Anda di halaman 1dari 6

BERBAGAI PERMASALAHAN GURU SD/MI

A. Pengertian Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)


a. Sekolah dasar (SD)
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun.Berdasar pada
amanat Undang-undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya
untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap
bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan
permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang berusia
antara 7 sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa.
b. Madrasah ibtidaiyah (MI)
Sedangkan Madrasah Ibtidaiyah yang kedudukannya setara dengan Sekolah Dasar (SD) di
Departemen Pendidikan Nasional dianggap sebagai satu jenjang pendidikan formal yang paling penting
dalam perkembangan setiap individu. Jenjang pendidikan ini mengajarkan tentang dasar-dasar ilmu
pengetahuan, seperti membaca, menulis, dan berhitung serta menanamkan dasar-dasar nilai moral
kepada setiap anak.Merupakan kewajiban para orangtua untuk mendorong anak-anak agar dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan ini yang merupakan dasar penting sebelum melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi untuk meraih gelar-gelar terhormat dan prestasi-prestasi lainnya.Sama
halnya dengan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dibagi menjadi Madrasah IbtidaiyahNegeri (MIN)
dan Madrasah IbtidaiyahSwasta (MIS).Yang disebut terakhir pengelolaannya dapat dilakukan oleh
perseorangan maupun kelompok.

B. Permasalah - permasalahan yang dihadapi oleh guru


1. Permasalahan Ditinjau dari kurikulum Pembelajaran di SD/MI
a. Permasalahan Kurikulum

Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-
masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia. Berikut ini
adalah beberapa masalah kurikulum yang ditemui:
- Pada guru: guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal
yaitu kurang waktu, kekurang sesuaian pendapat, baik dengan sesama guru maupun kepala sekolah &
administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.

- Dari masyarakat: untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat, baik dalam
pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun kurikulum
yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
- Masalah biaya: untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk kegiatan eksperimen baik metode
isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tida iak sedikit.
- Kepala sekolah : dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai latar belakang mendalam
tentang teori dan praktek kurikulum. Kepala sekolah merupakan peranan yang penting dalam
pengembangna kurikulum.

- Birokrasi : terdiri dari para inspeksi di Kanwil dan juga orang tua maupun tokoh- tokoh masyarakat.
Kepala sekolah dan stafnya tidak dapat bekerja dalam kerangka patokan yang ditetapkan oleh
Depdikbud.
b. Kurikulum di MI

Pada dasarnya kurikulum di MI sama dengan kurikulum di sekolah dasar, hanya saja pada MI
terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam. Selain mengajarkan mata pelajaran
sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti Alquran dan Hadis,
Akidah dan  Akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan islam dan bahasa arab.

c. Kurikulum di SD
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas, kurikulum yang digunakan oleh SD
adalah kurikulum nasional yang ditetapkan Depdiknas yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan Depdiknas tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah.

d. Perbandingan Kurikulum di MI dan SD


Dari uraian di atas kita dapat mengetahui kurikulum di MI dan SDdengan beberapa perbedaan
sebagai berikut:
1. Pada kurikulum di MI Pendidikan Agama dibedakan menjadi beberapa mata pelajaran diantaranya:
Sejarah Kebudayaan Islam, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadist, Bahasa Arab, Fiqih. Sedangkan di SD hanya
ada mata pelajaran Pendidikan Agama.

2. Pada kurikulum di MI terdapat banyak jam pembelajaran dibanding SD.


3. Muatan local MI berbasis Islam sedangkan SD bersifat umum seperti Komputer, dan sebagainya.

2. Permasalahan Ditinjau dari Metode Pembelajaran di SD/MI


Mengajar anak Sekolah Dasar (SD) tentunya akan lebih sulit, karena pada tahap ini mereka
mengalami masa transisi di mana baru memasuki proses belajar yang serius. Menjadi seorang guru SD
tentunya banyak hal yang harus diperhatikan agar pembelajaran menjadi efektif, seperti : suara yang
lantang dan juga intonasi yang beragam, selain itu dibutuhkan juga waktu untuk beristirahat dengan
menyediakan ice breaker mengingat bahwa waktu konsentrasi mereka cenderung singkat. Berikut
adalah beberapa teknik mengajar anak SD :
1. Belajar Sambil Bermain

Dalam permainan edukatif, daya pikir anak menjadi lebih aktif dibandingkan pada saat anak duduk
diam mendengar penjelasan guru. Ketika anak belajar sambil bermain, mereka menjadi lebih fokus
karena pada kegiatan bermain terdapat aturan yang bisa menstimulus anak. Anak akan lebih mudah
mengingat pelajaran ketika kegiatan belajar dikemas dalam bentuk permainan edukatif
2. Belajar dalam Kelompok

Cara mengajar anak SD yang menjadi salah satu metode yang paling efektif adalah dengan
menggunakan sistem belajar kelompok. Materi pelajaran anak SD dapat dibahas lewat topik-topik kecil
di kelompok belajar. Guru sering membagi kelas ke dalam beberapa kelompok untuk membahas topik
tertentu. Selanjutnya, antarkelompok akan membagikan rangkuman dari masing-masing topik. Selain
menyenangkan, cara belajar kelompok juga efektif untuk merangkum bab pelajaran yang terdiri dari
banyak topik. Selain membahas pelajaran, dalam kelompok belajar, guru juga dapat memberikan tugas.
Dengan mengerjakan tugas dalam kelompok, anak yang kurang paham pelajaran dapat dibantu oleh
teman kelompoknya yang lebih paham. Kegiatan belajar kelompok ini bukan hanya dapat dilakukan di
sekolah, tetapi dapat juga dilakukan di rumah dengan pengawasan orang tua.
3. Langsung Praktik

Cara mengajar anak SD tidak melulu harus dengan penjelasan dari buku. Anak terkadang penasaran
dengan praktik atau pengerjaan di lapangan. Ajak anak untuk melakukan praktikum. Praktikum dapat
dimulai dengan melakukan observasi pada lingkungan, atau melakukan percobaan yang mudah
dilakukan. Kegiatan praktik yang melibatkan gerak tubuh anak juga menjadi salah satu cara mengajar
anak SD yang efektif. Dengan menggunakan pola belajar yang banyak melibatkan gerakan akan
membuat anak lebih memahami pelajaran. Beberapa anak memang mengandalkan kinetik ketika belajar
dan justru lebih sulit jika hanya lewat bacaan atau mendengar penjelasan guru.
4. Gunakan Media Audio Visual

Cara belajar anak SD juga menjadi efektif ketika menggunakan media audio visual. Media ini sudah
sering dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan menjadi lebih tertarik belajar jika
menggunakan media yang erat dengan diri mereka. Beberapa pelajaran seperti pelajaran bahasa dapat
menampilkan tayangan atau percakapan yang dapat dibahas di kelas. Materi yang berkaitan tentang
sejarah atau cerita tokoh juga dapat dikemas melalui tayangan atau film singkat. Anak akan lebih tertarik
untuk mengulas materi tersebut dibandingkan lewat pembelajaran tatap muka biasa. Dengan
menggunakan variasi belajar yakni melalui media audio visual anak menjadi tidak mudah jenuh.
5. Ajarkan Manajemen Waktu

Cara mengajar anak SD tidak lagi seperti anak TK yang lebih fleksibel. Meskipun harus menarik dan
menyenangkan, anak SD sudah harus mengenal disiplin dalam hal waktu. Guru sudah mulai mengajari
anak tentang manajemen waktu. Ketika dalam sesi belajar sambil bermain, anak harus diberikan batas
waktu dan harus dibiasakan melakukan evaluasi setelah selesai kegiatan. Mengenai tugas, guru sudah
membiasakan anak untuk menyelesaikan sesuai batas waktu yang diberikan. Akan ada konsekuensi
apabila anak tidak disiplin mengenai waktu belajar. Orang tua juga dapat melatih anak tentang disiplin
waktu belajar di rumah. Hal ini akan membantu anak terbiasa dengan manajemen waktu yang baik ke
depannya.

3. Permasalahan Ditinjau dari Pendidik/Guru di SD/MI


1. Guru tidak menekuni profesinya secara utuh, hal tersebut dapat terlihat dari rendahnya
profesionalisme guru.Masalah yang timbul adalah seorang gur tidak bida mendidik anak didiknya
dengan baik, misalnya malah melakukan tindak kekerasan atau pelecehan seksual yang terjadi pada
muri sekolah dasar JIS.
2. Guru yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar, dengan pemilikan
kompetensi, guru dapat dilihat kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggungjawabnya.Minimal untuk mengajar di jenjang SD/MI adalah guru dengan lulusan pendidikan
minimal S1 agar berkompeten dalam mengajar peserta didiknya.
3. Guru yang menggunakan pola mengajar konvensional dari pada berdasarkan kompetensi,
sehingga bisa dipastikan siswa tidak dapat berkembang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
4. Beban kerja guru tinggi, sehingga akan berdampak pada kualitas materi yang disampaikan guru
kepada peserta didik. Karena terkadang para guru memikirkan akan banyak tugas yang dijalaninya, akan
dijadikan suat beban, sehingga dalam proses pembelajaran anak SD/MI yang butuh kesabaran lebih
dalam mengajar tidak akan terealisasikan.
5. Masih ada guru yang mengabaikan aspek-aspek mengenai dasar-dasar mengajar, sehingga siswa
banyak yang dijadikanpatung/bersifat pasif. Biasanya permasalahannya berhubungan dengan caa
mengajar yang tidak tepat, misalnya metode pembelajarannya sehingga membuat anak didik tidak
berkembang.

4. Permasalahan Ditinjau dari Media Pembelajaran di SD/MI


a. Pentingnya Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam hubungannya dengan pentingnya penggunaan media, maka dapat disimpulkan bahwa
pentingnya pemilihan media yakni sebagai berikut:
1. Perhatian siswa terhadap pengajar sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan

guru.
2. Bahan pengajaran siswa yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.

3. Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata kata
akibat kelelahan dalam mengajar.

4. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.
5. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan

dipecahkan oleh siswa dalam proses pelajaranya.


6. Sumber belajar bagi siswa sehingga banyak membantu siswa dalam menyelesaikan

tugas dan belajar.


b. Jenis-jenis Pemilihan Media Pembelajaran
Apabila dilihat dari bentuknya, jenis-jenis pemilihan media dapat dikelompokan menjadi tiga model,
yaitu :
1. Model flowchart yang menggunakan system pengguguran atau eliminasi dalam

pengambilan keputusan pemilihan.


2. Model matriks yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai

seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi.


3. Model check list yang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua

kriterianya dipertimbangkan.
Adapun jenis-jenis media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya.  Mulai yang paling kecil
sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya.  Ada media yang dapat dibuat
oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.  Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang
langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan
pembelajaran

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


Dalam menggunakan media pembelajran guru tidak serta merta menggunakannya. Ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan ketika akan menggunakan media pembelajaran. Secara ringkas cara
memilih media pembelajaran dapat dilihat berikut ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Soeparno
(1987:10), yakni:
1. Hendaknya mengetahui karakteristik setiap media

2. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan metode yang kita pergunakan.

4. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan materi yang sesuai dengan yang akan
dikomunikasikan.

5. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, jumlah, usia maupun
tingkat pendidikannya.

6. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat
media dipergunakan.

7. Janganlah memilih media dengan alasan dengan alasan bahan tersebut satu-satunya
yang kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai