Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


Di SD
MODUL 1, 2, 3

Disusun oleh :
Neneng Khosyatillah
Nim: 857188847
Semester 3 kelas B
MODUL 1 HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA

KB 1: Hakikat Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbiter, konvensiona, dan produktif yang
dipergunakan oleh setiap individu dan anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama,
dan mengidentifikasi diri. Secara umum, Bahasa memiliki fungsi personal dan sosial. Secara
khusus, Bahasa memiliki fungsi instrumental, personal, regulator, heuristic, imajinatif,
interaksional, dan informatif.

Dalam penggunaannya, Bahasa memiliki wujud yang bervariasi. Variasi atau ragam Bahasa
dapat dikelompokkan berdasarkan pemakai dan pemakaiannya. Berdasarkan pemakainya,
ragam Bahasa dapat dilihat dari segi (a) asal daerah penutur, yang melahirkan dialek
geografis, (b) kelompok sosial, yang melahirkan dialek atau ragam sosial dengan segala
variannya, dan (c) sikap berbahasa, yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau
keseharian. Bertolak dari pemakaiannya, ragam Bahasa dapat dilihat dari sudut:

a. Bidang perbincangan, yang melahirkan ragam ilmiah, ragam sastra, ragam jurnalistik,
dan ragam-ragam lainnya.
b. Media berbahasa, yang memunculkan ragam lisan dan tulis.
c. Situasi berbahasa, yang memunculkan ragam baku dan tak baku.

KB 2: Hakikat Pembelajaran Bahasa

Belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara tetap melalui pengalama, pengamatan,
dan Bahasa, yang dilakukannya secara aktif. Hasil belajar atau perubahan tingkah laku itu
berkaitan dengan pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang dibangun siswa berdasarkan
apa yang telah dipahami atau dikuasai sebelumnya. Tugas guru dalam pembelajaran adalah
menciptakan kegiatan dan lingkungan belajar yang dapat merangsang dan mendorong
keterlibatan siswa secara aktif. Sesibuk apa pun guru kalua siswa tidak mengalami proses
belajar maka pembelajaran sebenarnya tidak pernah terjadi. Dalam persfektif ini, siswa
adalah subjek belajar, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, desainer,
dan organisator. Ada tiga tipe belajar yang melibatkan Bahasa, yaitu: belajar bahsa, belajar
melalui Bahasa, dan belajar tentang Bahasa. Ketiganya dipelajari anak secara bersamaan.
Kemampuan berbahasa, pengetahuan tentang Bahasa, dan pemahaman anak tentang dunia
terjadi secara simultan. Pemahaman tentang ap aitu Bahasa, seperti apa belajar, dan
bagaimana anak belajar Bahasa, seyogyanya menjadi pijakan guru dalam merancang,
melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran Bahasa. Dari ketiga hal itu
diturunkanlah paradigma atau cara pandang belajar Bahasa di SD, seperti berikut:

1. Imersi , yaitu pembelajaran Bahasa dilakukan dengan ‘menerjunkan’ siswa secara


langsung dalam kegiatan berbahasa yang dipelajarinya.
2. Pengerjaan, yaitu pembelajaran Bahasa dilakukan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna,
fungsional, dan otentik.
3. Demonstrasi, yaitu siswa belajar Bahasa melalui demonstrasi—dengan pemodelan
dan dukungan—yang disediakan guru.
4. Tanggung jawab, yaitu pembelajaran Bahasa yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memilih aktivitas berbahasa yang akan dilakukannya.
5. Uji coba, yaitu pembelajaran Bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan dari perspektif atau sudut pandang siswa.
6. Harapan, artinya siswa akan berupaya untuk sukses atau berhasil dalam belajar, jika
dia merasa bahwa gurunya mengharapkan dia menjadi sukses.

Paradigma pembelajaran Bahasa tersebut merupakan rambu bagi guru untuk memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran Bahasa di SD.
MODUL 2 PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

KB 1: Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan Bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa yang diperoleh secara
alami, informal, dan melalui kegiatan berbahasa langsung. Bahasa yang pertama kali
diperoleh anak disebut Bahasa pertama. Setidaknya ada tiga teori pemerolehan Bahasa yang
diperbincangkan para ahli, yaitu pandangan nativistic, pandangan behavioristik, dan
pandangan kognitif.

Keberhasilan anak dalam mempelajari dan menguasai Bahasa pertama dipengaruhi oleh
berbagai factor dengan strategi tertentu. Factor yang mempengaruhi penguasaan Bahasa anak
adalah factor biologis, intelektual, lingkungan, dan motivasi. Dalam mendukung keberhasilan
belajar Bahasa anak, unsur lingkungan sosial memberikan bantuan berupa Bahasa semang,
parafrase, penyederhanaan, perluasan, penguatan, penegasan kembali, pelabelan, dan
pemodelan. Sementara itu, strategi belajar Bahasa yang dilakukan anak adalah mengingat,
meniru, mengalami langsung, bermain, dan menyederhanakan.

Kemampuan anak dalam berbahasa bertahap, tidak sekaligus. Tahap-tahap perkembangan


Bahasa anak terdiri dari fase pralinguistik, fase satu-kata (holofrastik), fase dua kata, dan fase
telegrafis.

KB 2: Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan Bahasa kedua (B2) adalah Bahasa yang dipelajari dan dikuasai anak setelah
menguasai satu Bahasa. Dalam konteks anak Indonesia, yang menyandang status B2 itu dapat
Bahasa daerah, Bahasa Indonesia atau Bahasa asing. Tergantung pada Bahasa mana yang
pertama dikuasai anak lebih dahulu.

Belajar B2 dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Terpimpin, melalui pembelajaran khusus


2. Alamiah, melalui kegiatan langsung berbahasa dalam suasana nyata
3. Terpimpin dan alamiah

dari ketiga cara itu, yang paling efektif mempercepat penguasaan B2 adalah cara yang ketiga.
Ada 7 teori yang menonjol yang dikemukakan dalam pemerolehan B2 yakni:

1. Model akulturasi, yang memandang penyesuaian budaya sangat mempengaruhi


pemerolehan B2.
2. Teori akomodasi, yang menyatakan bahwa cara pembelajar B2 membatasi diri dalam
berhubungan dengan masyarakat ‘pemilik’ B2. Identifikasi hubungan antara kedua
kelompok akan menimbulkan motivasi yang mempengaruhi keberhasilan
pemerolehan B2.
3. Teori wacana, yang berpendapat bahwa pembelajar B2 akan menemukan makna
Bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. Semakin sering pembelajar
terlibat dalam komunikasi alamiah maka akan semakin baik kemampuan B2-nya.
4. Model monitor, yang menyatakan tampilan berbahasa pembelajar B2 ditentukan oleh
cara mereka menggunakan monitor. Penggunaan monitor yang berlebihan akan
menghambat penguasaan Bahasa pembelajar.
5. Model kompetensi variable, yang berpendapat bahwa cara seseorang mempelajari
Bahasa akan mencerminkan cara orang itu menggunakan Bahasa yang dipelajarinya.
Produk penggunaan Bahasa terdiri atas berbagai macam produk Bahasa (wacana) dari
yang tidak terencana sampai yang terencana.
6. Hipotesis universal, yang menyatakan bahwa Bahasa antara anak (interlangue) akan
terisi dengan kaidah-kaidah Bahasa yang bersifat universal. Pola-pola bahasa yang
sesuai dengan kesemestaan Bahasa akan lebih mudah dipahami dari pada pola-pola
khusus. Penguasaan struktur B1 akan membantu pembelajar dalam pemerolehan B2.
7. Teori neurofungsional, yang berpandangan adanya hubungan antara pemerolehan B2
dengan anatomi otak syaraf dan sistem otak.
MODUL 3 PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA

KB 1: Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa

Dalam konteks pembelajaran Bahasa terdapat tiga istilah yang saling berhubungan, saling
menentukan satu sama lain, yaitu pendekatan metode, dan Teknik.

Pendekatan adalah sikap atau pandangan tentang hakikat Bahasa dan pengajarannya yang
diyakini kebenarannya oleh guru, metode berhubungan dengan pemilihan bahan, pengurutan
bahan, penyajian bahan, dan pengulangan bahan, sedangkan Teknik mengandung pengertian
lebih sempit dari pada metode, yaitu cara-cara yang dilaksanakan guru dalam kelas untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

Ada beberapa metode yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD,
yaitu Direct Method, Natural Method, Reading Method dan Eclectic Method, yang
menunjang pendekatan komunikatif yang berlaku dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sekarang. Adapun Teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD, yaitu Teknik ceramah, tanya-jawab, diskusi kelompok, pemberian tugas, ramu pendapat,
dan simulasi.

KB 2: Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD

Bermuara dari tema mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu.
Keterpaduan ini dapat lintas materi, artinya materi pembelajaran dari suatu mata pelajaran
dipadukan menjadi satu. Misalnya, materi sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia dipadukan
dengan keterampilan berbahasa, dapat dengan mendengarkan, membaca, atau menulis.

Keterpaduan ini dapat juga dilaksanakan dengan lintas kurikulum. Misalnya, mata pelajaran
Sains dipadukan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, mata pelajaran Agama dapat
dipadukan dengan mata pelajaran Sains dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai