Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-
masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia. Berikut ini
adalah beberapa masalah kurikulum yang ditemui:
- Pada guru: guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal
yaitu kurang waktu, kekurang sesuaian pendapat, baik dengan sesama guru maupun kepala sekolah &
administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
- Dari masyarakat: untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat, baik dalam
pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun kurikulum
yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
- Masalah biaya: untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk kegiatan eksperimen baik metode
isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tida iak sedikit.
- Kepala sekolah : dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai latar belakang mendalam
tentang teori dan praktek kurikulum. Kepala sekolah merupakan peranan yang penting dalam
pengembangna kurikulum.
- Birokrasi : terdiri dari para inspeksi di Kanwil dan juga orang tua maupun tokoh- tokoh masyarakat.
Kepala sekolah dan stafnya tidak dapat bekerja dalam kerangka patokan yang ditetapkan oleh
Depdikbud.
b. Kurikulum di MI
Pada dasarnya kurikulum di MI sama dengan kurikulum di sekolah dasar, hanya saja pada MI
terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam. Selain mengajarkan mata pelajaran
sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti Alquran dan Hadis,
Akidah dan Akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan islam dan bahasa arab.
c. Kurikulum di SD
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas, kurikulum yang digunakan oleh SD
adalah kurikulum nasional yang ditetapkan Depdiknas yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan Depdiknas tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah.
Dalam permainan edukatif, daya pikir anak menjadi lebih aktif dibandingkan pada saat anak duduk
diam mendengar penjelasan guru. Ketika anak belajar sambil bermain, mereka menjadi lebih fokus
karena pada kegiatan bermain terdapat aturan yang bisa menstimulus anak. Anak akan lebih mudah
mengingat pelajaran ketika kegiatan belajar dikemas dalam bentuk permainan edukatif
2. Belajar dalam Kelompok
Cara mengajar anak SD yang menjadi salah satu metode yang paling efektif adalah dengan
menggunakan sistem belajar kelompok. Materi pelajaran anak SD dapat dibahas lewat topik-topik kecil
di kelompok belajar. Guru sering membagi kelas ke dalam beberapa kelompok untuk membahas topik
tertentu. Selanjutnya, antarkelompok akan membagikan rangkuman dari masing-masing topik. Selain
menyenangkan, cara belajar kelompok juga efektif untuk merangkum bab pelajaran yang terdiri dari
banyak topik. Selain membahas pelajaran, dalam kelompok belajar, guru juga dapat memberikan tugas.
Dengan mengerjakan tugas dalam kelompok, anak yang kurang paham pelajaran dapat dibantu oleh
teman kelompoknya yang lebih paham. Kegiatan belajar kelompok ini bukan hanya dapat dilakukan di
sekolah, tetapi dapat juga dilakukan di rumah dengan pengawasan orang tua.
3. Langsung Praktik
Cara mengajar anak SD tidak melulu harus dengan penjelasan dari buku. Anak terkadang penasaran
dengan praktik atau pengerjaan di lapangan. Ajak anak untuk melakukan praktikum. Praktikum dapat
dimulai dengan melakukan observasi pada lingkungan, atau melakukan percobaan yang mudah
dilakukan. Kegiatan praktik yang melibatkan gerak tubuh anak juga menjadi salah satu cara mengajar
anak SD yang efektif. Dengan menggunakan pola belajar yang banyak melibatkan gerakan akan
membuat anak lebih memahami pelajaran. Beberapa anak memang mengandalkan kinetik ketika belajar
dan justru lebih sulit jika hanya lewat bacaan atau mendengar penjelasan guru.
4. Gunakan Media Audio Visual
Cara belajar anak SD juga menjadi efektif ketika menggunakan media audio visual. Media ini sudah
sering dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan menjadi lebih tertarik belajar jika
menggunakan media yang erat dengan diri mereka. Beberapa pelajaran seperti pelajaran bahasa dapat
menampilkan tayangan atau percakapan yang dapat dibahas di kelas. Materi yang berkaitan tentang
sejarah atau cerita tokoh juga dapat dikemas melalui tayangan atau film singkat. Anak akan lebih tertarik
untuk mengulas materi tersebut dibandingkan lewat pembelajaran tatap muka biasa. Dengan
menggunakan variasi belajar yakni melalui media audio visual anak menjadi tidak mudah jenuh.
5. Ajarkan Manajemen Waktu
Cara mengajar anak SD tidak lagi seperti anak TK yang lebih fleksibel. Meskipun harus menarik dan
menyenangkan, anak SD sudah harus mengenal disiplin dalam hal waktu. Guru sudah mulai mengajari
anak tentang manajemen waktu. Ketika dalam sesi belajar sambil bermain, anak harus diberikan batas
waktu dan harus dibiasakan melakukan evaluasi setelah selesai kegiatan. Mengenai tugas, guru sudah
membiasakan anak untuk menyelesaikan sesuai batas waktu yang diberikan. Akan ada konsekuensi
apabila anak tidak disiplin mengenai waktu belajar. Orang tua juga dapat melatih anak tentang disiplin
waktu belajar di rumah. Hal ini akan membantu anak terbiasa dengan manajemen waktu yang baik ke
depannya.
guru.
2. Bahan pengajaran siswa yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.
3. Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata kata
akibat kelelahan dalam mengajar.
4. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.
5. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
kriterianya dipertimbangkan.
Adapun jenis-jenis media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil
sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat
oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang
langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan
pembelajaran
2. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan metode yang kita pergunakan.
4. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan materi yang sesuai dengan yang akan
dikomunikasikan.
5. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, jumlah, usia maupun
tingkat pendidikannya.
6. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat
media dipergunakan.
7. Janganlah memilih media dengan alasan dengan alasan bahan tersebut satu-satunya
yang kita miliki.