Dosen Pengampu :
Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Mini Riset pada mata kuliah “Psikolinguistik” ini
dengan tepat waktu. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Frinawaty Lestarina Barus, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah Mini Riset ini.
Saya selaku penulis berharap agar kiranya laporan penelitian ini dapat menambah
pemahaman pembaca terkait dengan “MLU Pada Anak 4 Tahun 11 Bulan”. Di samping itu,
saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan penelitian ini masih terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Demikianlah kata pengantar dari penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada
seluruh pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini.
Angel Tama
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa itu sendiri harus di latih oleh setiap insan manusia. Sejak lahir memang
manusia sudah memiliki kemampuan berbahasa, namun seiring berjalannya waktu,
bahasa itu sendiri harus berkembang. Kesempurnaan bahasa harus di latih sejak kanak-
kanak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan
Bahasa. Hal ini dikarenakan masa kanak-kanak berada dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat. Masa kanak-kanak ini disebut dengan istilah The
Golden Age, yaitu masa keemasan. Pada masa kanak-kanak ini berbagai potensi yang
ada dalam diri manusia berkembang dengan pesat. Di mana perkembangan fisik,
motorik, intelektual, emosional, bahasa, dan sosial berlangsung dengan cepat. Masa
kanak-kanak ini juga merupakan masa yang menuntut perhatian ekstra. Segala
kelebihan atau keistimewaan yang dimiliki pada masa ini tidak dapat terulang untuk
kedua kalinya. Itulah sebabnya masa kanak-kanak ini dikatakan sebagai masa penentu
bagi kehidupan selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
C. Bagaimana MLU anak yang di teliti?
1. Bagaimana jenis kata yang telah dihasilkan oleh anak?
2. Apa saja pola kalimat yang telah di peroleh anak?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana MLU yang telah di teliti
2. Untuk mengetahui jenis kata apa yang sudah dihasilkan oleh anak
3. Untuk mengetahui pola kalimat yang sudah dikuasai oleh anak
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan
alat komunikasi untuk menjalin pertemanan dan belajar banyak hal di sekitarnya.
Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan membangun suatu
pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan
diri anak dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna dan Noorhana, 2001).
Dengan kata lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat
menfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan
membantu dalam mempelajari sesuatu.
2
B. Teori Perkembangan Bahasa Anak
1. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh
adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah di amati dan di ketahui, maka
gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh
naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari
menurut hubungan stimulus-respons. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku
yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus
dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya
hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-
pelan akan disingkirkan. Implikasi teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam
menentukan jenis hadiah dan hukuman. Guru harus mengetahui benar kesenangan
siswanya. Hukuman harus benar-benar sesuatu yang tidak disukai anak, dan sebaliknya
hadiah merupakan hal yang sangat disukai anak. Jangan sampai anak di beri hadiah
menganggapnya sebagai hukuman atau sebaliknya, apa yang menurut guru adalah
hukuman bagi siswa dianggap sebagai hadiah.
2. Teori Nativisme
Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada atau diturunkan
dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak
akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. 3 Menurut aliran ini kita
belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang
terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap
3
kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di
sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang
sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berubah dan
berkembang. Jadi stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam otak.
Pada otak terjadi mekanisme mental internal yang diatur oleh pengatur kognitif,
kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi. Dapat dikemukakan bahwa
pendekatan kognitif menjelaskan bahwa: a. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita
berpikir. b. Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita c. Belajar bahasa
merupakan proses berpikir yang kompleks. Laughlin dalam Elizabeth (1993: 54)
berpendapat bahwa dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses pengendalian
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih
menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan
memandang anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.
Dapat dikemukakan bahwa pendekatan kognitif menjelaskan bahwa :
a. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir.
b. Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita
c. Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.
Laughlin dalam Elizabeth (1993: 54) berpendapat bahwa dalam belajar bahasa
seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman,
proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak
sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.
Menurut Vygosky dalam Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, bahwa ada
3 (tiga) tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan
berpikir, yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Pertama, tahap eksternal, yaitu
: tahap berpikir dengan sumber berpikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal
tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak
dengan cara tertentu. Misalnya orang dewasa bertanya kepada seorang anak, “ apa yang
sedang kamu lakukan?” kemudian anak tersebut meniru pertanyaan, “apa?” Orang
dewasa memberikan jawabannya, “Melompat”. Kedua, tahap egosentris, yaitu suatu
tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara
khas, anak berbicara seperti jalan pikirannya, misalnya “saya melompat”, “ini kaki”,
“ini tangan”, “ini mata”. Ketiga, tahap internal, yaitu sutau tahap ketika anak dapat
menghayati proses berpikir, misalnya, seorang anak sedang menggambar kucing. Pada
tahap ini, anak memproses pikirannya dengan pikirannya sendiri, “apa yang harus saya
gambar? Saya tahu saya sedang menggambar kaki sedang berjalan”.
4
2) Tahap II (linguistik), yaitu yang terdiri dari tahap I (holafrastik) yang berumur 1 tahun,
anak mulai mempunyai perbendaharaan kata dan tahap II (fase), yaitu anak yang
berumur 1-2 tahun yang mempunyai kosa kata lebih kurang dari 50-100 kosa kata.
3) Tahap III (pengembangan tata bahasa) yaitu anak yang berumur 3-5 tahun atau pra
sekolah, dimana tahap ini anak sudah bisa membuat sebuah kalimat.
4) Tahap IV (tata bahasa) menjelang dewasa yaitu anak yang berumur 6-8 tahun dimana
tahap ini anak sudah mampu menggabungkan kalimat sederhana dan kompleks.
Bahasa dan bicara merupakan bagian dari komunikasi yang saling berhubungan
dan tidak bisa dipisahkan. Dalam pelaksanaannya, anak terlebih dahulu
mengembangkan aspek bahasanya, baru kemudian akan mulai menguasai bicara .
Perkembangan bahasa merupakan salah satu indikator dalam perkembangan kognitif
seorang anak, hal ini berhubungan dengan keberhasilan ataupun keterlambatannya
dalam berpikir dan berkomunikasi dilingkungannya. Seorang anak yang dikatakan
lambat dalam berbahasa dapat mempengaruhi kemampuan komunikasinya dalam
sehari-hari secara pribadi atau lingkungan sosialnya, hal ini dapat berakibat sulitnya
belajar, bersosialisasi, dan kegiatan bekerja lainnya saat dewasa nanti.
b. Jenis Kelamin
5
Banyak dari penelitian yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak
perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan lebih
cepat dapat bicara dibandingkan anak laki-laki. Mereka memiliki
perkembangan pemerolehan kosakat yang lebih cepat (Fenson et all,1994
dalam Berk, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebuut, dapat diketahui
bahwa remaja putri banyak memiliki kemampuan superior dalam verbal
performance, sedangkan pada anak laki-laki terdapat masalah keterlambatan
bicara atau gangguan berbicara salah satunya adalah gagap. Perbedaan
perkembangan bahasa antara anak laiki-laki dan anak perempuan dapat
dilihat dari faktor biologis dan sosialnya. Perkembangan otak kiri (hemisfer
cerebral) pada anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki padahal
otak ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa.
Pengaruh lingkungan sangat mendominasi karena anak perempuan biasanya
bermain boneka dirumah dengan mengajaknya bicara disesuaikan dengan
fantasi mereka. Realitanya, seorang ibu lebih sering mengajak anak
perempuannya berbicara dari pada anak laki-laki. Adanya permainan seperti
itu membuat anak perempuan lebih sering berinteraksi dengan orang dewasa
lain yang diajak bicara. Sedangkan anak laki-laki lebih diarahkan pada
penguasaan motoric dimana lebih mengutamakan banyaknya gerakan
daripada berbicara.
c. Kondisi Fisik
Dalam kondisi fisik ini, perkembangan dan pemerolehan bahasa terdiri dari
berbagai kondisi fisik, diantaranya pada anak tersebut tidak terjadi masalah
pada organ bicaranya, organ pendengarannya dan sistem neuromuscular di
otak. Agar perkembangan bahasa dapat berjalan normal, maka semua alat
tersebut harus berfungsi secara baik dan efektif.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
6
anak kembar memiliki „bahasa aneh‟ diantara mereka (Papilia, 2009) c.
Kondisi Ekonomi Anak-anak yang berasal dari kelas ekonomi menengah
dikatakan memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan
dengan anak-anak dari keluarga kelas ekonomi rendah (Berk, 2009). Orang
tua dari keluarga menengah ke atasdiperkirakan memiliki taraf pendidikan
yang cukup untuk dapat memfasilitasi perkembangan bahasa pada anak,
mereka dapat menyediakan berbagai alat bantu, seperti buku dan alat tulis
untuk pengembangan bahasa. Hal ini menyebabkan anak memiliki kosakata
yang lebih banyak (Hoff, 2004, 2006, dalam Berk, 2009). Biasanya dengan
kondisi ekonomi menengah ke atas, orang tua akan memberikan perhatian
lebih kepada anaknya dibandingkan dengan kondisi ekonomi menengah ke
bawah. Perhatian itu berupa „cara bicara‟ anak dan menuntun anak untuk
„bicara‟ secara baik dan benar.
c. Bilingualism (2 bahasa)
Penguasaan dua bahasa merupakan hal yang paling populrr dan menjadi
trend belakangan ini. Orang tua khususnya di perkotaan besar mulai
berbondong-bondong memasukkan anaknya pada lembaga sekolah yang
menggunakan dua bahasa atau lebih dengan alasan agar anaknya tidak
ketinggalan zaman. Yang menjadi maslah ialah apabila anak harus
berbahasa dua pada usia yang masih tergolong muda (kurang dari 2 tahun)
pada saat perkembangan bahasa ibu belum sepenuhnya mantap. Hal ini akan
menyebabkan anak mengalami kesulitan pada pengucapan kata
(pronounciation) dan penguasaan kata (Papalia, 2009). Penelitian Hoff
(2006, dalam Papalia, 2009) menyatakan bahwa bayi akan lebih cepat
mengalami penambahan kosakata ketika orang tua sering mengulang suara
yang keluar dari bayi dan mengajak mereka bicara. Apabila anak mulai
memasuki sekolah pada usia 4-6 tahun, tahap perkembangan bahasa harus
memperoleh dukungan dari guru yang diharapkan dapat mengakomodasi
7
perbedaan-perbedaan pada penguasaan/penggunaan bahasa pada setiap
anak didiknya. Seorang guru harus mengetahui perkembangan bahasa
sesuai dengan rata-rata usia anak didiknya.
MLU adalah rata-rata jumlah morfem yang dihasilkan anak untuk setiap
tuturannya. MLU digunakan untuk mengukur perkembangan sintaktik anak. Semakin
tinggi perkembangan pemerolehan bahasanya, semakin besar pula jumlah morfem yang
bisa dihasilkan anak dalam satu kali ujaran. Hal ini sejalan dengan perkembangan
sintaktik anak yang terjadi secara bertahap (gradual), dari yang tadinya hanya terdiri
dari dua kata (telegraphic speech), terus hingga semakin mendekati kompetensi yang
dimiliki orang dewasa.
MLU merupakan pengukur untuk perkembangan sintaksis anak. Menurut
Brown (dalam Dardjowidjojo, 2000:241) cara menghitung MLU dapat dilakukan
dengan beberapa langkah, pertama mengambil sampel sebanyak 100 ujaran. Kedua,
menghitung jumlah morfemnya. Ketiga, membagi jumlah morfem dengan jumlah
ujaran, seperti pada rumus berikut.
Jumlah Morfem
MLU = Jumlah Ujaran
8
F. Jenis-jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia
9
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar
dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
Kalimat Dasar Berpola S P, Kalimat Dasar Berpola S P O, Kalimat Dasar Berpola S P
Pel., Kalimat Dasar Berpola S P O Pel., Kalimat Dasar Berpola S P K, Kalimat Dasar
Berpola S P O K, Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K, Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
10
BAB III
DATA OBSERVASI
A. Data Anak
Foto Anak
B. Data Ibu
Nama : Dedek Masta Anggraini
Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 17 Oktober 1999
Makanan Kesukaan : BPK dan Nasi Kuning
Minuman Kesukaan : Thai Tea
Warna Kesukaan : Hitam dan Biru
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan pada seorang anak sebagai objek penelitian. Anak
yang di teliti adalah anak yang sehat secara jasmani dan rohani, sehat secara fisik dan
psikologis. Berdasarkan hasil rekaman suara dan video tuturan objek penelitian anak
tersebut, peneliti mentranskripsikan rekaman tersebut dalam bentuk tulisan. Adapun
yang penulis transkripsikan adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Klasifikasi Tuturan
1. Hidupin 2
2. Bang 1
3. Abang 1
4. Gak mau 2
5. Mami 1
6. Mami jajan 2
7. Kue 1
8. Aku mau jajan 3
9. Mau hitung 2
10. Satu aja 2
11. Adek tadi 2
12. Adek tadi tidur tempat bunda adek 6
13. Habis itu adek pulang ambil makan 6
14. Baju 1
15. Cini 1
16. Uang jajan 2
17. Ahh 1
18. Atas 1
19. Jendela 1
20. Gak tau 2
21. Tunggu 1
22. Masker 1
23. Aku mau beli es krim 5
24. Enak 1
25. Ya enak 2
26. Sabun 1
27. Berapa 1
28. Apa nama nya 3
29. Ini apa nama nya 4
30. Ini nama nya 3
12
31. Gak enak 2
32. Aku mau yang lain 4
33. Awas 1
34. Gak lah 2
35. Gak enak 2
36. Dipotong-potong kue bolu donat 5
37. Situ ada ikan mas lo 5
38. Situ 1
39. Ayok 1
40. Kemarin aku tengok 3
41. Tapi tertutup 2
42. Dimana 1
43. Aku gendong 2
44. Aku lihat 2
45. Mana 1
46. Disitu 1
47. Awas 1
48. Ikan-ikan 2
49. Kamu bohong 2
50. Situ paling banyak 3
51. Ihh itu 2
52. Ayok foto 2
53. Ih terbuka sendiri 3
54. Ikan mas itu 3
55. Ikan mas tu lihat 4
56. Ikan mas ya panjang lah 5
57. Ya itu 2
58. Minta jajan ku 3
59. Jangan 1
60. Buka 1
61. Kau jahat 2
62. Kamu nakal 2
63. Nyebelin 1
64. Joget yok 2
65. Ketelan permen karetnya 3
66. Nanti kita makan jajan 4
67. Kak ini apa 3
68. Kepencet 1
69. Disini bang kamar mandi nya 5
70. Lo gue end 3
71. Kenapa kakak 2
72. Nyam nyam nyam 3
73. Susah banget gais 3
74. Dirumah 1
75. Malam jemput 2
76. Makan lah kak, adek makan ini, makan lah 8
77. Abang tidur disini 3
78. Adek gak ada ambal gak tidur sini 6
13
79. Gak ada susunya 2
80. Bang kemaren adek dirumah sakit yang baru tiba-tiba 11
dilemarinya ada kecoak
81. Makasih kak 2
82. Squid game yang viral kayak dulu 6
83. Mau ini 2
84. Hallo gais di kamera-kamera kak Angel ada CCTV 9
85. Tapi kameranya jelek gais 4
86. Ditempat pinggir dikolam 3
87. Tempat bunda Niki 3
88. Hai kakak adek makan permen yang pedas kayak cabai 9
89. Adek udah makan puddingnya, enak, stroberi rasa obat 3
90. Mau puyang 2
91. Ada kawan mami dipotong, iya kawan mami perutnya 9
diperiksa
92. Kakak juga nanti mau dipotong perutnya 6
93. Capek gue, emang capek gue angkat barang mulu 8
94. Ini aja cabai 3
95. Biar suara pitaku gak ada 5
96. Dah mandi dirumah 3
97. Ayok sama mami 3
98. Mana maskerku 2
99. Aku haus mau minum 4
100. Mana minumnya 2
JUMLAH MORFEM : 289
Dari data jumlah morfem yang telah peneliti amati, maka dapat di hitung jumlah
MLU dari seorang anak bernama Niki Anastasya Anggraini yang berusia 4 tahun 11 bulan
adalah sebagai berikut :
Jumlah Ujaran
289
MLU = = 2,89
100
14
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang saya lakukan secara rekaman suara pada anak
tersebut. Kelas kata merupakan bagian perkembangan dari sintaksis. Semakin tinggi
MLU seorang anak, maka dapat dikatakan semakin tinggi penguasaan bahasanya. Hal
ini terlihat dari data yang telah dapat memproduksi sepuluh jenis kata yang dianalisis
dan hanya satu jenis kata yang tidak dapat diproduksi yaitu kelas kata artikula.
Berikut ini merupakan jenis kata yang dihasilkan oleh anak tersebut.
1. Verba Minum
Makan
2. Adjektiva Putih
Biru
3. Nomina Sabun
Baju
4. Pronomina Ini
Itu
Nya
5. Numeralia Satu
6. Adverbia Sudah
7. Interogative Mana
Apa
8. Demonstrativa Disana
9. Preposisi Ke
Di
10. Konjungsi Dan
Kelas kata yang telah dapat dihasilkan dari anak tersebut adalah verba, adjektiva,
nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, preposisi, dan
konjungsi. Untuk jenis kata artikula tidak dapat dihasilkan oleh anak tersebut.
Penguasaan jenis kata akan mempengaruhi pola kalimat dan jenis kalimat yang dapat
dihasilkan oleh anak. Perkembangan sintaksis anak dimulai dari penguasaan kelas kata, frasa,
dan pola kalimat. Data menunjukan dengan tahapan MLU pada tingkatan IV telah dapat
menghasilkan beberapa pola kalimat, salah satu contohnya antara lain:
1. Aku (S) mau (P) jajan (K)
2. Adek (S) udah makan (P) puddingnya (O), enak, stroberi rasa
obat (K)
Menurut data-data tersebut tampak bahwa orang tua dan lingkungan berperan sangat
penting dalam pemerolehan sintaksis anak. Orang tua, keluarga, dan lingkungan berperan aktif
dalam perkembangan bahasa anak. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara orang tua
yang mengungkapkan orang tua sering mengajak anak berkomunikasi dalam berbagai konteks,
sehingga anak menguasai fungsi-fungsi bahasa dengan baik.
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa kanak-kanak ini disebut dengan istilah The Golden Age, yaitu masa
keemasan. Pada masa kanak-kanak ini berbagai potensi yang ada dalam diri manusia
berkembang dengan pesat. Di mana perkembangan fisik, motorik, intelektual,
emosional, bahasa, dan sosial berlangsung dengan cepat. Masa kanak-kanak ini juga
merupakan masa yang menuntut perhatian ekstra. Segala kelebihan atau keistimewaan
yang dimiliki pada masa ini tidak dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya
masa kanak-kanak ini dikatakan sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu, peran orang tua sebagai guru yang pertama dalam perkembangan
bahasa anak adalah sangat penting. Semakin sering orang tua mengajak dan melatih
anak berbahasa, maka bahasa pada anak akan sempurna sesuai dengan usianya.
B. Saran
16
pada anak. Orang tua harus sering mengajak anak berbicara dua arah, melatih
kemampuan berpikir, kemampuan berbicara, dan mengasa semangat dalam berbahasa.
Orang tua harus memberi contoh yang benar dalam berbahasa pada anak, karena anak-
anak merupakan peniru yang handal dalam segala hal. Jika berbahasa orang tua sehari-
hari buruk, maka pemerolehan dan perkembangan bahasa anak juga buruk. Sebaliknya,
jika dalam berbahasa orang tua baik, maka pemerolehan dan perkembangan bahasa
anak akan baik pula. Jadi, saran saya dalam perkembangan bahasa anak adalah orang
tua harus menjadi contoh yang tepat. Orang tua harus menjadi rumah dan tempat tinggal
yang nyaman bagi anaknya. Orang tua juga harus memiliki waktu untuk bersama
dengan anaknya agar berbahasa yang benar diterima oleh sang anak. Selain itu,
lingkungan yang harus diperhatikan oleh orang tua, orang tua harus tetap mengawasi
setiap pergerakan anaknya. Bukan mengekang, tetapi peduli dan turut menjadikan
dirinya sebagai seorang sahabat bagi anaknya. Orang tua dan lingkungan adalah
penentu tumbuh kembang bahasa anak tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas H. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi Kelima.
Kedutaan Amerika Serikat. Jakarta.
Chaer, Abdul, 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritis. Rineka Cipta, Jakarta
Crain, William. Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Hildayati, Rini dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka. Noor, Alfu Laila. 2013. Peran Lingkungan Terhadap Optimalisasi
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Studi Gender Dan Anak. Volume 1, No.
3.
Nasution, Rini Sartika. 2019. Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik
MLU (Mean Length of Utterance) Pada Anak Usia Lima Tahun. Diakses tanggal 10
April 2022.
Paul Sumarno. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta: Kanisius. 2012.
18
LAMPIRAN
https://drive.google.com/drive/folders/161PWBUWF2eMe0u_5KaNyysj0gS
eh2RD7?usp=sharing
https://drive.google.com/drive/folders/1AFH4dhNJaTqjNWNdOkX1F2cK
B2sAHZLG?usp=sharing
19