Disusun Oleh :
Kelompok 2
Melsin dunggio
Nurpajri lapananda
Parman ibrahim
Dosen pengampuh :
2021
KATA PENGANTAR
[1]
Anak dengan gangguan bahasa
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Bimbingan Dan
Konseling bagi anak berkebutuhan khusus. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami berharap makalah tentang anak dengan gangguan bahasa dapat menjadi referensi
bagi pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN...........................................................................................................................iv
1.1 Latar belakang..................................................................................................................................iv
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................................iv
1.3 Tujuan penulisan makalah................................................................................................................iv
BAB IIPEMBAHASAN..............................................................................................................................1
2.1 Anak yang gagap...............................................................................................................................1
2.2 Anak yang mengalami Gangguan bahasa Ekspresif dan Reseptif......................................................4
BAB IIIPENUTUP......................................................................................................................................8
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................................8
3.2. Saran.................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat di bedakan atas
tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan berbahasa, dan (3) gangguan
berpikir. Ketiga gangguan itu masih dapat di atasi kalau penderita gangguan itu mempunyai
daya dengar yang normal; jika tidak, maka akan menjadi sukar atau bahkan sangat sukar.
BAB II
PEMBAHASAN
ANAK DENGAN GANGGUAN BAHASA
Gangguanberbicara/berbahasadalambahasakedokterandisebutdenganaphasia.Aphasiamerupakans
uatukeadaandimanaanaktidakmempunyaikemampuandalamberbahasaakibatdarikerusakanotak.K
emampuandalamberbahasayangdimaksudmeliputiberbicara,menulis,mengarangsertamembaca.Ke
mampuan berbahasa memang betul merupakan suatu indikator perkembangan anak. Seorang anak
tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Periode kritis bagi perkembangan
kemampuan berbicara dan bahasa adalah periode antara 9 -24 bulan awal kehidupan. Periode 2 -4
tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan
berbicara, kekayaan perbendaharaan kata, dan kontrol neuromotorik.
Penyebab kelainan berbahasa bermacam – macam yang melibatkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf,
emosi psikologis dan lain sebagainya. Masing – masing faktor penyebab tersebut mengakibatkan
efek pada perkembangan bicara yang berbeda – beda. Terdapat banyak klasifikasi kelainan
bahasa pada anak yang dapat menjadikan pedoman. Penegakkan diagnosa gangguan bicara dan
bahasa pada anak tidak mudah dan memerlukan pemeriksaan yang komprehensif bahkan sampai
dengan pengamatan di lapangan pada saat anak bermain, serta tidak jarang memerlukan bantuan
psikolog / neuropsikiater anak. Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa
pada anak, akan membantu anak – anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil
kelainan pada masa sekolah. Prognosis atau kemungkinan kesembuhan gangguan bicara pada
anak tergantung pada penyebab dan penanganannya sejak dini. Oleh karena itu alangkah bijak
apabila orang tua dapat mengkonsultasikan gangguan bicara dan bahasa anaknya kepada dokter
atau dokter spesialis anak, apakah hal tersebut masih dalam tahap yang normal atau sudah
mengalami keterlambatan karena penyebab tertentu.
Namun, gagap juga dapat disebabkan karena adanya gangguan pada otak, saraf, atau otot
yang terlibat dalam kemampuan berbicara. Jika dibiarkan, kondisi gagap dapat memburuk, serta
berdampak pada hilangnya kepercayaan diri dan mengganggu hubungan sosial.
Penyebab Gagap
Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu munculnya atau memburuknya
gagap, yakni:
Gagap juga memiliki gejala fisik. Gejala fisik yang umumnya muncul pada penderita
gagap adalah bibir gemetar, mata berkedip secara berlebihan, ketegangan pada wajah, sering
mengepalkan tangan, dan otot wajah berkedut.
Gejala gagap dapat memburuk ketika penderitanya merasakan lelah, stres, penuh tekanan,
terburu-buru, atau bahkan terlalu bersemangat dalam suatu hal. Namun, gagap dapat tidak
muncul ketika penderita gagap tengah bernyanyi atau berbicara dengan dirinya sendiri.
Meski umumnya gagap dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi sebaiknya penderita gagap
memeriksakan diri ke dokter, bila:
Diagnosis Gagap
Dalam mendiagnosis gagap, dokter akan melakukan pengamatan terhadap pasien. Beberapa hal
yang akan diamati dokter meliputi:
Pengobatan Gagap
Pengobatan dalam menangani gagap pada tiap orang berbeda-beda, disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan dokter. Penanganan yang dilakukan juga tidak bisa menghilangkan gagap secara
menyeluruh, namun dapat membantu penderita gagap dalam mengendalikan gejala yang ada.
Terapi bicara. Terapi ini berfokus pada mengurangi frekuensi munculnya gejala gagap
saat berbicara. Pasien akan diberikan arahan untuk meminimalkan munculnya gagap
dengan berbicara lebih perlahan, mengatur pernapasan saat berbicara, dan memahami
kapan gagap akan muncul. Terapi ini juga dapat menghilangkan kegelisahan pada
penderita yang sering muncul ketika akan melakukan komunikasi.
Menggunakan peralatan khusus. Pasien dapat menggunakan peralatan khusus yang
bertujuan untuk mengendalikan gejala. Salah satu alat yang sering digunakan untuk
mengendalikan gejala gagap adalah DAF atau delayed auditory feedback. Alat ini bekerja
dengan mengulang apa yang penggunanya ucapkan, sehingga membuat pengguna seperti
berbicara secara serempak dengan orang lain.
Terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku koginitif bertujuan untuk mengubah pola pikir
yang dapat memperburuk kondisi gagap. Selain itu, metode ini juga dapat menghilangkan
stres dan rasa gelisah yang dapat memicu gagap.
Belum ada obat-obatan yang terbukti dapat mengatasi gagap. Pada anak-anak, keterlibatan
orang tua sangat berpengaruh. Memahami cara berkomunikasi yang baik dengan penderita
gagap, dapat membantu dalam perbaikan kondisi penderita. Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk berkomunikasi secara efektif dengan penderita gagap adalah:
Dengarkan apa yang penderita sampaikan. Lakukan kontak mata secara alami dengan
penderita selagi berbicara.
Hindari melengkapi kata yang ingin disampaikan penderita. Biarkan penderita
menyelesaikan perkataannya.
Pilih tempat berbicara yang tenang dan nyaman. Bila perlu, atur momen ketika penderita
tengah merasa sangat tertarik untuk menceritakan sesuatu.
Hindari bereaksi negatif ketika gagap kambuh. Berikan koreksi dengan lembut dan puji
penderita ketika menyampaikan suatu maksud dengan lancar.
Berbicara secara perlahan. Penderita gagap secara tidak sadar akan mengikuti kecepatan
berbicara lawan bicaranya. Jika lawan bicaranya berbicara secara perlahan, penderita juga
akan berbicara secara perlahan, sehingga dapat lebih lancar menyampaikan maksudnya.
Komplikasi Gagap
Belum ada bukti yang menunjukan bahwa gagap dapat menyebabkan komplikasi berupa
penyakit lain. Komplikasi yang umumnya terjadi karena kondisi ini adalah:
Jenis gangguan bicara yang terjadi ada dua dan penyebabnya berbeda-beda. Gangguan
yang pertama yaitu gangguan berbahasa ekspresif. Anak dengan gangguan berbahasa
ekspresif kesulitan untuk bicara secara lisan tapi sebetulnya mengerti kata-kata.
Orang tua bisa mengenali gangguan bahasa ekspresif bila misalnya di usia dua tahun
anak masih tak bisa bicara satu kata pun atau sedikit kata-katanya. Tetapi ketika orang tua
memberikan perintah sederhana anak bisa paham dan mematuhinya.
Mengapa anak alami gangguan bahasa ekspresif bisa karena perkembangan pusat bahasa
yang kurang baik. Pemicunya bisa karena autisme atau memang stimulasi yang kurang
diberikan.
Gangguan kedua adalah gangguan bahasa reseptif. Pada kasus ini anak terlambat
berbicara karena memang ia tidak bisa memahami bahasa. Penyebabnya bisa karena
ketulian, retardasi mental, atau juga autisme. Tanda anak yang alami gangguan bahasa
reseptif yaitu sejak usia satu tahun dirinya tidak bisa memberi respon bila diajak
berkomunikasi. Seiring bertambah usia anak dengan gangguan bahasa reseptif juga akan
kesulitan memahami struktur dan aspek bahasa seperti nada suara atau bahasa tubuh.
Untuk mengenali apakah anak memiliki gangguan bahasa reseptif atau gangguan bahasa
ekspresif, penting untuk memahami perbedaan bahasa reseptif dan ekspresif.
1. Bahasa Ekspresif
3.1. Kesimpulan
Penyebab gangguan fungsi berbahasa ini karena adanya kerusakan otak pada hemisfer
otak besar. Otak mempunyai dua bagian penting. Kerusakan pada kedua bagian ini akan
menyebabkan gangguan berbahasa.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk kedepannya
penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan sumber yang lebih
banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat dibutuhkan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumoputro, S. & Sidiarto, L. 1984. Gangguan Bahasa, Persepsi dan Memori pada Kelainan
Tiel, J.M. 2006. Gangguan Perkembangan Bahasa dan Bicara dan Menanganinya pada Pure
Obler, L.K. & Gjerlow, K. 2000. Language and the Brain. Cambridge: Cambridge University
Press.