Anda di halaman 1dari 21

PENELITIAN

“Gangguan Berbahasa pada anak usia 12th ”

Halaman Judul

Dosen Pengampu : Agregat Illah Nur Yanuar, M.Pd


Di susun oleh :
Muhammad Ridho

STKIP MUHAMMADIYAH LUMAJANG

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian gangguan
bahasa pada anak usia 12th
Penulis menyadari, bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu penulis, berterimakasih kepada semua pihak
yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penulisan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak.Ada yang sempurn di dunia ini.Demikian pula dengan
penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan dan dapat
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.Semoga makalah ini menjadi
tambahan pengetahuan dan bermamfaat bagi siapapun yang membacanya.
Wassalamualaikumwr.wb.

Lumajang, 28 november 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I
A. Latar Belakang...........................................................................................1- 2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 - 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................3
BAB II
A. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak Pengertian terapi berpikir positif
……………………………………………………………………………...4 - 9
B. Gangguan berbahasa ……………………………………………………….9 - 10
C. Rencana penelitian ………………………………………………………...10 - 11
D. Waktu, subjek/objek………………………………………………………..11
BAB III
A. Hasil Penelitian.....................................................................................12 - 14
B. Kesimpulan …………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..16
LAMPIRAN…………………………………………………………………………17

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat berbahasa
dengan baik. Bagi mereka yang mempunyai kelainan fungsi otak tentu mengalami gangguan.
Gangguan ini dinamakan gangguan komunikasi. Secara umum, komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan isi pikiran, perasaan, dan emosi dengan orang lain. Alat dalam penyampaian
komunikasi adalah bahasa.

Bahasa dalam proses komunikasi dapat dibagi atas dua, yaitu bahasa verbal dan bahasa
nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang digunakan untuk mengemukakan pikiran
secara lisan atau dengan kata-kata/tuturan dan dengan tulisan, sedangkan bahasa non verbal
adalah bahasa yang digunakan untuk mengutarakan pikiran secara tidak lisan dan tidak
tertulis, yang disebut juga dengan isyarat (Sastra, 2014: 1). Smith ( dalam Sastra, 2014: 1)
menyatakan bahwa dalam berkomunikasi sehari-hari, manusia lebih banyak menggunakan
komunikasi verbal atau lisan dibandingkan dengan komunikasi nonverbal.

Menurut Sastra (2014: 2) dalam penggunaan komunikasi secara verbal, setiap manusia
dibekali kemampuan untuk berbahasa. Walau bagaimanapun, kemampuan tersebut pada
manusia selalu berbeda, ada yang normal dan kurang normal. Normal dalam konteks ini
maksudnya mampu berbahasa secara normal sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan,
seperti tekanan, intonasi, struktur bahasa dan lainnya. Berbahasa kurang normal artinya
kurang mampu berbahasa menurut konteks manusia normal sehingga komunikasi yang
diharapkan kurang mencapai sasaran atau kurang komunikatif. Manusia yang kurang dapat
berbahasa secara normal juga banyak ditemui dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti kerusakan pada bagian saraf bahasa di otak karena cidera, kerusakan
pada alat-alat artikulasi, dan tekanan mental.

Seseorang yang mengalami gangguan komunikasi berkemungkinan besar berkaitan


dengan terganggunya sistem saraf. Menurut Chaer (2009: 148) gangguan komunikasi ini
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua. Pertama, gangguan akibat faktor medis. Kedua,
gangguan akibat faktor lingkungan sosial. Gangguan akibat faktor medis disebabkan oleh
kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Gangguan akibat faktor
lingkungan sosial disebabkan oleh kehidupan manusia yang tidak alamiah,
1
Faktor penghambat perkembangan kemampuan berbahasa (verbal) seorang anak
sangat banyak dan beragam, salah satunya adalah retardasi mental (RM). RM adalah
kelainan atau kelemahan jiwa dengan intelijensi yang kurang sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak-anak).

Menurut American Assiciation on Mental Retardation (AAMR), RM adalah disabilitas


atau ketidakmampuan yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan
rendahnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (perilaku adaptif )

Fenomena di atas adalah kasus yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat,


banyak orang tua yang tidak faham caranya mendidik anak yang mengalami Retardasi
Mental, kurangnya ilmu pengetahuan orang tua mengakibatkan pertumbuhan anak RM
terganggu, karena anak RM memerlukan perlakuan khusus, terutama di lingkungan
sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, subjek penelitian dalam kasus ini adalah gangguan verbal
anak RM umur 12 tahun mengalami retardasi mental dari lahir .alasan penulis memilih
Suhaibatul Ulum sebagai studi kasus karena ia Saat berbicara Suhaibatul Ulum kurang jelas
dalam mengucapkan kata-kata, ia menuturkan kata- kata yang tidak sesuai dengan tuturan
yang bermakna linguistik. Sebagai contoh, kata ” kakeh” dalam bahasa madura yang berarti
kamu dilafalkan menjadi [kaceh], kata “makan” dilafalkan menjadi [nakan],

Dari contoh di atas, ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan tuturan yang
seharusnya. Kata-kata tersebut merupakan bentuk gangguan artikulasi atau fonologis.
Berdasarkan kategori gangguan berbicara,Suhaibatul Ulum bisa dikategorikan pada
gangguan multifaktor dengan salah satu gejala gangguan bicara. Penutur berbicara dengan
cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, sehingga apa yang diucapkan terkadang sulit
dimengerti. Burzi (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan anak
mengalami gangguan berbicara adalah gangguan berbicara bersifat bawaan (conginental),
gangguan ini biasa dikarenakan RM, ketulian, gangguan syaraf, cacat pada alat bicara pada
lidah, gigi, bibir, seperti gagap dan gangguan saraf-saraf morotik.

2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian

ini:

1. Bagaimana orangtua mengetahui gangguan bicara pada subjek

2
2. Apa faktor-faktor penyebab gangguan bicara pada subjek

3. Bagaimana subjek berkomunikasi

4. Bagaimana upaya orangtua setelah mengetahui subjek mengalamai gangguan

Bicara

3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana orangtua mengetahui keterlambatan bicara pada subjek

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan bicara pada subjek

3. Mengetahui cara subjek berkomunikasi

4.Megetahui upaya orangtua setelah mengetahui keterlambatan pada bicara


subjekManfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya bidang khazanah keilmuan
linguistik, khususnya psikolinguistik yang tidak dapat dipisahkan dalam bidang ilmu ini.
Selain itu, juga sebagai tambahan referensi untuk penelitian-penelitian psikolinguistik dan
neurolinguistik selanjutnya.

3
BAB 2

1.Landasan Teori

A.Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak

Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas:

1. Tahap Pralingustik (0 – 12 bulan)

Sebelum mampu mengucapkan suatu kata, bayi mulai memperoleh bahasa


ketika berumur kurang dari satu tahun.Namun pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa
yang dihasilkan anak belumlah bermakna.Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau
konsonan tertentu tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah
sehingga perkembangan bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik
(Tarigan, 1988; Tarigan dkk., 1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi
hanya mampu mengeluarkan suara yaitu tangisan.Pada umumnya orang mengatakan
bahwa bila bayi yang baru lahir menangis, menandakan bahwa bayi tersebut merasa
lapar, takut, atau bosan.Sebenarnya tidak hanya itu saja terjadi.

Para peneliti perkembangan mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka


halangan tentang apa yang dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah
mempunyai nilai komunikatif. Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai
mengahasilkan banyak suara baru yang menyebabkan masa ini disebut masa
ekspansi (Dworetzky, 1990). Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan
memekik. Setelah memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat dikenal
dengan masa connical.

2. Tahap Satu-Kata (12 – 18 bulan)

Pada masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki
arti yang mewakili keseluruhan idenya.Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih
frase atau kalimat.Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan
objek-objeknyata atau perbuatan.Kata-kata yang sering diucapkan orang tua sewaktu
mengajak bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang
diucapkan si bayi.

Memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah
mudah.Untuk menafsirkan maksud tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu

4
dan unsur-unsur non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi,dan benda
yang ditunjuk si anak.Mengapa begitu?Menurut Tarigan dkk, (1998)ada dua
penyebab, yaitu sebagai berikut.

Pertama, bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan


mengekspresikan ide atau perasaannya secara lengkap. Keterbatasan berbahasanya
diganti dengan ekspresi muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya.

Kedua, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik
perhatiannya saja. Sehingga, tanpa mengerti konteks ucapan anak, kita akan
kesulitan untuk memahami maksud tuturannya.

Walaupun memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah
mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk
dapat berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan katayang akan disimpan di
otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Selain itu, yang perlu
diperhatikan dalam menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah“jangan
memakai bahasa bayi untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.”
Maksudnya, ucapkanlah dengan bahasa yang seharusnya di dengar sehingga si anak
juga terpacu untuk berkomunikasi dengan baik.

3. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan)

Pada masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua
kata. Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain
yang seharusnya digunakan. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai
makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan
jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum dapat
menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan sebaginya.

4. Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun)

Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan
perbendaharaan kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat
pertanyaan, penyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat.
Terkait dengan itu, Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan
bahwa pada usia 3 – 4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya

5
lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada
umur 5 – 6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.Sebagian
besar aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya
semakin bervariasi. Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara
untuk berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur

Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 6 Tahun:

1) Berbicara tanpa henti; bisa digambarkan seperti pengoceh.

2) Bercakap-cakap seperti orang dewasa; banyak bertanya.

3) Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari; kosa katanya terdiri dari
10.000 sampai 14.000 kata.

4) Menggunakan bentuk kata kerja, urutan kata dan struktur kalimat yang tepat.

5) Menggunakan bahasa dan bukan tangisan disertai teriakan atau agresi

fisik untuk mengungkapkan ketidaksenangan: “Ini punyaku! Kembalikan,


Kamu bodoh”.

6) Berbicara sendiri sambil menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk


memecahkan masalah sederhana (walaupun “logika”nya mungkin tidak jelas
bagi orang dewasa).

7) Menirukan ucapan populer dan kata-kata kotor; menganggap ucapan-ucapan


jorok sangat lucu.

8) Senang menceritakan lelucon dan teka-teki; biasanya, humornya jauh dari


halus.

9) Senang dibacakan cerita dan mengarang cerita.

10) Mampu belajar lebih dari satu bahasa; melakukanya dengan spontan dalam
keluarga dwibahasa atau multibahasa.

Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 7 Tahun:

1) Senang bercerita; suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng khayalan.

2) Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperi orang dewasa;


pola kalimat mencerminkan perbedaan budaya dan letak geografis.

6
3) Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa; semakin
banyak menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.

4) Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.

5) Mengkritik hasil karyanya sendiri: “Saya tidak menggambar dengan benar,”


“Gambarnya lebih bagus dari dari gambarku.”

6) Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar: “Saya makan sepuluh hot
dog pada waktu piknik.”

7) Menjelaskan kejadian sesuai dengan kemampuan atau kebutuhannya: “Hari ini


tidak hujan karena saya akan pergi piknik.”

8) Menggambarkan pengalaman secara rinci: “Pertama, kami memarkir mobil,


lalu kami berjalan mendaki jalanan kecil yang jauh, setelah itu kami duduk di
atas pohon yang rubuh di dekat danau dan makan…”

9) Memahami dan menjalan perintah dalam beberapa tahap (sampai lima tahap):
kadang minta diulang perintahnya karena tidak mendengarkan seluruhnya
pada saat pertama kali disampaikan.

10) Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya.

Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 8 Tahun:

1) Senang menceritakan lelucon dan teka-teki.

2) Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap);


mungkin minta diulang karena tidak mendengar seluruhnya.

3) Membaca dengan mudah dan memahaminya.

4) Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi yang
imajinatif dan mendetail.

5) Menggunakan bahasa untuk mengkritik dan memuji orang lain; mengulang-


ulang ucapan popular dan kata umpatan.

6) Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan bentuk
tertulis.

7) Berrminat mempelajari kode kata rahasia dan menggunakan bahasa kode.

7
8) Bercakap-cakap dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan
berbicara mengenai masa lampau dan masa depan; “Jam berapa kita berangkat
berenang minggu depan.”

Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 9-10 Tahun:

1) Senang berbicara, sering kali tidak berhenti dan tanpa alasan yang jelas;kadang
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian.

2) Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-kata.

3) Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi dengan orang


lain.

4) Menggunakan ucapan populer yang sering diucapkan teman sebayanya:


“manis”, “keren”, “top-abis”.

5) Mengenali bahwa beberapa kata mempunyai arti ganda, “panjang tangan”,


“mengadu domba”.

6) Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal (permainan kata) dalam


lelucon dan tekan-teki sebagai sesuatu yang lucu.

7) Menunjukan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa;


mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat.

Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 11-12 Tahun:

1) Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini; hanya
sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.

2) Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti, dengan


siapa pun yang mau mendengarkan.

3) Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.

4) Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4.000 sampai 5.000
kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil untuk
mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.

5) Menjadi pendengar yang suka berfikir.

8
6) Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang tersirat (bertujuan): ketika
ibunya bertanya, “Apakah PR mu sudah selesai?” beliau bermaksud untuk
mengatakan kamu sebaiknya berhenti bermain, ambil bukumu dan mulai
kerjakan PRmu.

7) Memahami konsep ironi dan sarkasme; mempunyai selera humor dan senang
menceritakan lelucon, teka-teki, dan sajak untuk menghibur orang lain.

8) Menguasai beberapa gaya bahasa, bisa berubah-ubah berdasarkan situasi: gaya


yang lebih formal ketika berbicara dengan guru, gaya yang lebih kasual
dengan orang tua, dan gaya yang sering memakai ungkapan populer dan kata
rahasia ketika mengobrol bersama teman.

B.Gangguan berbahasa

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa gangguan berbahasa
berdampak pada dua hal:

- Lambat dalam pemerolehan bahasa – dimana sebagai contoh, anak berusia lima
tahun memiliki kompetensi bahasa setara dengan anak usia dua tahun; atau
- Menyimpang dari bentuk baku – dimana anak memperoleh bahasa dengan urutan
yang berbeda

1.Gangguan Berbahasa secara Biologis Gangguan bahasa secara biologis

disebabkan ketidaksempurnaan organ. Contohnya yaitu yang dialami

tunarungu, tunanetra dan penyandang gangguan mekanisme berbicara.

a. Gangguan akibat ketidaksempurnaan organPada penderita tunarungu,

pendekatan modern yang digunakan untuk mendidik tunarungu


memprioritaskan pada pengajaran bahasa isyarat. Dengan menggunakan
bahasa isyarat sebagai bahasa ibu, tunarungu kemudian memahami bahasa
lisan dan tulis sebagai bahasa kedua. Dewasa ini mengajarkan pemahaman
membaca gerak bibir lebih ditekankan. Namun demikian bagi penderita
tunarungu dengan kerusakan pendengaran yang sangat parah hanya dapat
diajari dengan bahasa isyarat.

9
b. Gangguan pada mekanisme bicara Ketidaksempurnaan organ wicara
menghambat kemampuan seseorang memproduksi ucapan (perkataan) yang
sejatinya terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga
mulut serta kerongkongan, dan paru-paru. Hal ini disebut gangguan
mekanisme berbicara. Menurut Chaer (2003) berdasarkan
mekanismenya,gangguan berbicara dapat terjadi akibat kelainan pada paru-
paru (pulmonal), pada pita suara (laringal), pada lidah (lingual), serta pada
rongga mulut dan kerongkongan (resonental).

2.Gangguan Berbahasa secara Kognitif Pada bab sebelumnya kita telah


membahas mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran karena bahasa
dipersyarati kemampuan manusia berkognisi. Isi pikiran diutarakan dalam
ekspresi verbal. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa ekspresi verbal yang
terganggu bersumber atau disebabkan oleh pikiran yang terganggu.

C. Rencana Penelitian

Penelitian ini merujuk pada gangguan berbahasa pada anak usia 12 tahun dimana
seharusnya di usia di atas 10th anak sudah lancar berbahasa dan ini sebaliknya dia di usia
yang sudah 12 tahun beranjak umur 13 th ia masih belum lancar berbahasanya ada satu kata
hingga dua kata yang sulit iya katakan terutama huruf ” R” dengan penelitian ini saya
sebagai penulis ingin meneliti dan mengamati serta serta ingin mewawancarai orang tua
objek sebagai mana berikut :

1. Bagaimana orangtua mengetahui gangguan bicara pada subjek

2. Apa faktor-faktor penyebab gangguan bicara pada subjek

3. Bagaimana subjek berkomunikasi

4. Bagaimana upaya orangtua setelah mengetahui subjek mengalamai gangguan

Bicara

10
Tabel pertanyaan wawancara

1. Bagaimana tindakan ibu sebagai orang tua melihat anak di usia 12th masih
belum lancar berbahasa dengan baik

2. Apakah ibu sudah membawa putra ibu ke medis atau dokter kalau sudah apa
hasil dari pemeriksaan tersebut ibu

3. Kata apa saja yang sulit di katakan oleh ananda ini ibu

4. Apakah ananda ini sudah mempunyai gangguan mekanisme sejak lahir ibu

D. Waktu,Subjek/objek

Waktu penelitian pada:

Hari minggu tanggal 4 desember 2022 jam 09.00 sampai 12.00 di dusun karang anyar
II desa Dawuhan wetan kecamatan Rowokangkung kabupaten Lumajang

Objek/subjek adalah Ananda Suhaibatul Ulum anak pertama dari pasangan syahri
romadhona dan susi rahayu warga dusun karang anyar II Desa Dawuhan Wetan
Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang

11
BAB 3

1.Hasil penelitian

Dari hasil pengamatan serta wawancara yang saya lakukan untuk mengetahui
gangguan berbahasa pada anak usia 12th. Dimana ia pada usianya yang ke 12 tahun masih
belum lancar mengutarakan kata dengan baik dari hasil data yang saya peroleh ia sulit
mengutarakan nya di karenakan gangguan medis pada tubuh nya selain ia memiliki
gangguan berbahasa ia juga memiliki gangguan perkembangan ia masih belum bisa berjalan
bisa di katakan (disabilitas) ia memiliki gangguan itu sejak lahir.

Menurut orang tua nya ia memiliki keterlambatan perkembangan nya sejak lahir ia
memeliki riwayat jantung lemmah dan perkembangan bahasa nya itu waktu kecil sulit di
peroleh hingga orang tua nya sendiri melakukan cara tradisional
yaitu dengan cara menggosokan emas ke lidahnya setiap jum’at manis. Dan berikut ini data
pertanyaan atau wawancara saya terhadap orang tua objek.

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana tindakan ibu sebagai Tentu saja sebagai orang tua saya berusaha
orang tua melihat anak di usia 12th keras untuk menyembuhkan gangguan
masih belum lancar berbahasa berbahasa anak saya bagaimana pun cara
dengan baik nya saya sudah melakukan nya namun hasil
nya tatap begini mungkin sudah takdir dari
tuhan anak saya di berikan cobaan semacam
ini

2 Apakah ibu sudah membawa putra Tentu saja sudah saya sudah membawa anak
ibu ke medis atau dokter kalau sudah saya ini kemana mana dokter pun saya
apa hasil dari pemeriksaan tersebut sudah membawa nya pernah saya bawa kw
ibu dokter dan dokter itu pun menjawab kalau
anak saya ini mempunyai jantung lemmah
sehingga dalam berbahasa ia sangat sulit
untuk melafalkan nya dengan benar

3 Kata apa saja yang sulit di katakan Yang sulit di katakan pada ananda ini huruf
oleh ananda ini ibu (R,S,dan,N)

12
4 Apakah ananda ini sudah Betul sekali anak saya ini sudah mempunyai
mempunyai gangguan mekanisme gangguan sejak ia lahir terutama ketika ia
sejak lahir ibu masih kecil ia sering sekali kejang kejang

Itulah penjelasan dari orang tua objek ketika saya wawancarai Serta yang saya
perhatikan pada anak tersebut anak tersebut susah atau sulit mengucapkan kata atau huruf
(R,S,dan N). Dan data bahasa yang dapat saya tangkap dari objek dan yang sulit di katakan
oleh objek sebagai mana berikut.

NO KATA KATA SEBENARNYA ARTI

1 Lidho Ridho Ridho

2 Kaceh Kakeh Kamu

3 Luah Ruah Itu

4 Kapi Sapi Sapi

5 Akah Apah Apa

6 Delih Derih Dari

7 Ennek Enjek Tidak

Dari data tersebut yang saya dapat dan amati dia terganggu dalam berbahasa karena
gangguan berbahasa biologis yang di kemukakan oleh Chaer 2003 sebagai mana berikut

Gangguan pada mekanisme bicara Ketidaksempurnaan organ wicara menghambat


kemampuan seseorang memproduksi ucapan (perkataan) yang sejatinya terpadu dari pita
suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan, dan paru-paru.
Hal ini disebut gangguan mekanisme berbicara. Menurut Chaer (2003) berdasarkan
mekanismenya,gangguan berbicara dapat terjadi akibat kelainan pada paru-paru
(pulmonal), pada pita suara (laringal), pada lidah (lingual), serta pada rongga mulut dan
kerongkongan (resonental).

Serta gejala gangguan berbahasanya adalah gejala distartia.Distartia sendiri dapat di


artikan sebagai suatu jenis gangguan berbahasa yang terjadi akibat adanya

13
kelumpuhan,kelemahan,kekakuan,atau gangguan otot otot alat ucap atau kerusakan pada
susunan saraf pusat ataupun perfier

14
PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadapan gangguan berbahasa pada anak usia 12


tahun Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa g a n g g u a n b i c a r a d a n b a h a s a
m e r u p a k a n   s a l a h s a t u j e n i s g a n g g u a n k o m u n i k a s i y a n g diindikasikan
mengalami gangguan pada proses simbolisnya penyebab pada gangguan bicara dan bahasa
sangat luas biasa di sebabkan oleh gangguan biologis yang terjadi karena kelainan anak
anak yang memiliki gangguan berbahasa tersebut bias jadi dari keterlambatan dalam
memperoleh perkembangan bahasa nya juga bias terjadi dari gangguan medis sejak lahir.
salah satu gejala gangguan berbahasa pada anak yaitu terdapat kesalahan dalam
pengucapan baik dalam mekanisme maupun pergerakan titik artikulasi dalam
pengucapanya

15
DAFTAR PUSTAKA

Allen, K. Eilee dan Lynn R. Marotz. Profil Perkembangan Anak: PraKelahiran

Hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: Indeks. 2010.

Chaer 2003.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai