Anda di halaman 1dari 13

"TEORI PENGAJARAN BAHASA"

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Linguistik


Dosen Pengampu: Dr. Hj. Nurul Hanani, M.H.I

Disusun Oleh :
Amilia Nur Safitri (23503004)

PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Teori- Teori
Pengajaran Bahasa” dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna melengkapi tugas mata kuliah
Linguistik. Disamping itu, makalah ini dapat memberikan wawasan kepada
mahasiswa tentang Mendeskripsikan Teori Pengajaran Bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
terdapat kekurangan, khususnya menyangkut masalah pembahasan yang
kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami, maka dari itu kami
butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Daftar Halaman

COVER.............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
Daftar Halaman...............................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Pengertian Pengajaran Bahasa.......................................................................5
B. Teori Pengajaran Bahasa................................................................................6
C. Faktor Pendukung Pengajaran Bahasa..........................................................8
BAB IV............................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang bernilai edukatif. Dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Dengan
tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil
dalam mengajar.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995).Oleh karena itu,
setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran
untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian
tujuan belajar dapat terpenuhi.
Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa teori yang mempunyai
perbedaan dalam pendapat masing-masing, dan mereka mempunyai dasar yang
mampu menguatkan pendapat mereka. Adapun kelompok yang berpendapat
tentang teori belajar bahasa, pertama teori behavioris yang berorientasi pada
psikologi behaviorisme, yang kedua teori generatif yang berdasarkan pada teori
nativisme dan teori kognitivisme, dan yang ketiga teori konstruktivisme.
Ketiga teori tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam ilmu
bahasa yang berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa atau pemebelajaran
bahasa. Berdasar pada ketiga teori tersebut, maka dalam artikel ini akan dijelaskan
mengenai ketiga teori tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengajaran Bahasa?
2. Apa saja yang menjadi landasan teori pengajaran bahasa ?
3. Apa saja faktor- faktor pendukung pengajaran bahasa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengajaran Bahasa
Pengajaran dapat diartikan sebagai training, instructing, conditioning, and
indoctrinating (pelatihan, penugasan, penyediaan kondisi dan indoktrinasi). Dalam
pelaksanaannya, pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang terpadu antara
pelatihan, penugasan, penyediaan kondisi dan indoktrinasi dengan komponen
kurikulum, bahan ajar, media, metode, lingkungan, guru dan siswa untuk
mencapai tujuan tertentu. Tujuan pengajaran bahasa adalah meningkatkan potensi
siswa dalam berbahasa. Oleh karena itu, serangkaian kegiatan yang terpadu itu
ditujukan untuk meningkatkan potensi siswa dalam berbahasa. Untuk itu,
pengajaran bahasa merupakan serangkaian kegiatan yang terpadu antara pelatihan,
penugasan, penyediaan kondisi dan indoktrinasi dengan komponen kurikulum,
bahan ajar, media, metode, lingkungan serta guru untuk meningkatkan potensi
siswa dalam berbahasa.1
. Pengajaran Bahasa dapat dibatasi sebagai suatu proses atau cara
mengajarkan bahasa kepada siswa. Dalam pelaksanaannya, pengajaran bahasa
ditandai oleh serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan dengan
melibatkan sejumlah komponen pendukung. Dalam pengajaran tersebut, siswa
ditempatkan sebagai subjek kegiatan. Adapun bahasa ditempatkan sebagai objek
untuk diajarkan kepada siswa. Menurut Hidayat (1987), ada dua faktor penting
yang perlu dipertimbangkan dalam pengajaran bahasa, yakni: hakikat bahan
pelajaran yang akan diajarkan, dan hakikat proses belajar bahasa. Artinya,
pengajaran bahasa tersebut harus menjawab pertanyaan “Apa bahan pelajaran
yang akan diajarkan? Dan bagaimana proses pengajarannya?” Ada sejumlah
model yang dapat digunakan untuk merumuskan tahaptahap pengajaran bahasa.
Dengan berlandastumpukan pada model pengajaran yang ada, Anda dapat
1
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Malang: Misykat, Cet.III, 2005 hal
56
mengembangkan tahap-tahap pengajaran bahasa yang sesuai dengan kondisi yang
ada di lapangan (Sekolah Dasar).
B. Teori Pengajaran Bahasa
1. Teori Behavioristik
Bapak behavioristik yang terkenal di Amerika yaitu John B. Watson (1878
– 1958).Bahasa merupakan bagian fundamental dari keseluruhan perilaku
manusia.Teori behavioristik memumpunkan perhatiannya pada aspek yang
dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus
dan respons pada dunia sekelilingnya. Seorang berhavioris menganggap bahwa
perilaku berbahasa yang efektif merupakan hasil respon tertentu yang dikuatkan,
respons itu akan menjadi kebiasaan. (contoh: Anak yang minta susu pada ibunya
oleh ibu diberi susu) maka hal ini apabila selalu dituruti oleh ibu, sang anak akan
minta susu dengan cara seperti itu terus. Pernyataan ini diteliti oleh Skinner yang
dikenal dengan teorinya belajar disebut operant conditioning.Konsep ini mengacu
pada kondisi di mana manusia/binatang mengirimkan
respons /oprerant (ujaran/kalimat) tanpa ada stimulus yang tampak.Operant itu
dipertahankan dengan penguatan.2
Pendapat Skinner ditentang ogzleh Noam Chomsky (1959), tetapi pada
tahun 1970, Kenneth Mac Corquadale memberikan jawaban atas kritikan
Chomsky. Beberapa linguis dan ahli psikologi sependapat dengan Skinner bahwa
model Skinner tentang perilaku berbahasa dapat diterima secara memadai pada
kapasitas memperoleh bahasa, perkembangan bahasa, hal bahasa,dan teori makna.
Ahli Psikologi mengusulkan modifikasi teori behaviorisme, contohnya
terori modifikasi yang dikembangkan dari teori Pavlov, yakni teori
kontiguitas.Misalnya pengertian makna, dipertanggung jawabkan dengan
pernyataan bahwa rangsangan kebahasaan (kata/kalimat) memancing respons
mediasi, yakni swastikulasi.
Charles Osgood menyebut swastimulasi sebuah proses mediasi
representasional, yakni proses yang tidak tampak yang bergerak dalam diri
pembelajar. Teori mediasi menjelaskan hakikat bahasa dengan makna berbau
mentalisme. Dalam teori mediasi masih terdapat pertanyaan-pertanyaan yang

2
Srilorita. Diktat Teori Belajar Bahasa. Baturaja: FKIP Unbara. 2004.
belum terjawab, hakikat bahasa dan hubungan integral antara makna dan ujaran
tak terpecahkan
Pendukung teori behaviorisme yang lain adalah Jenkins dan Palermo
(1964). Mereka mensitesiskan linguistik generatif dengan pendekatan mediasi
untuk bahasa anak.Anak memperoleh kerangka tata bahasa struktur frase dan
belajar ekuivalensi stimulus respons yang dapat diganti dalam tiap kerangka.
Teorinya Jenkis dan Palermo mengalami kegagalan untuk menjelaskan
hakikat bahasa yang abstrak.Pendapat ahli psikologi behaviorisme yang
menekankan pada observasi empirik dan metode ilmiah hanya dapat mulai
menjelaskan keajaiban pemerolehan dan belajar bahasa dan ranah kajian bahasa
yang sangat luas masih tak tersentuh.3

2. Teori Generatif
a) Teori Nativisme
Teori nativisme dihasilkan dari pernyataan bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Lenneberg (1967) menyatakan bahwa bahasa itu
merupakan perilaku khusus manusia dan cara pemahaman tertentu,
pengkategorian kemampuan,dan mekanisme bahasa yang lain ditentukan secara
biologis. Teori Nativisme Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan
tokoh utama golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-
satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal.
Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki
bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau
LAD (Language Acquisition Device). McNeill mendeskripsikan LAD menjadi
empat bakat bahasa. Kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang
lain dalam lingkungannya Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke
dalam variasi yang beragam. Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang
mungkin dan sistem yang lain yang tak mungkin. Kemampuan untuk tetap
mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang
mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang diperoleh.
Tata bahasa anak mengacu pada tata bahasa tumpu (pivot grammar).Ujaran anak

3
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
satu dua kata mula-mula merupakan perwujudan dua kelas kata terpisah dan
bukan dua kata yang dilempar bersama. Kalimat –kata tumpu +kata terbuka.4
Sumbangan teori nativisme:
1. Bebas dari keterbatasan dari metode ilmiah untuk menjelajah sesuatu yang tak
tampak, tak dapat diobservasi, berada di bawah permukaan yang tersembunyi,
struktur kebahasaan yang abstrak yang dikembangkan anak.
2. Deskripsi bahasa anak sebagai sistem yang sah, taat kaidah, dan konsisten. Bahasa
anak pada tiap tahap itu sistematik, artinya anak secara berkelanjutan membentuk
hipotesis dasar dengan masukan yang diterimanya dan menguji
kebenarannya.Hipotesis tersebut terus direvisi, dibentuk lagi, atau kadang
dipertahankan.
3. `Konstruksi sejumlah kekayaan potensial dari tata bahasa universal.
b) Teori Kognitifisme
Slobin (1971) mengatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik
bergantung pada perkembangan kognitif.Urutan perkembangan itu ditentukan
oleh kompleksitas semantik daripada kompleksitas struktural.
Bloom (1976), penjelasan perkembangan bahasa bergantung pada
penjelasan kognitif yang terselubung.Apa yang diketahui anak menentukan kode
yang dipelajarinya untuk memahami pesan dan menyampaikannya.
Dapat dikemukakan bahwa pendekatan kognitif menjelaskan bahwa: a.
Dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir. b. Belajar terjadi dan kegiatan
mental internal dalam diri kita c. Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang
kompleks. Laughlin dalam Elizabeth (1993: 54) berpendapat bahwa dalam belajar
bahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan
pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang
anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.
3. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktvisme Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh
pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan
demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun

4
Srilorita. Diktat Teori Belajar Bahasa. Baturaja: FKIP Unbara. 2004.hal 77.
demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan
untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen
dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan
fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka.
Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk
memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara
eksplorasi dan pendekatan.
Dalam rangka kerjanya, ahli konstruktif menantang guru- guru untuk
menciptakan lingkungan yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk
memikirkan dan mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus
dipenuhi, yaitu: 1) Pembelajar harus berperan aktif dalam menyeleksi dan
menetapkan kegiatan sehingga menarik dan memotivasi pelajar, 2) Harus ada guru
yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai,
skema, dan kemampuan memecahkan masalah. Tujuan utama dari teori ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah
masyarakat.
C. Faktor Pendukung Pengajaran Bahasa
1) Filter Afektif
Filter afektif digunakan untuk menyaring segala sesuatu yang merupakan
masukan dari sekitar pembelajar. Yang termasuk filter afektif adalah motivasi
pembelajar, sikap pembelajar, dan keadaan emosi pembelajar.
Filter afektif digunakan untuk menentukan:
a. Model bahasa sasaran yang dipilih pembelajar;
b. Bagian bahasa yang harus dikuasai lebih dahulu;
c. Kapan upaya belajar harus mengalami masa tenang
d. Seberapa cepat pembelajar dapat memperoleh bahasa.
Lingkungan sosial mempengaruhi penyaringan,misalnya adanya tuntutan
untuk menggunakan bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari menuntut siswa
untuk belajar bahasa asing tersebut.
Faktor Penentu Filter Afektif
a. Percaya Diri
Keberhasilan kognitif atau afektif ditentukan oleh derajat kepercayaan diri
dan derajat kesadaran akan kemampuan sendiri.
Ada korelasi positif antara rasa percaya diri dengan kemampuan anak
belajar bahasa.semakin tinggi percaya diri anak, semakin tinggi pula kinerja
belajar bahasa.
b. Hambatan (inhibisi)
Dalam pembelajar bahasa, Guiora (1927) memperkenalkan ego bahasa,
yakni hakikatnya pembelajaran bahasa sangat personal dan egoistis.
Seorang guru harus dapat menurunkan inhibisi secara bermoral supaya
pembelajaran berhasil dengan baik.Obat penawar dalam mengatasi ketakutan
belajar bahasa adalah menciptakan kerangka afektif yang layak sehingga
pembelajar merasa nyaman ketika menggunakan atau belajar bahasa tanpa rasa
takut untuk menjadi malu karena ditertawakan guru/teman.
Kesalahan jangan ditertawakan apalagi dihujat.Siswa harus dirangsang
untuk percaya diri untuk dapat bereksperimen dan bereksplorasi serta berani
mengambil risiko dalam belajar bahasa. Semakin berani mengambil risiko dalam
belajar bahasa akan berdampak positif dalam pemerolehan pelajaran.
c. Kecemasan
Konsep yang berhubungan dengan inhibisi, rasa percaya diri, dan
pengambilan resiko adalah kecemasan dalam pembelajaran bahasa.kecemasan
adalah perasaan tidak nyaman, frustasi, ragu, dan khawatir.
Macam kecemasan:
• Kecemasan paling dalam/global (kecemasan permanen).
• Kecemasan momentaris/situasional.
Tiga komponen kecemasan belajar bahasa kedua:
1. Komunikasi dan pengertian, yang muncul dari ketidakmampuan pembelajar
untuk mengeskpresikan secara layak pemikiran/ gagasan yang matang.
2. Takut akan ekuivalensi sosial yang negatif, muncul dari kebutuhan untuk
membuat kesan sosial yang positif.
3. Tes kecemasan, atau pengertian akan evaluasi akademik.5
d. Motivasi

5
Suyatno. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC. 2004 hal 134.
Motivasi merupakan insentif, kebutuhan, atau keinginan yang dirasakan
pembelajar bahasa untuk belajar.
Jenis-jenis motivasi:
· Motivasi integratif
Motivasi integratif adalah keinginan untuk berperan serta di dalam
kehidupan masyarakat yang menggunakan bahasa yang dipelajari pembelajar.
· Motivasi instrumental
Motivasi instrumental adalah keinginan untuk menggunakan bahasa
karena alasan praktis, misalnya pekerjaan.
· Indentifikasi kelompok sosial
Pembelajar ingin mengidentifikasi dirinya sebagai bagian anggota
masyarakat.
2) Organisator
Organisator merupakan bagian dari pikiran pembelajar bahasa yang
bekerja secara subsadar untuk mengorganisasikan sistem bahasa.Organisator
digunakan oleh pembelajar untuk menghasilkan kalimat yang dipelajari melalui
hafalan.Organisator adalah faktor yang bertanggung jawab atas pengorganisasian
sistem bahasa yang dipelajari yang dikerjakan secara gradual.
3) Monitor
Monitor merupakan bagian sistem internal pembelajar yang secara sadar
memproses informasi. Monitor merupakan bagian sistem internal pembelajar yang
bertanggung jawab terhadap proses kebahasaan secara sadar (belajar(Krashen)).
Pembelajar menggunakan pengetahuan kebahasaannya untuk
memformulasikan, membetulkan, atau menyunting secara sadar tuturannya
sendiri.
Derajat penggunaan monitor ditentukan oleh
1. Umur pembelajar (perkembangan kognitifnya),
2. Jumlah pengajaran formal yang diperoleh pembelajar.
3. Hakikat dan pumpunan yang diminta oleh tugas verbal dilakukan
4. Kepribadian pembelajar
Seperti contoh bagi pembelajaran anak SD kelas I yang kira-kira umur
pembelajar ± 6 tahun dengan jumlah pengajaran yang sedikit. Maka proses
pembelajaran diberikan dengan metode yang ceria atau dengan metode yang
santai dan menyenangkan agar siswa selain dapat memahami materi yang
diajarkan juga menyenangi materi yang disampaikan oleh guru.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengajaran dapat diartikan sebagai training, instructing, conditioning, and
indoctrinating (pelatihan, penugasan, penyediaan kondisi dan indoktrinasi). Dalam
pelaksanaannya, pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang terpadu antara
pelatihan, penugasan, penyediaan kondisi dan indoktrinasi dengan komponen
kurikulum, bahan ajar, media, metode, lingkungan, guru dan siswa untuk
mencapai tujuan tertentu.. Adapun simpulan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Kaum behavioris yakin bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah masalah
pembiasaan dan pembentukan kebiasaan. Proses pembelajaran yang penting
adalah adanya stimulus dan respons dan adanya penguatan.
2. Teori generatif menggunakan pendekatan rasionalitik, maksudnya adalah
mencari penjelasan yang gamblang dan jelas tentang rahasia pemerolahan dan
belajar bahasa. Ada dua tipe teori generatif yang dikenal dalam penelitian
bahasa, kedua teori tersebut yaitu nativisme dan kognitivisme. Teori generatif
menyatakan bahwa manusia lahir dengan bakatnya.
3. Teori Konstruktvisme Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh
pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman.
Daftar Pustaka

Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Malang: Misykat,


Cet.III, 2005
Srilorita. Diktat Teori Belajar Bahasa. Baturaja: FKIP Unbara. 2004.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik perkenalan awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suyatno. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC. 2004.

Anda mungkin juga menyukai