Kelompok 3
Disusun Oleh :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Strategi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini” Ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang studi (Strategi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini ) selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “ Teori
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Elisabeth Fransisca Saragi
Sitio, M.Si, Psikolog Selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Perkembangan
Bahasa Anak Usia Dini yang membimbing kami dalam mata kuliah ini, mungkin
dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan teman teman
maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.
Palangka Raya, 5 September 2022
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
Teori Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini :............................................. 3
A. Teori Nativis ............................................................................................... 3
B. Teori Behavior ............................................................................................ 4
C. Teori Kognitif ............................................................................................. 6
D. Teori Pragmatik ......................................................................................... 8
E. Teori Instruksional..................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan adanya bahasa,
satu individu dengan individu lain akan saling terhubungkan melalui proses
berbahasa.
Badudu (1989) mendefiniskan bahasa sebagai alat penghubung atau
komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang
menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya.
Sementara Bromley (1992) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem simbol
yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari
simbol-simbol visual maupun verbal.
Pengembangan keterampilan berbahasa pada anak usia dini mencakup empat
aspek, yaitu: berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.
Keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat
produktif karena anak dituntut untuk menghasilkan bahasa. Sebaliknya,
keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif karena anak lebih banyak
menyerap bahasa yang dihasilkan oleh orang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah mengenai Teori
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini :
A. Teori Nativis
B. Teori Behavior
C. Teori Kognitif
D. Teori Pragmatik
E. Teori Instruksional
C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang :
1
A. Teori Nativis
B. Teori Behavior
C. Teori Kognitif
D. Teori Pragmatik
E. Teori Instruksional
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Nativis
2
Teori Navitis ini berpandangan bahwa ada unsur keterkaitan yang erat antara
faktor biologis dengan perkembangan bahasa. Teori Navitis meyakini bahwa
kemampuan bahasa merupakan kemampuan bawaan sejak lahir. Selanjutnya
belajar bahasa tidak dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman individu.
Menurut aliran Navitis ini, terdapat peran evolusi biologis dalam membentuk
individu untuk menjadi makhluk linguistik. Sejalan dengan pertumbuhan fisik dan
mental anak perkembangan bahasa menjadi lebih baik dan meningkatPara ahli
Navitis berpendapat bahwa kemampuan berbahasa sifatnya sangat natural
(bawaan), sebagaimana halnya kemampuan berjalan, merupakan bagian dari
perkembangan manusia yang dipengaruhi oleh kematangan otak.Selain itu, alasan
mereka adalah beberapa bagian neurologi tertentu dari otak manusia memiliki
hubungan dengan perkembangan bahasa sehingga kerusakan pada bagian tersebut
menyebabkan hambatan bahasa.
Para ahli Navitis juga meyakini bahwa anak-anak menginternalisasi aturan tata
bahasa sehingga mereka dapat menyusun berbagai macam kalimat tanpa latihan,
penguatan, maupun meniru bahasa orang dewasa. Selanjutnya, teori ini
mengemukakan bahwa untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu, seperti
fonologi, sintaksis, dan semantik. Teori Navitis meyakini bahwa kemampuan
bahasa merupakan kemampuan bawaan sejal lahir, ini juga didukung oleh
Lenneberg, yang mengemukakan bahwa kemampuan bahasa adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang berdasarkan pengetahuan awal yang diperoleh secara
biologis(Yusuf, 2016).
Sebagaimana dikemukakan oleh Chomsky, bahwa hanya manusia yang bisa
menguasai bahasa verbal, ia mendasarkan pada berapa asumsi. Pertama, perilaku
berbahasa adalah sesuatu yang genetis, dimana ia memiliki pola perkembangan
yang universal dan lingkungan memiliki peran kecil dalam pematangan sebuah
bahasa. Kedua, orang bisa menguasai dalam waktu yang relatif sinkgat. Ketiga,
lingkungan bahasa tidak memiliki data yang cukup bagi tata bahasa orang dewasa
yang rumit. Chomksy juga mengemukakan bahwa setiap anak yang dilahirkan
dilengkapi dengan alat penguasaan bahasa yang disebut LAD (language
Acquisition Device). Adapun mengenai bahasa apa saja yang akan dikuasai anak
sangat bergantung dengan lingkungan dimana ia tinggal. Maka keturunan bangsa
3
manapun bisa menguasai bahasa apapun sesuai dengan dimana ia dibesarkan,
maka anak yang tinggal di Amerika sudah hampir bisa dipastikan bisa bahasa
inggris, begitupun yang di kawasan Arab, China, Indonesia. Tanpa perangkat
LAD seorang anak tidak mungkin bisa memiliki kemampuan berbahasa dalam
waktu cepat (Bawono, 2007).
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan:
a. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki.
b. Mendorong mewujudkan diri yang berkompetensi.
c. Mendorong untuk menentukan pilihan.
d. Mendorong untuk membangun potensi dari dalam diri.
e. Mendorong untuk mengembangkan bakat minat.
Kekurangannya, teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat manusia tidak
bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat keturunannya.
2. Teori Behavioristik
4
melalui pergualan dan interaksi yang diperoleh anak dengan teman sebayanya
atau orang dewasa.
Tokoh penting dalam teori ini Jhon B.Watson dimana ia mencetuskan teori
belajar manusia manusia yang memusatkan perhatian pada aspek yang dirasakan
langsung pada perilaku berbahasa dan hubungannya dengan stimulus dan respon
terhadap lingkungan. Teori ini meyakini bahwa tindak balasan atau respon segala
sesuatu itu bisa terjadi hanya ada rangsangan atau stimulus. Dalam bahasa yang
sederahan ada reaksi karena ada aksi, ada akibat karena ada sebab, ada asap
karena ada api (Adriana, 2008).
Kekurangan:
Kelebihan:
5
anak, objek dan kejadian yang mereka alami dengan menyentuh, mendengar,
melihat, merasa, dan mencium.
1) Tahap Sensorimotor.
Pada tahap ini, bayi menggunakan kemampuan respon dan motor untuk
memahami dunia. Berawal dari reflek dan berakhir dengan kombinasi
kompleks dari kemampuan sensorimotor.
2) Tahap Praoprasional.
Pada tahap ini, anak mempunyai gambaran mental dan mampu untuk
berpura-pura, anak mulai menggunakan symbol.
3) Tahap konket operasional.
Pada tahap ini, anak tidak hanya menggambarkan symbol, tetapi dapat
memanipulasi symbol secara logika.
4) Tahap formal operasional.
Pada tahap ini, gaya berpikir melibatkan penggunaan operasional logika
dan menggunakannya secara mutlak.
6
perkembangan kognitif dan bahasa seseorang berkembang sejak usia dini sampai
dewasa.
Tokoh lain yang termasuk pada aliran teori kognitif ini ialah Bruner. Bruner
menyatakan bahwa anak belakar dari yang konkret ke abstrak melalui tia tahapan,
yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Pada tahap enactive, anak berinteraksi
dengan objek berupa benda-benda, orang, dan kejadian. Dari interkasi tersebut
anak belajar nama dan merekam symbol dan kejadian. Pada proses iconica, nak
mulai belajar mengembang simbol dengan benda. Tahap terakhir, symbolic, anak
mengembangkan konsep. Pada tahap ini, anak mulai belajar berpikir abstrak, anak
mampu menghubungkan tahap ini, anak mampu menghubungkan berkaitan antara
berbagai benda, orang atau objek salam suatu urutan kejadian. Ia juga mulai
mengembangkan arti atau makna dari suatu kejadian Khadijah. (2006).
Kelebihan :
Kekurangan :
7
b. Siswa tidak dapat menemukan gaya belajarnya sendiri.
4. Teori Pragmatik
Salah satu bidang pragmatik yang menonjol adalah tindak tutur. Pragmatik dan
tindak tutur mempunyai hubungan yang erat. Hal itu terlihat pada bidang
kajiannya. Secara garis besar antara tindak tutur dengan pragmatik membahas
tentang makna tuturan yang sesuai konteksnya. Hal itu sesuai dengan, David R
dan Dowty (dalam Rahardi, 2003:12), secara singkat menjelaskan bahwa
sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung
maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau
kegiatan konversasional antara penutur dan mitra tutur.
8
Istilah pragmatik pertama-tama digunakan oleh filosof kenamaan Charles
Morris (1938). Filosof ini memang memiliki perhatian besar terhadap ilmu yang
mempelajari sistem tanda (semiotik). Pragmatik merujuk ke telaah makna dalam
interaksi yang mencakup makna si pembicara dan konteks-konteks di mana ujaran
yang dikeluarkan (Jucker, 1998: 830). Ninio dan Snow (1996: 45) menyatakan
bahwa komunikasi nonverbal pada anak sebelum mengeluarkan bentuk yang
bermakna sebenarnya merupakan kemampuan pragmatik anak. Mereka
mengatakan anak sebanarnya sudah tahu mengenai esensi penggunaan bahasa
pada waktu anak berumur beberapa minggu. Kent dan Miolo (1996: 304) bahkan
mengatakan bahwa janin pun sebenarnaya telah terekspos pada bahasa manusia
melelui lingkungan intrauterin. Hal ini kemudian tampak dari kesukaan dari suara
ibunya dari pada suara orang lain. perbedana antara orang dewasa dengan bayi
hanyalah bahwa bayi menaggapi ujaran orang dewasa tidak secara verbal.
Senyum, tawa, tangis, dan teriakan kecil semua merupakan piranti pragmatik
anak.
Leech (dalam Gunawan 2004:2) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam
bidang linguistik yang memiliki kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini disebut
semantisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik dan
komplementarisme atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang
saling melengkapi. Pragmatik dibedakan menjadi dua:
1. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai salah
satu segi di dalam bahasa; dan
9
Pragmatik pada dasarnya memperhatikan aspek-aspek proses komunikatif (Noss
dan Llamzon, 1986: 34). Menurut Noss dan Llamzon, dalam kajian pragmatik ada
empat unsur pokok, yaitu hubungan antarperan , latar peristiwa, topik dan medium
yang digunakan. Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan Bahasa
dalam berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa)atau
ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif.
(b) pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa atau disebut „fungsi
komunikatif‟ (Purwo, 1990: Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang
mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek
pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada
makna ujaran (Kridalaksana, 1993: 177).
5. Teori Intruksional
10
Teori instruksional adalah "sebuah teori yang menawarkan panduan eksplisit
tentang bagaimana membantu orang belajar dan berkembang dengan lebih baik."
Ini memberikan wawasan tentang apa yang mungkin terjadi dan mengapa
sehubungan dengan berbagai jenis kegiatan belajar mengajar sambil membantu
menunjukkan pendekatan untuk evaluasi mereka. Desainer instruksional fokus
pada cara terbaik untuk menyusun materi dan perilaku instruksional untuk
memfasilitasi pembelajaran.
Teori instruksional berbeda dengan teori belajar. Sebuah teori belajar menjelaskan
bagaimana pembelajaran terjadi, dan teori instruksional mengatur bagaimana
membantu orang belajar dengan lebih baik. Teori pembelajaran sering
menginformasikan teori instruksional, dan tiga sikap teoritis umum mengambil
bagian dalam pengaruh ini: behaviorisme (belajar sebagai akuisisi respon),
kognitivisme (belajar sebagai akuisisi pengetahuan), dan konstruktivisme (belajar
sebagai konstruksi pengetahuan). Teori instruksional membantu kita menciptakan
kondisi yang meningkatkan kemungkinan belajar. Tujuannya adalah untuk
memahami sistem pembelajaran dan untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Teori instruksional mengidentifikasi seperti apa instruksi atau pengajaran itu. Ini
menguraikan strategi bahwa seorang pendidik dapat mengadopsi untuk mencapai
tujuan pembelajaran . Teori instruksional disesuaikan berdasarkan konten
pendidikan dan yang lebih penting gaya belajar siswa. Mereka digunakan sebagai
pedoman/alat mengajar oleh guru/pelatih untuk memfasilitasi pembelajaran .
Teori instruksional mencakup metode, model, dan strategi instruksional yang
berbeda.
11
2. Prinsip Demonstrasi - instruksi harus membimbing peserta didik melalui
keterampilan dan terlibat dalam diskusi/demonstrasi rekan.
3. Prinsip Aplikasi - instruksi harus memberikan umpan balik intrinsik atau
korektif dan melibatkan kolaborasi rekan.
4. Prinsip Aktivasi - instruksi harus dibangun di atas pengetahuan
sebelumnya dan mendorong peserta didik untuk memperoleh struktur
untuk mengatur pengetahuan baru.
5. Prinsip Integrasi - instruksi harus melibatkan peserta didik dalam kritik
rekan dan mensintesis pengetahuan yang baru diperoleh.
Metode Situasional:
1. Bermain peran
2. Sinektik
3. belajar penguasaan
4. Instruksi langsung
5. Diskusi
6. Resolusi konflik
7. pembelajaran rekan
8. Pembelajaran berdasarkan pengalaman
9. Pembelajaran berbasis masalah
10. Pembelajaran berbasis simulasi
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Perpaduan
6. Evaluasi
12
7. Perkembangan afektif
8. Pembelajaran terpadu
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasaan pada makalah ini yaitu ada
beberapa teori pengembangan penembangan bahasa yang berkaitan dengan
pengembangan bahasa. Teori Navitis ini berpandangan bahwa ada unsur
keterkaitan yang erat antara faktor biologis dengan perkembangan bahasa. Teori
Behavioristik, Pandangan behavioristik beranggapan bahwa bahasa merupakan
masalah respon dan sebuah imitasi. Teori ini beranggapan bahwa berpikir sebagai
13
prasyarat berbahasa, terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan
penalaran. Teori ini menekankan proses berpokir dan penalaran. Menurut teori ini,
pemerolehan bahasa adalah hasil interaksi antara kemampuan psikologis siswa
dan lingkungan bahasa. Pragmatik adalah telaah penggunaan bahasa nyata dan
sesuai dengan konteks pemakainya, sedangkan konteks yang dimaksud adalah
segala latar belakang pengetahuan dimiliki oleh penutur dan mitra tutur serta
menyertai dan mewadahi sebuah tuturan.
DAFTAR PUSTAKA
Isna, A. (2019). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Al Athfal: Jurnal Kajian
Perkembangan Anak Dan Manajemen Pendidikan Usia Dini, 2(1), 62-69.
14