Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSES PEMBELAJARAN BAHASA

NAMA : SULAIDI
NIM : 20212110011
MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARA
BAHASA DAN SASTRA
INDONISIA

Prodi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surabaya


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, taufiq serta

hidayahnya sehingga kami mendapat kemampuan dan kesempatan untuk menyusun makalah

ini sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai Mahasiswa Program Pascasarjan Universitas

Muhammadiyah Surabaya pada Prodi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Panji Hermoyo selaku Dosen

pengampu Mata Kuliah evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra indonisia, karena sudah

memberi kesempatan kepada kami untuk menyusun Makalah tentang proses pembelajaran

bahasa

Sebagai penulis kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengertian baru bagi pembaca. kami juga berharap kepada pembaca supaya

makalah ini juga bisa dijadikan rujukan dan pijakan baru dalam memperluas tentang proses

pembelajaran bahasa

Makalah yang kami susun masih banyak kekurangan karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sampang, 15 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ....................................................................................... i

2. Daftar Isi .................................................................................................. ii

3. BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2

4. BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

A. Pengertian Dua Tipe Pembelajaran Bahasa .................................. 3

B. Sejarah Pembelajaran Bahasa ...................................................... 4

C. Hipotesis-Hipotesis Pembelajarana Bahasa.................................. 4

5. BAB III PENUTUP ................................................................................ 8

A. Kesimpulan ................................................................................... 8

6. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah salah satu sendi terpenting dalam kehidupan setiap orang. Setiap

mereka tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama kali seorang anak memperoleh bahasa

yang didengarkan langsung dari bapak atau ibu sewaktu anak tersebut terlahir ke dunia ini.

Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring pertumbuhan si anak maka Mereka akan

memperoleh bahasa selain bahasa yang diajarkan ibubapaknya itu baik berupa bahasa kedua,

ketiga, bahasa Asing ataupun seterusnya yang disebut dengan akuisisi bahasa (language

acquisition) dimana hal tersebut tergantung dengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif

yang dimiliki oleh anak tersebut melalui proses pembelajaran dilingkungannya (Natsir,

2017).

Mempelajari bahasa adalah pekerjaan yang panjang dan kompleks. Hal ini tentu

sajakarena mempelajari bahasa melibatkan berbagai aspek, baik aspek intelektual, respon

fisik, maupun aspek emosional. Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan dalam keberhasilan

mengirim dan menerima pesan melalui bahasa. Mempelajari bahasa merupakan

perjuanganuntuk melampaui batasan-batasan bahasa pertama menuju dan berusaha

menggapai bahasa baru, budaya baru, dan cara baru dalam berpikir dan bertindak. Lebih jauh

lagi mempelajari bahasa berarti berusaha menggapai bahasa baru yaitu bahasa kedua (Yanti

Oktavianti, 2016).

Pembelajaran bahasa mengacu pada proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah

seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya (B1). Untuk masalah yang dibicarakan

ini ada pakar yang menyebut dengan istilah pembelajaran bahasa (language learning) dan ada

pula yang menyebut pemerolehan bahasa (language acquisition) kedua. Istilah pembelajaran

bahasa karena diyakini bahwa bahasa kedua dapat dikuasai hanya dengan proses belajar,

1
dengan cara sengaja dan sadar. Hal ini berbeda dengan penguasaan bahasa pertama atau

bahasa ibu yang diperoleh secara alamiah. Bagi mereka yang mengunakan istilah

pemerolehan bahasa kedua (ketiga, dan seterusnya) beranggapan bahwa bahasa kedua itu

juga merupakan sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan formal,

maupun informal dalam lingkungan kehidupan. Dalam masyarakat yang bilingual atau

multilingual pemerolehan bahasa kedua secara informal ini bisa saja terjadi, seperti di daerah-

daerah pinggiran Jakarta di mana bahasa Melayu Betawi bertumpang tindih dengan bahasa

Sunda, membuat banyak kanak-kanak sekaligus memperoleh kemampuan berbahasa Melayu

dialek jakarta dan berbahasa Sunda (Andri, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, penulis

mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dua tipe pembelajaran bahasa?

2. Bagaimana sejarah Pembalajaran Bahasa ?

3. Bagaimana Hipotesis Pembalajaran Bahasa ?

C. Tujuan

1. Untuk meningkatkan kemampuan menemukan pokok pembelajaran bahasa

2. Untuk mengetahui pembentukan pembelajaran bahasa

3. Untuk mengetahui pendidikan pembelajaran bahasa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dua Tipe Pembelajaran Bahasa

Ellis (1986:215) menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa naturalistik dan

tipe formal di dalam kelas. Yang pertama tipe naturalistik bersifat alamiyah, tanpa guru dan

tanpa kesengajaan. Dan pembelajaran berlangsung didalam lingkungan kehidupan

bermasyarakat. Dalam masyarakat bilingual atau multilingual tipe naturalistik banyak

dijumpai. Seorang kanak-kanak yang didalam lingkungan keluarganya B1, misalnya bahasa

X, begitu keluar dari rumah berjumpa dengan teman-teman lain yang berbahasa lain. namon,

karena disekitarnya seperti teman kuliyah, teman sepemondokan, pedagang dipasar, dan

sebaganya. Belajar bahasa menurut tipe naturalistik ini sama prosesnya dengan pemerolehan

bahasa pertama yang berlangsungnya secara alamiah di dalam lingkungan keluarga atau

lingkungan tempat tinggal. (Chaer, 2009).

Tipe kedua, yang bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan

alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang diperoleh secara

formal dalam kelas ini jauh lebih baik daripada hasil secara naturalistik.

Menurut Nurhadi (1990:1) maskipun studi tentang mitodologi pembalajaran bahasa

kedua atau bahasa asing telah demikian lama dengan biaya yang cukup besar, tetapi belum

banyak mengubah cara orang belajar bahasa.

B. Sejarah Pembelajaran Bahasa

Menurut Nurrhadi (1990) dalam sejarah perkembangannya ada empat tahap penting yang

dapat diamati sejak 1880 sampai dasawarsa 80-an. Tahap pertama adalah periode antara

1880-1920. Pada tahap ini terjadi rekonstruksi bentuk-bentuk metode langsung yang pernah

digunakan atau dikembangkan pada zaman Yunani dulu. Metode langsung yang pernah

3
digunakan pada awal abad-abad Masehi direkonstruksi dan diterapkan di sekolah-sekolah

(biasanya sekolah biara). Selain itu, dikembangkan juga metode bunyi (phonetic method) 

yang juga berasal dari Yunani

           Tahap kedua adalah masa antara tahun 1920-1940. Pada masa ini di Amerika dan

Kanada terbentuk forum belajar bahasa asing yang kemudian menghasilkan aplikasi metode-

metode yang bersifat kompromi.

Tahap ketiga, adalah masa antara tahun 1940-1970 yang kemunculannya dilatarbelakangi

oleh situasi peperangan (Perang Dunia II), di mana orang berikhtiar mencari metode belajar

bahasa asingyang paling cepat dan efisien untuk dapat berkomunikasi dengan pihak-pihak

yang bertikai. Tahap ini secara teori dibagi 4 periode, yaitu :

1.      Periode 1940-1950, ditandai dengan lahirnya metode yang dikenal dengan

nama American Army Method, yang lahir dari markas militer Amerika, untuk keperluan

ekspansi perang. Pada periode ini dalam dunia linguistik muncul juga pendekatan baru yang

disebut dengan nama pendekatan linguistik. Pendekatan ini merupakan imbas dari lahirnya

pandangan strukturalis dalam bidang kebahasaan.

2.      Periode 1950-1960,  ditandai dengan munculnya metode audiolingual di Amerika dan

metode audiovisual di Inggris dan Perancis, sebagai akibat langsung dari

keberhasilan American Ermy Method. Metode audiovisual dan audiolingual ini lahir dari

pandangan kaum behavioris dan akibat adanya penemuan alat-alat bantu belajar bahasa. Yang

menjadi landasan adalah teori Stimulus-Responsnya B.F. Skinner.

3.      Periode ketiga 1960-1970, merupakan awal runtuhnya metode audiolingual dan

audiovisual, dan mulai populernya aalis kontrastif, yang berusaha mencari landasan teori

dalam pengajaran bahasa.

4.      Periode keempat 1970-1980, merupakan periode yang paling inovatif dalam

pembelajaran bahasa kedua. Konsep dan hakikat belajar bahasa dirumuskan kembali,

4
kemudian diarahkan pada pengembangan sebuah model pembelajaran yang efektif dan

efisien yang dilandasi oleh teori yang kokoh.

C. Hipotesis-Hipotesis Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara mantap bisa disebut sebagai teori

karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu, masih lebih umum disebut sebagai suatu

hipotesis. Di antara hipotesis-hipotesis itu yang perlu diketengahkan, yaitu :

a.       Hipotesis kesamaan antara B1 dan B2

     Hipotesis ini menyatakan adanya kesamaan dalam proses belajar B1 dan belajar B2.

Kesamaan itu terletak pada urutan pemerolehan struktur bahasa, seperti modus interogasi,

negasi dan morfem-morfem gramatikal.

b.      Hipotesis kontrastif

     Hipotesis ini dikembangkan oleh charles Fries (1945) dan Robert Lado (1975). Hipotesis

ini menyatakan bahwa kesalahan yang dibuat dalam belajar B2 adalah karena adanya

perbedaan antara B1 dan B2. Sedangkan kemudahan dalam belajar B2 disebabkan oleh

adanya kesamaan antara B1 dan B2. Jadi, adanya perbedaan antara B1 dan B2 akan

menimbulkan kesulitan dalam belajar B2, yang mungkin juga akan menimbulkan kesalahan,

sedangkan adanya persamaan antara B1 dan B2 akan menyebabkan terjadinya kemudahan

dalam belajar B2.

c.       Hipotesis Krashen

     Berkenaan dengan proses pemerolehan bahasa, Stephen Krashen mengajukan sembilan

buah hipotesis yang saling berkaitan. Kesembilan hipotesis itu adalah :

1.      Hipotesis Pemerolehan dan Belajar

Pemerolehan adalah penguasaan suatu bahasa melalui cara bawah sadar atau alamiah dan

terjadi tanpa kehendak yang terencana. Proses pemerolehan tidak melalui usaha belajar yang

formal. Sebaliknya, yang dimaksud dengan belajar adalah usaha sadar untuk secara formal

5
dan eksplisit menguasai bahasa yang dipelajari, terutama yang berkenaan dengan kaidah-

kaidah bahasa. Belajar terutama terjadi atau berlangsung dalam kelas.

2.      Hipotesis Urutan Alamiah

Proses pemerolehan bahasa kanak-kanak memperoleh unsur-unsur bahasa menurut urutan

tertentu yang dapat diprediksikan. Urutan ini bersifat alamiah. Hasil penelitian menunjukkan

adanya pola pemerolehan unsur-unsur bahasa yang relatif stabil untuk bahasa pertama,

bahasa kedua, maupun bahasa asing.

3.      Hipotesis Monitor

Hipotesis monitor menyatakan adanya hubungan antara proses sadar dalam pemerolehan

bahasa. Proses sadar menghasilkan hasil belajar dan proses bawah sadar menghasilkan

pemerolehan. Semua kaidah tata bahasa yang kita hafalkan tidak selalu membantu kelancaran

dalam berbicara. Kaidah tata bahasa yang kita kuasai ini hanya berfungsi sebagai monitor

saja dalam pelaksanaan berbahasa. Jadi, ada hubungan yang erat antara hipotesis monitor ini

dengan hipotesis pertama (tentang pemerolehan dan belajar). Pemerolehan akan

menghasilkan pengetahuan implisit, sedangkan belajar akan menghasilkan pengetahuan

eksplisit tentang aturan-aturan tata bahasa.

4.      Hipotesis Masukan

Hipotesis ini menyatakan bahwa seseorang menguasai bahasa melalui masukan yang dapat

dipahami yaitu dengan memusatkan perhatian pada pesan atau isi, dan bukannya pada bentuk.

Hal ini berlaku bagi semua orang dewasa maupun kanak-kanak, yang sedang belajar bahasa.

5.      Hipotesis Afektif (Sikap)

Orang dengan kepribadian dan motivasi tertentu dapat memperoleh bahasa kedua dengan

lebih baikdibandingkan orang dengan kepribadian dan sikap yang lain. Sesorang dengan

kepribadian terbuka dan hangat akan lebih berhasil dalam belajar bahasa kedua dibandinhkan

dengan orang dengan kepribadian yang agak tertutup.

6
6.      Hipotesis Pembawaan (Bakat)

Bakat bahasa mempunyai hubungan yang jelas dengan keberhasilan belajar bahasa kedua.

Krashen menyatakan bahwa sikap secara langsung berhubungan dengan pemerolehan bahasa

kedua, sedangkan bakat berhubungan dengan belajar.

7.      Hipotesis Filter Afektif

Sebuah filter yang bersifat afektif dapat menahan masukan sehingga seseorang tidak atau

kurang berhasil dalam usahanya untuk memperoleh bahasa kedua. Filter itu dapat berupa

kepercayaan diri yang kurang, situasi yang menegangkan, sikap defensif, dan sebagainya,

yang dapat mengurangi kesempatan bagi masukan untuk masuk ke dalam sistem bahasa yang

dimiliki seseorang. Filter afektif ini lazim juga disebut mental block.

8.      Hipotesis Bahasa Pertama

Bahasa pertama anak akan digunakan untuk mengawali ucapan dalam bahasa kedua, selagi

penguasaan bahasa kedua belum tampak. Jika seorang anak pada tahap permulaan belajar

bahasa kedua dipaksa untuk menggunakan atau berbicara dalam bahasa kedua, maka dia akan

menggunakan kosa kata dan aturan tata bahasa pertamanya.

9.      Hipotesis Variasi Individual Pengguna Monitor

Hipotesis ini, yang berkaitan dengan hipotesis ketiga (hipotesis monitor), menyatakan bahwa

cara seseorang memonitor penggunaan bahasa yang dipelajarinya ternyata bervariasi. Ada

yang terus-menerus menggunakannya secara sistematis, tetapi ada pula yang tidak pernah

menggunakannya. Namun, diantara keduanya ada pula yang menggunakan monitor itu sesuai

dengan keperluan atau kesempatan untuk menggunakannya.

d.      Hipotesis Bahasa-Antara

     Bahasa antara (Interlanguage) adalah bahasa ujaran atau ujaran yang digunakan seseorang

yang sedang belajar bahasa kedua pada satu tahap tertentu, sewaktu dia belum dapat

menguasai dengan baik dan sempurna bahasa kedua itu. Bahasa antara ini memiliki ciri

7
bahasa pertama dan ciri bahasa kedua. Bahasa ini bersifat khas dan mempunyai karakteristik

tersendiri yang tidak sama dengan bahasa pertama dan bahasa kedua. Bahasa antara ini

merupakan produk dari strategi sesorang dalam belajar bahasa kedua. Artinya, bahasa ini

merupakan kumpulan atau akumulasi yang terus menerus dari suatu proses pembentukan

penguasaan bahasa.

e.       Hipotesis Pijinisasi

     Dalam proses belajar bahasa kedua, bisa saja selain terbentuknya bahasa antara

terbentukjuga yang disebut bahasa pijin (pidgin), yakni sejenis bahasa yang digunakan oleh

satu kelompok masyarakat dalam wilayah tertentu yang berada di dalam dua bahasa tertentu.

Bahasa pijin ini digunakan untuk keperluan singkat dalam masyarakat yang masing-masing

memiliki bahasa sendiri. Jadi bisa dikatakan bahasa pijin ini tidak memiliki penutur asli.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ellis (1986:215) menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik

dan tipe formal di dalam kelas. Pertama tipe naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan

tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat.

Tipe kedua, yang bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-

alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan.

Hipotesis-hipotesis Pembelajaran Bahasa, yaitu :

a.       Hipotesis kesamaan antara B1 dan B2

b.      Hipotesis kontrastif

8
c.       Hipotesis Krashen

Faktor-faktor Penentu dalam Pembelajaran Bahasa Kedua, yaitu :

1.      Faktor motivasi

2.      Faktor usia

3.      Faktor penyajian formal

4.      Faktor bahasa pertama

5.      Faktor Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta. RENIKA CIPTA

Zahroh.2016.Pendekatan linguistik bagi pembeljaran bahasa indonisia.STKIP PGRI Pasuruan

Wardani. 2016. Pisikolinguistik(pembelajaran bahasa )

Oktavia.2016. program studi pendidikan bahasa indonisia.

Anda mungkin juga menyukai