Anda di halaman 1dari 16

APLIKASI TEORI PEMBELAJARAN BAHASA DALAM BAHASA

INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Mata Perkuliahan Teori Belajar Bahasa


Dosen pengampu: Welly Nores Kartadireja.,M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 9

Elis Novianti 182121016


Lensi Destiadi 202121098
Marsella Olivia Dwi 202121122
Putri Bunga Mawardi 202121123
Siti Nurkhafifah 202121124

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami,
kelompok 9 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi Teori Belajar
Bahasa dalam Bahasa Indonesia”
Makalah ini berisi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pengembangan fungsi bahasa melalui pembelajaran presentasi yang meliputi
pengertian teori belajar bahasa, behaviorisme, kognitivisme, nativisme.
Dalam penlisan makalah ini penulis dapat bantuan dari berbagai pihak
melalui moral maupun materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bunda Welly Nores Kartadireja, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Teori Belajar Bahasa yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
mengembangkan wawasan dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
2. Teman-teman penulis yang telah memberi masukan dalam pembuatan
makalah ini sehingga makalah menjadi lebih kaya dan bermakna.
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis menyelsaikan makalah ini.
Semoga bantuan Bapak, Ibu, dan Saudara menjadi amal saleh dan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dalam isi
maupun teknik penyajian. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan

Tasikmalaya, 1 Oktober 2020 Penulis,


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Makalah.....................................................................................
D. Metode...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. Pengertian Teori Belajar Bahasa............................................................


B. Ragam Teori Belajar Bahasa..................................................................
C. Aplikasi Teori Belajar Bahasa...............................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................

A. Simpulan................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa berperan sangat penting karena bahasa sebagai media dalam
interaksi manusia. Dengan orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak
sosial. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena
bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Setiap
manusia dilahirkan sudah mempunyai alat kebahasaan, jika digunakan dengan
baik maka kemampuan berbahasanya akan maksimal.
Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya empat pandangan atau teori
dalam perkembangan bahasa. Pandangan teori nativisme yang berpendapat bahwa
penguasaan bahasa bersifat alamiah dan pandangan teori behaviorisme yang
berpendapat bahwa penguasaan bahasa bersifat suapan. Pandangan selanjutnya
adalah pandangan teori kognitivisme dan pandangan teori humanisme.
Di antara pendapat mereka ada yang bertentangan namun ada juga yang
saling mendukung dan melengkapi. Pemikiran para ahli tentang teori belajar
bahasa ini begitu variatif dan menarik. Fungsi pandangan tentang teori- teori
dalam pembelajaran adalah untuk membantu kita mengerti dan mengorganisasi
data tentang pengalaman dan memberikan makna yang merujuk dan sesuai.
Dengan kata lain teori belajar bahasa adalah gagasan-gagasan tentang
pemerolehan bahasa. Sehubungan dengan prinsip pembelajaran bahasa, kiranya
teori belajar ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran bahasa.
Dalam makalah ini dijabarkan empat teori belajar bahasa secara jelas dan bentuk
pengaplikasiannya dalam proses pembelajaran bahasa.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang pengertian teori belajar bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan teori behaviorisme ?
3. Apa yang dimaksud dengan teori kognitivisme?
4. Apa yang dimaksud dengan teori nativisme?
5. Bagaimana pengaplikasian teori behaviorisme, kognitivisme, dan nativisme?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar bahasa
2. Untuk mengetahui teori behaviorisme.
3. Untuk mengetahui teori kognitivisme.
4. Untuk mengetahui teori nativisme.
5. Untuk mengetahui pengaplikasian teori behaviorisme, kognitivisme dan
nativisme.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kajian pustaka. Penulis mencari ,membaca artikel, prosiding, dokumen dan
sebagainya yang terkait dengan topik yang dibahas.Dari penulisan makalah ini
diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta
wawasan kepada para pembaca .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Bahasa


Teori adalah serangkaian konsep, definisi, dan preposisi yang saling
berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang
suatu fenomena pada umumnya. Penggunaan teori oentinga kiranya dalam
menelaah suatu masalah atau fenomena yang terjadi sehingga fenomena tersebut
dapat diterangkan secara eksplisit dan sistematis.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik eketika ia berada di
sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karena itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau
ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
belajar yang dicapai peserta didik.
Bahasa adalah lambang sistem lambang bunyi yang digunakan untuk
berkomunikasi, sosialisasi, berekspresi dan menyampaikan suatu hal yang dapat
dimengerti dan dipahami. Selaim itu, bahasa juga merupakan sistem bunyi yang
terstuktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam komunikasi oleh
sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk mengungkapkan
sesuatu dan prose yang terdapat di sekitar manusia. Bahasa sebagai alat
komunikasi di seluruh dunia memiliki fungsi tersendiri. Pertama, sebagai bahasa
ibu dan bahasa sebagai bahasa asing. Bahasa sekalipun sebagai bahasa ibu,
tetaplah dimiliki berdasarkan adanya pembelajaran. Hal ini berhubungan dengan
pembelajaran yang diberikan orang tua untuk memancing anak sehingga mampu
berbicara maupun berperilaku bahasa lainnya. Bahasa terlebih sebagai bahasa
asing tentunya harus dipelajari karena tidak diperoleh dan digunakan dalam
jangka waktu yang lebih intens seperti bahasa iubu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
teori belajar bahasa adalah teori mengenai bagaimana manusia mempelajari
bahasa, dari tidak bisa berkomunikasi antar sesama manusia dengan medium
bahasa menjadi berkomunikasi dengan baik, karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial yang perlu berinteraksi serta butuh berkomunikasi dengan
manusia lain.
B. Ragam Teori Belajar Bahasa
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu
kebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental
seperti kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Hal
ini dapat dimaklumi karena behaviorisme berkembang melalui suatu penelitian
yang melibatkan binatang seperti kucing, tikus dan anjing sebagai objek. Peristiwa
belajar semata-mata dilakukan dengan memilih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Para ahli behaviorisme
berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dengan
respon.
Para ahli yang mengembangkan teori ini antara lain E.L. Thorndike, Ivan
Pavlov, B.F.Skinner, J.B. Watson, Clark Hull dan Edwin Guthrie. Ada beberapa
istilah yang harus dipahami terlebih dahu;u untuk lebih memahami makna
“hukum belajar” yang dihasilkan dari sejumlah penelitian dari para ahli itu.
Konsep dasarnya, seperti yang dikembangkan oleh Thorndike dan Watson,
seorang behaviorisme murni, belajar adalah proses interaksi antara stimulus atau
rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan yang bertujuan agar mendapatkan
respon belajar dari objek penelitian. Respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan, atau tindakan.
Syarat pokoknya, stimulus maupun respon harus benar-benar dapat diaamati dan
diukur. Jadi walaupun diakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, tetapi faktor tersebut dianggap tidak relevan karena tidak
dapat diamati.
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku yang dapat diukur,
diambil dan dihasilkan oleh respon belajar terhadap rangsangan tanggapan dapat
diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku yang
diinginkan.
2. Teori Kognitivisme
Teori belajar menurut pandangan kaum kognitivis dikemukakan oleh
David Ausubel (1965) belajar adalah proses penuh makna dalam mempertautkan
kejadian atau bahan (informasi) baru dengan konsep atau proposisi-proposisi yang
sudah ada dalam kognisi anak. Proses menghubungkan informasi baru dengan
konsep lama yang sudah ada akan diperoleh pengetahuan baru, ingatan baru,
organisasi pengetahuan baru yang secara psikologis merupakan struktur secara
hierarkis, serta terjadinya proses kelupaan. Proses belajar penuh makna ini dapat
saja terjadi kelupaan tetapi bukan kelupaan manasuka. Kelupaan merupakan
lanjutan dari proses mengklasifikasi dan pengurangan daya ingat terhadap
denominator umum yang dianggap tidak penting. Proses kelupaan kadang-kadang
justru merupakan pemangkasan kognisi berupa penghilangan informasi yang tidak
perlu dengan maksud memberi jalan bagi masuknya informasi baru ke dalam
wilayah kognisi (analogikan dengan pemangkasan tanaman dengan maksud untuk
memperoleh pertumbuhan yang lebih baik). dengan demikian proses lupa
merupakan proses sistematis menuju ke daya ingat lebih lama.
Piaget mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif individu. Proses belajar yang dialami seorang anak
berbeda pada tahap satu dengan tahap yang lainnya yang secara umum semakin
tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak
cara berpikirnya. Oleh karena itu, orang tua atau pengajar harus memahami tahap-
tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Krashen berpendapat bahwa proses pembelajaran bahasa berdasarkan
pandangan kognitif mengemukakan beberapa hipotesis. Hipotesis pertama yaitu
hipotesis pemerolehan dan pembelajaran bahawa (the acquisition and learning
hypotesis). Hipotesis ini mengemukakan ada dua pembelajaran bahasa yaitu
melalui proses pemerolehan dan melalui proses belajar pemerolehan. Hipotesis
kedua yaitu hipotesis monitor (the monitor hypotesis). Hipotesis ini
mengemukakan bahwa pengetahuan bahasa yang dipelajari secara sadar hanya
berfungsi sebgai monitor atau indikator yang mengecek sistem bahasa yang akan
dihasilkan. Hipotesis ketiga yaitu hipotesis urutan alamiah (the order hypotesis).
Hipotesis ini mengemukakan bahwa proses pemerolehan struktur gramatikal
terjadi secara berurutan. Hipotesis keempat yaitu hipotesis input (the input
hypotesis) menyatakan bahwa kemampuan bahasa seseorang tergantung inputnya.
Hipotesis kelima yaitu hipotesis saringan efektif (the filter affective hypotesis)
hipotesis ini mengemukakan bahwa semakin besar saringan afektif semakin sukar
menguasai bahasa.
Berdasarkan pandangan kaum kognitivis tersebut dapat diambil beberapa
kesimpulan tentang belajar pada diri pembelajar, yaitu:
a. Belajar merupakan proses penuh makna (meaningful learning), dalam arti
mempertautkan informasi lama dengan informasi baru untuk memperoleh
pengetahuan baru yang lain.
b. Manusia sejak lahir telah memiliki bakat bawaan untuk belajar, dalam diri
manusia sejak lahir terdapat semacam kotak hitam (black box) yang berfungsi
untuk menyerap informasi.
c. Belajar pada prinsipnya merupakan pengalaman sadar untuk memperoleh hal-
hal yang bermakna.
d. Dalam proses belajar terjadi kelupaan sistematis. Kelupaan sistematis yang
dimaksud adalah terjadi pemangkasan kognisi berupa penghilangan kekalutan
dengan maksud memberi jalan bagi masuknya informasi baru ke wilayah
kognisi.
3. Teori Nativisme
Chomsky mengatakan bahwa bahasa diperoleh secara ilmiah (natural).
Menurutnya lingkungan tidak memengaruhi dalam proses kematangan
pemerolehan bahasa. Manusia sejak lahir telah memiliki bakat bawaan untuk
belajar dalam diri manusia. Sejak lahir terdapat semacam kotak hitam (black box)
yang berfungsi untuk menyerap informasi dan dibekali LAD (Language
Acquistion Evice) atau alat pemerolehan bahasa. LAD dianggap sebagai bagian
dari fisiologis dari otak khusus untuk memproses bahasa secara alami. Ini dapat
dikatakan sebagai hipotesis nurani yaitu hipotesis yang mengamsusikan sebagian
atau keseluruhan bahasa tidak dipelajari tetapi ditentukan oleh kendali nurani dari
organisme manusia.
Berbeda dengan kamun behavioristik, kamun nativistik atau mentalistik
berpendapat bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan
dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memendang
penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit
demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis
telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa
merupakan pemberian biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan
mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam waktu relatif yang singkat lewat
proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek
penting yang menyangkut sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah
ada dalam diri manusia secara alamiah.
Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Seorang anak lahir
dengan segudang potensi bawaan untuk memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa
pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada
hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar.
Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan.dengan perkataan
lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis sejak
lahir.
Pandangan kaum nativis bahwa selama proses pemerolehan bahasa
pertama anak-anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya secara
genetis telah direncanakan. Dengan kata lain bahasa merupakan pemberian yang
alami atau biologis yang disebut hipotesis alam. Bahasa itu kompleks dan rumit
karena tidak dipelajari dalam waktu yang sangat singkat.
Menurut teori nativisme, terdapat tiga faktor utama yang dianggap
berpengaruh pada perkembangan manusia, yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik yaitu faktor yang diwariskan dari kombinasi kedua orang
tuanya. Sehingga ketika anak dilahirkan, mereka akan memiliki bakat dari
ayah dan ibunya.
b. Faktor Kemampuan Anak
Faktor ini bersumber dari kemampuan anak tersebut menggali minat dan bakat
yang dimilikinya. Jika anak tidak memiliki motivasi atau tuntutan untuk
menemukan bakatnya, atau tidak dibantu untuk menemukan apa yang menjadi
minat dan bakatnya, tentu ia akan sulit apa yang menjadi potensi dirinya.
c. Faktor Pertumbuhan Anak
Tidak terlalu berbeda dengan yang sebelumnya faktor pertumbuhan ini
mengacu pada dorongan terhadap anak untuk mengetahui apa yang menjadi
minat dan bakatnya dalam setiap fase tumbuh kembangnya. Dengan demikian,
anak akan bereaksi atau memberikan respon terhadap apa yang dilakukannya
guna mengembangkan kemampuan dirinya.
C. Aplikasi Teori Bahasa
1. Aplikasi Teori Behaviorisme
Contoh Pembelajaran dalam aplikasi dari teori behaviorisme, yaitu:
a. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
b. Jika ada siswa yang bertanya guru harus bisa menjawab dan menjelaskannya
hingga siswa bener-benar mengerti, dan bila ada siswa yang kurang mengerti
atau kurang aktif guru perlu memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk
memaksa siswa aktif di kelas.
c. Memberikan penguatan/ reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman yang bersifat mendidik.
d. Jika di dalam kelas atau di dalam pelajaran itu siswa ada yang kurang
memperhatikan atau mengabaikan pelajaran guru, guru bisa memberikan
hukuman agar siswa jera dan tidak berani mengulanginya lagi juga lebih
memperhatikan guru saat guru mengajar.
2. Aplikasi Teori Kognitivisme
Dalam proses pengaplikasian teori kognitivisme ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:
a. Guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa
yang dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat
melakukan tindakan dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan
atau menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan
irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang
membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibicarakan.
b. Membantu siswa membedakan informasi yang penting dengan informasi yang
tidak penting untuk memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan
tujuan pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi
atau meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan.
c. Membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang
diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk
mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru,
menggunakan diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi
baru dengan informasi yang dimiliki.
d. Sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan
pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman,
e. Utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan
mengajarkan perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-
kata yang sudah dimiliki.
Berdasarkan dari beberapa tahapan penerapan teori kognitivisme diatas
diharapakan seorang guru dapat memberikan pengajaran bahasa yang baik kepada
siswanya dengan mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan dari aspek kognitif itu
sendiri. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
3. Aplikasi Teori Nativisme
Teori nativisme merupakan teori yang mendukung bahwa Bahasa didapat
sejak lahir. Anak ketika lahir sudah memiliki kemampuan language acquisition
device atau LAD. Maka penerapan dalam pembelajaran Bahasa dapat dimulai
sejak lahir. Teori inipun mendukung bahwa pemerolehan bahasa anak tergantung
pada kemampuan anak sejak lahir dan tidak terpengaruh pada lingkungan atau
pengetahuan, maka tidak heran jika ada anak yang bisa menguasi 5 bahas
sekaligus ketika ia belum dewasa karena kemampuan bahasa ketika lahirnya
sudah baik.
Untuk pengaplikasian dalam pembelajaran bahasia Indonesia dapat
dilakukan dengan cara mengarahkan bakat anak supaya dapat dikembangkan
dengan cara yang benar disini fungsi guru sebagai fasilitator yang baik sangat
dibutuhkan sebab akan mempengaruhi juga kepada pengembangan anak
4. Aplikasi Teori Kognitivisme
Dalam proses pengaplikasian teori kognitivisme ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:
f. Guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa
yang dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat
melakukan tindakan dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan
atau menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan
irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang
membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibicarakan.
g. Membantu siswa membedakan informasi yang penting dengan informasi yang
tidak penting untuk memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan
tujuan pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi
atau meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan.
h. Membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang
diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk
mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru,
menggunakan diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi
baru dengan informasi yang dimiliki.
i. Sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan
pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman,
j. Utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan
mengajarkan perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-
kata yang sudah dimiliki.
Berdasarkan dari beberapa tahapan penerapan teori kognitivisme diatas
diharapakan seorang guru dapat memberikan pengajaran bahasa yang baik kepada
siswanya dengan mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan dari aspek kognitif itu
sendiri. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Keberhasilan peserta didik atau siswa dalam proses pembelajaran bahasa
tidak hanya ditentukan oleh diri siswa itu sendiri tetapi juga harus didukung oleh
tenaga pengajar yang memfasilitasi penyampaian ilmu bahasa itu sendiri. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat teori yang harus dipahamioleh
seorang guru dan harus diterapkan dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya empat pandangan atau teori
dalam perkembangan bahasa. Pandangan teori nativisme yang berpendapat bahwa
penguasaan bahasa bersifat alamiah dan pandangan teori behaviorisme yang
berpendapat bahwa penguasaan bahasa bersifat suapan. Pandangan selanjutnya
adalah pandangan teori kognitivisme.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan masih jauh
dari kesempurnaan,maka dari itu untuk para pembaca apabila menemui beberapa
kesalahan dalam makalah ini maka kami mengharap kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Suryono. Hariyanti. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Riyanti, Asih. 2020. Teori Belajar Bahasa. Magelang: Tidar Media.

Zahratunnisa, Reza. 2015. Berbagai Teori Belajar Bahasa.


https://www.academia.edu/30269130/BERBAGAI_TEORI_BELAJAR_B
AHASA (diakses tanggal 11 Oktober 2020

Savitra, Khanza. 2016. Teori Nativisme dalam Psikologi dan Pengaruhnya


Terhadap Pendidikan.
https://www.google.com/amp/s/dosenpsikologi.com/teori-nativisme/amp.
(diakses tanggal 11 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai