Anda di halaman 1dari 14

NAMA : HARIS MUSLIHAT

NIM : 856438781
MK : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD
TUGAS : RESUME MODUL 1, 2 DAN 3

MODUL I
HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA

K E G I A T A N B E LA J A R 1

I. HAKIKAT BAHASA
a. Pengertian Bahasa
Menurut beberapa sumber dari para ahli, bahasa adalah:
1. Sebuah simbol bunyi arbiter yang digunakan untuk komunikasi manusia (Wardhaugh, 1972).
2. Sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan secara sistematis melalui
penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda yang disepakati yang memiliki makna yang
dipahami (Webster’s New Collegiate Dictionary, 1981).
3. Sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota sosial untuk
berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kentjono, Ed., 1984:2).
4. Salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya
manusia (Hilliday dan Hasan, 1991).
Dari pandangan para ahli diatas ada yang menyatakan bahasa melalui penekanan sistem, alat
dan juga pada komunikasi.

b. Karakteristik Bahasa
1. Sebagai sebuah sistem
Dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang
dapat diramalkan.
2. Sistem lambang yang arbiter (Makna suka) dan Konvensional.
Merupakan sistem simbol, baik berupa bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan
disepakati oleh suatu kelompok sosial.
3. Bersifat produktif
Dari huruf-huruf per kata dan selanjutnya dapat dihasilkan satuan bahasa dalam jumlah yang
tak terbatas, ribuan kata, kalimat atau wacana bacaan dengan segala variasinya, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat penggunanya.
4. Memiliki fungsi dan variasi
Fungsi sebagai alat kominikasi sedangkan penggunaan bahasa oleh suatu kelompok disebut
variasi atau ragam bahasa.

c. Fungsi Bahasa
Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus mengidentifikasi fungsi
bahasa adalah sebagai berikut:
1. Personal
2. Regulator
3. Interaksional
4. Informasi
5. Heuristik
6. Imajinatif
7. Instrumental

d. Ragam bahasa
Berdasarkan pemakai dan pemakaiannya:
1. Berdasarkan pemakainya
Ragam bahasa dapat dilihat dari segi asal daerah penutur yang melahirkan dialeg geografis,
kelompok sosial yang melahirkan dialeg atau ragam sosial dengan segala variasinya serta
sikap bahasa yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau keseharian.
2. Berdasarkan pemakaiannya
Bertolak dari pemakaiannya, bidang perbincangan, yang melahirkan ragam ilmiah, ragam
sastra, ragam jurnalistik dan ragam-ragam lainnya. Media berbahasa, yang memunculkan
ragam lisan dan tulis, serta situasi bahasa, yang memunculkan ragam baku dan tak baku.

K E G I A T A N B E LA J A R 2
II. HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA
Belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara tetap melalui pengalaman dan bahasa yang
dilakukan secara aktif. Hasil belajar atau perubahan tingkah laku itu berkaitan dengan pengetahuan,
sikap atau keterampilan yang dibangun siswa berdasarkan apa yang telah dipahami atau dikuasi
sebelumnya. Tugas guru dalam pembelajaran adalah menciptakan kegiatann dan lingkungan belajar
yang dapat merangsang dan mendorong siswa secara aktif. Sesibuk apapun guru kalau siswa tidak
mengalami proses belajar maka pembelajaran sebenarnya tidak pernah terjadi. Dalam prespektif ini,
siswa adalah subjek belajar, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilotator, motivator, desainer
dan organisator.
a. Konsep Belajar
Siswa belajar menggunakan tiga cara, yaitu melalui pengalaman, pengamatan dan bahasa. Guru
hendaknya mengupayakan agar pembelajaran pembelajaran bertolak dari apa yang telah diketahui
siswa. Guru perlu melakukan, seperti memilih, merancang dan mengorganisasikan
kegiatan/pengalaman belajar yang menarik dan bermakna. Menarik yaitu kegiatan yang dilakukan
menantang sehingga siswa merasa tidak terbebani. Bermakna artinya kegiatan belajar itu sesuai
dengan kebutuhan anak dan tujuan pembelajaran.

b. Belajar Bahasa
Anak belajar bahasa dan menguasai bahasa tanpa disadari dan tanpa beban, apalagi diajari
secara khusus. Mereka belajar bahasa melalui pola berikut:
1) Semua komponen, sistem dan keterampilan bahasa dipelajari secara terpadu
2) Belajar bahasa dilakukan secara alami dan langsung dalam konteks yang otentik.
3) Belajar bahasa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya
4) Belajar bahasa dilakukan melalui strategi uji coba (Trial-Error) dan strategi lainnya.

c. Pembelajaran Bahasa
Tipe-tipe belajar yang melibatkan bahasa (Halliday, 1979, dalam Goodman, dkk., 1987):
1) Belajar bahasa
2) Belajar melalui bahasa
3) Belajar tentang bahasa
Apabila kemampuan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, antara lain adalah:
1) Kemampuan menyimak atau mendengarkan
2) Kemampuan berbicara
3) Kemampuan membaca
4) Kemampuan menulis
Paradigma atau cara pandang pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a. Imersi
Pembelajaran bahasa dilakukan dengan “menerjunkan” siswa secara langung dalam kegiatan
berbahasayang dipelajarinya.
b. Pengerjaan (Employment)
Pembelajaran bahasa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif
dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna, fungsional dan otentik.
c. Demonstrasi
Siswa belajar bahasa melalui demonstrasi – dengan pemodelan dan dukungan – yang disediakan
guru.
d. Tanggung jawab
Pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktifitas
berbahasa yang akan dilakukannnya.
e. Uji coba
Pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dari
prespektif atau sudut pandang siswa.
f. Pengharapan (Expectation)
Siswa berupaya untuk suskses atau berhasil dalam belajar, jika merasa bahwa gurunya
mengharapkan dia menjadi sukses.

Paradigma pembelajaran bahasa tersebut merupakan rambu bagi guru untuk memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran di SD.

MODUL 2
PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
K E G I A T A N B E LA J A R 1

I. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK


a. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa secara alamiah. Proses
pemerolehan bahasa memiliki karakteristik berikut:
1) Berjalan spontan, tanpa sadar, dan tanpa beban.
2) Terjadi secara langsung dalam informal, tanpa melalui pembelajaran formal.
3) Didorong oleh kebutuhan untuk memahami maupun dipahami orang lain.
4) Berlangsung secara terus menerus dalam konteks berbahasa yang nyata dan bermakna.
5) Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa menyimak/mendengarkan dan berbicara.

b. Teori Pemerolehan Bahasa


1) Pandangan Nativis
Setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan bawaan atau alami untuk dapat
berbahasa.
2) Pandangan Behavioristik
Penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan yang diberikan lingkungannya. Anak
tidak memiliki peranan aktif, tetapi sebagai penerima pasif.
3) Pandangan Kognitif
Penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan
tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa
anak.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


1) Faktor biologis
2) Faktor lingkungan sosial
3) Faktor Intelegensi
4) Faktor motiavsi

d. Strategi Pemerolehan Bahasa


1) Mengingat
2) Meniru
3) Mengalami langsung
4) Bermain
5) Penyederhanaan

e. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa


1) Paralinguistik
Bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi vokal/konsonan tertentu
2) Holofrasis / Tahap satu kata
Satu kata yang diucapkan anak satu frasa. Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 – 18
bulan.
3) Tahap dua kata
Berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18 – 24 bulan. Contoh: papa ikut, mamah main,
mau bobo, dst.
4) Telegrafis
Usia anak 2 – 3 tahun menghasilkan ujaran dalam bentuk kalimat-kalimat pendek.

K E G I A T A N B E LA J A R 2

II. PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA


a. Pengertian dan cara pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua (B2) adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai anak setelah
menguasai satu bahasa. Dalam konteks anak Indonesia yang menyandang status B2 itu dapat
dari bahasa daerah, bahasa Indonesia atau bahasa asing. Tergantung pada bahasa mana
pertama yang dikuasai anak lebih dulu.
Belajar B2 dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Pembelajaran khusus
2) Alamiah, melalui kegiatan langsung berbahasa dalam suasana nyata.
3) Terpimpin dan alamiah.
b. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua
Ada tujuh teori yang menonjol yang dikemukakan dalam pemerolehan B2.
1) Model Alkuturasi, yang memandang penyesuaian budaya sangat mempengaruhi
pemerolehan B2. Pengaruh itu ditentukan oleh jarak social psikologis antara kelompok
pembelajar B2 dengan masyarakat asli pemilik B2 tersebut.
2) Teori Akomodasi, yang menyatakan bahwa cara pembelajar B2 membatasi diri dalam
berhubungan dengan ‘pemilik’ B2. Identifikasi hubungan antara kedua kelompok akan
menimbulkan motivasi yang mempengaruhi keberhasilan pemerolehan B2.
3) Teori wacana, yang berpendapat bahwa pembelajar B2 akan menemukan makna bahasa
melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. Semakin sering pembelajar terlibat dalam
alamiah (dalam konteks berbahasa langsung) maka kan sangat baik kemampuan B2-nya.
4) Model monitor, yang menyatakan tampilan berbahasa pembelajar B2 ditentukan oleh cara
mereka menggunakan monitor. Penggunaan monitor yang berlebihan akan menghambat
penguasaaan bahasa pembelajar.
5) Model kompetensi variable, yang berpendapat bahwa cara seseorang mempelajari bahasa
akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Produk
penggunaan bahasa terdiri atas berbagai macam produk bahasa (wacana) dari yang tidak
terencana sampai terencana.
6) Hipotesis universal, yang menyatakan bahwa bahasa antara anak (interlangue) akan terisi
dengan kaidah-kaidah bahasa yang bersifat universal. Pola-pola bahasa yang sesuai dengan
kesemestaan bahasa akan lebih mudah dipahami daripada pola-pola khusus. Penguasaan
struktur B1 akan membantu pembelajar dalam pemerolehan B2.
7) Teori neurofungsional, yang berpandangan adanya hubungan antara pemerolehan B2
dengan anatomi otak syaraf dan system otak.
MODUL 3
PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA

Untuk menjadi guru professional salah satu syaratnya adalah dapat memilih strategi pembelajaran
yang tepat karena keberhasilan mengajar seorang guru ditentukan pula oleh pemilihan strategi yang tepat.
Didalam strategi pembelajaran bahasa tercakup pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa.

K E G I A T A N B E LA J A R 1

I. PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA


A. HAKIKAT PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK
Uraian tentang konsep pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique)
dalam modul ini pendapat Anthony yang dikemukakan oleh Jos Daniel Parera (1987) dan Sri Utari
Subyakto-N (1987).
1. Pendekatan
Adapun prinsip-prinsip pokok aliran ini adalah :
a. Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan
b. Bahasa adalah serangkaian kebiasaan
c. Ajarkanlah bahasanya, bukan tentang bahasanya
d. Bahasa adalah apa-apa yang dikatakan oleh para pemakainya, bukan apa yang seseorang
seharusnya dikatakan demikian.
e. Tidak ada satu bahasa pun yang persis sama dengan bahasa yang lain.

2. Metode
Pada umumnya metode diartikan sebagai ‘cara mengajar’. Sebenarnya pengertian yang tepat
untuk cara mengajar adalah teknik mengajar, sendangan metode pada hakikatnya adalah suatu
prosedur untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal berikuit.
a.       Pemilihan Bahan
b.      Urutan Bahan
c.       Penyajian Bahan
d.      Pengulangan Bahan
Tentang pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan prinsip alamiah atau random.
Prinsip alamiah dalam pemilihan bahan adalah sesuai dengan apa yang diperlukan, seperti halnya
kalau kita mempelajari bahasa sendiri. Pemilihan bahan secara random, yaitu pemilihan bahasa yang
dirasa penting (oleh guru) dan sesuai pula dengan situasi yang dihadapi.
Baik secara alamiah atau random, pemilihan bahan itu didasarkan kriteria berikut ini.
a.       Bagian-bagian yang paling sering digunakan
b.      Paling berguna
c.       Paling muda mengerjakannya
d.      Gabungan ketiganya.
Kelancaran berbahasa merupakan suatu malasah pengulangan. Ada dua cara untuk
mengulangi bahasa, dengan cara dihafalkan dikepala, atau dengan cara substitusi (penggantian).
Suatu contoh substitusi adalah urutan kegiatan, yaitu berupa lakukan dan kataan.
Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam Parera, 1987:19) terdapat lima belas macam
metode, seperti berikut ini.
a.      Direct Method
b.      Natural Method
c.       Psychological Method
d.      Phonetic Method
e.       Reading Method
f.        Granmnar Language Method
g.      Translation Method
h.      Grammar Translation Method
i.        Eclectic Method
j.        The Unit Method
k.       Language Control Method
l.        Mim-Mem Method
m.     Practice-theory Method
n.      The Dual Language
o.      Cognate Method

a.      Direct Method


Direct method atau metode langsung ialah metode pengajaran bahasa yang didalam
pelaksanaannya guru langsung menggunakan bahasa sasaran yaitu bahasa yang diajarkan. Dari
pihak siswa tidak boleh menggunakan bahasa ibu atau bahasa pertamanya sebelum pembelajaran
berlangsung.
Penggunaan Metode Langsung dalam pengajar bahasa menuntut agar semua aspek bahasa
yang diberikan disajikan dalam bahasa Indonesia pula, tetapi apabila mengajar bahasa inggris maka
pelajaran disajikan dalam bahasa inggris. Hal ini, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia di SD, dengan
menggunakan Metode Langsung tidak begitu menyulitkan guru karena di jenjang pendidikan TK pada
umumnya siswa sudah biasa  menggunakan bahasa Indonesia. Tujuan  Metode Langsung di SD ialah
penggunaan bahasa secara sasaran dalam hal ini bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa ke dua
secara lisan agar siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa ke dua tersebut.
Adapun fungsi Metode langsung ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bagi siswa dan bagi
guru. Bagi siswa berfungsi memudahkan siswa untuk mampu berbahasa (lisan) dengan tepat,
memberikan situasi yang menyenangkan, dan mendorong siswa untuk belajar bahasa, sendangan
bagi guru metode ini memudahkan guru untuk mengajar berbahasa tanpa menggunakan bahasa
pengantar bahasa lain selain bahasa sasaran.

b.      Natural Method


Natural Method yang disebut Metode Murni atau Metode Alamiah adalah metode yang dalam
pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda, gambar-gambar, atau peragaan
secara langsung dalam aktivitas sehari-hari. Metode Murni atau Metode Alamiah ini mempunyai ciri-
ciri, seperti berikut ini.
1)     Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah diketahui siswa
sebelumnya.
2)     Makna sesuatu kata yang di ajarkan dengan cara inferensi/menarik kesimpulan dari beberapa
contoh yang diberikan.
3)     Kamus digunakan untuk mengingatkan kata-kata yang dilupakan atau mencari makna kata-kata
baru.
4)     Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.
5)     Penyajian pelajaran mengikuti urutan: Mendengarkan (menyimak), Berbicara, Membaca, dan
menulis, kemudian diajarkan tata bahasa.
c.       Reading Method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat pada tahun 1929-an baik
di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Tujuannya ialah antara lain, untuk memberikan
pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks ilmiah yang mereka perlukan dalam study
mereka.
Metode ini dapat juga diterapkan untuk pembelajran bahasa Indonesia di SD dengan jalan
dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Metode ini cocok
diterapkan di SD kelas Tinggi.
d.      Eclectic Method
Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak ada satupun
metodepengajaran bahasa yang paling baik karena setiap metode yang ada, di sam[ing ada
keuntungan/keunggulan/kebaikan, juga ada kerugian/kelemahan/kejelasannya. Itulah sebabnya maka
guru bebas memilih metode yang mana paling cocok dengan situasi kelas yang akan diajarkan. Guru
dapat mengurangi/menutup kekurangan satu metode dengan jalan memasukan metode yang lain.
Eclectic artinya ‘memilih secara bebas’. Dalam hubungannya dengan metode pengajaran bahasa,
bebas di sini adalah bebas untuk menambah atau mengombinasi/mencapur antar metode yang satu
dengan lainya yang dianggap cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara bebas dalam bahasa
Indonesia Metode Campuran.

3. TEKNIK
Sebenarnya baik pendekatan maupun metode masih bersifat teoretis karena masih ada alat
lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alat itu adalah teknik
yang mengandung makna cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan
demikian, teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Jadi, 
teknik ini bersifat implementasional.
Karena kata teknik mengandung makna ‘ cara-cara, dan metode juga mengandung makna ‘penyajian
bahan’ maka kedua istilah ini adakalanya dipakai dalam arti yang sama. Hal ini dapat kita pada
komponen satuan pelajaran yang berbunyi Metode Teknik.

Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai pembelajaran mata
pelajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi, 1989:56-63).

a.      Teknik ceramah


Sampai sekarang teknik ini masih banyak digunakan  guru dalam proses belajar-mengajar. Hal ini
disebabkan oleh anggapan bahwa mengajar itu adalah menerapakan dengan berbicara/berceramah.
Itulah sebabnya mengapa salah satu fungsi guru di dalam kelas adalah sebagai informatory, yaotu
pemberi informasi pada siswa-siswanya.
Teknik ceramah ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan mendengarjan (menyimak). Siswa
dilatih untuk membuat intisari dari ceramah yang didengarnya, kemudian mencerikatan kembali
dengan bahasa sendiri. Dapat juga Teknik Ceramah ini dirangkaikan dengan teknik yang lain,
misalnya Teknik Tanya-Jawab, jika memang telah direncanakan setelah ceramah selesai siswa
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah
yang baru didengarnya.

b.      Teknik Tanya-jawab


Pada umumnya Teknik Tanya-jawab ini mengikuti Teknik Ceramah yang telah kita lakukan.
Tujuanmnya ialah untuk mengecek pemahaman siswa terhadap ceramah yang bari diberikan atau
bisa juga pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan
yang telah mereka baca. Jika Teknik Tanya-jawab ini tika laksanakan pada waktu membuka
pelajaran, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan pretes, yaitu untuk menjajaki sampai
dimana penguasaan siswa terhadap bahan yang akan kita diberikan.

c.       Teknik Diskusi Kelompok


Tujuan digunakan tekni ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat dan mau menerima
kritikan kalau pendapatnya memang kurang benar. Juga melalui diskusi kelompok ini siswa dapat
menguji kebenaran pendapatnya sesuatu hal.
d.      Teknik Pemberian Tugas
Teknik Pemberian Tugas ini disebut juga Resitas yang dapat diberikan kapada siswa secara individu
atau kelompok. Dengan teknik ini diharapkan siswa lebih mendalami materi pelajaran yang diberikan
guru. Biasanya pemberian tugas ini diikuti oleh tugas melaporkan hasil kerja siswa yang disebut
resitasi.

e.       Teknik Ramu Pendapat (brainstorming)


Teknik ini merupakan perpaduan dari Teknik Tanya-jawab dan Teknik Diskusi. Teknik ini bisa
diterapkan dalam pembelajaran sastra misalnya. Siswa kita ajak mendiskusi karya sastra, coba anda
sebutkan! Baik, bisa puisi, cerpen, atau novel. Jika yang dibahas adalah cerpen maka yang mereka
diskusikan, misalnya tentang temannya, plotnya, perwatakannya, para tokohnya, danb sebagainya.
Secara bergiliran siswa kita beri kesempatan mengemukakan pendapatnya terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang kita ajukan.

f.        Simulasi
Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik Simulasi ini tepat sekali untuk melatih keterampilan
berbicara. Dalam pelaksanaannya guru terlebih dahulu menetapkan peran-peran yang akan
dilakukan oleh guru siswa dalam permainan simulasi, misalnya ada yang berperan (berpura-pura)
sebagai kepala desa, sebagai ketua RW, sebagai ketua RT, sebagai warga RT yang sedang
bersengketa soal air, dan sebagainya.

Guru memberikan pengarahan tentang apa yang akan diperankan oleh masing-masing siswa yang
telah ditunjuk. Oleh karena itu siswa harus memerankan seseorang tokoh tertentu dalanm
permainan tersebut maka Teknik Bermain Peran.

K E G I A T A N B E LA J A R 2

Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD

A.Pembelajaran Terpadu Lintas Materi


Pembelajaran terpadu lintas materi maksudnya materi pembelajaran dari suatu mata pelajaran
dipadukan menjadi satu. Pembelajaran bahasa Indonesia dimulai dengan pemilihan tema yang
merupakan wadah untuk belajar bahasa. Setelah itu merencanakan langkah-langkah pembelajarannya.
Ada 4 keterampilan berbahasa yang harus dipelajari yaitu membaca, berbicara, menulis, dan
mendengarkan yang dalam pembelajarannya dapat dilaksanakan secara terpadu. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran berbahasa ditentukan mana yang menjadi fokus pembelajaran, setelah itu baru
ditentukan alokasi waktunya. Apabila yang menjadi fokus pembelajaran keterampilan membaca maka
waktu yang dialokasikan untuk membaca harus lebih banyak daripada yang lain. Namun dalam
pembelajaran harus ada keterpaduan antara membaca dengan menulis, maupun membaca dengan
mendengarkan, ataupun keterampilan yang lain. Perhatikan bagan berikut:

B. Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum


Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum maksudnya yaitu pembelajaran yang memadukan
beberapa mata pelajaran, misalnya bahasa Indonesia dipadukan dengan sains, atau bahasa Indonesia
dipadukan dengan agama, dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi adanya perpaduan lintas kurikulum di SD yaitu dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia yang dipadukan dengan Sains. Misalnya mata pelajaran Sains ada percobaan yang cara
kerjanya dijelaskan oleh guru (keterampilan mendengar), lalu setelah melakukan percobaan membuat
laporan (keterampilan menulis), setelah itu menjelaskan contoh penerapan konsep dalam kehidupan
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai