LANGUAGE DISORDER
Pembimbing:
Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ (K)
Disusun oleh:
Rizki Arviananta
(20360259)
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Paper ini dengan tepat waktu. Paper ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan tugas di Kapaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri Rumah Sakit
Umum Haji Medan.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu menyelesaikan Paper ini yang berjudul “Language Disorder”,
terutama kepada pembimbing saya Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ
(K).
Demikianlah Paper ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
baik sekarang maupun di hari yang akan datang. Penulis menyadari bahwa Paper
ini belum terselesaikan dengan baik, saran yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis demi kesempurnaan Paper ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan bahasa pada anak menjadi tolak ukur bahwa anak tersebut
memiliki perkembangan bahasa yang normal sehingga dalam kehidupan sosialnya
anak dapat berinteraksi dengan baik. Bahasa merupakan landasan seorang anak
untuk dapat mempelajari sesuatu yang ada di lingkungannya. Keterampilan
berbahasa berhubungan erat dengan perkembangan kognitif setiap anak. Pada
perkembangan kognitif anak, gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu
penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
1
Secara khusus, gangguan kognitif bisa menimbulkan penurunan kognitif dalam
pengembangan bahasa dan kemampuan komunikasi pada anak-anak.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bicara dan bahasa adalah dua hal yang diukur secara terpisah dan secara
bersama-sama dianggap mencerminkan kemampuan lisan seorang anak
secara keseluruhan. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan
artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu.
Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif.4
3
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Bicara dan Bahasa.4
4
Tabel 2.2 Indikator Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif.4
5
Dapat mengetahui dan
Lebih banyak menggunakan
mengenal gambar-gambar
kata-kata daripada gerakan,
18 obyek yang sudah akrab
untuk mengungkapkan
dengannya, jika obyek
keinginannya
tersebut ada namanya
Akan mengikuti petunjuk Mulai mengkombinasi kata-
21 yang berturut-turut atau kata dengan membentuk dua
perintah berurut kata atau lebih
Mengetahui lebih banyak Bisa menyebut namanya
24
kalimat yang rumit sendiri
Menyatakan keinginan
Memahami arti kata-kata
36 dengan mengucapkan
dengan diulang-ulang
kalimat sederhana
Mengetahui perbendaharaan Menceritakan sesuatu hal
kata mengenal kata sifat kepada orang lain dan
48
(baik, buruk, nakal, dan kata berpartisipasi dalam sebuah
sifat yang lain) percakapan
Menyusun kalimat dalam
struktur lengkap dan
60 Pendengar yang baik
percakapan sudah seperti
orang dewasa
6
Gangguan bahasa adalah gangguan yang membuat seseorang sulit
menemukan kata yang tepat dan membentuk kalimat yang jelas saat
berbicara. Seorang anak mungkin mengalami kesulitan memahami apa yang
orang lain katakan, mungkin kesulitan untuk menuangkan pikiran ke dalam
kata-kata, atau keduanya.6
7
Untuk mencapai kemampuan berbahasa diperlukan terpenuhinya
beberapa elemen berikut: lengkapnya sistem penginderaan, lengkapnya
sistem syaraf pusat, kemampuan mental yang cukup, kestabilan emosi, dan
pajanan pada bahasa. Apabila sejak masa anak-anak terdapat kekurangan atau
ketiadaan setidaknya satu dari elemen tersebut, dapat berimbas pada
munculnya beragam gangguan berbahasa. Dalam berbahasa, terjadi proses
mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan, dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Otak menerima dan memahami masukan bahasa
melalui telinga. Fungsi otak dan alat bicara yang baik akan mempermudah
berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak
dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik reseptif
maupun ekspresif. Inilah yang disebut sebagai gangguan berbahasa.5
2.3 EPIDEMIOLOGI
8
2.4 ETIOLOGI
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot
atau organ pembuat suara. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab
gangguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Beberapa
penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:1,9
1. Faktor Medis
Faktor medis yang paling banyak berperan dalam kesulitan belajar
bahasa adalah tidak atau kurang berfungsinya sistem syaraf pusat yang
disebabkan oleh adanya cidera atau memar. Dalam kaitan ini dikenal
afasia, yaitu hilangnya kemampuan bicara karena gangguan pada syaraf
pusat. Cidera atau memar pada otak dapat terjadi karena berbagai kejadian
seperti trauma ketika ibu sedang mengandung, penggunaan obat
berlebihan, kelahiran muda (prematur), benturan fisik, struk, dan
keracunan.1,9
2. Kondisi Fisiologis
Yang dimaksud dengan kondisi fisiologis adalah kemampuan dari
organ-organ yang terkait dalam menjalankan fungsinya untuk mendukung
terhadap kelancaran anak dalam meniti tugas perkembangan bicara dan
bahasanya. Organ-organ tersebut meliputi susunan syaraf (syaraf senso-
motoris), kondisi organ pendengaran dan organ bicara.1,9
3. Kondisi Lingkungan
Lingkungan keluarga hendaknya menciptakan situasi yang kondusif,
untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bicara dan
bahasa anak. Peran aktif orang tua atau keluarga dalam memberikan
stimulasi verbal, dapat mendorong anak untuk lebih meningkatkan kualitas
atau kuantitas kemampuan bicara dan bahasanya.1,9
9
2.5 KLASIFIKASI
10
ini biasanya disebut sebagai “pembicara yang terlambat”. Anak-anak yang
terus mengalami kesulitan dengan ekspresi verbal dapat didiagnosis
dengan gangguan bahasa ekspresif atau kekurangan bahasa.6
1. Biologis
- Jenis kelamin laki-laki (rasio laki-laki : perempuan → 2:1).
- Genetik (riwayat gangguan bahasa atau keterlambatan bicara di
keluarga).
- Asimetri otak kiri dan volume otak atipikal.8
2. Kognitif
- Kesulitan dalam pemrosesan fonologis dan memori.
- Defisit dalam sistem memori prosedural.8
11
3. Lingkungan
- Sosial ekonomi rendah.
- Orangtua dengan tingkat pendidikan rendah.8
12
2. Gejala Gangguan Bahasa Ekspresif
Gejala gangguan bahasa ekspresif berbeda dari satu anak ke anak
yang lain dan tergantung pada usia anak dan tingkat gangguan. Gejala
umum meliputi:
- Membuat kesalahan tata bahasa, menghilangkan kata-kata dan
menggunakan struktur kalimat yang buruk atau tidak lengkap
(misalnya, “Dia pergi bekerja” daripada “Dia akan bekerja” dan “Saya
berbicara” daripada “Saya dapat berbicara”).
- Menggunakan kata-kata dan kalimat yang lebih sedikit daripada anak-
anak pada usia yang sama.
- Menggunakan konstruksi kalimat yang lebih pendek dan sederhana
daripada anak-anak seusia.
- Memiliki kosakata yang terbatas dan lebih mendasar daripada anak-
anak seusia.
- Sering mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat.
- Menggunakan kosakata non-spesifik seperti “ini” atau “itu”.
- Menggunakan kata-kata yang salah dalam kalimat atau makna yang
membingungkan dalam kalimat.
- Terdengar ragu-ragu ketika mencoba untuk berbicara.
- Mengulangi (atau “menggema”) kata-kata pembicara.
- Tidak dapat langsung ke intinya, atau berbicara berputar-putar.
- Memiliki masalah dengan menceritakan kembali sebuah cerita atau
menyampaikan informasi dengan cara yang terorganisir atau kohesif.
- Tidak dapat memulai atau mengadakan percakapan.
- Tidak mematuhi aturan umum dalam berkomunikasi dengan orang lain.
- Mengalami kesulitan dengan pekerjaan lisan dan tulisan, dan tugas
sekolah.6
13
3. Gejala Gangguan Bahasa Reseptif-Ekspresif
- Pembicaraan terbatas sesuai dengan usia orang tersebut
- Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
- Mengulang kata atau frasa
- Kesulitan dalam menjawab pertanyaan
- Tanggapan yang tidak tepat untuk pertanyaan ya atau tidak
- Masalah belajar dan kesulitan akademik
- Kesulitan dalam memahami arah sederhana
- Ketidakmampuan untuk memberi nama objek
Jika salah satu dari tanda-tanda ini terlihat pada anak-anak maka
diperlukan langkah untuk menghubungi ahli patologi wicara-bahasa yang
dapat menilai situasi dan merekomendasikan tindakan terbaik. Penting
juga bagi setiap orang tua untuk mengetahui perkembangan bicara
anaknya dan memperhatikan hal-hal yang dirasa kurang tepat karena anak
adalah generasi penerus bangsa.
Jika anak menderita gangguan bahasa reseptif-ekspresif, maka dapat
diketahui juga bahwa anak tersebut mengalami kesulitan dalam
mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Jenis gangguan ini juga akan
menyebabkan anak memiliki beberapa masalah dalam membentuk kalimat
yang benar yang dapat dipahami seseorang, mengingat kata-kata tertentu
dan menggunakan struktur tata bahasa yang benar. Hal ini dapat
menyebabkan masalah komunikasi dan menyebabkan frustrasi pada anak
jika ia mengalami kesulitan mengungkapkan keinginan, kebutuhan,
pikiran, dll.6
14
2.8 DIAGNOSIS
15
Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Bahasa Ekspresif dan
Reseptif: ICD-10.11
16
dapat diterapkan. Diagnosis gangguan bahasa ICD-10 tidak termasuk kriteria
gangguan atau kriteria onset (meskipun diagnosis berlaku untuk gangguan
perkembangan daripada gangguan bahasa yang didapat). Pengecualian yang
tercantum mirip dengan pengecualian untuk diagnosis gangguan bahasa
DSM-V.11
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Terapi Bicara
Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin.
Terapi bicara anak-anak biasanya menggunakan pendekatan bermain,
boneka, bermain peran, memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara
orang dewasa biasanya menggunakan metode langsung, yaitu melalui
latihan dan praktik. Terapi artikulasi pada orang dewasa berfokus untuk
membantu pasien agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat, meliputi
bagaimana menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan
mengontrol nafas agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat.9,12
17
3. Terapi Berbasis Komputer
Seiring perkembangan teknologi, para ahli patologi bahasa dan
bicara mengembangkan berbagai piranti lunak yang dapat membantu
dalam proses terapi gangguan bicara, diantaranya:
a. TinyEYE merupakan piranti lunak yang memungkinkan terapi bicara
dapat dilakukan dari jarak jauh. Metode yang digunakan pada piranti
ini sama dengan metode yang dipakai pada terapi tatap muka.
b. Fast ForWord merupakan piranti lunak yang dirancang berdasarkan
masalah pada proses pendengaran. Piranti ini menggunakan permainan
yang dirancang untuk memperlambat tempo suara sehingga
memungkinkan pengguna untuk membedakan bunyi.
c. TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy) merupakan
piranti lunak yang dikembangkan untuk terapi berbicara bagi penderita
stroke, penderita geger otak, penderita penyakit degeneratif saraf, dan
anak-anak yang mengalami gangguan berbicara.12
18
2.10 PROGNOSIS
19
BAB III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa gangguan bahasa dan bicara merupakan salah satu
jenis gangguan komunikasi yang diindikasikan mengalami gangguan pada proses
simbolisnya. Penyebab pada gangguan bahasa dan bicara sangat luas. Hal tersebut
dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem sarafnya ataupun kelainan pada
organ yang berhubungan pada proses berbahasa dan bicara yang terjadi karena
cidera atau trauma pada saat prenatal, natal, dan postnatal. Selain itu, dapat
disebabkan pada lingkungannya yang pada usia perkembangan bicara dan bahasa
anak tidak memeroleh stimulus yang baik dari lingkungan. Salah satu gejala pada
anak gangguan bahasa dan bicara, yaitu terdapat kesalahan pengucapan, baik dalam
mekanisme pergerakan titik artikulasi maupun dalam pengucapannya. Penanganan
yang dapat dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan bahasa dan bicara
adalah dengan melakukan terapi bicara, oral motorik, dan intonasi melodi.
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Pujiati T, Yulianti DM. Gangguan Berbahasa pada Anak dengan Ciri Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. 2018. 5(1):34-49.