Halaman Judul
i
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I
A. Latar Belakang...........................................................................................1- 2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 - 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................3
BAB II
A. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak Pengertian terapi berpikir positif
……………………………………………………………………………...4 - 9
B. Gangguan berbahasa ……………………………………………………….9 - 10
C. Rencana penelitian ………………………………………………………...10 - 11
D. Waktu, subjek/objek………………………………………………………..11
BAB III
A. Hasil Penelitian.....................................................................................12 - 14
B. Kesimpulan …………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..16
LAMPIRAN…………………………………………………………………………17
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat berbahasa
dengan baik. Bagi mereka yang mempunyai kelainan fungsi otak tentu mengalami gangguan.
Gangguan ini dinamakan gangguan komunikasi. Secara umum, komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan isi pikiran, perasaan, dan emosi dengan orang lain. Alat dalam penyampaian
komunikasi adalah bahasa.
Bahasa dalam proses komunikasi dapat dibagi atas dua, yaitu bahasa verbal dan bahasa
nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang digunakan untuk mengemukakan pikiran
secara lisan atau dengan kata-kata/tuturan dan dengan tulisan, sedangkan bahasa non verbal
adalah bahasa yang digunakan untuk mengutarakan pikiran secara tidak lisan dan tidak
tertulis, yang disebut juga dengan isyarat (Sastra, 2014: 1). Smith ( dalam Sastra, 2014: 1)
menyatakan bahwa dalam berkomunikasi sehari-hari, manusia lebih banyak menggunakan
komunikasi verbal atau lisan dibandingkan dengan komunikasi nonverbal.
Menurut Sastra (2014: 2) dalam penggunaan komunikasi secara verbal, setiap manusia
dibekali kemampuan untuk berbahasa. Walau bagaimanapun, kemampuan tersebut pada
manusia selalu berbeda, ada yang normal dan kurang normal. Normal dalam konteks ini
maksudnya mampu berbahasa secara normal sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan,
seperti tekanan, intonasi, struktur bahasa dan lainnya. Berbahasa kurang normal artinya
kurang mampu berbahasa menurut konteks manusia normal sehingga komunikasi yang
diharapkan kurang mencapai sasaran atau kurang komunikatif. Manusia yang kurang dapat
berbahasa secara normal juga banyak ditemui dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti kerusakan pada bagian saraf bahasa di otak karena cidera, kerusakan
pada alat-alat artikulasi, dan tekanan mental.
Berdasarkan uraian di atas, subjek penelitian dalam kasus ini adalah gangguan verbal
anak RM umur 12 tahun mengalami retardasi mental dari lahir .alasan penulis memilih
Suhaibatul Ulum sebagai studi kasus karena ia Saat berbicara Suhaibatul Ulum kurang jelas
dalam mengucapkan kata-kata, ia menuturkan kata- kata yang tidak sesuai dengan tuturan
yang bermakna linguistik. Sebagai contoh, kata ” kakeh” dalam bahasa madura yang berarti
kamu dilafalkan menjadi [kaceh], kata “makan” dilafalkan menjadi [nakan],
Dari contoh di atas, ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan tuturan yang
seharusnya. Kata-kata tersebut merupakan bentuk gangguan artikulasi atau fonologis.
Berdasarkan kategori gangguan berbicara,Suhaibatul Ulum bisa dikategorikan pada
gangguan multifaktor dengan salah satu gejala gangguan bicara. Penutur berbicara dengan
cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, sehingga apa yang diucapkan terkadang sulit
dimengerti. Burzi (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan anak
mengalami gangguan berbicara adalah gangguan berbicara bersifat bawaan (conginental),
gangguan ini biasa dikarenakan RM, ketulian, gangguan syaraf, cacat pada alat bicara pada
lidah, gigi, bibir, seperti gagap dan gangguan saraf-saraf morotik.
2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian
ini:
2
2. Apa faktor-faktor penyebab gangguan bicara pada subjek
Bicara
3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya bidang khazanah keilmuan
linguistik, khususnya psikolinguistik yang tidak dapat dipisahkan dalam bidang ilmu ini.
Selain itu, juga sebagai tambahan referensi untuk penelitian-penelitian psikolinguistik dan
neurolinguistik selanjutnya.
3
BAB 2
1.Landasan Teori
Pada masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki
arti yang mewakili keseluruhan idenya.Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih
frase atau kalimat.Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan
objek-objeknyata atau perbuatan.Kata-kata yang sering diucapkan orang tua sewaktu
mengajak bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang
diucapkan si bayi.
Memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah
mudah.Untuk menafsirkan maksud tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu
4
dan unsur-unsur non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi,dan benda
yang ditunjuk si anak.Mengapa begitu?Menurut Tarigan dkk, (1998)ada dua
penyebab, yaitu sebagai berikut.
Kedua, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik
perhatiannya saja. Sehingga, tanpa mengerti konteks ucapan anak, kita akan
kesulitan untuk memahami maksud tuturannya.
Walaupun memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah
mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk
dapat berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan katayang akan disimpan di
otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Selain itu, yang perlu
diperhatikan dalam menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah“jangan
memakai bahasa bayi untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.”
Maksudnya, ucapkanlah dengan bahasa yang seharusnya di dengar sehingga si anak
juga terpacu untuk berkomunikasi dengan baik.
Pada masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua
kata. Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain
yang seharusnya digunakan. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai
makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan
jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum dapat
menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan sebaginya.
Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan
perbendaharaan kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat
pertanyaan, penyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat.
Terkait dengan itu, Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan
bahwa pada usia 3 – 4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya
5
lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada
umur 5 – 6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.Sebagian
besar aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya
semakin bervariasi. Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara
untuk berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur
3) Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari; kosa katanya terdiri dari
10.000 sampai 14.000 kata.
4) Menggunakan bentuk kata kerja, urutan kata dan struktur kalimat yang tepat.
10) Mampu belajar lebih dari satu bahasa; melakukanya dengan spontan dalam
keluarga dwibahasa atau multibahasa.
6
3) Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa; semakin
banyak menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.
6) Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar: “Saya makan sepuluh hot
dog pada waktu piknik.”
9) Memahami dan menjalan perintah dalam beberapa tahap (sampai lima tahap):
kadang minta diulang perintahnya karena tidak mendengarkan seluruhnya
pada saat pertama kali disampaikan.
4) Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi yang
imajinatif dan mendetail.
6) Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan bentuk
tertulis.
7
8) Bercakap-cakap dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan
berbicara mengenai masa lampau dan masa depan; “Jam berapa kita berangkat
berenang minggu depan.”
1) Senang berbicara, sering kali tidak berhenti dan tanpa alasan yang jelas;kadang
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian.
1) Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini; hanya
sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.
4) Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4.000 sampai 5.000
kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil untuk
mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.
8
6) Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang tersirat (bertujuan): ketika
ibunya bertanya, “Apakah PR mu sudah selesai?” beliau bermaksud untuk
mengatakan kamu sebaiknya berhenti bermain, ambil bukumu dan mulai
kerjakan PRmu.
7) Memahami konsep ironi dan sarkasme; mempunyai selera humor dan senang
menceritakan lelucon, teka-teki, dan sajak untuk menghibur orang lain.
B.Gangguan berbahasa
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa gangguan berbahasa
berdampak pada dua hal:
- Lambat dalam pemerolehan bahasa – dimana sebagai contoh, anak berusia lima
tahun memiliki kompetensi bahasa setara dengan anak usia dua tahun; atau
- Menyimpang dari bentuk baku – dimana anak memperoleh bahasa dengan urutan
yang berbeda
9
b. Gangguan pada mekanisme bicara Ketidaksempurnaan organ wicara
menghambat kemampuan seseorang memproduksi ucapan (perkataan) yang
sejatinya terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga
mulut serta kerongkongan, dan paru-paru. Hal ini disebut gangguan
mekanisme berbicara. Menurut Chaer (2003) berdasarkan
mekanismenya,gangguan berbicara dapat terjadi akibat kelainan pada paru-
paru (pulmonal), pada pita suara (laringal), pada lidah (lingual), serta pada
rongga mulut dan kerongkongan (resonental).
C. Rencana Penelitian
Penelitian ini merujuk pada gangguan berbahasa pada anak usia 12 tahun dimana
seharusnya di usia di atas 10th anak sudah lancar berbahasa dan ini sebaliknya dia di usia
yang sudah 12 tahun beranjak umur 13 th ia masih belum lancar berbahasanya ada satu kata
hingga dua kata yang sulit iya katakan terutama huruf ” R” dengan penelitian ini saya
sebagai penulis ingin meneliti dan mengamati serta serta ingin mewawancarai orang tua
objek sebagai mana berikut :
Bicara
10
Tabel pertanyaan wawancara
1. Bagaimana tindakan ibu sebagai orang tua melihat anak di usia 12th masih
belum lancar berbahasa dengan baik
2. Apakah ibu sudah membawa putra ibu ke medis atau dokter kalau sudah apa
hasil dari pemeriksaan tersebut ibu
3. Kata apa saja yang sulit di katakan oleh ananda ini ibu
4. Apakah ananda ini sudah mempunyai gangguan mekanisme sejak lahir ibu
D. Waktu,Subjek/objek
Hari minggu tanggal 4 desember 2022 jam 09.00 sampai 12.00 di dusun karang anyar
II desa Dawuhan wetan kecamatan Rowokangkung kabupaten Lumajang
Objek/subjek adalah Ananda Suhaibatul Ulum anak pertama dari pasangan syahri
romadhona dan susi rahayu warga dusun karang anyar II Desa Dawuhan Wetan
Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang
11
BAB 3
1.Hasil penelitian
Dari hasil pengamatan serta wawancara yang saya lakukan untuk mengetahui
gangguan berbahasa pada anak usia 12th. Dimana ia pada usianya yang ke 12 tahun masih
belum lancar mengutarakan kata dengan baik dari hasil data yang saya peroleh ia sulit
mengutarakan nya di karenakan gangguan medis pada tubuh nya selain ia memiliki
gangguan berbahasa ia juga memiliki gangguan perkembangan ia masih belum bisa berjalan
bisa di katakan (disabilitas) ia memiliki gangguan itu sejak lahir.
Menurut orang tua nya ia memiliki keterlambatan perkembangan nya sejak lahir ia
memeliki riwayat jantung lemmah dan perkembangan bahasa nya itu waktu kecil sulit di
peroleh hingga orang tua nya sendiri melakukan cara tradisional
yaitu dengan cara menggosokan emas ke lidahnya setiap jum’at manis. Dan berikut ini data
pertanyaan atau wawancara saya terhadap orang tua objek.
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana tindakan ibu sebagai Tentu saja sebagai orang tua saya berusaha
orang tua melihat anak di usia 12th keras untuk menyembuhkan gangguan
masih belum lancar berbahasa berbahasa anak saya bagaimana pun cara
dengan baik nya saya sudah melakukan nya namun hasil
nya tatap begini mungkin sudah takdir dari
tuhan anak saya di berikan cobaan semacam
ini
2 Apakah ibu sudah membawa putra Tentu saja sudah saya sudah membawa anak
ibu ke medis atau dokter kalau sudah saya ini kemana mana dokter pun saya
apa hasil dari pemeriksaan tersebut sudah membawa nya pernah saya bawa kw
ibu dokter dan dokter itu pun menjawab kalau
anak saya ini mempunyai jantung lemmah
sehingga dalam berbahasa ia sangat sulit
untuk melafalkan nya dengan benar
3 Kata apa saja yang sulit di katakan Yang sulit di katakan pada ananda ini huruf
oleh ananda ini ibu (R,S,dan,N)
12
4 Apakah ananda ini sudah Betul sekali anak saya ini sudah mempunyai
mempunyai gangguan mekanisme gangguan sejak ia lahir terutama ketika ia
sejak lahir ibu masih kecil ia sering sekali kejang kejang
Itulah penjelasan dari orang tua objek ketika saya wawancarai Serta yang saya
perhatikan pada anak tersebut anak tersebut susah atau sulit mengucapkan kata atau huruf
(R,S,dan N). Dan data bahasa yang dapat saya tangkap dari objek dan yang sulit di katakan
oleh objek sebagai mana berikut.
Dari data tersebut yang saya dapat dan amati dia terganggu dalam berbahasa karena
gangguan berbahasa biologis yang di kemukakan oleh Chaer 2003 sebagai mana berikut
13
kelumpuhan,kelemahan,kekakuan,atau gangguan otot otot alat ucap atau kerusakan pada
susunan saraf pusat ataupun perfier
14
PENUTUP
A.Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Chaer 2003.
16
LAMPIRAN
17