Dosen : Psikolinguistik
Disusun Oleh:
i
PRAKATA
Bismillahirohmannirrahim
Dengan memanjatkan puji sukur kehadirat Allah Swt, serta shalawat dan salam
kepada Nabi tercinta Muhammad saw. Penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini meskipun dengan segala kekurangannya. Makalah ini berisi pemaparan materi
terkait Pemerolehana sintaksis, semantic, dan fonologi. Adapun maksud dan
tujuan makalah ini antara lain untuk memenuhi tugas untuk mata kuliah
Psikolinguistik semester genap Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program
studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Peradaban Bumiayu.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan kami dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi dan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengatar................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II KAJIANTEORI................................................................................. 3
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 11
A. Simpulan............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belankang
Bahasa adalah salah satu hal yang terpenting yang dimiliki oleh manusia dan
merupakam anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Bahasa adalah alat
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, Sejak bayi kita telah diberikan
kemampuan berbahasa walaupun belum dapat menggunakan bahasa tersebut
dengan baik dan benar. Setiap anak di dunia pada umumnya memiliki LAD
(Language Acquisition Device) yaitu alat pemerolehan bahasa yang di dalam
otaknya. Pemerolehan bahasa pada anak terjadi saat umur 0-5 tahun.
Pemerolehan bahasa pada anak untuk pertama kalinya diperolehnya dari
lingkungan keluarga baik ibu, ayah, nenek serta saudaranya, oleh karena itu
pemerolehan bahasa pertama sering juga disebut dengan bahasa ibu (B1) karna
saat bayi umumnya ibulah yang sering bercerita dan berinteraksi dengan si bayi
tersebut. Bahasa pertama anak diperoleh melalui pemerolehan bahasa.
Pemerolehan bahasa bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu: faktor
alamiah (nature) maupun faktor lingkungan (nurture), keduanya tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Nature diperlukan karena tanpa bekal
kodrati makhluk tidak mungkin dapat berbahasa. Nurture juga diperlukan
karena tanpa adanya input dari alam sekitar bekal kodrati tersebut tidak akan
terwujud (Ayuba, 2016: 3). Istilah pemerolehan bahasa merupakan padanan
kata acquisition yaitu dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama sebagai
salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Yang
dimaksud dengan pemerolehan bahasa (language acquisition) di sini adalah
proses-proses yang berlaku yang berada di pusat bahasa dalam otak seorang
anak (bayi) pada waktu ia sedang memperoleh bahasa ibunya (Simanjuntak,
2009: 104).
Makalah ini berisi pemaparan materi pemerolehan bahasa dari segi
sintaksis, semantik dan fonologi.
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Mempelajari apa itu peroses pemerolehan bahasa dari segi sintaksis?
2. Mempelajari apa itu peroses pemerolehan bahasa dari segi semantik?
3. Mempelajari apa itu peroses pemerolehan bahasa dari segi fonologi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bermaksud untuk:
1. Bertujuan untuk mengetahi peroses pemerolehan bahasa dari segi
sintaksis.
2. Bertujuan untuk mengetahui peroses pemerolehan bahasa dari segi
semantik.
3. Bertujuan untuk mengetagu peroses pemerolehan bahasa dari segi
fonologi.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu pengetahuan akan proses pemerolahan bahasa
pada manusia yang pada umumnya bahasa pertama adalah bahasa ibu. Selain
itu pemerolehan bahasa dapat terjadi dari segi sintaksis, semantik, dan
fonologi.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Pemerolehan bahasa
Menurut Suharti, Khusnah, Ningsih, Shiddiq, Saputra, & Purba (2021, 31-
46) dalam bukunya berjudul “Kajian Psikolinguistik” teori pemerolehan
bahasa yaitu ada 4 diantaranya:
1. Aliran Behaviorisme
Kata behaviorisme berasal dari kata behave yaitu berperilaku dan isme
artinya aliran. Aliran dalam hal ini yaitu mempelajari perilaku manusia.
Pada kajian psikolinguistik, aliran behaviorisme menyoroti aspek perilaku
kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan
(stimulus) dan reaksi (response).
Menurut aliran behaviorisme, keterampilan berbicara dan
memahami bahasa pada anak diperoleh melalui rangsangan dari
lingkungan. Anak-anak dianggap sebagai penerima tekanan lingkungan
yang pasif dan tidak berperan aktif dalam perkembangan perilaku verbal
mereka. Selain itu kaum behavioris tidak hanya tidak mengenal peran
aktif anak dalam proses pemerolehan bahasa, tetapi juga tidak mengenal
kematangan anak. Kemajuan perkembangan bahasa sangat tergantung
pada jumlah waktu latihan yang disediakan oleh lingkungan. Behavioris
menolak gagasan bahwa anak-anak menguasai aturan bahasa dan
memiliki kemampuan untuk mengabstraksi ciri-ciri penting dari bahasa di
lingkungannya.
2. Aliran kognitif
Jean Piaget mengemukakan (1896-1980). Aliran tersebut dimulai bersama
pengembangan teori Adanya "perkembangan kognitif" tentang perspektif
Kemampuan bagaiamana seseorang mampu untuk berpikir tentang
perubahan progresif dan berurutan, di mana proses mental menjadi
semakin meningkat rumit. Menurut aliran ini, bahasa bukanlah fitur sifat
independen, tapi salah satu kompetensi yang bersumber dari kematangan
kognitif.
4
5
B. Pengertian Fonologi
Kajian fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik. Objek kajian fonetik adalah
fon berupa bunyi yang pada umumnya tanpa memperhatikan apakah bunyi
tersebut membedakan makna atau tidak. Sebaliknya, objek kajian fonemik
adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang membedakan makna kata.
Kajian fonetik yaitu mempelajari bunyi-bunyi /u/ yang berbeda pada
kata-kata seperti busur, buku, dan kuil atau meneliti perbedaan bunyi /i/ seperti
yang terdapat pada kata-kata isi, indah, dan pasir. Jika bunyi itu membedakan
makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem dan bukan fonem apabila tidak
membedakan makna. Jadi, jelaslah bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang
fungsional, yaitu membedakan makna kata (Alek, 2018: 42). Jadi dalam hal ini
fonologi adalaha ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa atau
pembendaharaan bahasa pada manusia.
C. Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah bagian-bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa.
Jika dalam morfologi yang dikaji adalah struktur intern kata, maka dalam
sintaksis yang dikaji adalah struktur kalimat. dalam prakteknya, sintaksis
membatasi kajiannya sampai dengan kalimat. Maksudnya, sintaksis
menganggap atau memperlakukan kalimat sebagai satuan terbesar.
Meskipun demikian, perlu disadari bahwa dalam pertuturan, kalimat
bukanlah satuan yang besar. kalimat menjadi bagian dari satuan yang lebih
besar, yaitu wacana. secara berturut-turut dalam sintaksis terdapat alat
sintaksis, satuan sintaksis, kata sebagai satuan sintaksis, frase sebagai satuan
sintaksis, klausa sebagai satuan sintaksis, kalimat sebagai satuan sintaksis,
fungsi sintaksis, dan peran sintaksis (Alek, 2018: 74). Jadi dapat
disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu tentang tatacara membuat kalimat
atau hubungan unsur bahasa sehingga membentuk tataran kalimat.
7
D. Pengertian Semantik
Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics,
dari bahasa Yunani sema (nomina tanda) atau dari verba samaino
(menandai, berarti) Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk
menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik
merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Istilah semantik baru muncul pada tahun 1894
yang dikenal melalui American Philological Association (organisasi filologi
Amerika) dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A point
in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila
dipertimbangkan melalui frase semantic philosophy. Sejarah semantik dapat
dibaca di dalam artikel “An Account of the Word Semantics (Word, No.4
thn. 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul “Le Lois
Intellectuelles du Langage” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang
baru dalam keilmuan.
Dalam bahasa Prancis istilah tersebut dikenal dengan semantique.
Breal masih menyebut semantik sebagai ilmu murni historis (historical
semantics). Historical semantics ini cenderung mempelajari semantik yang
berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa, misalnya latar belakang
perubahan makna, perubahan makna, hubungan perubahan makna dengan
logika, psikologi, dst. Karya Breal ini berjudul Essai de Semantique (akhir
abad ke-19). Reisig sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan
konsep baru tentang gramatika (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama,
yakni etimologi, (studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk
maupun makna) sintaksis (tata kalimat), dan semasiologi (ilmu tanda
makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari
sebagai semantik. Istilah semasiologi sendiri adalah istilah yang
dikemukakan Reisig. Berdasarkan pemikiran Reisig tersebut maka
perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan, yakni
8
PEMBAHASAN
9
bunyibunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu
merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.
10
11
14
15
DAFTAR PUSTKA
Ayuba, H. (2016). Pemerolehan Fonologi dan Sintaksis (Sebuah Studi Kasus Pada
Anak Usia 2 Tahun). Al-Lisan: Jurnal Bahasa (e-Journal), 1(1), 15-32.
Fatmawati, S. R. (2015). Pemerolehan bahasa pertama anak menurut tinjauan
psikolinguistik. Lentera, 17(1).
Simanjuntak, Mangantar. 2009. Pengantar Neuropsikolinguistik, Menelusuri
Bahasa, Pemerolehan Bahasa dan Hubungan Bahasa dengan Otak.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Suardi, I. P., Ramadhan, S., & Asri, Y. (2019). Pemerolehan bahasa pertama pada
anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 265-
273.
Suharti, S., Hum, S., Khusnah, W. D., Sri Ningsih, S. S., Shiddiq, J., Saputra,
N., ... & Purba, J. H. (2021). Kajian Psikolinguistik. Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini.