Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 1

BAHASA INDONESIA
NAMA : DEWI LESTARI
NIM: 858933699

SOAL !

1. Jelaskan arti bahasa!.


2. Jelaskan hakikat pembelajaran bahasa!.
3. Jelaskan pemerolehan bahasa anak !.
4. Jelaskan strategi pemerolehan bahasa anak!.
5. Jelaskan arti, fungsi, dan tujuan kurikulum!
6. Jelaskan 4 aspek pembelajaran bahasa!.

JAWABAN

1. Pengertian bahasa
Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantara onomata ( nama benda )
dan rhemata ( ucapan) yang merupakan cerminan dari ide seseorang dalam arus udara lewat
pulut ( Plato). Bahasa bersifat dinamis artinya bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai
kemungkinan sewaktu-waktu beubah. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosa kata baru
yang muncul, tetapi juga ada kosa kata lama yang tenggelam atau tidak di gunakan lagi.

2. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa memegang peranan yang sangat penting
dalam menjaga keutuhan dan rasa persatuan warga negara Indonesia. Bahasa Indonesia
berperan sebagai perekat kebersamaan untuk menyamarkan titik-titik perbedaan pada bangsa
yang majemuk ini. Oleh karena itulah, pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting
untuk membentuk generasi penerus bangsa yang bersatu dan berdaulat.

Secara umum bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasar ujaran atau
suatu ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Selain itu, bahasa juga dapat dimaknai sebagai
alat komunikasi antar manusia (anggota masyarakat) berupa lambang bunyi ujaran yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran
Bahasa Indonesia adalah sebuah upaya untuk mengarahkan peserta didik sehingga terampil
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik itu secara lisan maupun tulisan, serta baik dalam
situasi formal maupun informal.

3. Pemerolehan Bahasa anak

Penggunaan bahasa pada anak merupakan salah satu aspek (dari sekian banyak tahapan)
perkembangan anak yang selayaknya tidak luput dari perhatian orang tua. Anak memperoleh bahasa
secara tidak langsung dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pemerolehan ini dilakukan
dengan cara belajar mengucapkan beberapa kata melalui proses peniruan (mimikri). Perkembangan
ini berawal dari bahasa yang sederhana menuju ke stuktur yang kompleks. Pemerolehan bahasa pada
anak adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak pada umumnya
memperoleh bahasa pertama. Pemerolehan bahasa berlalu pada ambang sadar. Pemeroleh bahasa
biasanya tidak sadar bahwa ia tengah memperoleh bahasa. Pemeroleh bahasa hanya sadar akan
kenyataan bahwa ia tengah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Pemerolehan bahasa dibedakan menjadi pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa
kedua. Pemerolehan bahasa pertama terjadi jika anak belum pernah belajar bahasa apa pun, lalu
memperoleh bahasa. Bahasa yang diperoleh bisa satu bahasa atau monolingual FLA (first language
acquisition), dua bahasa secara bersamaan atau berurutan (bilingual FLA), atau lebih dari dua bahasa
(multilingual FLA). Pemerolehan bahasa kedua terjadi jika seseorang memperoleh bahasa setelah
menguasai bahasa pertama atau merupakan proses seseorang mengembangkan keterampilan
menggunakan bahasa kedua atau bahasa asing.
Pemerolehan bahasa pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari lingkungan
rumah (yaitu orang tua dan orang dewasa), oleh faktor lingkungan bermain, maupun lingkungan
sekolah. Kedua faktor ini memberikan dampak tersendiri bagi anak. Terlepas dari hal tersebut, anak
pada usia 3—5 tahun adalah fase ketika anak sedang mampu menyerap semua stimulus atau
rangsangan yang diberikan ke otak sehingga secara alamiah anak akan dapat melakukan semua
stimulus itu tanpa diajari terlebih dahulu, misalnya pada bahasa. Dengan daya otak yang sedang
mampu menyerap semua rangsangan dari luar, secara langsung ketika anak mendengar satu kata yang
asing di lingkungan tempat tinggalnya, ia akan dapat mengulang kata tersebut meskipun belum
sempurna. Hal ini menandakan bahwa proses pemerolehan bahasa pada anak dapat terjadi di mana
saja, baik di rumah, di lingkungan, maupun di tempat bermainnya.

4. Strategi pemerolehan bahasa anak

a. Strategi Pemerolehan Bahasa Pertama


Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi.

1). Strategi pertama adalah meniru/imitasi.


Berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi, seperti: 1. imitasi spontan 2.
imitasi perolehan 3. imitasi segera 4. imitasi lambat 5. imitasi perluasan

2). Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan
dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa melalui sarana komunikasi linguistik dan nonlinguistik (mimik,
gerak, isyarat, suara dsb).

3). Strategi ketiga adalah strategi umpan balik, yaitu umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan)
dengan responsi.

4). Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan
pedoman, ‖Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa‖( hindarkan
kekecualian, prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi belajar).

b. Strategi Belajar Bahasa Kedua

Ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:

1. strategi perencanaan dan belajar positif


2. strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa Anda secara aktif dalam belajar bahasa
bahkan melalui pelajaran yang lain.
3. strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.
4. strategi formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses belajar bahasa ini formal/terstruktur sebab
pendidikan yang sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
5. strategi eksperimental; tidak ada salahnya jika Anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan belajar siswa
Anda
6. strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan berbagai cara, misalnya permainan (contoh: teka-
teki); permainan dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.
7. strategi praktis; pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan apa yang telah didapatkan dalam belajar
bahasa, Anda sendiri harus dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.
8. strategi komunikasi; tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata
meskipun tanpa dipantau, berikan pertanyaanpertanyaan atau PR yang memancing mereka bertanya kepada
orang lain sehingga strategi ini terpakai.
9. strategi monitor; siswa dapat saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini
demi kemajuan mereka.
10. strategi internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara terus-
menerus/berkesinambungan.

5. Arti, fungsi, dan tujuan kurikulum.

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh. Dari dunia atletik
istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus ditempuh
atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.
Ragam kurikulum dapat ditinjau dari beberapa segi secara umum Goodlad (dalam Kaber, 1998 )
membedakan menjadi lima jenis kurikulum sebagai berikut:
1. Kurikulum ideal
2. Kurikulum Formal
3. Kurikulum ― Bayangan ―
4. Kurikulum Oprasional
5. Kurikulum pengalaman

Sedangkan Galtthon membedakan menjadi 7 kurikulum yaitu:


1. Kurikulum Rekomendasi
2. Kurikulum Tertulis
3. Kurikulum Dukungan
4. Kurikulum yang diajarkan
5. Kurikulum yang diuji
6.Kurikulum yang dipelajari
7. Kurikulum yang tersembunyi
Fungsi dan tujuan kurikulum.

Bagi sekolah fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua yaitu:


1. Bagi sekolah yang bersangkutan :
- Alat untuk mencapai tujuan
- Pedoman bagi guru dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa.
- Pedoman supervisi bagi kepala sekolah
2. Bagi sekolah tingkat diatasnya:
- Untuk keseimbangan proses pendidikan.
- Penyiapan tenaga baru.
6. Aspek- Aspek Pembelajaran Bahasa.

Ada 4 aspek – aspek dalam pembelajaran bahasa.


1. Mendengarkan.
Seperti mendengarkan berita, petunjuk pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu,
kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, percakapan, pengumuman, serta perintah yang didengar dengan
memberikan respons secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi.
2. Berbicara.
Seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman,
suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar
tunggal, kegiatan sehari – hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib,
petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra
berupa dongeng, cerita anak-anak.
3. Membaca.
Seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagi teks bacaan, denah, petunujuk, tata
tertib, pengumuman, kamus, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra
berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang. Kompetensi membaca juga diarahkan
menumbuhkan budaya membaca.
4. Menulis.
Seperti menulis kenangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan
tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan
kalimat tinggalmdan kalimat majemuk serta mengapresiasi Dn berekspresi sastra melalui kegiatan menulis
hasil sastra berupa cerita dan puisi. Komponen menulis juga diarahkan untuk menumbuhkan kebiasaan
menulis.

Anda mungkin juga menyukai