No Tugas Tutorial
Fungsi bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia sebagai
makhluk hidup. Oleh Halliday mengidentifikasi fungsi bahasa meliputi tujuh fungsi, yaitu:
1) Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat pikiran, sikap, atau
perasaan pemiliknya.
2) Fungsi regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau pikiran/pendapat
orang lain koran seperti contohnya busukan, rayuan permohonan atau pemerintah.
3) Fungsi interaksional, yaitu, penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan menjaga hubungan
sosial seperti contohnya sapaan basa-basi, simpati atau penghiburan.
1 4) Fungsi informasi, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi ilmu pengetahuan
atau budaya.
5) Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh informasi seperti
contohnya pertanyaan atau permintaan penjelasan atas sesuatu hal.
6) Fungsi imajinatif yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan mengeluarkan rasa estetis
(indah), seperti nyanyian dan karya sastra.
7) Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan kegiatan atau kebutuhan
pemakainya seperti contohnya Saya ingin........
Dengan kata lain belajar Seseorang mempelajari suatu bahasa dengan fokus pada penguasaan
kemampuan bahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang digunakan kemampuan ini
melibatkan dua hal yaitu:
2
1. Kemampuan untuk menyampaikan pesan baik secara lisan (melalui berbicara) maupun tertulis
(melalui menulis)
2. Kemampuan memahami, menafsirkan, dan menerima pesan baik yang disampaikan secara
lisan (melalui kegiatan menyimak), maupun tertulis (melalui kegiatan membaca).
Secara implisit, kemampuan-kemampuan itu tentu saja melibatkan penguasaan kaidah bahasa serta
pragmatik kemampuan pragmatik ini merupakan kesanggupan pengguna bahasa untuk menggunakan
bahasa dalam berbagai situasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan konteks
berbahasa itu sendiri.
Tipe belajar bahasa untuk dapat diterapkan bagi berbagai keperluan dalam bermacam situasi seperti
belajar, berpikir, berekspresi, bersosialisasi atau bergaul dan berapresiasi.
Seseorang menggunakan bahasa dengan untuk mempelajari pengetahuan, sikap, keterampilan. Dalam
konteks ini berfungsi sebagai alat untuk mempelajari sesuatu seperti matematika, IPA, sejarah, dan
kewarganegaraan.
Atau dapat juga agar siswa bisa berkomunikasi dengan baik maka siswa perlu menguasai kaidah
bahasa dengan baik pula.
Seseorang mempelajari bahasa untuk mematuhi segala hal yang terdapat pada suatu bahasa seperti
sejarah, sistem bahasa, kaidah berbahasa, dan produk bahasa seperti sastra. Dalam konteks ini
penguasaan kaidah bahasa bukan tujuan melainkan hanyalah sebagai alat agar kemampuan berbahasa
nya dapat berkembang dengan baik.
Ada tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahasa pertama, yaitu:
1. Pandangan Nativistis
Menurut pandangan nativistis, setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan
bawaan atau alami untuk dapat berbahasa. Bukan lingkungan yang membuat anak mampu
berbahasa. Juga bukan karena meniru orang lain karena banyak juga ungkapan kreatif yang
dimunculkan anak ketika berbahasa, yang belum pernah dicontohkan sebelumnya. Jadi, jika
bukan karena kemampuan bawaan mustahil bagi sang anak untuk dapat mempelajari dan
menguasai suatu bahasa yang komponen dan aturannya begitu rumit hanya dalam waktu yang
begitu singkat. Selama belajar bahasa, sedikit demi sedikit potensi berbahasa yang secara
genetis telah terprogram menjadi terbuka dan berkembang.
Kemampuan bawaan berbahasa itu disebut dengan ‘piranti pemerolehan bahasa’ (language
acquisition device atau LCD) yang berpusat di otak. Piranti itulah yang membuat anak dapat
berbahasa, sebagaimana halnya sirip dan ekor yang memungkinkan seekor ikan bisa berenang.
2. Pandangan Behavioristis
Menurut behavioristis, penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan yang diberikan
lingkungannya. Anak tidak memiliki peranan aktif, hanya sebagai penerima pasif. Perkembangan
bahasa anak terutama ditentukan oleh kekayaan dan lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungan,
serta peniruan yang dilakuakan anak terhadap tindak berbahasa lingkungannya.
Pandangan teori behavioristik menjelaskan bahwa bahasa akan dapat diperoleh dan dikuasai karena
faktor pembiasaan. Menurut Abdul Chaer (2003: 222) kaum behavioris menekankan bahwa proses
pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan
melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa
itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan.
Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh
karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal behavior), agar tampak
lebih mirip dengan perilaku yang harus dipelajari.
3. Teori Kognitif
Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahsa anak ditentukan oleh daya
kognitifnya. Lingkungan tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual dan bahasa anak, kalau si anak sendiri tidak melibatkan secara aktif dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan
bahasanya dapat berkembang secara optimal.
Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai dalam pembelajaran
mata telajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi, 1989: 56-63).
a. Tenknik ceramah
Dalam pembelajaran bahasa indonesia, Teknik Ceramah dapat digunakan juga untuk melatih
keterampilan mendengarkan (menyimak). Siswa dapat dilatih untuk membuat intisari dari ceramah
yang didengarnya, kemudian menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri. Teknik ceramah dapat
juga dirangkaikan dengan teknik yang lain, misalnya Teknik Tanya Jawab, jika memang telah
direncanakan setelah ceramah selesai siswa dapat diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah yang baru didengarnya.
Teknik ceramah ini banyak digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebaban
oleh anggapan bahw mengajar itu adalah menerangkan dengan berbicara/berceramah. Itulah sebabnya
mengapa salah satu fungsi guru di dalam kelas adalah sebagai informator, yaitu pemberi informasi
pada siswa-siswanya.
Teknik ceramah juga dapat sigunakan untuk menyampaikan informasi, terutama kepada
mereka yang sudah termotivasi. Artinya seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan informasi
tertentu. Agar lebih menarik penggunaan teknik ini bisa dilengkapi dengan peragaan, gambar-gambar,
atau yang lain untuk menghindari verbalisme.
Teknik Ceramah mempunyai keuntungan, antara lain berikut ini.
1) Dapat menghemat waktu.
2) Dapat digunakan dalam kelompok besar.
3) Dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah dibaca.
4) Dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau aktivitas tertentu.
4
Di samping keuntungan di atas Teknik Ceramah mempunyai kekurangan, antara lain berikut ini.
1) Tidak semua guru dapat berbicara yang menarik dan baik.
2) Dalam metode ini hanya satu indra yang aktif yaitu pendengaran.
3) Kadar CBSA-nya (Cara Belajar Siswa Aktif) rendah.
b. Teknik tanya-jawab
Pada umumnya Teknik Tanya Jawab ini mengikuti teknik ceramah yang telah kita lakukan. Tujuanya
untuk mengecek pemahaman siswa terdapat ceramah yang baru diberikan Atau bisa juga pertanyaan
yang diajukan oleh guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang telah mereka
baca atau pelajari. Jika Teknik Tanya Jawab dilaksanakan pada waktu membuka pelajaran, secara tidak
langsung Kita sudah melaksanakan pretes, yaitu untuk menjajaki sampai di mana penguasaan siswa
terhadap bahan yang akan kita berikan.
1. Mengetahui hal-hal yang dirasa belum jelas, sekalipun sudah diterangkan guru.
2. Memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang dihadapinya.
3. Memperjelas pendapat yang dirasa bertentangan dengan pendapat siswa sendiri.
Teknik ini disebut juga resitasi yang dapat diberikan kepada siswa secara individual atau
kelompok. Dengan teknik pemberian tugas diharapkan siswa lebih mendalami materi pelajaran
yang diberikan guru. Biasanya pemberian tugas diikuti oleh tugas melaporkan hasil kerja siswa
yang disebut resitasi. Itulah sebabnya mengapa teknik pemberian tugas disebut juga Resitasi.
Teknik ini merupakan perpaduan dari teknik tanya jawab dan teknik diskusi. Teknik ini bisa
diterapkan dalam pembelajaran sastra misalnya. Siswa kita ajak untuk mendiskusikan karya
sastra, Anda dapat menyebutkan contoh dari misalnya bisa fungsi, cerpen atau novel. Wika
yang dibahas adalah cerpen maka yang mereka diskusikan, misalnya tentang temanya, plotnya,
perwatakannya para tokohnya, dan sebagainya. Secara bergiliran siswa dapat diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kita
ajukan. Jawaban-jawaban siswa tersebut kemudian kita seleksi, Kita klasifikasi, kita analisis
bersama dengan mereka jika terdapat jawaban-jawaban mereka yang bertentangan jawaban itu
kita lemparkan lagi ke kelas untuk mereka diskusikan. setelah diadakan diskusi guru dapat
menyimpulkan hasil diskusi secara adil tanpa pilih kasih atau memihak.
Kekurangan Teknik ini relatif sedikit, misalnya kalau kita tidak dapat mengendalikan kelas
bisa lepas kontrol.
f. Simulasi
Teknik simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik simulasi ini tepat untuk melatih keterampilan
berbicara. Dalam pelaksanaannya guru terlebih dahulu menetapkan peran-peran yang akan
dilakukan oleh siswa dalam permainan simulasi, misalnya ada yang berperan (berpura-pura)
sebagai kepala desa, sebagai ketua rw, sebagai ketua RT sebagai warga RT yang sedang
bersengketa soal saluran air, dan sebagai lainnya.
Seorang guru dapat memberikan pengarahan tentang apa yang akan diperankan oleh
masing-masing siswa yang telah ditunjuk titik siswa yang kebetulan belum mendapatkan giliran
tunjuk untuk memainkan suatu peran, ditugaskan sebagai penonton yang mencatat
kemungkinan adanya kesalahan bahasa yang dilakukan oleh temannya ketika bermain perang.
Kesalahan-kesalahan ini artinya didiskusikan setelah permainan memainkan peran telah selesai.
5 Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini merupakan kerangka tentang standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus diketahui, dilakukan, dan dimahirkan oleh
siswa pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam lima komponen utama, yaitu: (a) standar
kompetensi, (b) kompetensi dasar, (c) hasil belajar, (d) indikator, dan (e) materi pokok. Buatlah standar
kompetensi aspek mendengarkan untuk kelas rendah di SD dengan menggunakan tabel berikut ini:
Menyelesaikan
gambar yang
belum selesai.
Menggolongkan
gambar
berdasarkan
informasi yang
didengarkan,
seperti kelompok
gambar binatang,
kelompok
gambar tumbuh-
tumbuhan, dan
lain-lain.
Mendengarkan Melakukan Melakukan Teks yang
dan melakukan sesuatu dengan sesuatu sesuai terdiri atas
sesuatu benar sesuai dengan berbagai
dengan perintah, permintaan/perint kalimat
permintaan, dan ah guru, misal perintah (untuk
petunjuk duduk, berdiri, dibacakan oleh
membuka buku, guru saja)
mendengarkan Kalimat
baik-baik, dan perintah
lain-lain. (kalimat
imperaktif)
Mendengarkan
tugas sesuai
dengan petunjuk
guru, seperti
berikut.
Melingkari,
menyilang.
Menggarisbawahi
, menarik garis,
memberi tanda
cetak, dan lain-
lain.
Melaksanakan
perintah, seperti
yang diucapkan
oleh guru.
Melaksanakan
perintah sesuai
dengan petunjuk
pengerjaan-nya.
Mendeskripsikan
benda-benda lain
dengan
bimbingan guru.
Mendengarkan Mendengarkan Menjawab Dongeng.
dongeng. dongeng dan pertanyaan dan
menceritakan menjelaskan isi
kembali. dongeng..
Menceritakan
kembali isi
dongeng dengan
kaliamt sendiri.