Lestari (2311203053)
2024
I
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
segala nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya. Salah satu kenikmatan yang telah
diberikan kepada kami yaitu mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW, yang senantiasa kita harapkan syafa'atnya di hari akhir nanti.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian sentral dalam kehidupan. Manusia
menggunakan bahasa tidak hanya sebatas survival layaknya binatang.
Manusia menggunakan bahasa untuk berbagai segi dalam kehidupan. Oleh
karena itu, manusia dibekali LAD (Language Acquisition Devicion) sehingga
mampu mengembangkan diri dalam berbahasa. Penggunaan bahasa ini tidak
terlepas dari proses pemerolehan bahasa yang dialami manusia dari masa
kanak-kanak hingga dewasa. Bahasa yang digunakan anak dari masa kanak-
kanaknya dan menjadi alat yang paling banyak digunakan dalam interaksi
sosialnya adalah bahasa pertamanya. Jika ada istilah pertama tentu ada istilah
bahasa kedua. Bahasa pertama merupakan bahasa yang paling dikuasai dan
paling sering digunakan oleh seseorang, sedangkan bahasa kedua merupakan
bahasa yang diperoleh melalui pembelajaran dan cenderung dipelajari dengan
sengaja. Bahasa kedua bukan berarti sebatas bahasa kedua, tetapi bahasa lain
yang dipelajari oleh seseorang entah itu satu bahasa, dua, maupun lebih dari
itu. Untuk pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua, kita tentunya harus
mengetahui lebih dalam mengenai pengenalan dan berbagai hipotesis
mengenai permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai hipotesis dan penjabaran mengenai pemerolehan dan
pembelajaran bahasa kedua.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, ciri dan karakteristik dari bahasa kedua?
2. Bagaimana proses pemerolehan bahasa kedua?
3. Apa saja teori model-model pembelajaran bahasa kedua?
4. Bagaimana strategi pemerolehan bahasa kedua?
5. Apa saja faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa kedua?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, ciri dan karakteristik dari bahasa kedua.
2. Untuk mengetahui proses pemerolehan bahasa kedua.
3. Untuk mengetahui teori model-model pembelajaran bahasa kedua.
4. Untuk mengetahui strategi pemerolehan bahasa kedua.
5. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa kedua :
internal dan eksternal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya (Fatmawati, 2015).
Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu
prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah
sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa
telah ditelaah secara intensif selam kurang lebih dua decade. Pada saat
itu telah dipelajari banyak hal mengenai bagaimana anak berbicara,
mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit sekali yang
diketahui mengenai proses actual perkembangan bahasa. Satu hal yang
perlu diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan
oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif dan
sosial.
4
keesokan hari. Selain itu Yurika pun sering menonton drama Jepang
atau mendengarkan musik berbahasa Jepang sambil menunggu jam
perkuliahan dimulai. Strategi sosial dilakukan Yurika walaupun sebatas
melalui chatting di media sosial dengan teman dunia mayanya yaitu
orang Jepang. Strategi afektif tampak dengan pembawaan Yurika yang
tenang sehingga tidak tampak beban hidup yang ditanggungnya.
5
1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa
pertama seorang anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah
pengetahuan secara formal.
2. Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran
adalah proses sadar dan disengaja.
3. Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa bahasa kedua belajar
seperti memungut bahasa kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang
pelajar bahasa kedua mengetahui bahasa kedua.
4. Dalam pemerolehan pengetahuan didapatkan secara implisit sedangkan
dalam pembelajaran pengetahuan didapatkan secara eksplisit.
5. Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak
sedangkan dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong
sekali.
6
lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132). Sehubungan dengan itu,
model pembelajaran merupakan seperangkat materi dan prosedur
pembelajaran atas dasar landasan teoretis tertentu untuk tujuan pembelajaran
tertentu.
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3) Dapat dijadikan pedoman perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
7
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-
langkah pembelajaran (syntax), (b) prinsip-prinsip reaksi, (c) sistem
sosial, dan (d) sistem pendukung.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, meliputi:
dampak pembelajaran berupa hasil belajar yang terukur dan dampak
pengiring berupa hasil belajar jangka panjang.
6) Adanya desain instruksional atau persiapan mengajar dengan berpedoman
pada model pembelajaran yang dipilih.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan seperangkat strategi yang berdasarkan landasan teori dan
penelitian tertentu yang meliputi latar belakang, prosedur pembelajaran,
sistem pendukung dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan bagi guru dan
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat diukur.
8
sangat berbeda. Anak-anak yang masih berada dalam masa kritis akan
memperoleh kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa
yang bahasa pertamanya sudah sangat ternuranikan dalam dirinya.
Tipe pembelajaran bahasa yang kedua lebih bersifat formal dan proses
berlangsungnya terjadi didalam kelas dengan guru, materi dan alat-alat bantu
belajar yang sudah dipersiapkan. Dalam praktik pemelajaran bahasa, para
guru sebaiknya memahami tahapan-tahapan perkembangan dalam
pemerolehan bahasa kedua seperti yang termuat dalam teori Krashen dan
mengaplikasikan beberapa strategi pengajaran bahasa di dalam kelas. Para
guru dapat mengidentifikasi strategi-strategi tersebut berdasarkan kebutuhan
dari pemelajar bahasa dan melakukan eksplorasi terhadap reaksi dari para
siswa untuk menentukan pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam
pemelajaran bahasa.
E. Faktor Yang Memengaruhi Pemerolehan Bahasa Kedua
Faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa kedua ada
empat. Dalam proses pemerolehan sebuah bahasa, baik itu bahasa pertama
maupun bahasa kedua, terdapat berbagai faktor atau variable dan kendala
dalam menentukan hasil pemerolehan bahasa oleh anak. Beberapa faktor yang
memengaruhi hal tersebut antara lain :
1. Faktor Motivasi
Para ahli telah memberikan beberapa pengertian tentang motivasi
dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa kedua seperti yang
dikemukakan oleh Theresia Rettob, yaitu: motivasi adalah suatu kemudi
yang berupa energi atau tenaga yang dapat menggerakkan suatu tindakan;
motivasi merupakan alasan untuk mencapai tujuan secara keseluruhan;
motivasi dapat dianggap sebagai dorongan dari dalam, dorongan sesaat,
emosi atau keinginan yang menggerakkan seseorang untuk berbuat
sesuatu. Dalam proses mempelajari bahasa kedua, diketahui pendapat
yang menyatakan bahwa orang yang didalam dirinya ada keinginan,
9
dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar bahasa kedua
cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar
tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu. Belajar
bahasa akan lebih berhasil bila dalam diri pelajar ada motivasi tertentu.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa kedua, motivasi itu
mempunyai dua fungsi yaitu :
1
Nelly Mujahidah. 2016. Psikolinguistik Sebuah Pendekatan Dalam PembelajaranBahasa Arab. Pontianak: STAIN
PONTIANAK PRESS. Hal. 44
10
mampu beradaptasi dalam lingkungan kerja yang baru, mampu bersaing
sesuai dengan tuntutan zaman.2
2. Faktor Usia
Proses pemerolehan bahasa seorang anak secara efektif terjadi
pada usia di bawah lima tahun (balita). Proses ini terjadi secara bertahap
dan terus berlanjut mengikuti perkembangan usia serta pengalaman anak.
Potensi pemerolehan bahasa pada anak balita digolongkan tinggi, sehingga
potensi itu perlu dioptimalkan, mengingat penguasaan bahasa sangat
berpengaruh kepada proses penguasaan yang lain ketika anak memasuki
usia sekolah. Jadi, dapat dikatakan bahwa usia balita adalah usia emas
dalam pemerolehan bahasa, sehingga pada masa ini harus benar-benar
dioptimalkan agar pemerolehan bahasa anak dapat maksimal. Ada juga
yang mengatakan bahwa anak-anak lebih cepat dan lebih gampang dalam
memperoleh bahasa dibandingkan dengan orang dewasa karena anak-anak
secara biologis diprogramkan untuk belajar bahasa, sedangkan orang
dewasa tidak. Semakin muda seorang anak, maka semakin terampil ia
memperoleh bahasa kedua. Telah menjadi anggapan umum dalam
pembelajaran bahasa kedua bahwa anak-anak lebih baik dan lebih berhasil
dalam pembelajaran bahasa kedua dibandingkan dengan orang dewasa.
Anak-anak tampaknya lebih mudah dalam memperoleh bahasa baru,
sedangkan orang dewasa tampaknya mendapat kesulitan dalam
memperoleh tingkat kemahiran bahasa kedua. Pada dasarnya faktor usia
yang tidak dapat dipisahkan dari faktor lain adalah faktor yang
berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua pada aspek fonologi,
morfologi, dan sintaksis; tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan
urutannya.
3. Faktor Penyajian Formal
2
Norliani, Wulida Makhtuna, dan Jumainah. 2023. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMEROLEHAN
BAHASA KEDUA. Kalimantan: UNIVERSITAS PGRI KALIMANTAN. Hal. 118
11
Pembelajaran atau penyajian pembelajaran bahasa secara formal
tentu memliki pengaruh terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam
memperoleh bahasa kedua karena berbagai faktor dan variabel telah
dipersiapkan dan diadakan dengan sengaja. Demikian juga keadaan
lingkungan pembelajaran bahasa kedua secara formal, di dalam kelas,
sangat berbeda dengan lingkungan pembelajaran bahasa kedua secara
naturalistik atau alami, diketahui bahwa karakteristik lingkungan
pembelajaran bahasa di kelas atas lima segi sebagai berikut :
a) Lingkungan pembelajaran bahasa di kelas sangat diwarnai oleh faktor
psikologi sosial kelas yang meliputi penyesuaian-penyesuaian, disiplin
dan prosedur yang digunakan.
b) Di lingkungan kelas dilakukan praseleksi terhadap data linguistik yang
dilakukan guru berdasarkan kurikulum yang digunakan.
c) Di lingkungan kelas disajikan kaidah-kaidah gramatikal secara
eksplisit untuk meningkatkan kualitas berbahasa siswa yang tidak
dijumpai di likngkungan alamiah.
d) Di lingkungan kelas sering disajikan data dan situasi bahasa yang
artifisial (buatan), tidak seperti dalam lingkungan kebahasaan alamiah.
e) Di lingkungan kelas disediakan alat-alat pengajaran seperti buku teks,
buku penunjang, papan tulis, tugas-tugas yang harus diselesaikan dan
sebagainya.
12
4. Faktor Bahasa Pertama
Beberapa ahli pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya
bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang lebih dahulu
diperoleh) mempunyai pengaruh besar terhadap proses penguasaan bahasa
kedua pembelajar. Struktur bahasa pertama yang telah terpola dalam
pikiran pembelajar dalam banyak kasus mempengaruhi pemerolehan
bahasa kedua. Disampaikan juga oleh Krashen yang menyatakan bahwa
hipotesis urutan alamiah memandang bahwa apabila terdapat persamaan
urutan atau struktur gramatikal antara belajar bahasa pertama dengan
belajar bahasa kedua yang dipelajari, maka dengan mudah bahasa kedua
akan diperoleh anak. Bahasa pertama juga telah lama dianggap menjadi
penghambat dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Hal ini karena
biasa terjadi seorang pembelajar secara sadar atau tidak melakukan
transfer unsur-unsur bahasa pertamanya ketika menggunakan bahasa
kedua. Akibatnya, terjadilah yang disebut interferensi, alih kode, campur
kode, atau juga kekeliruan.
5. Faktor Lingkungan
Kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi seorang
pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa baru (bahasa
kedua). Yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang
didengar dan dilihat oleh pembelajar yang berkaitan dengan bahasa kedua
yang tengah dipelajari. Dalam penguasaan suatu bahasa, baik melelui
proses pemerolehan maupun pembelajaran, lingkungan bahasa tidak dapat
diabaikan, keterlibatan lingkungan bahasa sangat dibutuhkan. Keterlibatan
lingkungan bahasa dalam proses pemerolehan bahasa kedua terdiri dari
dua aspek. Kedua aspek tersebut adalah urutan pemerolehan bahasa kedua
itu sendiri dan keberhasilan dalam menguasai bahasa kedua. Kualitas
lingkungan bahasa ini merupakan sesuatu yang penting bagi pembelajar
untuk memperoleh keberhasilan dalam mempelajari bahasa kedua.
13
Lingkungan bahasa ini dapat dibedakan atas lingkungan formal seperti di
kelas dalam proses belajar-mengajar, dan bersifat artifisial; dan
lingkungan informal atau natural/alamiah.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting bagi manusia. Bahasa
yang dimiliki manusia sangat dinamis sehingga dapat berkembang terus-
menerus. Bahasa digunakan manusia untuk bersosialisasi, dan mengungkapkan
pikirannya. Oleh karena itu, bahasa merupakan kebutuhan yang paling mendasar
bagi manusia.
Bahasa adalah alat komunikasi esensial bagi manusia yang dinamis dan terus
berkembang, digunakan untuk bersosialisasi dan menyampaikan pikiran.
Kemampuan berbahasa anak dimulai dengan penguasaan bahasa pertama,
biasanya bahasa ibu, melalui proses panjang dari tidak mengenal bahasa hingga
fasih berbicara. Proses ini sangat dipengaruhi oleh faktor biologis, kognitif, dan
sosial. Pemerolehan bahasa kedua, seperti yang dilakukan oleh Yurika,
melibatkan berbagai strategi kognitif, metakognitif, sosial, dan afektif. Model
pembelajaran, yang mencakup strategi dan prosedur berdasarkan teori dan
penelitian, menjadi landasan bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad peri syaprizal, 2019, Proses Pemerolehan Bahasa Pada Anak, SMK N 1
Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, Vol 1 No 2.
Rachmawati, Miatin, Ari Khairurrijal Fahmi dan Doni Wahidul Akbar. 2021.
PENGANTAR PSIKOLINGUISTIK. Jogjakarta: PENERBIT KBM INDONESIA
15