Anda di halaman 1dari 12

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik

Oleh:

Kelompok 6

Rhizki Amelya (06021282025023)

Muhammad Aziz Hakim (06021282025029)

Abby Virgiawan (06021282025033)

Zahnas Ziva Cegame (06021282126014)

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd.
Dr. Agus Saripudin, M.Ed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Kedua”
ini tepat waktu. Makalah ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Psikolinguistik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo,
M.Pd. dan Dr. Agus Saripudin, M.Ed. selaku dosen pengampu yang telah memberikan
bimbingan serta arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dari segi isi, referensi, dan lainnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar makalah ini lebih baik ke depannya. Semoga isi dari
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca maupun penulis.

Indralaya, 28 Februari 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
3. Tujuan ............................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
1. Pengertian Bahasa Kedua ............................................................................................... 3
2. Proses Pemerolehan Bahasa Kedua ................................................................................ 3
3. Faktor dalam Penguasaan Bahasa Kedua ....................................................................... 4
4. Strategi dalam Pemerolehan Bahasa Kedua ................................................................... 7
PENUTUP................................................................................................................................. 8
1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
2. Saran ............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai makhluk sosial untuk berkomunikasi
antara individu dengan individu lain ataupun antara individu dengan kelompok. Bahasa
menjadi sangat penting sebab perannya dalam kehidupan manusia tidak pernah terlepas
dari penggunaan bahasa itu sendiri. Bahasa sebagai media utama manusia menuangkan
perasaannya, bertransaksi, serta untuk memaparkan ide dan pemikarannya. Bahasa
diperoleh manusia sebagai bentuk adaptasi dan kecenderungan sosial yang
mengharuskan manusia berkomunikasi satu sama lain.
Manusia dalam perkembangannya memperoleh bahasa pertama sedari ia dapat
mendengar dan membeo manusia lainnya yang dalam hal ini merupakan orang tua. Bayi
yang akan perlahan belajar berbicara dengan cenderung mengikuti perkataan dari orang
tuanya yang mengucapkan kata-kata sederhana. Bahasa yang pertama kali dipahami
seorang manusia dan digunakannya dalam percakapan sederhana pertama kali
merupakan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa pertama anak yakni anak
mendapatkan bahasa ibu.
Seorang anak yang telah mendapatkan bahasa ibu atau telah memperoleh bahasa
pertamanya, maka dapat diasumsikan bahwa anak akan dapat memperoleh bahasa
keduanya. Bahasa kedua didapatkan dengan usaha sadar menggunakan bahasa ibu
untuk memproses bahasa kedua atau bahasa lainnya . Bahasa ibu yang didapatkan
adalah respons alamiah dalam bahasa Inggris language acquisition. Menurut
Dardjowidjojo (2008) istilah pemerolehan dipakai untuk menerjemahkan bahasa
Inggris, acquisition yang diartikan sebagai proses penguasaan bahasa secara alami dari
seorang anak saat ia belajar bahasa ibunya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua ini
dapat dikatakan sebagai proses sadar yang berarti termasuk dalam pembelajaran
(learning).
Pemerolehan bahasa kedua ini dapat terjadi dari situasi formal maupun informal.
Dalam ruang lingkup formal, anak mengasah dan mengembangkan bahasanya di
lingkungan sekolah dan lingkungan formal lainnya. Sedangkan dalam ruang lingkup
informal, anak dapat memperoleh keluasan berbahasa dari lingkungan sekitar yakni,
teman-temannya, tontonannya dan lain sebagainya.

1
Berdasarkan uraian tersebut, penulis melihat pentingnya materi yang akan dibahas
mengenai “Pemerolehan Bahasa Kedua”. Hal ini dilandasi dengan memperhatikan
bahwa pentingnya seorang anak memperoleh bahasa keduanya sehingga anak dapat
menggunakan bahasa yang baik, benar serta berbudi luhur. Oleh karena itu, penulis
menilai bahwa penting untuk membahas lebih dalam terkait “Pemerolehan Bahasa
Kedua” dalam makalah ini guna mengetahui teori mengenai pemerolehan bahasa
kedua, pentingnya bahasa kedua dan proses pemerolehan bahasa kedua itu sendiri.

2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apa pengertian dari bahasa kedua?
2) Bagaimana proses pemerolehan bahasa kedua?
3) Apa saja yang menjadi faktor dalam penguasaan bahasa kedua?
4) Bagaimana strategi dalam pemerolehan bahasa kedua?

3. Tujuan
Beriringan dengan rumusan masalah yang ditetapkan, maka tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1) Mengetahui pengertian dari bahasa kedua.
2) Mengetahui proses pemerolehan bahasa kedua.
3) Mengetahui faktor dalam penguasaan bahasa kedua.
4) Mengetahui strategi dalam pemerolehan bahasa kedua.

2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Bahasa Kedua


Bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan anak setelah mepelajari bahasa
ibu/pertama. Bahasa kedua menurut para ahli dapat dijelaskan sebagai berikut.
Menurut Chaer dan Agustina (2014) pemerolehan bahasa kedua atau
bilingualisme adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama
(B1) ditambah mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat
secara bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya dengan B1.
Menurut Setiyadi dan Salim (2013: 270-271) pemerolehan bahasa kedua memiliki
arti sebuah proses manusia dalam mendapatkan kemampuan untuk menghasilkan,
menangkap, serta menggunakan kata secara tidak sadar, untuk berkomunikasi.
Melibatkan kemampuan sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas pada selain bahasa
ibu/pertama, yaitu bahasa kedua, ketiga, keempat, dst., atau sering disebut bahasa target
(Target Language).
Menurut Nuryani (2013: 160). Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh
seseorang setelah dia memperoleh bahasa pertama (bahasa ibu). Pemerolehan bahasa
kedua adalah proses ketika seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih
dahulu ia menguasai sampai batasa tertentu bahasa pertamanya. Istilah bahasa kedua
terkadang juga disamakan dengan bahasa asing. Di Indonesia, istilah bahasa pertama atau
bahasa ibu mengacu pada bahasa daerah tertentu, sedangkan bahasa kedua berwujud
bahasa Indonesia atau bahasa asing.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disederhanakan bahwa bahasa kedua
adalah bahasa yang didapatkan setelah seorang telah memperoleh bahasa pertama.
Kemudian, melalui tahapan menguasai bahasa kedua dengan kompetensi sintaksis,
fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa kedua merupakan bahasa yang berbeda dari
bahasa ibu/pertama.

2. Proses Pemerolehan Bahasa Kedua


Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua bagi seseorang untuk mendapatkan
bahasa kedunya Nurhadi dan Roekhan (dalam Aryanto 2020). Pertama, dengan cara
belajar secara langsung dan informal seperti anak kecil yang mempelajari bahasa ibunya.
Kedua, belajar bahasa kedua berlangsung secara formal dalam pembelajarannya di suatu
instusi dan menyangkut kaidah tata bahasa. Cara yang pertama tersebut dinamakan

3
“pemerolehan” (acquisition) dan yang kedua itu dinamakan sebuah “pemebelajaran”
(learning).
Ellis dalam Chaer (2002:242) menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa
yaitu tipe naturalistik dan tipe formal dalam kelas.Pertama, tipe naturalistik bersifat
alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan pembelajaran berlangsung didalam
lingkungan kehidupan bermasyarakat. Dalammasyarakat bilingual dan multilingual tipe
naturalistik banyak dijumpai. Belajar bahasa menurut tipe naturalistik ini sama prosesnya
dengan pemerolehan bahasa pertama yang berlangsungnya secara ilmiah, sehingga
pemerolehan bahasa yangdihasilkan antara anak-anak dan dewasa berbeda. Kedua, yang
bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi dan alat-alat yang sudah
dipersiapkan, pembelajaan bahasa dalam tipe ini dilakukan dengan sengaja atau sadar,
pembelajaran bahasa bersifat formal seharusnya lebih baik daripada pembelajaran yang
dilakukan secara naturalistik, tapi pada kenyataanya tidak, terdapat berbagai penyebab
atau faktor yang mempengaruhinya dalam proses pembelajaran bahasa.

3. Faktor dalam Penguasaan Bahasa Kedua


Menurut Syaprizal (2019) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pemerolehan bahasakedua yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Usia
Anak-anak tampaknya lebih mudah dalam memperoleh bahasa baru, sedangkan
orang dewasa tampaknya mendapat kesulitan dalam memperoleh tingkat kemahiran
bahasa kedua. Anggapan ini telah mengarahkan adanya hipotesis mengenai usia
kritis atau periode kritis untuk belajar bahasa kedua. Namun, hasil penelitan
mengenai faktor usia dalam pembelajaran bahasa kedua menunjukkan hal berikut.
1) Anak usia 5 tahun sudah memiliki kemampuan bahasa yang baik, kalimat-
kalimat yang disampaikan sudah bisa dimengerti oleh orang lain. Dalam
percakapan ia sudahbisa menggunakan kata-kata yang menghubungkan sebab-
akibat, seperti kata “mungkin” ataupun “seharusnya” (Tussolekha, R., 2015).
2) Dalam hal kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua, dapat disimpulkan
bahwa anak-anak lebih berhasil daripada orang dewasa dalam pemerolehan
sistem fonologi atau pelafalan bahkan banyak diantara mereka yang mencapai
pelafalan seperti penutur asli; orang dewasa tampaknya maju lebih cepat
daripada anak-anak dalam bidang morfologi dan sintaksis, paling tidak pada
pemulaan masa belajar; anak-anak lebih berhasil daripada orang dewasa, tetapi

4
tidak selalu lebih cepat. Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan
keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologidan sintaksis
tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan urutannya. Munculnya berbagai
variasi dalam pemerolehan fonologi sebagian besar disebabkan oleh belum
sempurnanya alat ucap (Yanti, 2016).
b. Faktor Bahasa Pertama
Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa
pertama mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar.
Sedangkan bahasa pertama ini telah lama dianggap menjadi pengganggu di dalam
proses pembelajaran bahasa kedua. Hal ini karena seorang pembelajar secara tidak
sadar atau tidak melakukan transfer unsur- unsur bahasa pertamanya ketika
menggunakan bahasa kedua. Akibatnya terjadilah yang disebut interfensi, ahli kode,
campur kode, atau juga kekhilafan (error). Berdasarkan beberapa teori atau hipotesis
tertentu hal ini dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:
1) Menurut teori stimulus-respon yang dikemukakan oleh kaum behaviourisme,
bahasa adalah hasil stimulus-respon. Maka apabila seseorang ingin
memperbanyak pengujaran, dia harus memperbanyak penerimaan stimulus. Oleh
karena itu, pengaruh lingkungan sebagai sumber datanganya stimulus menjadi
sangat dominan dan sangat penting dalam membantu proses pembelajaran bahasa
kedua. Selain itu, kaum behaviourisme juga berpendapat bahwa proses
pemerolehan bahasa adalah proses pembiasaan.
2) Teori kontranstif menyatakan bahwa keberhasilan belajar bahasa kedua sedikit
banyaknya ditentukan oleh keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai oleh
pembelajar sebelumnya. Berbahasa kedua merupakan proses transfer. Maka,
struktur bahasa yang sudah dikuasai banyak mempunyai kesamaan dengan bahasa
yang dipelajari akan terjadi semacam permudahan dalam proses transfernya.
Sebaliknya, jika struktur keduanya memiliki perbedaan, maka akan terjadi
kesulitan bagi pembelajar untuk menguasi bahasa keduanya itu.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan bahasa sangat penting bagi seseorang pembelajar untuk dapat berhasil
dalam mempelajari bahasa baru (bahasa kedua). Lingkungan bahasa adalah segala
hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang sedang
dipelajari. Hal-hal termasuk dalam lingkungan bahasa adalah situasi di restoran atau
di toko, percakapan dengan kawan-kawan, ketika menonton televisi, saat membaca

5
koran, dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas, dan sebagainya. Kualitas
lingkungan bahasa ini merupakan suatu yang penting bagi pembelajar untuk
memperoleh keberhasilan dalam mempelajari bahasa kedua, berbahasa formal,
Faktor yang juga sangat berpengaruh dalam proses pemerolehan bahasa adalah fator
lingkungan (Kapoh, R. J., 2010).
d. Faktor Motivasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua adalah motivasi.
Dengan adanya motivasi yang kuat, maka pembelajar bahasa kedua akan berusaha
memperoleh bahasa kedua. Motivasi mengacu pada keseluruhan proses yang
dilakukan dalam upaya mengusai bahasa kedua dengan tujuan tertentu. Misalnya,
seseorang berusaha menguasai bahasa kedua dengan tujuan untuk mendapat
kepuasan diri, untuk mendapatkan pujian, penghargaan dan pengakuan dari orang
lain,untuk meningkatkan perekonomian, agar mampu bersaing dalam dunia politik,
mampu beradaptasi dalam lingkungan kerja yang baru, mampu bersaing sesuai
dengan tuntutan zaman.Dalam teori pemerolehan bahasa kedua (second language
acquisition), motivasi biasanya dipahami sebagai serangkaian faktor, termasuk
aspirasi untuk mencapai tujuan tertentu melalui belajar bahasa, kesediaan untuk
melakukan dan mempertahankan usaha dalam rangka mencapai tujuan, serta sikap
terhadap perolehan bahasa dan masyarakat yang menggunakannya.

6
4. Strategi dalam Pemerolehan Bahasa Kedua
Strategi-strategi pemerolehan bahasa dibagi ke dalam komponen-
komponennya. Strategi pertama berpegang pada semboyan: mempergunakan
pemahaman non-linguistik sebagai dasar untuk penetapan atau pemikiran bahasa.
Strategi ini berlangsung dan beroperasi pada tahap umum dalam karya Brown mengenai
dasar kognitif ujaran tahap I. Adapun objek dan persona terus-menerus ada walaupun
di luar jangkauan pandangan yang merupakan pemahaman non-linguistik yang menjadi
dasar atau landasan bagi pengarah bahasa atau terjemahan anak-anak terhadap
ketidakstabilan atau kemudahan mengalirkan pemikiran ke dalam kategori-kategori
bahasa yang lebih pasti.
Strategi kedua berpegang pada semboyan: mempergunakan apa saja atau segala
sesuatu yang penting, yang menonjol dan menarik hati. Ada dua ciri yang kerap kali
penting dan menonjol bagi anak-anak kecil dan berharga bagi sejumlah kata-kata
pertama mereka yaitu objek-objek yang dapat membuat anak-anak aktif dan giat
(misalnya kunci, palu, kaos kaki, topi) dan objek-objek yang bergerak dan berubah
(seperti mobil, jam). Anak-anak memperhatikan objek-objek yang mewujudkan hal-hal
yang menarik hati ini dan mereka memperhatikan cara menamai objek-objek itu dalam
masyarakat bahasa. Perhatian anak-anak juga bisa pada unsur bahasa yang memainkan
peranan penting sintaksis dan semantik dalam kalimat. Pusat perhatian tertentu bagi
seorang anak mungkin saja berbeda pada periode yang berbeda pada setiap anak.
Strategi ketiga berpegang pada semboyan: anggaplah bahwa bahasa dipakai
secara referensial atau ekspresif dan dengan demikian menggunakan data bahasa.
Anak-anak kelompok tersebut memiliki 50 kata pertama mencakup suatu proporsi
nominal umum yang tinggi dan yang seakan-akan melihat fungsi utama bahasa sebagai
penamaan objek-objek. Anak kelompok ekspresif memiliki 50 kata pertama secara
proporsional mencakup lebih banyak kata yang dipakai dalam ekspresi-ekspresi sosial
(seperti terima kasih, jangan begitu) dan lebih sedikit nama-nama objek yang melihat
bahasa (terutama sekali) sebagai pelayanan fungsi-fungsi sosial efektif. Kedua
kelompok anak itu menyimak bahasa sekitar mereka secara berbeda. Kelompok yang
satu memperlakukan bahasa yang dipakai untuk mengacu. Sementara itu, kelompok
yang satu lagi, kepada bahasa yang dipakai untuk bergaul, bersosialisasi.

7
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah
menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya atau bahasa yang
diperoleh setelah mengenal dan menguasai bahasa pertama yang digunakan dalam
keluarga. Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari
lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan
sosial. Proses dari pemerolehan bahasa kedua ini terdiri dari proses formal dan
informal. Pemerolehan bahasa kedua tidak terjadi secara serta merta, artinya bahwa
pemerolehan bahasa kedua memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika yang
mempelajari bahasa kedua tersebut adalah orang dewasa. Pemerolehan bahasa sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor usia (anak yang masih berusia emas akan
dengan mudah menguasai bahasa kedua), faktor pemerolehan bahasa pertamanya,
faktor lingkungan dan kebiasaan (penggunaan bahasa yang secara terus-menerus dalam
suatu interaksi sosial sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua), dan faktor
motivasi (adanya tujuan tertentu sebagai motivasi dalam memperoleh bahasa kedua
merupakan unsur yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa kedua).

2. Saran
Pada penyusunan dan penulisan makalah ini, masih memiliki kekurangan dari
segi isi dan penulisan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan
pembenahan agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik
dan saran dari para pembaca agar penulis dapat mengetahui kekurangan dalam
penulisan makalah dan dapat diperbaiki kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, D. E. (2020). PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA PADA ANAK


BERKEBANGSAAN SOMALIA DI TANGERANG
SELATAN. SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik, 21(1), 31-39.
Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. 2014. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik, Kajian Teoretik Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Darjowidjojo, Soejono. 2008. Psikolinguistik: Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Kapoh, R. J. (2010). Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perolehan Bahasa.
Jurnal Interlingua, 4, 87-95.
Nuryani, (2013). Psikolingustik. Ciputat: Mazhab Ciputat
Setiyadi, A. C., & Salim, M. S. U. (2013). Pemerolehan bahasa kedua menurut Stephen
Krashen. At-Ta'dib, 8(2).
Syaprizal, M. P. (2019). PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK.
Jurnal AL-HIKMAH Vol.1, No 2, 77.

Tussolekha, R. (2015). Mekanisme pemerolehan bahasa pada anak usia satu dan lima
tahun. Jurnal Pesona, 1(2).
Yanti, P. G. (2016). Pemerolehan Bahasa Anak: Kajian Aspek Fonologi Pada Anak
Usia 2-2, 5 Tahun. Jurnal Ilmiah Visi, 11(2), 131-141.
Yusuf, Syamsu. 2008. Psikolinguistik Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
Rosda. Harras dan Bachari. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI
Press.

Anda mungkin juga menyukai