Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Dosen Pengampu : Elisabeth Fransisca Saragi Sitio, M.Si, Psikolog

Kelompok 3
Disusun Oleh :
Cleodora Crismasti Deavasti : 213010213002
Egidia Natalia : 213020213026
Fernanda Fajar Nadiantika : 213020213019

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PG PAUD )


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak usia dini ” Ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang
studi ( Strategi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini ) selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “ Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak
usia dini ” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Elisabeth Fransisca Saragi Sitio, M.Si, Psikolog
Selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini yang
membimbing kami dalam mata kuliah ini ,mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan yang belum kami ketahui . Sebagai manusia biasa , kami terbuka dari saran dan
kritikan teman teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna di masa
mendatang.

Palangka Raya, 22 Agustus 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak................................
2.2 Faktor Negatif yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Daftar Pustaka................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemampuan bahasa merupakan salah satu indikator perkembangan kognitif anak. Deteksi dini
masalah perkembangan anak sangat menentukan keberhasilan dalam memaksimalkan plastisitas
otak pada kompensasi penyimpangan perkembangan. 

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
tahap perkembangan bahasa anak usia dini dan apa saja faktor penghambat dalam perkembangan
bahasa anak usia dini.

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:Mengetahui
tahap perkembangan bahasa anak usia dini dan beberapa faktor penghambat perkembangan
bahasa anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak


Bahasa dan bicara merupakan bagian dari komunikasi yang saling berhubungan dan tidak bisa
dipisahkan. Dalam pelaksanaannya, anak terlebih dahulu mengembangkan aspek bahasanya,
baru kemudian akan mulai menguasai bicara . Perkembangan bahasa merupakan salah satu
indikator dalam perkembangan kognitif seorang anak, hal ini berhubungan dengan keberhasilan
ataupun keterlambatannya dalam berfikir dan berkomunikasi di lingkungannya. Seorang anak
yang dikatakan lambat dalam berbahasa dapat mempengaruhi kemampuan komunikasinya dalam
sehari-hari secara pribadi atau lingkungan sosialnya, hal ini dapat berakibat sulitnya belajar,
bersosialisasi, dan kegiatan bekerja lainnya saat dewasa nanti.
ekstrakulikuler siswa.
Secara umum terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak
antara lain:
a. Perkembangan otak dan kecerdasan Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa adanya
hubungan antara pengukuran intelegensi dengan pengukuran perkembangan bahasa (kosakata,
kemampuan artikulasi, dan indikasi kemampuan kematangan berbahasa). Seorang ilmuwan
Rusia, Vygotsky (1978 dalam Papalia, 2009) mengatakan bahwa bahasa adalah alat bantu
belajar, jadi dapat diperkirakan apabila anak itu mengelami kekurangan dlam perkembangan
bahasa maka hal tersebut akan mempengaruhi pemerolehan belajarnya. Biasanya anak yang
mengalami perkembangan pesat dalam bahasanya maka tergolong anak yang pintar. Sedangkan
seorang anak yang banyak bicara (talkative) bukan salah satu pengukuran bagi kemampuan
bahasa anak karena terkadang anak yang pendiam dan tidak banyak bicara bukan berarti dia
bodoh, akan tetapi terkadang ia mempunyai kecerdasan.
b. Jenis Kelamin Banyak dari penelitian yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak
perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan lebih cepat dapat bicara
dibandingkan anak laki-laki. Mereka memiliki perkembangan pemerolehan kosakat yang lebih
cepat (Fenson et all,1994 dalam Berk, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebuut dapat diketahui
bahwa remaja putri banyak memiliki kemampuan superior dalam verbal performance, sedangkan
pada anak laki-laki terdapat masalah keterlambatan bicara atau gangguan berbicara salah satunya
adalah gagap.
Perbedaan perkembangan bahasa antara anak laiki-laki dan anak perempuan dapat dilihat dari
faktor biologis dan sosialnya. Perkembangan otak kiri (hemisfer cerebral) pada anak perempuan
lebih cepat daripada anak laki-laki padahal otak ini mempunyai peran yang sangat besar dalam
perkembangan bahasa. Pengaruh lingkungan sangat mendominasi karena anak perempuan
biasanya bermain boneka dirumah dengan mengajaknya bicara disesuaikan dengan fantasi
mereka. Realitanya, seorang ibu lebih sering mengajak anak perempuannya berbicara dari pada
anak laki-laki. Adanya permainan seperti itu membuat anak perempuan lebih sering berinteraksi
dengan orang dewasa lain yang diajak bicara. Sedangkan anak laki-laki lebih diarahkan pada
penguasaan motoric dimana lebih mengutamakan banyaknya gerakan daripada berbicara.
a. Kondisi Fisik Dalam kondisi fisik ini, perkembangan dan pemerolehan bahasa terdiri dari
berbagai kondisi fisik, diantaranya pada anak tersebut tidak terjadi masalah pada organ
bicaranya, organ pendengarannya dan sistem neuromuscular di otak. Agar perkembangan bahasa
dapat berjalan normal, maka semua alat tersebut harus berfungsi secara baik dan efektif.
b. Lingkungan Keluarga Tempat utama yang digunakan untuk memfasilitasi perkembangan
bahasa pada anak adalah keluarga, Di keluarga inilah lingkungan terdekat anak. Sejak bayi
samapai usia 6 tahun, anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berada di rumah
sehingga intensitas berinteraksi dengan anggota keluarga lebih banyak. Anak dan orang tua akan
terlibat aktif dalam berbicara, misal dalam hal membacakan cerita sehingga bisa berinteraksi
secara verbal dan akan memperoleh kemampuan bahasa yang cukup baik (Papalia, 2009).
Berdasarkan penelitian, biasanya anak tunggal mengalami perkembangan bahasa lebih lambat
dibandingkan anak yang mempunyai saudara kandung, begitu juga anak yang jarang ke lar
bermain dengan teman sebayanya karena akan dianggap memiliki ide yang lebih sedikit dan
konsep. Sedangkan ada anak kembar, yang berhungan sangat dekat satu sama lain sehingga
memiliki sedikit kontak dengan orang lain. Terkadang hubungan yang sangat dekat ini membuat
meeting Sosialreka jarang bicara untuk mengetahui isi masing-masing. Beberapa anak kembar
memiliki „bahasa aneh‟ diantara mereka (Papilia, 2009).
c. Kondisi Ekonomi Anak-anak yang berasal dari kelas ekonomi menengah dikatakan memiliki
perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas
ekonomi rendah (Berk, 2009). Orang tua dari keluarga menengah ke atasdiperkirakan memiliki
taraf pendidikan yang cukup untuk dapat memfasilitasi perkembangan bahasa pada anak, mereka
dapat menyediakan berbagai alat bantu, seperti buku dan alat tulis untuk pengembangan bahasa.
Hal ini menyebabkan anak memiliki kosakata yang lebih banyak (Hoff, 2004, 2006, dalam Berk,
2009). Biasanya dengan kondisi ekonomi menengah ke atas, orang tua akan memberikan
perhatian lebih kepada anaknya dibandingkan dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.
Perhatian itu berupa „cara bicara‟ anak dan menuntun anak untuk „bicara‟ secara baik dan
benar.
d. Setting Sosial/Lingkungan-Budaya Indonesia dikenal dengan budaya yang berneka ragam.
Adanya perbedaan budaya berpengaruh pada perkembangan bahasa anak, khususnya bahasa
nasional atau bahasa Indonesia. Anak yang bertempat tinggal di suatu daerah maka akan aktif
menggunakan bahasa daerah dimana anak itu tinggal sehingga dalam pengucapan bahasa
Indonesia akan agak sulit karena jarangnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh lain,
adanya tuntutan budaya yang menyebabkan anak merasa kesulitan dalam mengembangkan
bahasanya. Pada budaya Jawa, anak dianggap baik dan patuh jika memiki karakter tidak
„membantah‟ kepada orang tuanya. Kurangnya latihan dalam mengeluarkan ide dan
pendapatnya membuat anak menjadi sulit dalam hal tersebut. Anak-anak yang tinggal di Jakarta,
banyak menggunakan bahasa- „slank‟ atau „bahasa gaul‟ yang bukan bahasa Indonesia sehingga
mereka akan mengalami kesulitan dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar
sesuai dengan kaidah yang sesungguhnya di lingkungan formal.
e. Bilingualism (2 bahasa) Penguasaan dua bahasa merupakan hal yang paling populrr dan
menjadi trend belakangan ini. Orang tua khususnya di perkotaan besar mulai berbondong-
bondong memasukkan anaknya pada lembaga sekolah yang menggunakan dua bahasa atau lebih
dengan alasan agar anaknya tidak ketinggalan zaman. Yang menjadi maslah ialah apabila anak
harus „berbahsa dua‟ pada usia yang masih tergolong muda (kurang dari 2 tahun) pada saat
perkembangan „bahasa ibu‟ belum sepenuhnya mantap. Hal ini akan menyebabkan anak
mengalami kesulitan pada pengucapan kata (pronounciation) dan penguasaan kata (Papalia,
2009).
Penelitian Hoff (2006, dalam Papalia, 2009) menyatakan bahwa bayi akan lebih cepat
mengalami penambahan kosakata ketika orang tua sering mengulang suara yang keluar dari bayi
dan mengajak mereka „bicara‟. Apabila anak mulai memasuki sekolah pada usia 4-6 tahun,
tahap perkembangan bahasa harus memperoleh dukungan dari guru yang diharapkan dapat
mengakomodasi perbedaan-perbedaan pada penguasaan/penggunaan bahasa pada setiap anak
didiknya. Seorang guru harus mengetahui perkembangan bahasa sesuai dengan rata-rata usia
anak didiknya.
Menurut Wiyani (2014:16-24) factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, diantaranya
(1) faktor hereditas, yaitu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini.
Menurut penelitian, faktor hereditas mempengaruhi kemampuan intelektual dan kepribadian
seseorang. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak , menyampaikan pesan verbal
diikuti dengan pesan non verbal, dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu
menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya, perlu diikuti gerakan, mimik muka, dan
intonasi yang sesuai, serta melibatkan anak dalam komunikasi.Hereditas atau keturunan
merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang.
Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya,
bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungannya yang mempengaruhinya
(2) faktor lingkungan, yang diartikan sebagai kekuatan kompleks dari dunia fisik dan sosial yang
mempengaruhi susunan biologis dan pengalaman psikologis anak sejak sebelum dan setelah
lahir. Faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Contohnya
anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. Stimulasi tersebut akan
optimal jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang tertekan dapat menghambat kemampuan
bicaranya. Dapat ditemukan anak gagap yang disebabkan karena dari lingkungannya
(3) faktor umum, yaitu perpaduan antara faktor hereditas dan faktor lingkungan. Berdasarkan
faktor umum, hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan antara lain
(a) jenis kelamin,
(b) kelenjar gondok,
(c) kesehatan,
(d) ras.
Sementara itu, Mursid (2015) menjelaskan terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan anak yakni faktor internal dan ekternal. Faktor internal (alami) berkaitan dengan
hal-hal yang ada dalam individu itu sendiri seperti genetika (keturunan) dan pengaruhnya,
sedangkan factor eksternal (lingkungan) adalah faktor yang diperoleh dari luar individu, seperti:
keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkugan, nutrisi, istirahat,
tidur, olahraga, status kesehatan, dan iklim atau cuaca.
Pendapat senada juga dikemukakan Yusuf (2001:121-122) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa diantaranya :
(1) faktor kesehatan, faktor ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan
bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya,
(2) faktor intelegensi, perkembangan bahasa anak dapat di lihat dari tingkat intelegensinya. Anak
yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas
normal,
(3) status sosial ekonomi keluarga, beberapa studi tentang hubungan perkembangan bahasa
dengan status sosial ekomoni keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga
miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingakan dengan anak
yang berasal dari keluarga yang lebih baik,
(4) jenis kelamin. Secara umum pada masa usia awal perkembangan anak, tidak terlihat adanya
perbedaan dalam fokalisasi antara pria dengan wanita. Namun seiring mulai memasuki usia dua
tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingakan dengan anak
laki-laki,
(5) hubungan keluarga, hubungan keluarga yang dimaksudkan adalah sebagai proses
pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang
tua yang belajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu:
a. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan).
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
b. Pola Komunikasi Dalam Keluarga.
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan
bahasa keluarganya.
c. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat,
karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak
tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
d. Posisi Urutan Kelahiran.
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak
sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah
saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa).
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih
bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu
bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam
rumah dia menggunakan Bahasa Dayak dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa
perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus
sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.

B. Faktor negatif yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak


Dalam Soetjingsih (2003) memaparkan bahwa gangguan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetic, gangguan pendengaran, intelegensia rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga.
Dalam buku Psikologi perkembangan anak usia dini, Novan Ardy menuliskan bahwa Sekitar 1
dari 20 anak usia dini sangat lambat mengembangkan kemampuan berbahasanya sehingga
diperlukan penanganan terkait dengan kegiatan belajar bahasanya. Anak-anak yang mengalami
keterlambatan dalam berbicara bisa disebabkan karena aspek perkembangannya juga ikut
terlambat pula. Ketelambatan berbahasa anak usia dini dalam berbicara umumnya dialami oleh
anak laki-laki. Hal itu dapat mempengaruhi kemampuan berbicaranya dan dapat mengakibatkan
gangguan bahasa reseptif dan gangguan bahasa ekspresif. Menurut teori dalam Hurlock
menyatakan bahwa jikadibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki tertinggal dalam
belajarberbicara.Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dankurang betul
tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, danpengucapannya kurang tepat dari pada
anak perempuan.
Selain itu, faktor anak kembar juga dapat menjadi salah satu faktor terhambatnya perkembangan
seorang anak. Anak kembar merupakan fenomena khas yang terjadi karena suatu proses konsepsi
khusus, baik karena adanya satu sel telur yang dibuahi dua atau lebih sperma maupun karena dua
atau lebih sel telur yang dibuahi. Berdasarkan hasil konsepsi diatas, akan dihasilkan kembar
identic dan kembar tidak identic. Sedangkan dalam penelitian Maulana beserta kembarannya
termasuk kedalam kembar yang tidak identic, yaitu berasal dari dua sel telur (zigot). Bayi
kembar ini biasanya mempunyai jenis kelamin yang berbeda dan tidak mirip satu sama lain
seperti halnya yang terjadi dalam kasus diatas.
Selain itu, gangguan bahasa terdiri dari 2 jenis, gangguan bahasa reseptif dan gangguan bahasa
ekpresif. Reseptif dapat diistilahkan dengan kesulitan menerima dimana anak usia dini
mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain meskipun sebenarnya
anak dapat membuat dirinya sendiri sedikit mengerti pesan apa yang disampaikan orang tersebut.
Kemudian gangguan bahasa ekspresif dapat diistilahkan dengan kesulitan berekspresi dimana
anak usia dini dapat memahami apa yang dikatakan orang lain tetapi sulit baginya untuk
menempatkan kata secara bersama-sama untuk membalasnya. Keadaan diatas menyebabkan
anak usia dini dengan gangguan bahasa reseptif dan ekspresif mengalami hambatan dalam
berkomunikasi dengan orang lan yang lazim menggunakan bahasa verbal sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan keseharian. (Novan Ardy Wiyani,2014: 110).
Televisi juga dapat menyebabkan anak usia dini mengalami gangguan bahasa ekspresif. Saat
menonton televisi, anak menjadi pendengar yang pasif.Mereka memposisikan dirinya sebagai
pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk.Jika hal itu
berlangsung dalam waktu yang panjang, maka sel-sel otak yang menyangkut kemampuan
berbahasanya khususnya kemampuan berbicaranya dapat terhambat perkembangannya.
Gambaran ini jelas, bahwa orangtua agaknya kurang memahami dan mendukung perkembangan
anak, sehingga ketika hanya guru saja yang berperan dalam perkembangan ini, maka akan
memakan waktu lama, atau perkembangan bahasa khususnya pada subjek belum dapat
berkembang dengan baik. Karena dalam masa ini, seharusnya perkembangan bahasa harus
berlanjut. Dengan berbagai mata pelajaran yang diberikan disekolah seperti bacaan, pembicaraan
dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan televise, anak-anak menambahkan kosa kata yang
ia pergunakan dalam percakapan dalam tulisan.(Desmita, 2008: 178)
Dari pemaparan diatas, maka terlihat bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa subjek.Dimana anak sangat dekat dengan keluarganya terutama ibu.Maka
pengasuhan ibu juga harus dapat merangsang perkembangan anak agar anak mencapai tahap
perkembangan bahasa yang baik.Untuk itu peran orangtua terutama ibu sangatlah penting. Anak
yang dibesarkan dari seorang ibu yang cerewet, maka dominan perkembangan bahasa anak
tersebut sangat baik, sebaliknya ibu yang suka berdiam, biasanya anak sulit berkembang
bahasanya. Berbeda dengan ayah yang biasanya lebih banyak perintah atau bersifat abstrak,
dikarenakan ayah biasanya tidak suka banyak bicara. (Suyadi, 2010: 97)
Selain itu, ibu juga memberikan gizi yang baik bagi anak.Berdasarkan uji korelasi, tingkat
kecukupan energi dan proteinbalita berhubungan positif dengan status gizibalita secara
signifikan.Makin tinggi tingkatkecukupan energi dan protein balita,semakin baik status gizi
balita.Selain tingkatkecukupan energi dan protein, panjangbadan lahir juga berhubungan positif
denganstatus gizi balita secara signifikan.Semakinpanjang badan balita ketika lahir makasemakin
baik status gizi balita.
BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar
kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain.
Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi
perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif.

Anak perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang
dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan
kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama,
sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya.

Pembelajaran bahasa pada anak perlu menggunakan berbagai strategi misalnya dengan
permainan-permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan media-
media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan
pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang
menyenangkan akan menjadi bagian dalam hidup anak.

Peran guru dan orang tua sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Guru harus kreatif
dalam menstimulasi kemmpuan bahasa anak, dimana metode yang digunakan disesuaikan
dengan karakter dan kebutuhan tiap anak. Sehingga dapat dicapai kemampuan berbahasa yang
baik, yang kemudian dilanjutkan dengan kemampuan membaca dan menulis pada anak.

DAFTAR PUSTAKA
Sumaryanti, L. (2017). Peran lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak. Muaddib: Studi
Kependidikan dan Keislaman, 7(01), 72-89.
Anggraini, N. (2021). Peranan Orang Tua Dalam Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini.
Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, 7(1), 43-54.
Alfiana, R., & Kuntarto, E. (2020). Perkembangan bahasa pada anak usia dini. Repository Unja.
Hasim, E. (2018). Perkembangan Bahasa Anak. PEDAGOGIKA, 9(2), 195-206.
Vol. 5, No. 1, Maret 2018 | ISSN: 2355-3650
ANALISIS KETERLAMBATAN DALAM PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
(Studi Kasus Pada Anak Kembar)
Azizah Uswatun Hasanah AM
Magister PIAUD, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Amini, N., & Naimah, N. (2020). Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi Perkembangan
Intelligensi Anak Usia Dini. Jurnal Buah Hati, 7(2), 108-124.

Anda mungkin juga menyukai