Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL

MATA KULIAH PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Program Studi : PGSD
Kode/Nama MK : PDGK4204/ Pend. Bahasa Indonesia di SD
Penulis Soal/Institusi : Hadi Wibowo, M.Pd.
Penelaah soal//institusi :
Tahun Penulisan : 2023
Butir Soal No. : 4 (tiga)
Skor Maks. : 0-100

Capaian Pembelajaran:

1. Mahasiswa dapat menguraikan fungsi bahasa


2. Mahasiswa dapat menjelaskan pemerolehan bahasa anak
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pendekatan metode, teknik pembelajaran bahasa
4. Makasiswa dapat menelaah kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di SD
Indikator:

1. Fungsi bahasa
2. Pemerolehan bahasa anak
3. Pendekatan metode, teknik pembelajaran bahasa
4. Telaah kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di SD
Soal Tugas Ke-1

1. Halliday (1975) telah mengatakan secara khusus dengan mendefinisikan fungsi bahasa sebagai fungsi interaksional, heuristik, personal,
dan regulator. Jelaskan dan kaitkanlah fungsi bahasa tersebut dengan pemerolehan bahasa anak yang disertai dengan contoh!
2. Seiring dengan sejarah perkembangan psikolinguistik, maka muncullah teori-teori yang digunakan dalam upaya menjelaskan
pemerolehan bahasa anak. Teori pemerolehan bahasa itu antara lain: teori behaviorisme, teori nativisme, dan kognitivisme. Silakan
Saudara jelaskan pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahasa pertama tersebut!
3. Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering
digunakan dengan pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan
pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan; demikian pula
dengan istilah teknik dan metode. Maka silakan Saudara jelaskan hubungan diantara tiga konsep tersebut!
4. Seorang guru tentu kita mengedepankan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Kurikulum mempunyai fungsi dan tujuan
tertentu dalam proses pembelajaran di sekolah. Apakah pembelajaran di sekolah khususnya berkaitan dengan keterampilan bahasa
pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendan dan tinggi dapat berjalan dengan baik apabila tidak mempunyai kurikulum?
Jelaskan pendapat saudara dengan mengaitkan contoh-contohnya (silakan kaitkan dengan fungsi dan tujuan kurikulum sesuai dengan
yang saudara alami saat ini (jika sudah mengajar)!
Jawaban
1. Fungsi Interaksional
Fungsi interaksional adalah penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain. Apabila
dicermati dengan baik, anak telah menggunakan fungsi interaksional tersebut dalam interaksi sehari-hari seperti dalam tuturan berikut ini.
Ayah: Jihan, mau jadi apa?,
Jihan: Bos. Bos hotel. Bos mall juga. Hotelnya besar betul.
Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik adalah bahasa yang dipergunakan dalam mempelajari dan mengkaji ilmu pengetahuan, mengembangkan teknologi, serta
menyampaikan rumusan-rumusan yang bersifat ilmiah. Memonumenkan sebuah ilmu bermanfaat yang bisa diwariskan kepada generasi
penerus.
Berikut ini analisis data percakapan antara anak dan orang tua yang menerapkan fungsi heuristik.
Ayah: (Menguap dan mengeluarkan air mata).
Jihan: Kenapa Ayah?
Ayah: Ndak papa. Sudah Jihan bobo.
Jihan: Ayah kenapa?
Ayah: Ayah ndak papa Nak. Tadi Ayah nguap karena Ayah ngantuk betul makanya keluar air mata.

Fungsi Personal
Fungsi personal ialah bahasa yang dipergunakan sebagai alat dalam mengekpresikan diri, misalnya mengenai emosi, pendapat, perasaan, serta
maksud-maksud yang bersifat individu. Sebagai contoh ketika seseorang ingin menyatakan perasaaanya tentang keindahan di pulau Bali, maka
orang tersebut bisa menyampaikan perasaannya lewat tulisan, dan lainnya.
Ayah: Jihan, pensilnya bawa sini.
Jihan: Ini punya Jihan.

Ayah: Mau buat apa itu?

Jihan: Jihan mau tulis-tulis Ayah. Jihan mau bikin balon. Kaya di kaset.

Fungsi Regulasi
Fungsi regulasi ialah penggunaan bahasa yang digunakan untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungan
manusia. Dengan kata lain, fungsi bahasa sebagai regulasi yaitu untuk mengatur dan mengendalikan penggunaan bahasa yang dipergunakan
oleh masyarakat, misalnya dalam tanda jalan seperti belok kiri, belok kanan, jalan terus, dan lain – lain.
Ayah: Jihan, Onyek Ayah cubit ya?

Jihan: Jangan. (merengek)

Ayah: Ni Ayah cubit-cubit. Gemes. (pura-pura mencubit)

Jihan: Ndak! Sini! Jangan Ayah, kasihan Onyek. (merebut dan mengelus boneka kesayangannya).

2. Teori pemerolehan bahasa di antaranya


a. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme dipelopori oleh B.F.Skinner (1957). Pandangan ini menekankan bahwa proses penguasaan bahasa (pertama)
dikendalikan dari luar, yaitu oleh stimulus melalui lingkungan (Chaer, 2009:223). Teori behaviorisme menyatakan bahwa otak bayi pada
waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong yang nanti akan ditulisi atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini, semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa-
peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Sejalan dengan hipotesis ini, aliran behaviorisme menganggap bahwa
pengetahuan linguistik terdiri hanya dari hubungan-hubungan yang dibentuk dengan cara pembelajaran C-R (stimulus-respon) (Chaer,
2009:172-173).
Dengan demikian, teori behaviorisme menganggap kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan
dari lingkungannya dan menurut aliran ini pemerolehan bahasa ialah pemerolehan kebiasaan. Proses perkembangan ditentukan oleh lamanya
latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Adapun perkembangan bahasa dipandang sebagai kemajuan dari penerapan prinsip stimulus-
respons dan proses imitasi (peniruan).
b. Teori Nativisme
Teori nativisme dipelopori oleh Noam Chomsky pada awal tahun 1960-an sebagai bantahan terhadap teori belajar bahasa yang dilontarkan
oleh kaum behaviorisme. Chomsky menulis buku berjudul “Review of B.F. Skinner’s Verbal behavior” (1959) sebagai bantahan terhadap
konsep Skinner tentang belajar bahasa yang ada dalam buku “Verbal behavior” (1957). Pandangan nativistik yang dipelopori oleh Chomsky
ini beranggapan bahwa pengaruh lingkungan bukan faktor penting dalam pemerolehan bahasa. Selama pemerolehan bahasa pertama, kanak-
kanak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis tela diprogramkan. Pandangan ini beranggapan bahwa
bahasa merupakan pemberian biologis yang sering disebut sebagai hipotesis nurani (innteness hypothesis) (Chaer, 2009:222).
c. Teori kognitivisme
Teori kognitivisme diperkenalkan diperkenalkan oleh Piaget (1954). Menurut Piaget (Chaer, 2009:223), bahasa itu bukanlah suatu ciri
alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh
nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perbahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Piaget (Chaer,
2009:224), menegaskan pula bahwa struktur yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu
yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat interaksi yang terus-menerus antara tingkat fungsi kognitif anak
dengan lingkungan kebahasaannya.
3. Ketiga istilah atau konsep ini saling terkait atau mutualisme satu sama lain, dimana pendekatan mendefinisikan metode dan metode menetapkan
teknik yang digunakan oleh ketiganya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diputuskan.
4. Pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan keterampilan Bahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD baik kelas rendah maupun kelas
tinggi tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak mempuyai kurikulum. Karena kurikulum sangat penting bagi guru maupun siswa pada
proses pembelajaran berlangsung. Jika tidak ada kurikulum maka guru tidak mempunyai pegangan atau acuan. Ketika proses belajar mengajar.
Karena jika guru tidak berpedoman dengan kurikulum maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancer atau tidak efektif. Sebagai contoh
kita akan mengajarkan kepada siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tema “Peristiwa Alam”. Kita sebagai guru jika tanpa kurikulum
akan mengalami kesulitan beberapa poin diantaranya: Tujuan, media, model pembelajaran, mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari, penentuan
waktu dan lain sebagainya sehingga kita tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai