Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Bahasa

Dosen Pengampu: Hemas Haryas Harja Susetya, M. Pd

Disusun Oleh: Kelompok 02

Nikmatul Maulana
Ilmu Hamimah

Lailatul Izza

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya.Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan
kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa
kebenaran bagi kita semua.Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
ibu/bapak pembimbing yaitu Hemas Haryas Harja Susetya, M.pd. yang telah
membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga
terselesaikan makalah yang berjudul “PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA”
dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak
yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.

Kraksaan, 29 Juni 2019

Kelompok 02

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….………….. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAAN…………………………………………………………… 3

2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua……………………………………… 3

2.2 Faktor Penguasaan Kemampuan Bahasa Kedua…………………………….. 4

2.3 Strategi Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua…………………………. 6

2.4 Teori dan Hipotesis Pembelajaran Bahasa Kedua………………………….. 9

BAB III PENUTUP………………………………………………………………… 14

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 14

3.2 Saran………………………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pemerolehan bahasa dikategorikan menjadi dua yaitu pemerolehan bahasa


dikategorikan menjadi dua yaitu, pemerolehan bahasa pertama (bahasa ibu) dan
pemerolehan bahasa kedua. Dalam pemerolehan bahasa pertama diperoleh anak pertama
kali dengan cara meniru pertama kali di keluarganya, pada proses ini sang anak tanpa
sadar bahwa dia mempelajari bahasanya. Setelah menguasai bahasa pertama seseorang
dalam proses selanjutnya pasti memerlukan komunikasi yang lebih luas, ke dunia luar dan
guna mengembangkan kehidupannya. Dan dengan memahami bagaimana manusia
merasakan, meyakini dan menilai adalah aspek sangat penting dari teori pemerolehan
bahasa kedua. Oleh karena itu seseorang akan berusaha untuk berlajar bahasa kedua.
Bahasa kedua di peroleh  dipelajari dengan sadar, sedangkan pemerolehan bahasa pertama
diperoleh sang anak tanpa sadar dari kesehariannya bersama keluarganya. Pemerolehan
kedua lebih kepada proses pemahaman bahasa belajar secara sadar.

Dalam pemerolehan bahasa kedua terdapat faktor dan strategi dalam pemerolehan
dan penguasaannya. Kita dapat mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa kedua
dipelajari oleh seseorang dengan mengkaji lebih mendalam, bagaimana proses
pemerolehan bahasa kedua tersebut dengan demikian kita dapat mengerti lebih mendalam
mengenai pemerolehan bahasa kedua sehingga memberikan penjelasan yang dibutuhkan
mengenai pemerolehan bahasa kedua.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah Pengertian dari Bahasa Kedua ?
2. Bagaimana Proses Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua ?
3. Apa sajakah yang menjadi Faktor dalam Penguasaan Kemampuan Bahasa Kedua?
4. Bagaimana Strategi dalam Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan Pengertian dari bahasa kedua.

4
2. Mendeskripsikan Proses Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua.
3. Mendeskripsikan Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penguasaan kemampuan
bahasa kedua.
4.  Mendeskripsikan Strategi dalam Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua.

5
BAB II
PEBAHASAN

2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua


Pemerolehan melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik dan kosa
kata yang luas. Biasanya, penerolehan bahasa merujuk pada pemerolehan bahasa pertama
yang mengkaji pemerolehan bahasa pertama digunakan pada bahasa kedua, maka
pemerolehan bahasa kedua memiliki arti sebuah proses manusia dalam mendapatkan
kemampuan untuk menghasilkan, menangkap, serta menggunakan kata secara tidak sadar
untuk berkomunikasi.
Tapi hal ini dibantah oleh para ahli kebahasaan (linguistics), Noam Chomsky
misalnya, menganggap pemerolehan bahasa, hanya diperuntukkan pada bahasa pertama
(bahasa Ibu), tidak pada bahasa kedua ataupun bahasa selanjutnya, sebab menurutnya
bahasa adalah bawaan manusia sejak lahir (Language is innate to man). Maka dari itu,
pendapatan bahasa secara tidak sengaja hanya terdapat pada masa kanak-kanak yang
masih mengalami pertumbuhan dan pematangan, bukan diperuntukkan bagi bahasa
kedua. Singkatnya, istilah pemerolehan hanya cocok digunakan untuk bahasa pertama
tidak pada bahasa kedua. Untuk bahasa kedua istilah yang cocok adalah pembelajaran
bukan pemerolehan.

Sedangkan, menurut Stephen Krashen berpendapat bahwa istilah pemerolehan


bahasa tidak melulu digunakan untuk bahasa pertama (bahasa ibu) saja, istilah
pemerolehan juga mungkin disematkan pada bahasa kedua. Selanjutnya Krashen
membagi menjadi dua konsep, inti perbedaan dalam belajar bahasa yaitu:

a) Pemerolehan Bahasa (Language Acquisition)


Pemerolehan Bahasa adalah pendapatan bahasa yang mengacu pada proses
alami, melibatkan manusia dengan belajar bahasa secara tidak sadar. Pemerolehan
bahasa merupakan produk dari adanya interaksi nyata antara pelajar dengan orang-
orang di lingkungan bahasa target, dimana pelajar sebagai pemain aktif. Hal ini mirip
dengan anak yang belajar bahasa ibu mereka. Karena proses ini akan menghasilkan
keterampilan fungsional dalam bahasa lisan tanpa tuntunan pengetahuan teoritis,
dengan kata lain pelajar memiliki upaya untuk mengembangkan keterampilan untuk

6
berinteraksi dengan orang asing serta menciptakan situasi komunikasi secara alami
(natural communication situation) agar dapat memahami bahasa mereka, tanpa
adanya tuntunan untuk menguasai teori.
b) Pembelajaran Bahasa (Language Learning)
Pembelajaran bahasa sering disebut sebagai pendekatan tradisional, dan saat
ini pendekatan ini masih sangat umum dipraktikkan oleh sekolah-sekolah diseluruh
penjuru dunia. Perhatian pembelajaran difokuskan pada bahasa dalam bentuk tertulis,
tujuannya adalah agar pelajar memahami struktur dan aturan bahasa, membedahnya
serta menganalisisnya, selain itu diperlukan usaha intelektual dan penalaran deduktif
kepada pelajar. Mudahnya, pendekatan dalam bentuk pembelajaran memiliki ciri-ciri:
Pertama, mengesampingkan komunikasi, komunikasi dianggap tidak begitu penting.
Kedua, teknik belajar mengajar hanya bersandar pada silabus, hal ini akan memberi
kesan kaku dan kurang imajinatif. Ketiga, banyak berkutat hanya pada teori, aturan-
aturan kebahasaan (Gramatical Rules) dan tidak dibarengi praktik. Keempat, guru
memiliki otoritas utama pelajar hanya sebagai participant, bergerak secara pasif.
Kelima, pelajar hampir tidak pernah menguasai penggunaan struktur dalam
percakapan.

2.2 Faktor Penguasaan Kemampuan Bahasa Kedua

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan bahasa kedua yaitu:

1. Faktor Motivasi
Dalam pembelajaran bahasa kedua menyatakan bahwa orang yang didalam
dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar
bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibanding dengan orang yang belajar
tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan dan motivasi. Lambert dan Gardner
(1972), Brown (1980), dan Ellias (1986), juga mendukung pernyataan bahwa belajar
bahasa akan lebih berhasil bila dalam diri pembelajar ada motivasi tertentu.
Beberapa pakar pembelajaran bahasa kedua telah mengemukakan apa yang
dimaksud dengan motivasi. Salah satunya Coffer (1964) menyatakan bahwa
motivasi adalah dorongan, hasrat, kemauan, alasan atau tujuan yang menggerakkan
orang untuk melakukan sesuatu.
2. Faktor Usia
Faktor usia atau faktor biologis juga berpengaruh terhadap keberhasilan

7
seseorang dalam mempelajari pemerolehan bahasa kedua. Hal ini berkaitan dengan
fungsi otak yang akan hilang kelenturannya setelah memasuki usia pubertas.
Semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkurang pula kinerja otaknya.
Dengan demikian, anak-anak tampaknya lebih mudah dalam memperoleh bahasa
baru, sedangkan orang dewasa tampaknya mendapat kesulitan dalam memperoleh
tingkat kemahiran bahasa kedua. Maka bagi usia dewasa ke atas akan memerlukan
usaha extra dalam mengingat kata atau kalimat bahasa kedua yang dipelajarinya.
3. Faktor Penyajian Formal
Pembelajaran atau penyajian bahasa secara formal tentu memiliki pengaruh
terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam memperoleh bahasa kedua, karena
disebabkan beberapa faktor dan variable yang disediakan dengan sengaja.
Pembelajaran bahasa secara formal memiliki kemiripan dengan tipe pembelajaran
formal yang sifatnya non alamiah serta didukung oleh perangkat formal
pembelajaran.
4. Faktor Bahasa Pertama
Bahasa petama memiliki pengaruh terhadap pembelajaran bahasa kedua. Pada
saat pembelajar menggunakan bahasa kedua kadang kala secara sadar atau tidak telah
mengalihkan unsure-unsur bahasa pertamanya, sehingga menimbulkan interferensi,
alih kode, campur kode, dan kekeliruan (error). Dengan demikian, menurut Banathy
(via Chaer, 2003:257) bahwa mengetahui keadaan linguistik bahasa pertama sangat
penting bgi usaha menentukan strategi pembelajaran bahasa kedua tidak lain dari
pada mentransfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan bahasa sangat berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua.
Yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan
dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang dipelajari (Tjohjono, 2003:
259).
2.3 Strategi Kemampuan Bahasa Kedua
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi diambil dari bahasa Inggris, strategy. Dalam bidang
pendidikan strategi diberi makna baru atau ditransformasikan kedalam strategi
belajar. Dalam hal ini, strategi belajar didefinisikan sebagai langkah-langkah
yang dilakukan oleh pembelajar untuk menambah kemampuan, penyimpan,

8
pemproduksi kembali, dan penggunaan informasi.
Berkaitan dengan definisi tersebut dimunculkan definisi baru strategi belajar
bahasa, yaitu tindakan khusus yang dilakukan oleh pembelajar untuk
mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, dan lebih mudah memahami
secara langsung, lebih efektif, dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang
baru (Oxfroad, 1992:8). Kandungan makna yang terdapat dalam strategi belajar
bahasa kedua
1) Strategi belajar bahasa memiliki kontribusi langsung pada tujuan utama
kemampuan / pembelajaran bahasa.
2) Strategi belajar bahasa mengkehendaki pembelajar mudah memahami
sendiri secara langsung B2.
3) Strategi belajar bahasa mengembangkan pedoman bagi pengajar.
4) Strategi belajar bahasa berorientasi pada pemecahan masalah terhadap
tugas bahasa sasaran.
5) Strategi belajar bahasa merupakan aktivitas khusus yang dilakukan oleh
pembelajar B2, bukan dilakukan oleh pengajar atau calon pengajar.
6) Strategi belajar bahasa melibatkan banyak aspek pembelajar, bukan hanya
kognisi.
7) Strategi belajar bahasa mendorong pembelajar bahasa, baik langsung
maupun tidak langsung.
8) Strategi belajar bahasa tidak selalu mudah untuk diobservasi. Ada
beberapa strategi belajar yang hanya dapat diamati melalui video tape atau
simulasi tertutup.
9) Strategi belajar bahasa merupakan proses yang dilakukan dengan sadar
dan terencana.
10) Strategi belajar bahasa merupakan aktivitas yang dapat dipelajari dan
dilatih.
2. Macam-Macam Strategi Kemampuan Bahasa Kedua
Oxfroad (1992) membagi kemampuan B2 kedalam dua kelompok besar, yaitu
strategi langsung dan tidak langsung.
a. Strategi langsung adalah strategi yang melibatkan secara langsung sasaran
bahasa terhadap pembelajar. Strategi langsung ini digunakan oleh pembelajar
untuk mengatasi masalah kebahasaannya melalui sentuhan langsung dengan

9
materi kebahasaan yang ada.
1) Strategi memori
Mengingat informasi yang potensial untuk diproduksi. Strategi memori
merefleksikan hal-hal yang sederhana, mengatur hal-hal yang sederhana,
melakukan penelaahan.
2) Strategi kognitif
Strategi yang memiliki banyak variasi dalam pengaplikasiannya,
seperti mengulang materi, menganalisis ungkapan, dan meringkas.
3) Strategi konpensasi
Strategi yang mengatasi kekurangan atau ketidakmampuan pembelajar
dalam struktue B2 atau khususnya dalam kosakata. Strategi ini dapat
dikembangkan baik ketika pembelajar sedang aktif berbahasa secara
resepsif maupun secara produktif.
Resepsif aktivitas yang termasuk strategi ini adalah penekanan secara
masuk akal.
Sebaliknya, untuk pembelajar yang sedang berbahasa secara pruduktif,
aktivitas yang termasuk pada strategi ini adalah penguasaan batasan
dalam berbicara atau menukis.
b. Strategi secara tidak langsung adalah strategi untuk mengatur belajar bahsa
secara umum. Jika strategi langsung memiliki hubungan langsung dengan
pemecahan problema kebahasaan, strateti tak langsung tidak.

2.4 Teori dan Hipotesis Pembelajaran Bahasa Kedua


A. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua
Bahasa kedua dapat didefinisikan berdasarkan urutan, yakni bahasa yang
diperoleh atau dipelajari setelah menguasai bahasa pertama. Pemerolehan
bahasa sebagaimana pembelajaran bahasa, dapat dilihat dari beberapa teori,
1. Teori Akulturasi
Akulturasi adalah proses penyesuain diri terhadap kebudayaan yang
baru.

10
Teori ini memandnag bahasa sebagai ekspresibudaya yang paling nyata
dan dapat diamati dan bahwa proses pemerolehan baru akan terlihat dari
cara saling memandangantara masyarakat B1 dan B2.
Akulturasi akan berada pada posisi baik, jika
1) Anak berada pada masyarakat tutu yang memiliki tingkat social
sama.
2) Anak didorong untuk berakulturasi denga budaya bahasa
3) Budaya B1 tidak terlalu mendominasi
4) Masyarakat tutur B1 dan B2 saling memiliki sikap positif.
Adapun faktor psikologis yang harus dijaga,
1) Anak tidak mengalami goncangan bahasa, seperti ragu-ragu atau
bingung
2) Anak tidak mengalami kemunduran motivasi.
2. Teori Wacana

Teori ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam konteks pembicaraan


ini. Pemerolehan bahasa Jawa Krama dilihat dari segi bagaimana cara anak
menemukan makna potensial bahasa melalui keikutsertaannya dalam
komunikasi. Cherry (via Ellis, 1986:259) menekankan pentingnya
komunikasi sebagai upaya pengembangan kaidah struktur bahasa. Teori
ini, menurut Hatch ( via Ellis, 1986: 259-260 ),mempunyai prinsip-prinsip
yang dapat dianalogikan sebagai berikut

1) Pemerolehan BJK sebagai B2 akan mengikuti urutan alamiah


(mula-mula anak menggunakan 1kata, kemudian 2,3, dan seterusnya )
2) Orang tua atau guru akan menyesuaikan tuturannya untuk
menyatukan makna dengan anak
3). Strategi percakapan menggunakan makna dan bentuk yang
dinegosiasikan seperti, “Bu, kulamboten..mboten mau” dan masukan yang
teratur “Mboten purun nggih mboten napa-napa”

3. Teori Monitor

Teori dari Krashen (1977) ini memandang pemerolehan bahasa sebagai


proses konstruktif

11
kreatif. Monitor adalah alat yang digunakan anak untuk menyunting
performansi (penampilan verbal) berbahasanya. Monitor ini bekerja
menggunakan kompetensi yang”dipelajari”.Teori monitor memiliki lima
hipotesis, yakni:

1) Hipotesis pemerolehan-pembelajaran (anak kecil cenderung ke


pemerolehan)
2) Hipotesis urutan alamiah (B2 cenderung menekankan unsur struktur
gramatika)

Pemerolehan struktur gramatika anak dapat diramalkan.

3) Hipotesis monitor (anak cenderung menggunakan alat (monitor) untuk


mengedit kemampuan berbahasanya. Dengan monitor, anak memodifikasi
ujaran dari kompetensinya, seperti “seganipun wonten pundi, Bu?”. Proses
memonitor terjadi sebelum dan sesudah tuturanberlangsung. Pengoperasian
monitor ditentukan oleh kecukupan waktu, fokus bentuk-
makna,pengetahuan kaidah.
4) Hipotesis masukan (anak memperoleh bahasa bukan melalui pelatihan
melainkan dengan menjajagi makna, baru kemudian memperoleh struktur :

- Masukan terjadi pada proses pemerolehan, bukan pembelajaran

- Pemerolehan terjadi apabila anak memperoleh masukan setingkat lebih


tinggi daripada struktur yang telah dimilikinya (i + 1)

- Bila komunikasi berhasil, i + 1 tersaji secara otomatis

- Kemampuan memproduksi muncul secara langsung, tidak melalui


diajarkan.

5) Hipotesis saringan afektif (sikap memegang peran penting). Saringan


akan terbuka jika anak punya sikap yang benar dan guru berhasil
menciptakan atmosfir kelas yang bebas dari perasaan cemas.

4. Teori Kompetensi Variabel

Teori ini melihat bahwa pemerolehan B2 dapat direfleksikan dan


bagaimana bahasa itu

12
digunakan. Produk bahasa terdiri atas produk terencana (seperti menirukan
cerita atau dialog) dan tidak terencana (seperti percakapan sehari-hari).

Model kompetensi variabel mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1) Anak memiliki alat penyimpanan yang berisi bahasantara.


Penyimpanan ini akan aktif jika diekploitasi untuk berlatih;
2) Anak memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa, yang
berbentuk proses wacana primer (penyederhanaan semantik : dhahar =
makan), wacana sekunder (penyuntingan performansi bahasa), proses
kognitif (penyusunan, perbandingan, dan pengurangan unsur)
3) Tampilan berbahasa anak adalah proses primer dalam perkembangan
wacana yang tidak terencana atau proses sekunder dari wacana terencana;
4) Perkembangan pemerolehan adalah akibat pemerolehan kaidah baru dan pengaktifan
kaidah-kaidah itu.

5. Teori Hipotesis Universal

Teori ini berkeyakinan bahwa terdapat kesemestaan linguistik yang


menentukan jalannya

pemerolehan B2. Kesemestaan itu adalah

1) Kendala berbahasa diambil alih oleh bahasantara;


2) Anak lebih mudah memperoleh pola-pola yang sesuai dengan
kesemestaan linguistik daripada yang tidak.
Kesemestaan linguistik yang dimanifestasikan oleh B1 dapat membantu

B . Hipotesis Menurut Stephen Krashen

Salah satu perspektif teoretis paling kontroversial dalam SLA pada 25


tahun terakhir abad kedua puluh disodorkan oleh Stephen Krashen (1977,1981,
1982, 1985, 1992, 1997) dalam sebuah himpunan artikel dan buku. Hipotesis
Krashen mempunyai nama-nama yang berbeda. Dalam tahun-tahun awal,
“Model Monitor” dan “Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran” adalah nama-

13
nama yang lebih popular; dalam tahun-tahun terakhir “Hipotesis Masukan”
digunakan untuk menyebut satu set yang terdiri atas lima hipotesis yang saling
berkaitan. Berikut ini lima hipotesis menurut Stephen Krashen:

1. Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran
Krashen menyatakan bahwa pembelajaran bahasa kedua dewasa punya
dua cara untuk menyerap bahasa sasaran, yang pertama adalah “Pemerolehan”,
sebuah proses bawah sadar dan intuitif dalam pengembangan sistem sebuah
bahasa, tidak beda dengan proses seorang anak untuk belajar begitu saja
tentang sebuah bahasa, Cara kedua adalah sebuah proses "Pembelajaran" sadar
di mana pembelajar memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara
umum mafhum akan proses mereka sendiri. Menurut Krashen, "kecakapan
dalam performa bahasa kedua seiring dengan apa yang sudah kita peroleh,
bukan apa yang kita pelajari". Oleh karenanya, orang dewasa harus
memperoleh sebanyak mungkin agar bisa mencapai kecakapan komunikatif.
Bila tidak, mereka akan berhenti pada pembelajaran aturan dan terlalu
memperhatikan secara sadar bentuk bahasa dan terlalu mengawasi kemajuan
mereka sendiri. Lebih lanjut, Proses pembelajaran sadar kita dan proses
pemerolehan bawah sadar kita berdiri sendiri-sendiri. Pembelajar tak bisa
"menjadi" pemerolehan.

2. Model Monitor

Monitor ada dalam pembelajaran, bukan pemerolehan. Ia adalah alat


untuk "memantau" keluaran seseorang, untuk menyunting dan membuat
perubahan atau mengoreksi ketika keluaran-keluaran itu dipikiran secara sadar.
Pembelajaran yang eksplisit dan intensional semacam itu, menurut Krashen,
harus dihindari jauh-jauh, karena dianggap merintangi pemerolehan. Hanya
begitu kecakapan mapan, barulah pemantauan atau penyuntingan yang cukup
digunakan. Hipotesis mengenai pemantau (monitor) pembelajaran berfungsi
sebagai pemantau. Pembelajaran tampil untuk menggantikan bentuk ujaran
sesudah ujaran dapat diproduksi berupa sistem.

3. Hipotesis Urutan Alamiah

14
Menyusul studi-studi awal urutan morfem dari Dulay dan Burt (1974b,
1976) dan yang lainnya, Krashen menyatakan bahwa kita memperoleh kaidah-
kaidah bahasa dalam sebuah urutan yang bisa diprediksi atau "alamiah".

4. Hipotesis Masukan

Menurut Krashen masukan yang bisa dipahami adalah “satu-satunya


alasan bagi pemerolehan bahasa kedua. Hipotesis Masukan menyatakan bahwa
kondisi bagi terwujudnya pemerolehan bahasa adalah ketika si pembelajar
memahami (melalui mendengarkan atau membaca) masukan yang strukturnya
mengandung hal yang “sedikit merampaui” tingkat kompetensinya saat ini. Jika
pembelajar berada di tingkat i, masukan yang ia pahami seharusnya berisi i +
1" .

15

Anda mungkin juga menyukai