Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Bahasa
Nikmatul Maulana
Ilmu Hamimah
Lailatul Izza
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya.Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan
kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa
kebenaran bagi kita semua.Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
ibu/bapak pembimbing yaitu Hemas Haryas Harja Susetya, M.pd. yang telah
membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga
terselesaikan makalah yang berjudul “PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA”
dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak
yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kelompok 02
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….………….. 1
BAB II PEMBAHASAAN…………………………………………………………… 3
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 14
3.2 Saran………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam pemerolehan bahasa kedua terdapat faktor dan strategi dalam pemerolehan
dan penguasaannya. Kita dapat mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa kedua
dipelajari oleh seseorang dengan mengkaji lebih mendalam, bagaimana proses
pemerolehan bahasa kedua tersebut dengan demikian kita dapat mengerti lebih mendalam
mengenai pemerolehan bahasa kedua sehingga memberikan penjelasan yang dibutuhkan
mengenai pemerolehan bahasa kedua.
4
2. Mendeskripsikan Proses Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua.
3. Mendeskripsikan Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penguasaan kemampuan
bahasa kedua.
4. Mendeskripsikan Strategi dalam Pemerolehan Kemampuan Bahasa Kedua.
5
BAB II
PEBAHASAN
6
berinteraksi dengan orang asing serta menciptakan situasi komunikasi secara alami
(natural communication situation) agar dapat memahami bahasa mereka, tanpa
adanya tuntunan untuk menguasai teori.
b) Pembelajaran Bahasa (Language Learning)
Pembelajaran bahasa sering disebut sebagai pendekatan tradisional, dan saat
ini pendekatan ini masih sangat umum dipraktikkan oleh sekolah-sekolah diseluruh
penjuru dunia. Perhatian pembelajaran difokuskan pada bahasa dalam bentuk tertulis,
tujuannya adalah agar pelajar memahami struktur dan aturan bahasa, membedahnya
serta menganalisisnya, selain itu diperlukan usaha intelektual dan penalaran deduktif
kepada pelajar. Mudahnya, pendekatan dalam bentuk pembelajaran memiliki ciri-ciri:
Pertama, mengesampingkan komunikasi, komunikasi dianggap tidak begitu penting.
Kedua, teknik belajar mengajar hanya bersandar pada silabus, hal ini akan memberi
kesan kaku dan kurang imajinatif. Ketiga, banyak berkutat hanya pada teori, aturan-
aturan kebahasaan (Gramatical Rules) dan tidak dibarengi praktik. Keempat, guru
memiliki otoritas utama pelajar hanya sebagai participant, bergerak secara pasif.
Kelima, pelajar hampir tidak pernah menguasai penggunaan struktur dalam
percakapan.
1. Faktor Motivasi
Dalam pembelajaran bahasa kedua menyatakan bahwa orang yang didalam
dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar
bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibanding dengan orang yang belajar
tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan dan motivasi. Lambert dan Gardner
(1972), Brown (1980), dan Ellias (1986), juga mendukung pernyataan bahwa belajar
bahasa akan lebih berhasil bila dalam diri pembelajar ada motivasi tertentu.
Beberapa pakar pembelajaran bahasa kedua telah mengemukakan apa yang
dimaksud dengan motivasi. Salah satunya Coffer (1964) menyatakan bahwa
motivasi adalah dorongan, hasrat, kemauan, alasan atau tujuan yang menggerakkan
orang untuk melakukan sesuatu.
2. Faktor Usia
Faktor usia atau faktor biologis juga berpengaruh terhadap keberhasilan
7
seseorang dalam mempelajari pemerolehan bahasa kedua. Hal ini berkaitan dengan
fungsi otak yang akan hilang kelenturannya setelah memasuki usia pubertas.
Semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkurang pula kinerja otaknya.
Dengan demikian, anak-anak tampaknya lebih mudah dalam memperoleh bahasa
baru, sedangkan orang dewasa tampaknya mendapat kesulitan dalam memperoleh
tingkat kemahiran bahasa kedua. Maka bagi usia dewasa ke atas akan memerlukan
usaha extra dalam mengingat kata atau kalimat bahasa kedua yang dipelajarinya.
3. Faktor Penyajian Formal
Pembelajaran atau penyajian bahasa secara formal tentu memiliki pengaruh
terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam memperoleh bahasa kedua, karena
disebabkan beberapa faktor dan variable yang disediakan dengan sengaja.
Pembelajaran bahasa secara formal memiliki kemiripan dengan tipe pembelajaran
formal yang sifatnya non alamiah serta didukung oleh perangkat formal
pembelajaran.
4. Faktor Bahasa Pertama
Bahasa petama memiliki pengaruh terhadap pembelajaran bahasa kedua. Pada
saat pembelajar menggunakan bahasa kedua kadang kala secara sadar atau tidak telah
mengalihkan unsure-unsur bahasa pertamanya, sehingga menimbulkan interferensi,
alih kode, campur kode, dan kekeliruan (error). Dengan demikian, menurut Banathy
(via Chaer, 2003:257) bahwa mengetahui keadaan linguistik bahasa pertama sangat
penting bgi usaha menentukan strategi pembelajaran bahasa kedua tidak lain dari
pada mentransfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan bahasa sangat berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua.
Yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan
dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang dipelajari (Tjohjono, 2003:
259).
2.3 Strategi Kemampuan Bahasa Kedua
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi diambil dari bahasa Inggris, strategy. Dalam bidang
pendidikan strategi diberi makna baru atau ditransformasikan kedalam strategi
belajar. Dalam hal ini, strategi belajar didefinisikan sebagai langkah-langkah
yang dilakukan oleh pembelajar untuk menambah kemampuan, penyimpan,
8
pemproduksi kembali, dan penggunaan informasi.
Berkaitan dengan definisi tersebut dimunculkan definisi baru strategi belajar
bahasa, yaitu tindakan khusus yang dilakukan oleh pembelajar untuk
mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, dan lebih mudah memahami
secara langsung, lebih efektif, dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang
baru (Oxfroad, 1992:8). Kandungan makna yang terdapat dalam strategi belajar
bahasa kedua
1) Strategi belajar bahasa memiliki kontribusi langsung pada tujuan utama
kemampuan / pembelajaran bahasa.
2) Strategi belajar bahasa mengkehendaki pembelajar mudah memahami
sendiri secara langsung B2.
3) Strategi belajar bahasa mengembangkan pedoman bagi pengajar.
4) Strategi belajar bahasa berorientasi pada pemecahan masalah terhadap
tugas bahasa sasaran.
5) Strategi belajar bahasa merupakan aktivitas khusus yang dilakukan oleh
pembelajar B2, bukan dilakukan oleh pengajar atau calon pengajar.
6) Strategi belajar bahasa melibatkan banyak aspek pembelajar, bukan hanya
kognisi.
7) Strategi belajar bahasa mendorong pembelajar bahasa, baik langsung
maupun tidak langsung.
8) Strategi belajar bahasa tidak selalu mudah untuk diobservasi. Ada
beberapa strategi belajar yang hanya dapat diamati melalui video tape atau
simulasi tertutup.
9) Strategi belajar bahasa merupakan proses yang dilakukan dengan sadar
dan terencana.
10) Strategi belajar bahasa merupakan aktivitas yang dapat dipelajari dan
dilatih.
2. Macam-Macam Strategi Kemampuan Bahasa Kedua
Oxfroad (1992) membagi kemampuan B2 kedalam dua kelompok besar, yaitu
strategi langsung dan tidak langsung.
a. Strategi langsung adalah strategi yang melibatkan secara langsung sasaran
bahasa terhadap pembelajar. Strategi langsung ini digunakan oleh pembelajar
untuk mengatasi masalah kebahasaannya melalui sentuhan langsung dengan
9
materi kebahasaan yang ada.
1) Strategi memori
Mengingat informasi yang potensial untuk diproduksi. Strategi memori
merefleksikan hal-hal yang sederhana, mengatur hal-hal yang sederhana,
melakukan penelaahan.
2) Strategi kognitif
Strategi yang memiliki banyak variasi dalam pengaplikasiannya,
seperti mengulang materi, menganalisis ungkapan, dan meringkas.
3) Strategi konpensasi
Strategi yang mengatasi kekurangan atau ketidakmampuan pembelajar
dalam struktue B2 atau khususnya dalam kosakata. Strategi ini dapat
dikembangkan baik ketika pembelajar sedang aktif berbahasa secara
resepsif maupun secara produktif.
Resepsif aktivitas yang termasuk strategi ini adalah penekanan secara
masuk akal.
Sebaliknya, untuk pembelajar yang sedang berbahasa secara pruduktif,
aktivitas yang termasuk pada strategi ini adalah penguasaan batasan
dalam berbicara atau menukis.
b. Strategi secara tidak langsung adalah strategi untuk mengatur belajar bahsa
secara umum. Jika strategi langsung memiliki hubungan langsung dengan
pemecahan problema kebahasaan, strateti tak langsung tidak.
10
Teori ini memandnag bahasa sebagai ekspresibudaya yang paling nyata
dan dapat diamati dan bahwa proses pemerolehan baru akan terlihat dari
cara saling memandangantara masyarakat B1 dan B2.
Akulturasi akan berada pada posisi baik, jika
1) Anak berada pada masyarakat tutu yang memiliki tingkat social
sama.
2) Anak didorong untuk berakulturasi denga budaya bahasa
3) Budaya B1 tidak terlalu mendominasi
4) Masyarakat tutur B1 dan B2 saling memiliki sikap positif.
Adapun faktor psikologis yang harus dijaga,
1) Anak tidak mengalami goncangan bahasa, seperti ragu-ragu atau
bingung
2) Anak tidak mengalami kemunduran motivasi.
2. Teori Wacana
3. Teori Monitor
11
kreatif. Monitor adalah alat yang digunakan anak untuk menyunting
performansi (penampilan verbal) berbahasanya. Monitor ini bekerja
menggunakan kompetensi yang”dipelajari”.Teori monitor memiliki lima
hipotesis, yakni:
12
digunakan. Produk bahasa terdiri atas produk terencana (seperti menirukan
cerita atau dialog) dan tidak terencana (seperti percakapan sehari-hari).
13
nama yang lebih popular; dalam tahun-tahun terakhir “Hipotesis Masukan”
digunakan untuk menyebut satu set yang terdiri atas lima hipotesis yang saling
berkaitan. Berikut ini lima hipotesis menurut Stephen Krashen:
1. Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran
Krashen menyatakan bahwa pembelajaran bahasa kedua dewasa punya
dua cara untuk menyerap bahasa sasaran, yang pertama adalah “Pemerolehan”,
sebuah proses bawah sadar dan intuitif dalam pengembangan sistem sebuah
bahasa, tidak beda dengan proses seorang anak untuk belajar begitu saja
tentang sebuah bahasa, Cara kedua adalah sebuah proses "Pembelajaran" sadar
di mana pembelajar memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara
umum mafhum akan proses mereka sendiri. Menurut Krashen, "kecakapan
dalam performa bahasa kedua seiring dengan apa yang sudah kita peroleh,
bukan apa yang kita pelajari". Oleh karenanya, orang dewasa harus
memperoleh sebanyak mungkin agar bisa mencapai kecakapan komunikatif.
Bila tidak, mereka akan berhenti pada pembelajaran aturan dan terlalu
memperhatikan secara sadar bentuk bahasa dan terlalu mengawasi kemajuan
mereka sendiri. Lebih lanjut, Proses pembelajaran sadar kita dan proses
pemerolehan bawah sadar kita berdiri sendiri-sendiri. Pembelajar tak bisa
"menjadi" pemerolehan.
2. Model Monitor
14
Menyusul studi-studi awal urutan morfem dari Dulay dan Burt (1974b,
1976) dan yang lainnya, Krashen menyatakan bahwa kita memperoleh kaidah-
kaidah bahasa dalam sebuah urutan yang bisa diprediksi atau "alamiah".
4. Hipotesis Masukan
15