Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD

MODUL 2

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. AULIA RIZKIA RAHMAWTI (857833304)
2. MARIA AGUSTIN MARDIKAYANA (857833311)
3. NUR AMALINA FAUZIAH (857833329)
4. AKHMAD DWI WIJAYA (857833343)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


POKJAR S-1 PGSD BI SURAKARTA
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamua’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. dalam penulisan
makalah ini kami membahas materi Modul 2 Pemerolehan Bahasa Anak.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mata kuliah Pendidikan
Bahasa Indonesia di SD yang sangat diperlukan dalam materi perkuliahan demi
mendapatkan pemahaman yang maksimal dalam melakukan kegiatannya dan sekaligus
melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa. Penulis menyadari bahwa kami tidak dapat
Menyusun makalah ini tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran maupun kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih dan mohon
maaf apabila ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah yang telah kami
buat dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Purwodadi,
Penulis
DAFTAR ISI

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan, salah
satunya sebagai alat untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai guru khususnya guru bahasa Indonesia di SD harus
dapat mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik pada siswa. Untuk mengajarkan
bahasa Indonesia yang baik tersebut seorang guru harus terlebih dahulu memahami
apa itu bahasa. Untuk memahami lebih mendalam apa itu bahasa, maka dibutuhkan
pembahasan tentang hakikat bahasa dan pembelajaran Bahasa.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, masih
banyak keluhan mengenai kesulitan siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Padahal
sebelum bersekolah atau ketika diluar sekolah siswa-siswi itu telah mengenal dan
menggunakan bahasa Indonesia tanpa kesulitan yang berarti. Sebenarnya cukup
banyak kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangberhasilan siswa dalam belajar
bahasa Indonesia di sekolah. Penyebabnya bisa pada anak itu sendiri, persepsi orang
tua tentang pelajaran bahasa Indonesia, atau karena pembelajarannya di sekolah.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, paling tidak ada tiga persoalan yang menjadi
penyebabnya. Pertama, pembelajaran bahasa terlalu didominasi oleh teori atau
pengetahuan bahasa dan kurang mengaitkannya dengan kehidupan nyata anak
sehingga anak menjadi bosan. Kedua, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan
berbahasa yang telah dimiliki anak sebelum bersekolah tidak diperhatikan. Ketiga,
kebiasaan dan strategi belajar bahasa anak di luar sekolah yang memungkinkannya
menguasai bahasa dengan baik kerap diabaikan. Jika penyebabnya adalah masalah
pembelajaran maka hal yang perlu dipahami dengan baik oleh guru bahasa Indonesia
di SD adalah masalah pemerolehan bahasa anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemerolehan bahasa ?
2. Apa saja teori yang mendasari pemerolehan Bahasa ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permerolehan Bahasa anak ?
4. Bagaimana cara identifikasi strategi pemerolehan Bahasa anak ?
5. Bagaimana tahap-tahapan pemerolehan Bahasa ?
6. Apa pengertian dan bagaimana cara pemerolehan Bahasa kedua ?
7. Apa saja teori pemerolehan Bahasa kedua ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian pemerolehan bahasa
2. Untuk mengetahui teori yang mendasari pemerolehan Bahasa
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan Bahasa anak
4. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi strategi memperoleh Bahasa anak
5. Untuk mengetahui tahapan pemerolehan Bahasa
6. Untuk menjelaskan dan mengetahui cara pemerolehan Bahasa kedua
7. Untuk mengetahui teori pemerolehan Bahasa kedua
D. Pembahasan
a. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan Bahasa (language acquisition) adalah proses pemilikan
kemampuan berbahasa secara alamiah. Pemerolehan Bahasa memiliki beberapa
karakteristik yaitu :
1) Berjalan secara spontan, tanpa sadar dan tanpa beban
2) Terjadi secara langsung dalam situasi informal, tanpa melalui
pembelajaran formal
3) Didorong oelh kebutuhan, baik kebutuhsn untuk memahami maupun
dipahami orang lian
4) Berlangsung secara terus-menerus dalam konteks berbahasa yang nyata
dan bermakna
5) Diperoleh secara lisan melalui tidak berbahasa menyimak/mendengarkan
dan berbicara.
Kegiatan memperoleh Bahasa melibatkan dua kemampuan. Yang pertama
yaitu kemampuan reseptif yaitu kemampuan menyerap, menerima dan memahami
tuturan orang lain. Yang kedua yaitu kemmpuan produktif yaitu kemampuan
menghasilkan tuturan untuk mengekpresikan diri atau mnanggapi rangsangan
Bahasa yang disampaikan oleh orang lain.
Bahasa pertama (B1) adalah Bahasa yang pertama kali dipelajari dan dikuasai
oleh seorang anak. Bahas apertama itu bisa hanya satu Bahasa atau dua Bahasa
yang dikuasai anak secara bersamaan. Sementara itu, Bahasa kedua adalah Bahasa
yang dikuasai anak setelah menguasai Bahasa pertama. Dalam meguasai dua
Bahasa atau lebih anak dapat melkaukannya secara serempak atau berurut.
Pemerolehan serempak dua Bahasa (simultaneous bilingual acquisition) terjadi
pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (dua Bahasa) atau
multilingual (lebih dari dua Bahasa).
b. Teori Pemerolehan Bahasa
Terdapat tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahsa
pertama. Tiga pandangan tersebut yakni :
1) Pandangan Nativistis
Menurut pandangan nativistis, setiap anak yang lahir telah dilengkapi
dengan kemampuan bawaan atau alami untuk dapat berbahasa. Bukan
lingkungan yang membuat anak mampu berbahasa. Juga bukan karena meniru
orang lain karena banyak juga ungkapan kreatif yang dimunculkan anak Ketika
berbahasa, yang belum pernah dicontohkan sebelumya.
Kemampuan bawaan berbahasa itu disebut dengan “piranti
pemerolehan Bahasa” (language acquisition device atau LAD) yang berpusat
di otak. Cara kerja LAD adalah sebagai berikut :
MASUKAN LAD KELUARAN

Data linguistic
Prinsip/stuktur Kompetensi
primer berupa Ujaran
belajar Bahasa gramatika
ujaran orang anak
secara umum
dewasa

Ujaran atau tuturan lisan dalam lingkungan anak memberikan masukan


kepada anak. Selanjutnya data tersebut diolah oleh LAD dengan memakai
potensi gramatika Bahasa anak sehingga tersusunlah pola-pola kaidah Bahasa
dan kaidah berbahasa pada diri anak, kemudian tercermin dalam tindak
berbahasa (ujaran) yang dihasilkan anak yang sesuai dengan pola ujar orang
dewasa.
2) Pandangan Behavioritis
Menurut behavioris, penguasaan Bahasa anak ditentukan oleh
rangsangan yang diberikan lingkungannya. Anak tidak memiliki peranan aktif,
hanya sebagai penerima psif. Perkembangan Bahasa anak terutama ditentukan
oelh kekayaan dan lamanya Latihan yang diberikan oleh lingkungan, serta
peniruan yang dilakukan anak terhadap Tindakan berbahasa lingkungannya.
3) Pandangan Kognitif
Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan Bahasa
anak ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan tidk serta merta
memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan Bahasa anak,
kalua sianak sendiri tidak melibatkan secara aktif dengn lingkungannya.
Dengan kata lian, anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan
lingkungannya agar penguasaan bahasanya dapat berkembang secara optimal.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak
Kecepatan dan kefasihan perkembangan Bahasa satu anak dengan anak yang
lain tidaklah sama. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1) Faktor Biologis
Perangkat biologis yang menentukan penguasaan Bahasa anak adalah
otak (system Syaraf), alat dengar dan alat ucap. Ketergantungan pada salah
satu, apalagi ketiganya akan menghambat kemampuan berbahasa anak. Dalam
proses berbahasa, seorang anak dikendalikan oleh system syaraf pusat yang
berada di otak. Pada belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah Broca yang
mempengaruhi dan mengontrol produksi Bahasa, seperti berbicara. Sementara
itu, pada belahan otak kanan terdapat wilayah Wernicke yang mempengaruhi
dan mengendalikan penerimaan atau pemahaman Bahasa, seperti menyimak.
Di antara kedua bagian otak tersebut terdapat wilayah motor supplementer
yang berfungsi mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran.
Berdasarkan tugas kegiatan bagian otak tersebut, Bahasa didengarkan
dan dipahami melalui wilayah Wernicke. Isyarat Bahasa itu, kemudian
disalurkan kewilayah Broca untuk mempersiapkan produksi berbahasa sebagai
tanggapan atas apa yang didengar dan dipahaminya. Selanjutnya, isyarat
tanggapan Bahasa itu dikirimkan ke daerah motor supplementer, seperti alat
ucap untuk menghasilkan Bahasa secara fisik.
2) Faktor Lingkungan Sosial
Untuk menumbuhkembangkan kemmpuan berbahasanya, seorang anak
memerlukan lingkungan social sebagai contoh atau model berbahasa,
memeberikan rangsangan, dan tanggapan, serta melakukan Latihan dan uji
coba berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Lingkungan social disini
adalah perilaku berbahasa orang tua, saudara, kerabat, keluarga, teman atau
anggota masyarakat.
Lingkungan yang kaya sumber, mendukung dan aktif dalam
berinteraksi dengan anak, akan membuat pemerolehan Bahasa anak semakin
beraneka dan cepat. Sebaliknya, lingkungan yang miskin dengan aktivitas
berbahasa, terlalu banyak menekan dengan melakukan pelarangan dan
menyalahkan, dan rndah dalam berinteraksi akan menjadikan pemerolehan
Bahasa aak pun tidak beragam, miski, dan lambat. Dukungan dan keterlibatan
social begitu penting bagi anak dalam belajar Bahasa. Inilah yang disebut
dengan “Sistem Pendukung Pemeroleh Bahasa” atau “Language Acquisition
Support System atau LASS).
Jika priranti biologis memungkinkan anak emmahami dan
menggunakan system bahasanya maka lingkungan social memberikan wahana
belajar bagi anak agar dapat menerapkan Bahasa dengan tepat sesuai dengan
fungsi, mitra berbahasa dan situasinya.
3) Faktor Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam berfikir, atau bernalar,
termasuk memecahkan suatu masalah. Inteligensi bersifat abstrak dan tak dapat
diamati langsung kecuali melalui perilaku. Dalam kaitannya dengan
pemerolehan Bahasa, anak-anak yang bernalar tinggi tingkat pencapainnya
cenderung lebih cepat, lebih kaya, dan lebih bervariasi khasanah bahasanya,
daripada anak yang bernalar sedang atau rendah. Jadi, pengaruh intelegensi
terletak pada jangka waktu dan tingkat kreativitas perkembangan bahasanya.
4) Faktor Motivasi
Sebagaimana kita ketahui, motivasi itu bersumber dari dalam dan luar
diri anak. Dalam belajar Bahasa, anak tidak melakukannya demi Bahasa itu
sendiri. Anak belajar Bahasa karena adanya kebutuhan dasar yang bersifat
praktis, seperti lapar, haus, sakit, serta perhatian dan kasih saying. Inilah yang
disebut dengan motivasi intrinsic, yang berasal dari anak itu sendiri.
Untuk kebutuhan hidupnya dan kepentingan dirinya, anak perlu
memahami dan dipahami sekitarnya melalui belajar Bahasa. Dalam
perkembangan selanjutnya., anak merasa bahwa tidak berbahasa yang
dilakukannya membuat orang lain memberikan respons yang pisitif, pujian
serta ekspresi rasa senang, gembira dan ceria. Kondisi ini memacu anak untuk
terus belajar dan menguasai bahasanya lebih baik lagi. Dan dorongan belajar
Bahasa anak dari luar dirinya disebut dengan motivasi ekstrinsik.
d. Strategi Pemerolehan Bahasa
Usia anak dari 0 tahun sampai dengan 12 tahun itu disebut denan “periode
penting” dikarenakan pada usia tersebut berbagai piranti atau kelengkapan
kebahasaanya telah benar-benar siap dan matang. Tanpa sadar ternyata anak
melakukan sejumlah strategi dalam belajar suatu Bahasa, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Mengingat
Mengingat memainkan peran yang cukup penting dalam belajar Bahasa
atau belajar apapun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat
dalam benaknya. Pada tahap awal belajar bahas, anak mulai membangun
pengetahuan tentang bunyi dan kombinasi bunyi-bunyi tertentu merujuk pada
suatu yang dia dengar atau alami. Ingatan itu akan semakin kuat apabila
penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Dalam
berbahasa anak-anak biasanya dibantu oleh ekspresi muka, gerak tangan, gerak
tubuh, dan konteks. Inilah versi Bahasa anak. Mengingat kondisi yang seperti
itu maka dalam komunikasi dengan anak, orang tua tanpa selalu disadari
biasanya melakukan penyederhanaan Bahasa melalui cara tutur yang pelan dan
lembut, pengulangan atau modifikasi kata-kata yang mudah diingat dan
digunakan anak (seperti maem untuk “makan”, pus untuk “kucing” dsb).
2) Meniru
Peniruan disii bisa berarti mencontoh secara kreatif atau menginspirasi.
Pada dasarnya, peniruan dilakukan anak tidak selalu pengulangan yang persis
sama atas apa saja yang idengarnya. Terdapat dua penyebab yang mana anak
melakukan peniruan tetapi tidak sama yaitu : penyebab yang pertama berkaitan
dengan perkembangan otak dan alat ucap, penguasaan kaidah Bahasa, serta
adanya masukan Bahasa dari sumber lain. Dengan demikian anak hanya akan
mengucapkan tuturan yang telah dikuasainya saja. Penyebab kedua berknaan
dengan kreativitas berbahasa anak. Disatu sisi anak secara bertahap dapat
memahami dan menggunakan tuturan yang lebih rumit. Disisi lain secara
bersamaan anak pun membangun suatu system Bahasa yang memungkinkan
dia mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk dan jumlah yang tak
terbatas. Karena strategi peniruan maka orang akan menjadi model
(memberikan contoh dan masukan) berbahasa akan sangat mempengaruhi coak
Bahasa yang dimiliki anak. Apabila modelnya baik maka anak pun akan
mempelajari versi Bahasa yang baik, logis dan santun. Sebaliknya apabila
modelnya kurang bak maka versi Bahasa yang kurang baik itulah yang akan
dipelajari dan digunakan anak.
3) Mengalami Langsung
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai Bahasa pertamanya
adalah mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata.
Anak menggunakan bahanya baik Ketika berkomunikasi dengan orang lian,
maupun sewaktu sendirian. Anak melakukan kegiatan berbahasa dalam situasi
formal, tanpa disadari, dan tanpa beban. Dia pun melakukan eksperimen atau
uji coba dalam berbahasa tanpa takut salah, untuk memperkaya dan
mempermantap system Bahasa yang dipelajarinya. Melalui Latihan dan uji
coba tersebut, secara perlahan dan bertahap si anak mengubah, memperbaiki
dan menyimpulkan aturan Bahasa itu sampai tuturannya dirasakan benar dan
mantap.
4) Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan
kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai
orang dewasa, sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan,
ibu, bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai dokter, perawat
atau pasien, atau sebagai guru dan murid dalam bermain sekolah-sekolahan.
Tanpa disadari mereka bermain drama sekaligus mereka berlatih berbicara dan
menyimak.
5) Penyederhanaan
Penyederhanaan yang terjadi ialah yangmana Ketika orang dewasa
berkata “terima kasih” di sederhanakan oleh anak dengan kata “ma acih”, itu
salah satu contoh penyederhanaan kosakata dalam berbicara, terdapat dua
kesimpulan tuturan anak-anak yang mana : pertama pada tuturan 1 ada yang
hilang, tuturan 2 ada akata dan fonem yang hilang dan pada tuturan 3 ada
beberapa kata yang hilang. Kedua Bahasa yang digunakan anak cenderung
langsung pada objeknya atau pada sasarannya.

Tuturan anak-anak Tuturan orang dewasa


1. Ma acih 1. Terima kasih
2. Mah, uweh 2. Mah, minta kue
3. Mam ayam, mah 3. Mah makan dengan daging
ayam
Disamping perbuatan anak bersifat egosentris (berpusat pada dirinya,
perkembangan kemampuan anak yang bertahap yang membuat tuturan yang
digunakannya lebih sederhana dan lagsung. Satu atau dua kata mewakili satu
kalimat. Ciri berbahasa anak seperti itu disebut penyederhanaan atau reduksi.
Strategi itu tentu saja tidak disadari anak. Meskipun sederhana kita sebagai
orang dewasa akan memahaminya karena di bantu oleh konteks terjadinya
perilaku berbahasa anak.

e. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa


Perkembangan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Berikut ini tahapan-tahapan
perkembangan Bahasa anak :
1) Tahap Pralinguistik
Pada tahap ini bunyi-bunyi Bahasa yang dihasilkan akan semakin
mendekati bunyi vocal atau konsonan tertentu. Tetapi umumnya bunyi-bunyi
tersebut belumlah mengacu kepada kata atau kalimat dengan makna tertentu,
sehingga perkembangan Bahasa anak pada fase ini disebut dengan tahap
pralinguistik. Fase ini berlangsung sejak anak lahir samapi berumur 12 bulan.
a) Pada umur 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi refleksi
untuk menyatakan rasa lapar, haus, sakit atau ketidaknyamanan, serta
bunyi-bunyi vegetative yang berkaitan dengan aktivitas tubuh, seperti
batuk, bersin, sendawa, telanan (Ketika makan) dan tegukan (Ketika
menyusu atau minum). Meskipun bunyi-bunyi itu tidak bermakna secara
Bahasa, tetapi merupakan jembatan perkembangan bagi tuturan
selanjutnya.
b) Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mendekut dan emngeluarkan bunyi-
bunyi vocal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip klakson. Bunyi itu
biasanya muncul sebagai respons terhadap senyum atau ucapan orang
tuanya.
c) Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi yng agak utuh
dengan rentang waktu yang lebih lama. Bunyi mirip vocal dan
konsosnannya lebih bervariasi. Konsonan nasal /m. dan /n/ sudah mulai
muncul.
d) Pada umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh. Celotehannya reduplikasi
atau pengulangan konsonan dan vocal yang sama, seperti /ba-ba-ba/, /ma-
ma-ma/, dan /da-da-da/, vocal yang muncul adalah vocal dasar /a/ dengan
konsonan hamabt labial /p,b/, nasal /m,n,n/ dan alveolar /t,d/. selanjutnya,
celotehan reduplikasi tersebut berubah lebih bervariasi. Vokalnya sudah
mulai menuju vocal /u/ dan /i/. konsonan frikatif pun, seperti /s/ sudah
muali muncul.
2) Tahap Satu-Kata atau Holofrasis
Fesi ini berlangsung Ketika anak berusia 12-18 bulan. Pada tahap ini,
anak menggunakan satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang
disampaikannya. Tegasnya, satu kata yang diucapkan anak mewakili satu frasa,
kalimat atau wacana. Karena itu, fase ini disebut juga tahap holofrasis.
Contohnya sebagai berikut :
a) “mimi!” sambal menunjuk cangkir. (saya mau minum)
b) “akut” sambal menunjuk laba-laba. (saya takut laba-laba)
c) “akit” sambal mengacungkan jarinya. (jari saya sakit)

Kata-kata yang diucapkan anak adalah kata-kata yang telah dikenal dan
dikuasainya. Kata-kata itu biasanya sering muncul dalam tuturan keseharian di
lingkungan anak. Kata-kat itu umumnya berkaitan dengan kegiatan rutin anak,
pemanggilan orang-orang sekitar dan benda atau objek yang dekat dengan
anak.

3) Tahap Dua-Kata
Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24 bulan. Pada
tahap ini kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat, seiring
dengan kematangan otak dana lat ucapnya. Dalam bertutur anak-anak mulai
menggunakan dua kata :papa ikut, mamah main, mau bobo dan sebagainya.
Hanya kata-kata pokok yang diucapkan anak, seperti kata benda, kata kerja
(dasar), dan/ atau kata sifat. Tak ada kata tugas seperti kata depan atau kata
penghubung.
4) Tahap Telegrafis
Antara anak usia 2-3 tahun anak telah menghasilkan ujaran dalam
bentuk kalimat-kalimat pendek. Ciri yang paling mencolok pada fase ini
bukanlah pada jumlah kata yang dihasilkan anak, tetapi pada variasi bentuk
kata yang sudah mulai muncul. Namun demikian, fase ini anak belum
menggunakan kata tugas dalam bertutur, oleh karena itu perkembangan Bahasa
anak pada fase ini disebut dengan tahap telegrafis.
Seiring bertambahnya usia dan perkembangan otak dan perangkat
biologis lainnya maka kemampuan anak pun (kaidah Bahasa dan kaidah
berbahasa) akan semakin meningkat hingga mendekai tuturan orang dewasa.

E. Kesimpulan
Pemerolehan Bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa yang
diperoleh secara alami, informal dan melalui kegiatan berbahasa langsung. Bahasa
yang pertama kali diperoleh anak disebut Bahasa pertama. Setidaknya ada tiga teori
pemerolehan Bahasa yang diperbincangkan para ahli yaitu pandangan nativistic,
pandangan behavioristik, dan pandangan kognitif.
Keberhasilan anak dalam mempelajari dan emnguasai Bahasa pertama
dipengaruhi oelh berbagai faktor dengan strategi tertentu. Faktor yang mempengaruhi
penguasaan Bahasa anak adalah faktor biologis, intelektual, lingkungan dan motivasi.
Dalam mendukung keberhasilan belajar Bahasa anak, unsur lingkungan soasial
memberikan bantuan berupa Bahasa semang, paraphrase, penyederhanaan, perluasan,
penguatan, penegasan Kembali, pelabelan dan pemodelan. Sementara itu strategi
belajar Bahasa yang dilakukan anak adalah mengingat, meniru, mengalami langsung,
bermain dan menyederhanakan.
Kemampuan anak dalam berbahasa bertahap, tidak sekaligus. Tahap-tahap
perkembangan Bahasa anak terdiri dari fase pralinguistik, fase satu-kata (holofrasitik),
fase dua kata dan fase telegrafis.

DAFTAR PUSTAKA
Solchan T.W dkk.2021.Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.Universitas Terbuka. Hal 2.1-
2.19

Anda mungkin juga menyukai