Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 3
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan nikmat kesehatan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah “Pemerolehan Bahasa Pertama” ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik dan menambah wawasan pembaca.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikolinguistik, Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd. dan Dr. Agus Saripudin,
M.Ed.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan ini hanya milik
Sang Pencipta. Sebagai penulis, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun penulisannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulisan
makalah ini dapat lebih baik lagi ke depannya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..............................................................................................................4
C. Tujuan ......................................................................................................................5
PEMBAHASAN .................................................................................................................6
PENUTUP .........................................................................................................................14
A. Kesimpulan ............................................................................................................14
B. Saran ......................................................................................................................14
iii
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu kelebihan manusia yang diberikan oleh maha
pencipta kepada makhluk ciptaannya untuk berkomunikasi. Sejak bayi kita telah
diberikan kemampuan berbahasa tersebut meski belum bisa menggunakannya dengan
baik. Setiap anak di dunia ini memiliki LAD di dalam otaknya yang berfungsi untuk
kemampuan memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak terjadi saat umur 0-5
tahun. Pemerolehan bahasa pada anak untuk pertama kalinya diperolehnya melalui
lingkungan keluarga baik ibu, ayah, nenek serta saudaranya, makanya pemerolehan
bahasa pertama sering juga disebut dengan bahasa ibu (B1) karna saat bayi umumnya
ibulah yang sering bercerita dan berinteraksi dengan si bayi tersebut. Bahasa pertama
anak diperoleh melalui pemerolehan bahasa. Istilah pemerolehan (acquisition)
dijelaskan Dardjowidjojo sebagai suatu proses seorang anak menguasai bahasa ibunya
secaca alamiah. Hal ini berbeda dengan pembelajaran bahasa, diamana pembelajaran
bahasa diperoleh oleh anak secara sengaja artinya hal tersebut memang diinginkan
misalnya belajar privat, les, dan sekolah.
Dengan demikian, seorang anak yang secara alamiah belajar bahasa ibunya
disebut dengan pemerolehan, sedangkan seorang anak yang belajar bahasa diluar
lingkungan keluarga Kemampuan bahasa seorang anak yang terdiri dari tiga aspek, yaitu
aspek fonologi, aspek sintaksis, dan aspek semantic. Ketiga aspek tersebut diperoleh
seorang anak tidak secara bersamaan dimana komponen fonologilah dulu yang dikuasai
anak baru komponen lain mengikuti. METODE Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif yang dipadukan dengan pendekatan studi kasus. Pada
metode kualitatif ini akan mendeskripsikan pemerolehan bahasa anak yang bernama
Raja. Sumber data utama penelitian ini adalah Raja dari suatu titik tertentu (3 tahun 5
bulan), sedangkan sumber data pendukung adalah nenek Raja dan rekaman suara dari
Raja. Data penelitian ini peneliti kumpulkan pada rentan waktu kurang lebih satu bulan
yang dimulai dari wawancara dengan nenek Raja selaku orang yang membesarkan Raja,
serta interaksi langsung antara peneliti dan Raja melalui observasi secara langsung.
Yang dijadikan indikator dalam pengambilan data ini adalah jika si
4
anak sudah bisa menghasil kata melalui alat ucapnya pada saat berkomunikasi dan kata-
kata anak tersebut bisa dimengerti maknanya oleh lawan bicara, sehingga anak tersebut
bisa dikatakan telah mampu menguasai bahasa dari segi fonologi (bunyi). Lalu,
berdasarkan hasil pengamatan dan interaksi, data tersebut diidentifikasi dan
diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang menjadi focus pada penelitian ini,
kemudian dilakukan pembahasan yang dikaitkan dengan teori, pandangan ahli, dan
fakta atau kenyataan yang terjadi pada diri anak yang bersangkutan sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan.seperti belajar.
Dari uraian latar belakang di atas, adapun pokok permasalahannya yang dibahas
dalam makalah ini adalah:
1) Apa saja definisi dari pemerolehan bahasa pertama morfologi, sintaksis, dan
pragmatik?
2) Bagaimana proses pemerolehan bahasa secara morfologi, sintaksis, dan pragmatik?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mnegetahui definisi
pemerolehan bahasa pertama secara morfologi, sintaksis, dan pragmatik. Selain itu,
untuk mengetahui bagaimana proses pemerolehan bahasa pertama secara morfologi,
sintaksis,dan pragmatik.
5
PEMBAHASAN
6
2.2 PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky dalam (Maulinda, 2019)
menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak
memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan
proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir.
Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak
memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu
proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman
melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar,
sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat
sendiri.
Urutan pemerolehan bahasa pada anak universal terdiri dari beberapa hal yakni:
a) Praujaran (Pre-speech)
Sebelum bayi mengucapkan banyak hal yang sangat penting yang berlangsung
jauh bayi tersebut terlebih dahulu mengucapkan kata dalam bahasa mereka. Bayi
belajar untuk meberi ujaran, perhatian terhadap intonasi dan nada bahasa jauh
sebelum meraka mulai berbicara. Bayi memberi tanggapan terhadap bahasa lebih
cermat dibandingkan dengan bunyi lain. Bunyi bahasa lebih memperlihatkan
aktivitas yang lebih nyata pada belahan kiri otak seorang bayi yang berusia dua
bulan dibandingkan dengan bunyi lain. Seorang anak mulai belajar mengenal
perbedaan bunyi, fonem bahasa yang mereka dengar sejak lahir jauh sebelum
mereka melafalkannya. Bayi bisa membedakan antara /p/ dan /b/ pada saat dia
berusia tiga atau empat bulan (dalam eksperimen dengan /ba/ dimainkan juga /pa/
seorang bayi memperlihatkan kesadaran untuk berubah) akan tetapi seorang anak
tidak belajar bagaimana menggunakan bunyi ini sampai beberapa lama kemudian
sekitar tahun kedua atau tahun berikutnya seperti yang ditemui pada eksperimen
sekitar tahun kedua atau tahun berikutnya dengan /pok/ dan /bok/. Bayi mengenali
perbedaan antara dua bahasa dengan mengenali pola bunyinya.
b) Tahap Meraban/Berceloteh
7
Tahap ini dimulai ketika bayi berusia beberapa bulan. Bayi mulai berceloteh
dimulai kira-kira usia empat sampai enam bulan, mulanya celotehan adalah hal yang
sama di semua bahasa. Disamping itu, banyak bunyi ujaran yang tidak munculsecara
20 jelas antara lain disebabkan oleh kesulitan pelafalan, misalnya /r/, /th/ danjuga
jarang sekali terdengar gugus konsonan maupun pengulangan suku kata.
c) Tahap Satu Kata, bayi mampu menuturkan suatu kata pertama dalam kehiidupan
mereka pada saat usia Sembilan bulan, misalnya mengucapkan kata mama, dada.
(Arifuddin, 2013)
Perubahan bentuk kata, serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan
kata (contoh: kata baca menjadi dibaca, membaca, dibacakan, membacakan,
pembacaan) (Nor Hamidah, Joko Sulianto, Anita Chandra Sagala, 2021). Menurut
(Harsanti, 2021) Pemerolehan bahasa anak menurut tataran morfologi bahwa anak
8
berusia 2 tahun 8 bulan belum mampu menempatkan afiks sehingga dalam percakapan
sianak menggunakan kalimat yang mudah dipahami. (Wulandari, 2018) menyatakan
bahwa pada anak-anak yang berumur 3 tahun belum muncul morfem yang memeroleh
afiksasi, bahkan banyak morfem yang sebagian seperti /dah/ /yum/ /ma/ yang
seharusnya /sudah/, /belum/, /bersama/, Namun pada anak yang berumur 4-5 tahun pada
sudah muncul morfem yang mendapatkan proses afiksasi mendapat prefiks maupun
sufiks, namun infiks maupun konfiks belum muncul. pada anak yang berumur 4-5 tahun
terdapat morfem yang mengalami reduplikasi. Pada anak yang berusia tiga tahun belum
menunjukkan pemerolehan afiksasi. Pada usia tiga tahun, pemerolehan morfologi
kebanyakan kata-kata yang monomorfemik. Bentuk pasif di- juga mulai muncul pada
umur tiga tahun. pada usia empat tahun prefiks formal {ber-} dan {meN-} sudah mulai
muncul walaupun masih jarang muncul. Pada usia lima tahun anak sudah mencapai
perkembangan verba, netralisasi sufiks {-kan} dan {-i} yang menjadi {in} pada
/dibeliin/ yang seharusnya /dibelikan/.
9
Dalam penelitian (Rafiyanti, 2020) Pada anak usia 2 tahun 6 bulan yangbernama
Sheva Analisis pemerolehan bahasa yang dilakukan kepada Sheva termasuk bagaimana
produksi bahasa dalam kalimat. Kalimat yang dihasilkan Sheva masih sangat
sederhana, memerlukakan pemahaman yang terkadang susah dimengerti. Kalimat yang
masih belum lengkap dan kadang terpotong-potong dan pengucapan fonem yang belum
sempurna masih sering ditemukan. Tetapi hasil pemerolehan bahasa masih dapat
dimengerti.
a. Kalimat deklaratif yang diungkapkan oleh Sheva, bentuk percakapan ini dapat
memberikan gambaran-gambaran tersebut.
Sheva : kak, Eva mau ajan.
Kaka : Jajan di mana de?
Sheva : Walung om
Kaka : Eva mau jajan apa?
Sheva : Ajan acim
Kaka : Apalagi
Sheva : Mau emen, ka ambilin men
Kaka : kaka boleh minta ga?
Sheva : Nda.
Kalimat-kalimat yang diucapkan di atas, nampang kalimatnya yang terpotong-potong
dan ucapannya yang belum sempurna. Namun secara gramatikal, kalimat-kalimat
di atas sudah dapat digolongkan dalam kalimat lengkap karena ditandai dengan
Subjek (S) + Verb (V). secara umum, pada awal pemerolehan bahasa bentuk S+V
sudah bisa digolongkan dalam kalimat lengkap karena maknanya yang hampir
sempurna. Contohnya pada kalimat: Ajan acim: jajan eskrim secara gramatikal
dapat dimengerti jika melihat percakapan sebelumnya.
b. Kalimat Imperatif, melihat kalimat Sheva yang sebelumnya pada bagian
morfologi di atas, terlihat beberapa kalimat imperatif, yaitu: “Yah, ambilin itu.”
(Ayah ambilin itu ‘menunjuk barang), “Mau emen, ka ambilin men” (Mau permen,
ka ambilin peremen). Kalimat imperatif yang diucapkan Sheva sudah memiliki
makna yang lengkap. Hanya saja ucapan fonem masih belum sempurna, dan kalimat
imperatifnya yang belum berurutan sesuai dengan kaidam kalimat imperatif.
Walaupun demikian, susunan kalimat tersebut termasuk lazim khususnya dalam
pemerolehan bahasa anak
10
c. Kalimat Interogatif, meruapakan kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu kepada
orang lain, dan kadang-kadang muncul secara tiba-tiba. Pernah ketika dia berada di
rumah dia bertanya kepada Ayahnya ketika melihat kakanya keluar dari rumah lalu
ia bertanya kepada Ayahnya. “Kaka au keana yah?”(kaka mau kemana yah?) lalu
ayahnya menjawab “Kaka mau main”. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa
pemerolehan kalimat tanya Sheva sudah Nampak diucapkan tanpa berpikir. Hal
tersebut menjelaskan bahwa kalimat semacam itu dapat diperoleh atau diproduksi
dengan mudah.
Dari data diatas tuturan yang diucapkan oleh Rere usia 3 tahun, terdapat kesalahan frasa
yaitu pada kata “maem udah” yang seharusnya “sudah makan”. Kesalahan tersebut
tergolong frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata
keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja. Begitu juga kesalahan pada
“anter ibu” yang berartikan “diantar ibu” seharusnya “diantar oleh ibu”. Pernyataan
“anter ibu” Rere telah menghilangkan kata oleh dalam frasa kerja pasif. Frasa yang
berstruktur dimulai dari kata kerja pasif bertemu kata benda seharusnya tidak
menghilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas
makna pasif frase tersebut. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa adanya kompetensi
anak dalam pemerolehan bahasa pertamanya telah diperoleh walaupun masih dalam
bentuk sederhana.
Pada data di atas, merupakan tuturan anak yang berusia 4-5 tahun, anak tersebut mulai
menghasilkan kalimat-kalimat tunggal seperti berpola SP, S-P-O, K-P-O dan K-S.
Walaupun masih ada beberapa yang tidak gramatikal, Penyusunan kalimat yang
diucapakan oleh anak usia 4-5 tahun masih terpengaruh pada struktur bahasa daerah,
terbukti dari “pergi rumahnya mbah” yang seharusnya cukup dengan “pergi ke rumah
mbah” dan “mainannya teman” yang harusnya “mainan teman”.
11
Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan
struktur bahasa daerah, hal tersebut disebabkan karena lingkungan anak yang tinggal di
daerah. Selain faktor lingkungan, Faktor Latar Belakang Sosial juga mempengaruhi
variasi pemerolehan bahasa. Faktor ini mencakup struktur keluarga, afiliasi kelompok
sosial, dan lingkungan budaya. Semakin tinggi tingkat interaksi sosial sebuah keluarga,
semakin besar peluang anak memperoleh bahasa. Sebaliknya semakin rendah tingkaf
interaksi sosial sebuah keluarga, semakin kecil pula peluang anak memperoleh bahasa.
Hal lain yang turut berpengaruh adalah status sosiai.
Dengan kata lain, kompetensi pragmatic adalah sebuah kompetensi yang artinya tidakhanya
tentang kemampuan pragmatic tertentu, namun anak juga harus memahami dan
menggunakan aspek pragmatiksesuai dengan kondisi yang relevan. (Asih, 2017)
12
Dalam proses pemerolehan kompetensi pragmatik, sebagaimana yang terjadi
pada permerolehan aspek kebahasaan lainnya, juga terdapat konstruksi transisi, yaitu
penggunaan struktur tertentu yang secara berangsur-angsur mengalami perkembangan
selama proses pemerolehan berlangsung. Konstruksi transisi, bahasa antara
(interlanguge), yaitu ujaran anak yang tidak sama dengan ujaran orang dewasa atau
penutur asli dalam mengungkapan makna yang sama. Ujaran anak yang merupakan
interlanguage ini adalah hasil proses pembentukan hipotesis yang menghasilkan kaidah
(norma) kebahasaan yang berbeda dengan kaidah kebahasaan bahasa target. (Saptono
Hadi dan Sri Utami, 2019)
13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu bentuk kelebihan yang diberikan kepada manusia
oleh Sang Pencipta yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Pemerolehan
bahasa tidak sama dengan pembelajaran bahasa yang sifatnya disengaja.
Pemerolehan bahasa adalah proses manusia untuk mendapatkan kemampuan untuk
menangkap, menghasiilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi. Dalam hal pemerolehan bahasa, seorang anak pertama kali
mendapatkannya pada usia 0-5 tahun melalui lingkungan di sekitarnya seperti
anggota keluarga. Oleh karena itu, pemerolehan bahasa pertama disebut sebagai
bahasa ibu. Kemampuan bahasa seorang anak terdiri dari beberapa aspek meliputti
aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan pragmatik.
3.2 Saran
Demikian pokok bahasan yang dapat penulis paparkan agar kiranya dapat
bermanfaat juga menambah wawasan serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam
membuat makalah yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan dalam penyusunannya, baik dari segi isi, penulisan,
maupun referensi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca agar makalah ini dapat disusun lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15