Anda di halaman 1dari 25

PAPER

LANGUAGE DISORDER

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Kelulusan


Kepanitraan Klinik Senior SMF Bagian Ilmu Psikiatri
Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatra Utara

Pembimbing:
Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ (K)

Disusun oleh:
Rizki Arviananta
(20360259)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN


ILMU PSIKIATRI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Paper ini dengan tepat waktu. Paper ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan tugas di Kapaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri Rumah Sakit
Umum Haji Medan.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu menyelesaikan Paper ini yang berjudul “Language Disorder”,
terutama kepada pembimbing saya Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ
(K).

Demikianlah Paper ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
baik sekarang maupun di hari yang akan datang. Penulis menyadari bahwa Paper
ini belum terselesaikan dengan baik, saran yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis demi kesempurnaan Paper ini.

Medan, … September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Perkembangan Bicara dan Bahasa.............................................. 3
2.2 Definisi Gangguan Bahasa ......................................................... 6
2.3 Epidemiologi .............................................................................. 8
2.4 Etiologi ....................................................................................... 9
2.5 Klasifikasi ................................................................................... 10
2.6 Faktor Risiko .............................................................................. 11
2.7 Gejala Klinis ............................................................................... 12
2.8 Diagnosis .................................................................................... 15
2.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 17
2.10 Prognosis .................................................................................. 19

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ........................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Bicara dan Bahasa............................. 4

Tabel 2.2 Indikator Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif ......... 5

Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Bahasa Ekspresif dan


Reseptif: ICD-10 ...................................................................... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia yang berupa


simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dianggap sebagai alat
yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan, baik
mengenai hal-hal yang bersifat konkret maupun abstrak. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai
kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai keterampilan
berbahasa yang baik akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi,
baik secara lisan maupun tulis.1

Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak atau


mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Manusia harus menguasai
keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Salah satu aspek berbahasa yang
harus dikuasai adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang
keterampilan lainnya. Keterampilan ini bukanlah keterampilan yang dapat
diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap
manusia dapat berbicara. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta
kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi
tersebut makin meningkat dan meluas. Perkembangan bahasa tersebut selalu
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.1

Perkembangan bahasa pada anak menjadi tolak ukur bahwa anak tersebut
memiliki perkembangan bahasa yang normal sehingga dalam kehidupan sosialnya
anak dapat berinteraksi dengan baik. Bahasa merupakan landasan seorang anak
untuk dapat mempelajari sesuatu yang ada di lingkungannya. Keterampilan
berbahasa berhubungan erat dengan perkembangan kognitif setiap anak. Pada
perkembangan kognitif anak, gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu
penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.

1
Secara khusus, gangguan kognitif bisa menimbulkan penurunan kognitif dalam
pengembangan bahasa dan kemampuan komunikasi pada anak-anak.2

Perkembangan bahasa pada anak dikatakan mengalami permasalahan jika


penggunaan bahasanya tidak seperti anak-anak sebayanya. Permasalahan yang
sering muncul pada anak usia prasekolah maupun usia sekolah adalah gangguan
berbahasa yang sering disebut SLI atau speech or language impairment. Gangguan
semacam ini dapat berdampak pada kemampuan dalam pembelajaran di kelas.
American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) mendefinisikan SLI
sebagai sebuah gangguan bahasa yang mencakup pemahaman dan/atau penggunaan
bahasa lisan, tertulis dan/atau simbol lain. Gangguan tersebut mungkin melibatkan
(1) bentuk bahasa seperti (fenologi, morfologi, sintaksi), (2) isi bahasa (semantik),
dan/atau (3) fungsi bahasa dalam komunikasi (pragmatik).2,3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERKEMBANGAN BICARA DAN BAHASA

Bicara dan bahasa adalah dua hal yang diukur secara terpisah dan secara
bersama-sama dianggap mencerminkan kemampuan lisan seorang anak
secara keseluruhan. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan
artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu.
Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif.4

Berbahasa merupakan proses mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari


otak) secara lisan dalam bentuk kata atau kalimat. Proses tersebut bersifat
kompleks karena mensyaratkan berfungsinya berbagai organ yang
mempengaruhi mekanisme berbicara, berpikir atau mengolah buah pikiran ke
dalam bentuk kata-kata, serta modalitas mental yang terungkap saat berbicara
yang juga ditentukan oleh faktor lingkungan.5

Perkembangan bahasa adalah aspek perkembangan yang berhubungan


dengan kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara yang
didengar, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah yang diberikan, dan
sebagainya. Dalam pemerolehan bahasa, anak mengadopsi bahasa
pertamanya dari bahasa yang diajarkan oleh ibunya atau yang sering disebut
bahasa ibu. Faktor lain sebagai hasil pemerolehan bahasa anak adalah
kehidupan bersosialisasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.4

Selanjutnya, dalam proses mengembangkan bahasa anak terdapat


beberapa tahapan yang dilewati oleh anak. Berikut ini beberapa tahapan
perkembangan bicara dan bahasa anak, berdasarkan Kementrian Kesehatan
RI tahun 2013.4

3
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Bicara dan Bahasa.4

Aspek Tahapan Perkembangan


- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
0 – 3 bulan
- Suka tertawa keras
- Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi dan
3 – 6 bulan
memekik
6 – 9 bulan - Bersuara tanpa arti seperti mamama, dududu
- Mengulang atau menirukan bunyi yang di dengar
9 – 12 bulan - Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
- Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
- Memanggil “ayah” dengan “papa”, memanggil ibu
12 – 18 bulan
dengan kata “mama”
18 – 24 bulan - Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
- Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
- Dapat menunjuk 1 atau lebih anggota tubuhnya
24 – 36 bulan ketika diminta
- Melihat gambar dan dapat menyebutkan dengan
benar nama 2 benda atau lebih
- Menyebut nama, usia, dan alamat rumah
36 – 48 bulan - Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
- Mendengarkan cerita
- Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
- Senang menyebut kata-kata baru
- Senang bertanya tentang sesuatu
- Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
48 – 60 bulan
- Bicaranya mudah di mengerti
- Menyebut nama orang disekitar, nama-nama hari
- Dapat membandingkan sesuatu
- Menyebut angka dan lain-lain

Bahasa ekspresif adalah bahasa yang diekspresikan anak-anak di mana


mereka mengutarakan keinginan atau pendapatnya, bertanya atau menjawab
pertanyaan. Bahasa ekspresif merupakan bagian dari keterampilan berbicara.
Berbicara itu sendiri merupakan keterampilan yang berkembang dalam
kehidupan anak.4

4
Tabel 2.2 Indikator Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif.4

Usia Bahasa Reseptif Bahasa Ekspresif


(Bulan) (Bahasa Pasif) (Bahasa Aktif)
Vokalisasi yang masih
Kegiatan anak terhenti
1 sembarang, terutama huruf
akibat suara
hidup
Tampak mendengarkan
Tanda-tanda vokal yang
ucapan pembicara, dapat
2 menunjukkan perasaan
tersenyum pada
senang, senyum sosial
pembicaraan
Tersenyum sebagai jawaban
3 Melihat ke arah pembicara
terhadap pembicara
Memberi tanggapan yang
berbeda terhadap suara Jawaban vokal terhadap
4
bernada senang ataupun rangsangan sosial
marah
Bereaksi terhadap panggilan
5 Mulai meniru suara
namanya
Mulai mengenal kata-kata Protes vokal, berteriak
6
“da..da, pa..pa, ma..ma” karena kegirangan
Mulai menggunakan suara
7 Bereaksi terhadap kata-kata
mirip kata-kata kacau
Menghentikan aktivitas bila
8 Menirukan rangkaian suara
namanya dipanggil
Secara tepat menirukan Kata-kata pertama mulai
10
variasi suara tinggi muncul
Reaksi atas pertanyaan
Kata-kata kacau mulai
11 sederhana dengan melihat
dimengerti dengan baik
atau menoleh
Mengungkapkan berbagai
Reaksi dengan melakukan
obyek yang telah akrab
12 gerakan terhadap berbagai
dengannya dan
pertanyaan verbal
menyebutkan namanya
Kata-kata yang benar
Mengetahui dan mengenali terdengar diantara kata-kata
15
nama-nama bagian tubuh yang kacau, sering disertai
dengan gerakan tubuh

5
Dapat mengetahui dan
Lebih banyak menggunakan
mengenal gambar-gambar
kata-kata daripada gerakan,
18 obyek yang sudah akrab
untuk mengungkapkan
dengannya, jika obyek
keinginannya
tersebut ada namanya
Akan mengikuti petunjuk Mulai mengkombinasi kata-
21 yang berturut-turut atau kata dengan membentuk dua
perintah berurut kata atau lebih
Mengetahui lebih banyak Bisa menyebut namanya
24
kalimat yang rumit sendiri
Menyatakan keinginan
Memahami arti kata-kata
36 dengan mengucapkan
dengan diulang-ulang
kalimat sederhana
Mengetahui perbendaharaan Menceritakan sesuatu hal
kata mengenal kata sifat kepada orang lain dan
48
(baik, buruk, nakal, dan kata berpartisipasi dalam sebuah
sifat yang lain) percakapan
Menyusun kalimat dalam
struktur lengkap dan
60 Pendengar yang baik
percakapan sudah seperti
orang dewasa

2.2 DEFINISI GANGGUAN BAHASA

Gangguan bahasa dapat menyebabkan masalah dengan pemahaman


dan/atau penggunaan bahasa lisan, tulisan, dan bentuk bahasa lainnya. Siswa
dengan gangguan bahasa mungkin kesulitan dengan bentuk, isi, atau fungsi
bahasa. Gangguan bahasa adalah gangguan yang melibatkan pemrosesan
informasi kebahasaan. Masalah utama yang mungkin dialami oleh seorang
pelajar dapat melibatkan tata bahasa (sintaks atau morfologi), semantik atau
aspek bahasa lainnya. Masalah-masalah ini mungkin bersifat reseptif seperti
gangguan pemahaman bahasa atau ekspresif yang melibatkan produksi
bahasa atau kombinasi keduanya. Gangguan bahasa dapat mempengaruhi
bahasa lisan dan tulisan di kalangan pelajar.6

6
Gangguan bahasa adalah gangguan yang membuat seseorang sulit
menemukan kata yang tepat dan membentuk kalimat yang jelas saat
berbicara. Seorang anak mungkin mengalami kesulitan memahami apa yang
orang lain katakan, mungkin kesulitan untuk menuangkan pikiran ke dalam
kata-kata, atau keduanya.6

Perlu diperhatikan bahwa kosakata seorang anak sangat mendasar dan


kalimatnya pendek, tidak gramatikal, dan tidak lengkap. Sementara teman-
temannya mengobrol dan bercanda, maka anak itu mungkin mengalami
kesulitan mengikuti percakapan dan melewatkan lelucon itu. Dia mungkin
hanya berbicara dua kata dan kesulitan menjawab pertanyaan sederhana
sekalipun.6

Penting untuk dicatat bahwa gangguan bahasa tidak sama dengan


masalah pendengaran atau gangguan bicara. Anak-anak dengan gangguan
bahasa biasanya tidak mengalami kesulitan dalam mendengar atau
mengucapkan kata-kata. Tantangan mereka adalah menguasai dan
menerapkan aturan bahasa, seperti tata bahasa. Mereka bukan sekadar
“pembicara yang terlambat”. Tanpa pengobatan, masalah komunikasi mereka
akan terus berlanjut dan dapat menyebabkan masalah emosional dan prestasi
akademis.6

Istilah gangguan perkembangan bahasa harus digunakan untuk anak-


anak di mana: 1) anak mengalami kesulitan berbahasa yang menimbulkan
hambatan dalam berkomunikasi atau belajar dalam kehidupan sehari-hari, 2)
masalah bahasa anak tidak mungkin terselesaikan pada usia lima tahun.7

Gangguan bahasa adalah suatu gangguan khusus dalam memahami dan


berbagi pikiran dan ide yang melibatkan proses informasi linguistik. Masalah
yang mungkin dialami dapat menyangkut fonologi, sintaksis, semantik, atau
pragmatik. Gangguan bahasa dapat bersifat reseptif (gangguan pemahaman
bahasa), ekspresif (produksi bahasa), atau kombinasi keduanya. Kasus ini
biasanya dialami oleh anak-anak yang memiliki gangguan mental, seperti
autisme.3

7
Untuk mencapai kemampuan berbahasa diperlukan terpenuhinya
beberapa elemen berikut: lengkapnya sistem penginderaan, lengkapnya
sistem syaraf pusat, kemampuan mental yang cukup, kestabilan emosi, dan
pajanan pada bahasa. Apabila sejak masa anak-anak terdapat kekurangan atau
ketiadaan setidaknya satu dari elemen tersebut, dapat berimbas pada
munculnya beragam gangguan berbahasa. Dalam berbahasa, terjadi proses
mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan, dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Otak menerima dan memahami masukan bahasa
melalui telinga. Fungsi otak dan alat bicara yang baik akan mempermudah
berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak
dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik reseptif
maupun ekspresif. Inilah yang disebut sebagai gangguan berbahasa.5

2.3 EPIDEMIOLOGI

Jumlah pasti prevalensi gangguan bicara dan bahasa sulit diperoleh,


disebabkan oleh:
- Terminologi yang membingungkan;
- Perbedaan dalam kriteria diagnostik;
- Kekurangan prosedur diagnostik yang valid.8

Di Amerika Serikat, 7% anak mengalami gangguan bahasa pada usia 5


tahun. Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum
pernah diteliti secara luas. Gangguan berbicara dan berbahasa adalah masalah
yang sangat umum pada anak usia 3-5 tahun.8

Prevalensi gangguan bicara berupa keterlambatan bahasa dengan


kosakata ekspresif kurang dari 50 kata dan atau tidak adanya kombinasi kata,
diperkirakan terjadi pada 15% anak usia 24-29 bulan. Prevalensi gangguan
berbicara dan berbahasa bervariasi antara 1%-32% pada populasi normal,
dipengaruhi berbagai faktor seperti usia anak dan metode yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis. Prevalensi gangguan bicara pada anak
prasekolah yaitu antara 3%-15%.8

8
2.4 ETIOLOGI

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot
atau organ pembuat suara. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab
gangguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Beberapa
penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:1,9

1. Faktor Medis
Faktor medis yang paling banyak berperan dalam kesulitan belajar
bahasa adalah tidak atau kurang berfungsinya sistem syaraf pusat yang
disebabkan oleh adanya cidera atau memar. Dalam kaitan ini dikenal
afasia, yaitu hilangnya kemampuan bicara karena gangguan pada syaraf
pusat. Cidera atau memar pada otak dapat terjadi karena berbagai kejadian
seperti trauma ketika ibu sedang mengandung, penggunaan obat
berlebihan, kelahiran muda (prematur), benturan fisik, struk, dan
keracunan.1,9

2. Kondisi Fisiologis
Yang dimaksud dengan kondisi fisiologis adalah kemampuan dari
organ-organ yang terkait dalam menjalankan fungsinya untuk mendukung
terhadap kelancaran anak dalam meniti tugas perkembangan bicara dan
bahasanya. Organ-organ tersebut meliputi susunan syaraf (syaraf senso-
motoris), kondisi organ pendengaran dan organ bicara.1,9

3. Kondisi Lingkungan
Lingkungan keluarga hendaknya menciptakan situasi yang kondusif,
untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bicara dan
bahasa anak. Peran aktif orang tua atau keluarga dalam memberikan
stimulasi verbal, dapat mendorong anak untuk lebih meningkatkan kualitas
atau kuantitas kemampuan bicara dan bahasanya.1,9

9
2.5 KLASIFIKASI

Ada 3 macam gangguan bahasa diantaranya adalah gangguan bahasa


reseptif, gangguan bahasa ekspresif, dan gangguan bahasa reseptif-ekspresif.

1. Gangguan Bahasa Reseptif


Jenis gangguan ini terkait dengan kesulitan dalam memahami apa
yang dikatakan orang lain Anak-anak dengan gangguan bahasa reseptif
mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dikatakan kepada
mereka. Gejalanya dapat bervariasi di antara anak-anak, tetapi umumnya
masalah dengan pemahaman bahasa dimulai dan dapat dikenali sebelum
usia tiga tahun.
Anak-anak perlu memahami bahasa lisan sebelum mereka dapat
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri. Dalam kebanyakan
kasus, anak-anak dengan masalah bahasa reseptif juga memiliki gangguan
bahasa ekspresif, yang berarti bahwa seiring dengan penerimaan bahasa,
mereka juga mungkin mengalami kesusahan dalam mengekspresikan diri
dengan berbicara.
Diperkirakan 3-5 % anak-anak memiliki gangguan bahasa reseptif
atau ekspresif, atau campuran keduanya. Nama lain dari gangguan bahasa
reseptif adalah defisit pemahaman bahasa. Terapi wicara-bahasa
digunakan untuk mengobati gangguan bahasa reseptif.6

2. Gangguan Bahasa Ekspresif


Jenis gangguan ini melibatkan kesulitan dalam mengungkapkan
pikiran dan gagasan. Anak-anak dengan gangguan bahasa ekspresif
mengalami kesulitan dalam menyampaikan atau mengungkapkan
informasi dalam ucapan, tulisan, bahasa isyarat atau gerak tubuh. Bagi
anak-anak prasekolah, kesulitan dalam mengekspresikan diri dalam
keterampilan menulis tidak terlihat, karena mereka belum memulai
pendidikan formal.
Beberapa anak terlambat mencapai tonggak bahasa khas dalam tiga
tahun pertama, tetapi akhirnya mengejar rekan-rekan mereka. Anak-anak

10
ini biasanya disebut sebagai “pembicara yang terlambat”. Anak-anak yang
terus mengalami kesulitan dengan ekspresi verbal dapat didiagnosis
dengan gangguan bahasa ekspresif atau kekurangan bahasa.6

3. Gangguan Bahasa Reseptif-Ekspresif


Jenis gangguan ini melibatkan kesulitan dalam memahami dan
menggunakan bahasa lisan. Gangguan bahasa reseptif-ekspresif adalah
ketika anak menunjukkan beberapa masalah dengan berbicara dan
memahami orang lain. Ada dua jenis gangguan bahasa reseptif-ekspresif,
yaitu:
a. Gangguan perkembangan reseptif-ekspresif
Biasanya muncul ketika seorang anak sedang belajar berbicara.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi terapi pada awal gejala
memberikan hasil terbaik.
b. Gangguan bahasa reseptif-ekspresif yang didapat
Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pada otak. Pemulihan
tergantung pada area otak yang terkena serta tingkat keparahan
kerusakan; tetapi terapi telah terbukti setidaknya berhasil dalam
membantu individu yang terkena untuk mempelajari kembali bunyi-
bunyi bicara.6

2.6 FAKTOR RISIKO

1. Biologis
- Jenis kelamin laki-laki (rasio laki-laki : perempuan → 2:1).
- Genetik (riwayat gangguan bahasa atau keterlambatan bicara di
keluarga).
- Asimetri otak kiri dan volume otak atipikal.8

2. Kognitif
- Kesulitan dalam pemrosesan fonologis dan memori.
- Defisit dalam sistem memori prosedural.8

11
3. Lingkungan
- Sosial ekonomi rendah.
- Orangtua dengan tingkat pendidikan rendah.8

2.7 GEJALA KLINIS

Gejala utama yang dapat kita lihat adalah ketertinggalan perkembangan


bicara minimal satu tahun dari rata-rata usia anak mulai bicara (anak mulai
bicara usia satu tahun). Artinya, apabila anak mengalami ketertinggalan
bicara di usia dua tahun, maka anak ini dapat dikelompokkan sebagai anak
yang mengalami gangguan perkembangan bicara dan bahasa spesifik.
Namun, akibat ketertinggalan ini, ia akan mengalami ketertinggalan
perkembangan bersosialisasi hingga tiga sampai dengan empat tahun. Hal ini
juga berkaitan dengan perkembangan otak belahan kiri dan kanan yang
berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.4

1. Gejala Gangguan Bahasa Reseptif


Tidak ada kumpulan gejala umum yang menunjukkan gangguan
bahasa reseptif, karena bervariasi dari satu anak ke anak yang lain. Namun,
gejalanya mungkin seperti:
- Anak-anak tampak tidak mendengarkan ketika mereka diajak bicara.
- Mereka menunjukkan kurangnya minat ketika buku cerita dibacakan
untuk mereka.
- Mereka mengalami kesulitan dalam memahami arti kata dan kalimat.
- Anak-anak juga mengalami kesulitan dalam mengingat semua kata
dalam sebuah kalimat untuk memahami apa yang telah dikatakan.
- Mereka merasa tidak mampu untuk memahami kalimat yang rumit.
- Mereka juga merasa tidak mampu untuk mengikuti instruksi lisan;
terutama jika instruksinya panjang atau rumit.6

12
2. Gejala Gangguan Bahasa Ekspresif
Gejala gangguan bahasa ekspresif berbeda dari satu anak ke anak
yang lain dan tergantung pada usia anak dan tingkat gangguan. Gejala
umum meliputi:
- Membuat kesalahan tata bahasa, menghilangkan kata-kata dan
menggunakan struktur kalimat yang buruk atau tidak lengkap
(misalnya, “Dia pergi bekerja” daripada “Dia akan bekerja” dan “Saya
berbicara” daripada “Saya dapat berbicara”).
- Menggunakan kata-kata dan kalimat yang lebih sedikit daripada anak-
anak pada usia yang sama.
- Menggunakan konstruksi kalimat yang lebih pendek dan sederhana
daripada anak-anak seusia.
- Memiliki kosakata yang terbatas dan lebih mendasar daripada anak-
anak seusia.
- Sering mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat.
- Menggunakan kosakata non-spesifik seperti “ini” atau “itu”.
- Menggunakan kata-kata yang salah dalam kalimat atau makna yang
membingungkan dalam kalimat.
- Terdengar ragu-ragu ketika mencoba untuk berbicara.
- Mengulangi (atau “menggema”) kata-kata pembicara.
- Tidak dapat langsung ke intinya, atau berbicara berputar-putar.
- Memiliki masalah dengan menceritakan kembali sebuah cerita atau
menyampaikan informasi dengan cara yang terorganisir atau kohesif.
- Tidak dapat memulai atau mengadakan percakapan.
- Tidak mematuhi aturan umum dalam berkomunikasi dengan orang lain.
- Mengalami kesulitan dengan pekerjaan lisan dan tulisan, dan tugas
sekolah.6

13
3. Gejala Gangguan Bahasa Reseptif-Ekspresif
- Pembicaraan terbatas sesuai dengan usia orang tersebut
- Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
- Mengulang kata atau frasa
- Kesulitan dalam menjawab pertanyaan
- Tanggapan yang tidak tepat untuk pertanyaan ya atau tidak
- Masalah belajar dan kesulitan akademik
- Kesulitan dalam memahami arah sederhana
- Ketidakmampuan untuk memberi nama objek
Jika salah satu dari tanda-tanda ini terlihat pada anak-anak maka
diperlukan langkah untuk menghubungi ahli patologi wicara-bahasa yang
dapat menilai situasi dan merekomendasikan tindakan terbaik. Penting
juga bagi setiap orang tua untuk mengetahui perkembangan bicara
anaknya dan memperhatikan hal-hal yang dirasa kurang tepat karena anak
adalah generasi penerus bangsa.
Jika anak menderita gangguan bahasa reseptif-ekspresif, maka dapat
diketahui juga bahwa anak tersebut mengalami kesulitan dalam
mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Jenis gangguan ini juga akan
menyebabkan anak memiliki beberapa masalah dalam membentuk kalimat
yang benar yang dapat dipahami seseorang, mengingat kata-kata tertentu
dan menggunakan struktur tata bahasa yang benar. Hal ini dapat
menyebabkan masalah komunikasi dan menyebabkan frustrasi pada anak
jika ia mengalami kesulitan mengungkapkan keinginan, kebutuhan,
pikiran, dll.6

14
2.8 DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik untuk gangguan bahasa Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-V), yaitu:

A. Terus-menerus merasa kesulitan dalam penguasaan dan penggunaan


bahasa di seluruh modalitas (yaitu, lisan, tertulis, bahasa isyarat, atau
lainnya) karena defisit dalam pemahaman atau produksi yang meliputi
hal-hal berikut:
1. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan penggunaan kata).
2. Struktur kalimat terbatas (kemampuan untuk menyusun kata dan
akhiran kata menjadi satu kalimat berdasarkan kaidah tata bahasa dan
morfologi).
3. Gangguan dalam wacana (kemampuan menggunakan kosakata dan
menghubungkan kalimat untuk menjelaskan atau menggambarkan
topik atau rangkaian peristiwa atau melakukan percakapan).10

B. Kemampuan bahasa secara substansial dan kuantitatif yang diharapkan


untuk anak di bawah usia, mengakibatkan keterbatasan fungsional dalam
komunikasi yang efektif, partisipasi sosial, prestasi akademik, atau
kinerja pekerjaan, secara individu atau dalam kondisi apapun.10

C. Timbulnya gejala pada masa perkembangan awal.10

D. Kesulitan tidak disebabkan oleh gangguan pendengaran atau sensorik


lainnya, disfungsi motorik, atau kondisi medis atau neurologis lain dan
tidak dijelaskan lebih baik oleh disabilitas intelektual (gangguan
perkembangan intelektual) atau keterlambatan perkembangan global.10

15
Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Bahasa Ekspresif dan
Reseptif: ICD-10.11

Gangguan Bahasa Gangguan Bahasa


Ekspresif Reseptif
ICD-10 (F80.1) ICD-10 (F80.2)
Keterampilan bahasa
Keterampilan bahasa
ekspresif, seperti yang
reseptif, seperti yang
dinilai pada tes standar, di
Gejala dinilai pada tes standar, di
bawah 2 batas
bawah 2 batas standar
standar deviasi untuk usia
deviasi untuk usia anak.
anak.
Keterampilan bahasa
Bahasa reseptif
reseptif setidaknya 1
skor tes standar dalam 2
standar deviasi di
standar deviasi dari rata-
bawah IQ nonverbal
rata
seperti yang dinilai pada
usia anak.
Perbedaan tes standar.
Menggunakan dan
Bahasa ekspresif
memahami komunikasi
skor tes standar minimal 1
nonverbal dan fungsi
standar deviasi lebih
bahasa imajinatif dalam
rendah dari IQ nonverbal.
rentang normal.
Penurunan - -
Serangan - -
Tidak adanya neurologis,
sensorik atau gangguan
fisik yang secara langsung
mempengaruhi
-
penggunaan bahasa lisan,
atau gangguan
Pengecualian perkembangan
pervasif.
Kriteria eksklusi yang
paling umum digunakan:
-
IQ nonverbal di bawah 70
pada tes standar.

Tingkat kesulitan dalam kriteria ICD-10 ditentukan sebagai 2 SD di


bawah usia rata-rata. Selain itu, perbedaan 1 SD diperlukan, dengan IQ
nonverbal setidaknya 1 SD lebih tinggi dari skor tes bahasa agar diagnosis

16
dapat diterapkan. Diagnosis gangguan bahasa ICD-10 tidak termasuk kriteria
gangguan atau kriteria onset (meskipun diagnosis berlaku untuk gangguan
perkembangan daripada gangguan bahasa yang didapat). Pengecualian yang
tercantum mirip dengan pengecualian untuk diagnosis gangguan bahasa
DSM-V.11

2.9 PENATALAKSANAAN

Penanganan gangguan bicara diawali dengan identifikasi pasien seperti,


riwayat kesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar,
kemampuan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemudian
penanganan dilanjutkan dengan diagnosis gangguan yang dialami pasien.
Setelah hasil diagnosis didapat, barulah diterapkan terapi yang tepat untuk
pasien.9,12

1. Terapi Bicara
Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin.
Terapi bicara anak-anak biasanya menggunakan pendekatan bermain,
boneka, bermain peran, memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara
orang dewasa biasanya menggunakan metode langsung, yaitu melalui
latihan dan praktik. Terapi artikulasi pada orang dewasa berfokus untuk
membantu pasien agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat, meliputi
bagaimana menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan
mengontrol nafas agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat.9,12

2. Terapi Oral Motorik


Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara,
seperti minum melalui sedotan, meniup balon, atau meniup terompet.
Latihan ini bertujuan untuk melatih dan memperkuat otot yang digunakan
untuk berbicara.9,12

17
3. Terapi Berbasis Komputer
Seiring perkembangan teknologi, para ahli patologi bahasa dan
bicara mengembangkan berbagai piranti lunak yang dapat membantu
dalam proses terapi gangguan bicara, diantaranya:
a. TinyEYE merupakan piranti lunak yang memungkinkan terapi bicara
dapat dilakukan dari jarak jauh. Metode yang digunakan pada piranti
ini sama dengan metode yang dipakai pada terapi tatap muka.
b. Fast ForWord merupakan piranti lunak yang dirancang berdasarkan
masalah pada proses pendengaran. Piranti ini menggunakan permainan
yang dirancang untuk memperlambat tempo suara sehingga
memungkinkan pengguna untuk membedakan bunyi.
c. TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy) merupakan
piranti lunak yang dikembangkan untuk terapi berbicara bagi penderita
stroke, penderita geger otak, penderita penyakit degeneratif saraf, dan
anak-anak yang mengalami gangguan berbicara.12

4. Terapi Intonasi Melodi


Dalam Terapi intonasi melodi kita dapat diterapkan pada penderita
stroke yang mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang
digunakan biasanya yang bertempo lambat, bersifat lirik, dan mempunyai
tekanan yang berbeda.9,12

Selain mengembangkan berbagai metode dan instrumen terapi


berbicara, para ahli juga mengembangkan komunikasi alternatif bagi para
penderita gangguan berbicara agar dapat berkomunikasi, seperti bahasa
isyarat, bahasa tubuh, papan komunikasi, atau yang lebih canggih seperti
piranti elektronik yang dapat memproduksi suara. Gannguan berbicara patut
menjadi perhatian serius karena menyangkut aspek yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, yaitu komunikasi. Dengan adanya terapi bicara
dengan berbagai metode terapi banyak orang yang telah terbantu untuk dapt
menjalankan kehidupan dengan kepercayaan diri dan memperoleh kualitas
hidup yang lebih baik.12

18
2.10 PROGNOSIS

Anak dengan gangguan bahasa reseptif memiliki prognosis lebih buruk


daripada gangguan bahasa ekspresif. Anak dengan gangguan bahasa reseptif
lebih resisten terhadap terapi, dan sering mengalami kesulitan dalam
pemahaman membaca. Anak-anak usia 2 tahun dengan keterlambatan bahasa
ekspresif, 2-5 kali lebih berisiko gangguan bahasa menetap pada akhir
prasekolah sampai sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan
bahasa ekspresif.8

Apabila seorang anak mengalami gangguan berbahasa, maka anak


tersebut akan sulit untuk menulis, membaca, berkomunikasi, dan menyimak.
Pada saat menulis, anak akan kesulitan menulis karena bahasa yang ia kuasai
kurang bagus, begitupun pada saat membaca, berkomunikasi dengan lawan
bicara dan juga menyimak. Gangguan berbahasa bisa membuat seorang anak
tidak percaya diri dan kurang bisa bersosialisasi dengan teman-teman
sebayanya. Jika kasus gangguan berbahasa ini tidak segera mendapatkan
penanganan yang serius, maka akan mengganggu perkembangan kecerdasan
anak tersebut.5

19
BAB III
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa gangguan bahasa dan bicara merupakan salah satu
jenis gangguan komunikasi yang diindikasikan mengalami gangguan pada proses
simbolisnya. Penyebab pada gangguan bahasa dan bicara sangat luas. Hal tersebut
dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem sarafnya ataupun kelainan pada
organ yang berhubungan pada proses berbahasa dan bicara yang terjadi karena
cidera atau trauma pada saat prenatal, natal, dan postnatal. Selain itu, dapat
disebabkan pada lingkungannya yang pada usia perkembangan bicara dan bahasa
anak tidak memeroleh stimulus yang baik dari lingkungan. Salah satu gejala pada
anak gangguan bahasa dan bicara, yaitu terdapat kesalahan pengucapan, baik dalam
mekanisme pergerakan titik artikulasi maupun dalam pengucapannya. Penanganan
yang dapat dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan bahasa dan bicara
adalah dengan melakukan terapi bicara, oral motorik, dan intonasi melodi.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Masitoh. Gangguan Bahasa dalam Perkembangan Bicara Anak. Jurnal Elsa.


April 2019. 17(1):40-54.

2. Pujiati T, Yulianti DM. Gangguan Berbahasa pada Anak dengan Ciri Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. 2018. 5(1):34-49.

3. Sitorus CR. Language Disorder in Autistic Children at Yayasan Tali Kasih


Medan: A Psycholinguitics Analysis. Thesis. Universitas Sumatera Utara,
Medan. Desember 2017: 2, 11.

4. Sari AK. Penanganan Anak Usia Dini dengan Gangguan Perkembangan


Bahasa Ekspresif. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN,
Purwokerto. Juni 2018: 15, 18-22, 27.

5. Indah RN. Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar. Edisi Ketiga. Wijaya A,


Anjay, Editor. Malang: UIN-MALIKI Press, 2017. 50 p.

6. Bansal SK. A Study on Language Disorders in Learners. Article. Suresh Gyan


Vihar Univeristy, Jaipur. Desember 2019: 178-85.
https://www.researchgate.net/publication/338117828

7. Khan IA. Developmental Language Disorder: Concept, Confusion and


Critique. Crimson Publishers. Agustus 2018. 1(5):1-5.

8. Rutmalem S. Gangguan Berbahasa. Kesehatan Jiwa Anak Remaja. Juni 2020:


3-4, 6, 25.

9. Nurhidayati I, Utama NC, Yutapratama N, et al. Makalah Gangguan Bahasa


dan Bicara. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Yogyakarta. 2013: 4.

10. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder “DSM-5”. 5th rev. ed. Washinton DC: American Psychiatric
Publishing, 2013. 42 p.

11. Beitchman JH, Brownlie EB. Language Disorders in Children and


Adolescents. Hogrefe Publishing. 2014.

12. Handoko SS. Gangguan Berbicara. Working Paper. Universitas Dharma


Andalas. November 2014: 5-7
https://www.researchgate.net/publication/315712719

Anda mungkin juga menyukai