelas, maka kelas akan lepas kontrol.
f. Simulasi
Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik simulasi ini digunakan
untuk melatih keterampilan berbicara siswa, seperti bermain peran.
Dalam pelaksanaannya, guru terlebih dahulu menetapkan peran-

18
peran yang akan dilakukan oleh siswa dalam permainan simulasi.
Guru memberikan tentang apa yang akan diperankan oleh masing-
masing siswa yang telah ditunjuk. Siswa yang belum mendapat
giliran memainkan suatu peran, ditugaskan sebagai penonton untuk
mencatat kemungkinan adanya kesalahan bahasa yang dilakukan
oleh temannya. Kesalahan-kesalahan itu nantinya akan disikusikan
setelah permaianan nmemainkan peran selesai. Teknik simulasi ini
juga disebut teknik bermain peran.

2.2 Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa


Sejak diberlakukannya Kurikulum 1984 dalm pelajaran bahasa Indonesia,
guru harus menerapkan pendektan komunikatif, CBSA dan pendekatan
keterampilan proses (PKP). Setelah diberlakukannya Kurikulum 1994
pendekatan dalam pembelajaran bahasa ditambah dengan pendekatan tematik
dan integratif.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Maka sejak


diberlakukannya Kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa digunakan
pendekatan komunikatif. Supaya siswa mampu berkomunikasi baik secara
lisan maupun tulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Itulah sebabnya dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif,
ditekankan dengan mengembangkan kompetensi komunikasi siswa untuk
mendukung performaasi komunikasi siswa. Dalam kegiatan berkomunikasi
terdapat empat keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
keterampilan mendengar (menyimak), berbicara, membaca dan menulis.
Itulah dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan
integratif, yaitu memadukan materi pembelajaran yang disebut pembelajaran
bahasa Indonesia terpadu lintas materi.

Sekarang pembelajaran DDCH (duduk, dengar, catat dan hapal) seperti yang
dikemukakan oleh Conny Semiawan (1985) ditinggalkan jauh-jauh, dan
diganti dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Dalam

19
pendekatan CBSA, guru harus mampu membuat pelajaran itu menantang dan
merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan. Untuk itu guru
harus enghayati prinsip-prinsip berikut ini.
1) Motivasi
2) Latar atau konteks
3) Keterarahan kepada titik pusat atau fokus tertentu
4) Hubungan sosial atau sosialisasi
5) Belajar sambil bekerja
6) Perbedaan perorangan dan individual
7) Menemukan
8) Pemecahan masalah
Dengan pengenalan dan pemahaman serta penerapan prinsip-prinsip tersebut
dalam pembelajaran di dalam kelas, maka siswa akan menjadi aktif. Jadi,
pendekatan CBSA ini menuntut kreativitas guru untuk mengupayakan
bagaiman caranya suapaya siswa dapat aktif dalam pembelajaran.

Sebagai guru kita harus mengupayakan, agar materi yang kita sajikan kepada
siswa mampu dicerna, dipahami dan ditemukan oleh siswa. Untuk itu semua,
perlu adanya proses di dalam diri siswa. Itulah sebabnya disamping
pendekatan CBSA, guru juga harus mampu menerapkan pendekatan
keterampilan proses (PKP). Pada hakikatnya tugas guru adalah
mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa. Untuk mengembangkan
kompetensi siswa dapat menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Mengamati :
 Melihat
 Mendengar
 Merasa/meraba
 Mencium/membau
 Mencicipi/mengecap
 Mengukur

20
 Mengumpulkan data/informasi
2) Mengklarifikasi :
 Mencari persamaan
 Mencari perbedaan
 Membandingkan
 Mengontraskan
 Menggolong-golongkan
3) Menafsir :
 Menaksir
 Memberi arti
 Menarik kesimpulan
 Membuat inferensi
 Menggeneralisasi
 Mencari hubungan antara dua hal
 Menemukan pola
4) Meramalakan
5) Menerapkan :
 Penggunaan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai)
 Menghitung
 Menghubungkan konsep
 Menyusun hipotesis
 Membuat model
6) Merencakan penelitian :
 Menentukan masalah
 Menentukan tujuan penelitian
 Menentukan ruang lingkup penelitian
 Menentukan sumber data atau informasi
 Menentukan cara menganalisis
 Menentukan langkah-langkah untuk memperoleh data

21
 Menentukan cara melakukan penelitian
7) Mengkomunikasikan :
 Berdiskusi
 Mendeklamasikan
 Mendramakan
 Mengarang, memperagakan
 Melaporkan dalam bentuk lisan, tulis, gambar atau penampilan

2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD


2.3.1 Pembelajaran Terpadu Lintas Materi
Pengorganisasian materi dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu. Adapun keterpaduan
materi tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Dalam bagan tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa


Indonesia di SD/MI atau dijenjang SMP atau SMA dimulai dengan
pemelihan tema, misalnya lingkungan. Jadi, belajar bahasa tidak
mungkin tanpa tema. Tema ini merupakan wadah untuk belajar bahasa.
Untuk melatih keempat keterampilan berbahasa dimulai dengan
pemilihan/penentuan tema, setelah itu rencanakan langkah-langkah
pembelajarannya. Jika yang menjadi fokus pembelajaran adalah

22
keterampilan membaca maka waktu dalam pertemuan dikelas
dialokasikan membaca yang lebih banyaka dari pada keterampilan yang
lain.

Adapun salah satu alternatif model pembelajaran bahasa Indonesia


terpadu lintas materi di SD Kelas III, seperti berikut ini.
Contoh (Salah Satu Alternatif)
Model Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 3/1
Waktu : 1 x pertemuan (2 x 40 menit)
Tema : Lingkungan
Standar Kompetensi : Mampu membaca dengan pemahaman teks
sedikit panjang dengan cara membaca lancar
(bersuara), dan membaca dalam hati secara
intensif dan membaca secara memindai suatu
denah serta membaca dongeng dan puisi.
Kompetensi Dasar : Membaca bersuara (membacakan teks)
Hasil Belajar : Membaca teks untuk diri sendiri dan orang
lain
Indikator Hasil Belajar : 1. Siswa dapat membaca teks dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
2. Siswa dapat menjawab pertanyaan isi
teks secra lisan atau tertulis.
Langkah Pembelajaran :
1. Seorang siswa disuruh membaca nyaring sebuah teks yang sudah
disiapkan guru yang berjudul “Lingkungan di Sekitar Kita”.
2. Siswa lainnya menyimak (membaca dipadukan dengan
mendengarkan – ketika itu guru membetulkan kesalahan pelafalan
atau intonasi yang kurang tepat).

23
3. Setelah selesai membaca, siswa tersebut menceritakan isi teks yang
telah dibacanya dengan kalimat sendiri (membaca dipadukan dengan
berbicara).
4. Siswa yang lain mendengarkan dan mencatat, jika ada kekurangan
isi yang diceritakan, ada kesalahan kalimat atau penggunaan kata
yang kurang tepat (berbicara dipadukan dengan mendengarkan dan
menulis serta kebahasaan).
5. Seluruh siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara tertulis
(membaca dipadukan dengan menulis).
6. Setelah selesai menjawab pertanyaan bacaan secara tertulis, salah
satu siswa membacakan jawabannya, sedangkan yang lain diberi
kesempatan untuk mengajukan pendapatnya yang lain, yang
berhubungan dengan jawaban pertanyaan bacaan tersebut secara
lisan (menulis dipadukan berbicara).
Sumber : Lancar Berbahasa Indonesia 1 (Buku Pelajaran
dapat dipakai sambil menunggu Buku Paket
untuk penunjang Kurikulum 2004)
Penilaian :Dilakukan selama dalam kegiatan
pembelajaran.
2.3.2 Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum
Pembelajaran terpadu lintas kurikulum, artinya yang dipadukan itu
antara beberapa mata pelajaran, misalnya pelajaran bahasa Indonesia
dipadukan dengan sains. Pada hakikatnya belajar apa pun modal
utamnya adalah keterampilan baca-tulis (dua aspek dalam pembelajaran
bahasa Indonesia). Kemampuan dan keterampilan baca tulis, khususnya
keterampilan membaca, harus segera dikuasai oleh para siswa di SD,
karena kemampuan dan keterampilan ini secara langsung berkaitan
dengan seluruh proses belajar siswa di SD.

Keberhasilan belajar mereka dalam mengikuti proses kegiatan belajar


mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan

24
membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan lancar,
akan kesulitan dalam proses pembelajaran. Sebagai ilustrasi bahwa ada
perpaduan lintas kurikulum di SD/MI akan diambilkan contoh silabus
SD/MI.
Mata Pelajaran : Sains
Satuan Pendidikan : SD/MI
Kelas/Semester : IV/2
Waktu : 4 x pertemuan (4 x 40 menit)
Kompetensi Dasar : Siswa diharapkan mampu mengidentifasikan
perubahan benda yang dapat kembali ke bentuk
semula.
Hasil Belajar : Siswa mampu membedakan perubahan wujud
yang dapat bolak-balik.
Indikator Hasil Belajar : Siswa dapat melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi perubahan wujud benda yang
dapat dengan mudah kembali ke wujud semula.
Langkah pembelajaran :
Pengorganisasian : Kelompok Kecil
1. Pertemuan pertama : Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan
kembali lagi menjadi air.
a. Tanya jawab tentang pengalaman siswa mengenai terjadinya
hujan (secara tidak langsung melatih kemahiran berbicara).
b. Penjelasan singkat tentang penggunaan alat (secara tidak
langsung, melatih menangkap informasi lisan – keterampilan
mendengarkan).
c. Kegiatan percobaan
d. Melaporkan hasil percobaan (melaporkan secara lisan – melatih
keterampilan berbicara atau melaporkan secara tertulis – melatih
keterampilan menulis).
e. Menyimpulkan hasil kegiatan (lisan – keterampilan berbicara,
tulis – keterampilan menulis).

25
f. Memberi contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari
(lisan – keterampilan berbicara).
2. Pertemuan kedua : Menyelidiki perubahan
wujud lilin yang dipanaskan, kemudian
didinginkan.
3. Pertemuan ketiga : Menyelidiki perubahan
wujud gula pasir yang dipanaskan, kemudian
mengkristal lagi.
4. Pertemuan keempat : Menyelidiki
perubahan wujud air menjadi es dan kembli
menjadi air.
Catatan :
Langkah-langkah kegiatan sama dengan pertemuan pertama.

Alat, bahan, sumber :


a. Air, lilin, es batu, gula pasir.
b. Lampu, sendok makan, cawan, labu...
c. Buku paket IPA kelas 4

Penilain :
a. Penilaian pengamatan : Diberikan oleh gutu pada saat siswa
melakukan kegiatan.
b. Penilaian materi : Tanya-jawab tentang yang baru saja dilakukan
siswa disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pembelajaran bahasa terdapat tiga istilah yang saling berhubungan
satu sama lain, yaitu pendekatan, metode dan teknik. Pendekatan adalah
sikap atau pandangan tentang hakikat bahasa dan pengajarannya. Metode
berhubungan dengan pemilihan bahan, pengurutan bahan, penyajian bahan
dan pengulangan bahan, beberapa metode yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SD yaitu direct method, natural method,
reading method, dan eclectic method. Sedangkan teknik adalah cara-cara
yang dilakukan guru dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran,
beberapa teknik yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia SD
yaitu teknik ceramah, tanya-jawab, diskusi kelompok, pemberian tugas, ramu
pendapat dan simulasi.

Mata pelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpatu.


Keterpaduan ini dapat lintas materi, artinya materi pembelajaran dari suatu
mata pelajaran dipadukan menjadi satu. Keterpaduan lain dapat juga
dilaksanakan dengan lintas kurikulum.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam penyusunan makalah ini membutuhkan referensi buku dan
sumber yang sangat mendukung, agar tercapai makalah yang sesuai keinginan
dan kebutuhan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Kosadi, dkk. 1987. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.


Bandung : Penerbit Binacipta.

TW, Solchan, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta :


Universitas Terbuka.

Saliwangi, Basennang. 1989. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa


Indonesia. Malang : IKIP Malang.

28

Anda mungkin juga menyukai