Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENELITIAN MLU PADA ANAK 4 TAHUN 11 BULAN

Dosen Pengampu :

Frinawaty Barus, S.Pd., M.Pd.

Oleh :

Angel Tama (2202411004)

KELAS : REGULER C 2020

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Mini Riset pada mata kuliah “Psikolinguistik” ini
dengan tepat waktu. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Frinawaty Lestarina Barus, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah Mini Riset ini.

Saya selaku penulis berharap agar kiranya laporan penelitian ini dapat menambah
pemahaman pembaca terkait dengan “MLU Pada Anak 4 Tahun 11 Bulan”. Di samping itu,
saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan penelitian ini masih terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Demikianlah kata pengantar dari penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada
seluruh pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini.

Medan, April 2022

Angel Tama

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 3

A. Perkembangan Bahasa ........................................................................................... 3


B. Teori Perkembangan Bahasa Anak ........................................................................ 4
C. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak ......................................................... 5
D. Faktor Perkembangan Bahasa Pada Anak ............................................................. 6
E. Mean Length of Utterance (MLU) ......................................................................... 8
F. Jenis-jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia .............................................................. 9

BAB III DATA OBSERVASI .......................................................................................... 11

A. Data Anak .......................................................................................................... 11


B. Data Orang Tua ................................................................................................. 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 12


A. Hasil ............................................................................................................. 12
B. Pembahasan ................................................................................................. 15

BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 16


A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................18

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa


merupakan alat utama komunikasi dalam kehidupan sesama manusia. Bahasa yang
merupakan alat komunikasi itu dikeluarkan melalui alat ujaran pada manusia dalam
wujud suara. Bahasa juga merupakan sebuah sarana berpikir seseorang yang kemudian
diekspresikan dalam bentuk komunikasi suara, menjadikan sebuah pemikiran kepada
sebuah tindakan ataupun usaha nyata. Artinya bahasa merupakan implementasi dari
sarana berpikir manusia. Bahasa sudah ada dimiliki manusia sejak lahir. Bahasa
menjadi bentuk pengekspresian diri terhadap segala sesuatu. Melalui bahasa, manusia
dapat menceritakan apa yang telah terjadi.

Bahasa itu sendiri harus di latih oleh setiap insan manusia. Sejak lahir memang
manusia sudah memiliki kemampuan berbahasa, namun seiring berjalannya waktu,
bahasa itu sendiri harus berkembang. Kesempurnaan bahasa harus di latih sejak kanak-
kanak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan
Bahasa. Hal ini dikarenakan masa kanak-kanak berada dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat. Masa kanak-kanak ini disebut dengan istilah The
Golden Age, yaitu masa keemasan. Pada masa kanak-kanak ini berbagai potensi yang
ada dalam diri manusia berkembang dengan pesat. Di mana perkembangan fisik,
motorik, intelektual, emosional, bahasa, dan sosial berlangsung dengan cepat. Masa
kanak-kanak ini juga merupakan masa yang menuntut perhatian ekstra. Segala
kelebihan atau keistimewaan yang dimiliki pada masa ini tidak dapat terulang untuk
kedua kalinya. Itulah sebabnya masa kanak-kanak ini dikatakan sebagai masa penentu
bagi kehidupan selanjutnya.

Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang, semakin baik pula


penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Manusia dalam mengungkapkan bahasanya
pun berbeda-beda, ada yang lebih suka langsung membicarakannya dan ada juga yang
lebih suka melalui tulisan. Namun pada dasarnya, bahasa adalah jembatan dalam
berkomunikasi.

B. Rumusan Masalah
C. Bagaimana MLU anak yang di teliti?
1. Bagaimana jenis kata yang telah dihasilkan oleh anak?
2. Apa saja pola kalimat yang telah di peroleh anak?

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana MLU yang telah di teliti
2. Untuk mengetahui jenis kata apa yang sudah dihasilkan oleh anak
3. Untuk mengetahui pola kalimat yang sudah dikuasai oleh anak

1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Bahasa

Menurut Soetjiningsih (2012 : 168) bahasa mencakup setiap sarana komunikasi


dengan menyimbolkan pikiran dengan perasaan untuk menyampaikan makna kepada
orang lain. Sedangkan menurut Jahja (2011 : 53) bahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi baik itu
lisan, tertulis, isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa
terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk
menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. Bahasa sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, setiap orang perlu bahasa untuk berbicara dan mendengarkan
orang lain.

Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan
alat komunikasi untuk menjalin pertemanan dan belajar banyak hal di sekitarnya.
Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan membangun suatu
pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan
diri anak dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna dan Noorhana, 2001).
Dengan kata lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa dapat
menfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan
membantu dalam mempelajari sesuatu.

Perkembangan dari kemampuan berkomunikasi merupakan sesuatu hal yang


penting dalam rangka pembelajaran bahasa. Komponen-komponen dalam berbahasa
yaitu : 1) Phonology menggambarkan sistem bunyi pada bahasa. Phonems merupakan
unit bunyi yang membentuk kata 2) Semantik mempelajari arti dari kata-kata dan
kalimat 3) Grammar menggambarkan struktur bahasa, sintaks (serangkaian aturan
grammar yang mengarahkan bagaimana kata-kata dapat terbentuk menjadi kalimat),
morfem (unit bahasa terkecil yang mengandung arti) 4) Pragmatik, yaitu terdiri dari
aturan bagaimana berbahasa yang tepat dalam konteks sosial (misal kita menggunakan
bahasa yang simpel bila berbicara dengan anak-anak).

Dengan mempelajari bahasa, maka seseorang dapat berinteraksi sosial. Manusia


itu dapat mengekspresikan sarana berpikir, menceritakan apa yang telah terjadi,
memahami orang lain, dan banyak hal lainnya. Bahasa itu sendiri harus dikuasai sejak
kanak-kanak. Oleh karena itu, peran orang tua adalah yang terbesar. Orang tua menjadi
guru pertama dalam berbahasa pada anak. Selain itu, proses berbahasa ditentukan oleh
matangnya perkembangan bagian-bagian mulut, kontrol dari saluran nafas bagian atas,
lidah, pergerakan bibir dan pengaturan mekanisme pernafasan. Satu hal yang
memegang peranan penting adalah berkembangnya alat pendengaran dan penglihatan
yang normal. Adanya peningkatan perkembangan sistem syaraf pada anak, maka akan
meningkat pula kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa.

2
B. Teori Perkembangan Bahasa Anak

1. Teori Behaviorisme

Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh
adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah di amati dan di ketahui, maka
gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh
naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari
menurut hubungan stimulus-respons. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku
yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus
dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya
hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-
pelan akan disingkirkan. Implikasi teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam
menentukan jenis hadiah dan hukuman. Guru harus mengetahui benar kesenangan
siswanya. Hukuman harus benar-benar sesuatu yang tidak disukai anak, dan sebaliknya
hadiah merupakan hal yang sangat disukai anak. Jangan sampai anak di beri hadiah
menganggapnya sebagai hukuman atau sebaliknya, apa yang menurut guru adalah
hukuman bagi siswa dianggap sebagai hadiah.
2. Teori Nativisme

Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa


ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat untuk
memperoleh dan belajar bahasa. Teori tentang bakat bahasa itu memperoleh dukungan
dari berbagai sisi. Eric Lenneberg (1967) membuat proposisi bahwa bahasa itu
merupakan perilaku khusus manusia 2 dan bahwa cara pemahaman tertentu,
pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa yang lain yang berhubungan
ditentukan secara biologis. Chomsky dalam Hadley (1993:50) mengemukakan bahwa
belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara
umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar penetapan Stimulus- Respon.
Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa eksistensi bakat bermanfaat
untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat,
karena adanya LAD. Mc. Neil (Brown, 1980:22) mendeskripsikan LAD itu terdiri atas
empat bakat bahasa, yakni: a. Kemampuan untuk membedakan bunyi bahasa dengan
bunyi-bunyi yang lain. b. Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam
variasi yang beragam. c. Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan
sistem yang lain yang tidak mungkin. d. Kemampuan untuk mengevaluasi sistem
perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling
sederhana dari data kebahasaan yang diperoleh. Chomsky dalam Hadley (1993: 49)
mengemukakan bahwa bahasa anak adalah sistem yang sah dari sistem mereka.
3. Teori Kognitivisme

Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada atau diturunkan
dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak
akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. 3 Menurut aliran ini kita
belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang
terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap

3
kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di
sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang
sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berubah dan
berkembang. Jadi stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam otak.
Pada otak terjadi mekanisme mental internal yang diatur oleh pengatur kognitif,
kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi. Dapat dikemukakan bahwa
pendekatan kognitif menjelaskan bahwa: a. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita
berpikir. b. Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita c. Belajar bahasa
merupakan proses berpikir yang kompleks. Laughlin dalam Elizabeth (1993: 54)
berpendapat bahwa dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses pengendalian
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih
menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan
memandang anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.
Dapat dikemukakan bahwa pendekatan kognitif menjelaskan bahwa :
a. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir.
b. Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita
c. Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.
Laughlin dalam Elizabeth (1993: 54) berpendapat bahwa dalam belajar bahasa
seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman,
proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak
sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.

C. Tahapan-tahapan Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Vygosky dalam Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, bahwa ada
3 (tiga) tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan
berpikir, yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Pertama, tahap eksternal, yaitu
: tahap berpikir dengan sumber berpikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal
tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak
dengan cara tertentu. Misalnya orang dewasa bertanya kepada seorang anak, “ apa yang
sedang kamu lakukan?” kemudian anak tersebut meniru pertanyaan, “apa?” Orang
dewasa memberikan jawabannya, “Melompat”. Kedua, tahap egosentris, yaitu suatu
tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara
khas, anak berbicara seperti jalan pikirannya, misalnya “saya melompat”, “ini kaki”,
“ini tangan”, “ini mata”. Ketiga, tahap internal, yaitu sutau tahap ketika anak dapat
menghayati proses berpikir, misalnya, seorang anak sedang menggambar kucing. Pada
tahap ini, anak memproses pikirannya dengan pikirannya sendiri, “apa yang harus saya
gambar? Saya tahu saya sedang menggambar kaki sedang berjalan”.

Menurut Susanto tahap-tahap perkembangan bahasa sebagai berikut:


1) Tahap I (pra linguistik), yaitu antara 0-1 tahun.

4
2) Tahap II (linguistik), yaitu yang terdiri dari tahap I (holafrastik) yang berumur 1 tahun,
anak mulai mempunyai perbendaharaan kata dan tahap II (fase), yaitu anak yang
berumur 1-2 tahun yang mempunyai kosa kata lebih kurang dari 50-100 kosa kata.
3) Tahap III (pengembangan tata bahasa) yaitu anak yang berumur 3-5 tahun atau pra
sekolah, dimana tahap ini anak sudah bisa membuat sebuah kalimat.
4) Tahap IV (tata bahasa) menjelang dewasa yaitu anak yang berumur 6-8 tahun dimana
tahap ini anak sudah mampu menggabungkan kalimat sederhana dan kompleks.

Menurut NAEYC dalam Musfiroh, perkembangan bahasa anak usia 4 tahun


adalah sebagai berikut :
a.) Memperluas kosakata dari 4000 kata menjadi 6000 kata
b.) Memperlihatkan perhatian pada kata-kata abstrak
c.) Mulai menggunakan beberapa kata abstrak
d.) Mempelajari kata-kata baru dengan cepat jika berkaitan dengan pengalamannya sendiri
e.) Dapat menceritakan kembali 4 hingga 5 babak dalam urutan sebuah cerita

D. Faktor-faktor Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa dan bicara merupakan bagian dari komunikasi yang saling berhubungan
dan tidak bisa dipisahkan. Dalam pelaksanaannya, anak terlebih dahulu
mengembangkan aspek bahasanya, baru kemudian akan mulai menguasai bicara .
Perkembangan bahasa merupakan salah satu indikator dalam perkembangan kognitif
seorang anak, hal ini berhubungan dengan keberhasilan ataupun keterlambatannya
dalam berpikir dan berkomunikasi dilingkungannya. Seorang anak yang dikatakan
lambat dalam berbahasa dapat mempengaruhi kemampuan komunikasinya dalam
sehari-hari secara pribadi atau lingkungan sosialnya, hal ini dapat berakibat sulitnya
belajar, bersosialisasi, dan kegiatan bekerja lainnya saat dewasa nanti.

Secara umum terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan


bahasa anak antara lain faktor internal dan faktor eksternal :
1. Faktor Internal
a. Perkembangan otak dan kecerdasan
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa adanya hubungan antara
pengukuran intelegensi dengan pengukuran perkembangan bahasa
(kosakata, kemampuan artikulasi, dan indikasi kemampuan kematangan
berbahasa). Seorang ilmuwan Rusia, Vygotsky (1978 dalam Papalia, 2009)
mengatakan bahwa bahasa adalah alat bantu belajar, jadi dapat diperkirakan
apabila anak itu mengelami kekurangan dlam perkembangan bahasa maka
hal tersebut akan mempengaruhi pemerolehan belajarnya. Biasanya anak
yang mengalami perkembangan pesat dalam bahasanya maka tergolong
anak yang pintar. Sedangkan seorang anak yang banyak bicara (talkative)
bukan salah satu pengukuran bagi kemampuan bahasa anak karena
terkadang anak yang pendiam dan tidak banyak bicara bukan berarti dia
bodoh, akan tetapi terkadang ia mempunyai kecerdasan.

b. Jenis Kelamin

5
Banyak dari penelitian yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak
perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan lebih
cepat dapat bicara dibandingkan anak laki-laki. Mereka memiliki
perkembangan pemerolehan kosakat yang lebih cepat (Fenson et all,1994
dalam Berk, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebuut, dapat diketahui
bahwa remaja putri banyak memiliki kemampuan superior dalam verbal
performance, sedangkan pada anak laki-laki terdapat masalah keterlambatan
bicara atau gangguan berbicara salah satunya adalah gagap. Perbedaan
perkembangan bahasa antara anak laiki-laki dan anak perempuan dapat
dilihat dari faktor biologis dan sosialnya. Perkembangan otak kiri (hemisfer
cerebral) pada anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki padahal
otak ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa.
Pengaruh lingkungan sangat mendominasi karena anak perempuan biasanya
bermain boneka dirumah dengan mengajaknya bicara disesuaikan dengan
fantasi mereka. Realitanya, seorang ibu lebih sering mengajak anak
perempuannya berbicara dari pada anak laki-laki. Adanya permainan seperti
itu membuat anak perempuan lebih sering berinteraksi dengan orang dewasa
lain yang diajak bicara. Sedangkan anak laki-laki lebih diarahkan pada
penguasaan motoric dimana lebih mengutamakan banyaknya gerakan
daripada berbicara.

c. Kondisi Fisik
Dalam kondisi fisik ini, perkembangan dan pemerolehan bahasa terdiri dari
berbagai kondisi fisik, diantaranya pada anak tersebut tidak terjadi masalah
pada organ bicaranya, organ pendengarannya dan sistem neuromuscular di
otak. Agar perkembangan bahasa dapat berjalan normal, maka semua alat
tersebut harus berfungsi secara baik dan efektif.

2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan tempat utama yang digunakan untuk


memfasilitasi perkembangan bahasa pada anak adalah keluarga, Di keluarga
inilah lingkungan terdekat anak. Sejak bayi samapai usia 6 tahun, anak lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk berada di rumah sehingga intensitas
berinteraksi dengan anggota keluarga lebih banyak. Anak dan orang tua
akan terlibat aktif dalam berbicara, misal dalam hal membacakan cerita,
sehingga bisa berinteraksi secara verbal dan akan memperoleh kemampuan
bahasa yang cukup baik (Papalia, 2009). Berdasarkan penelitian, biasanya
anak tunggal mengalami perkembangan bahasa lebih lambat dibandingkan
anak yang mempunyai saudara kandung, begitu juga anak yang jarang
keluar bermain dengan teman sebayanya karena akan dianggap memiliki ide
yang lebih sedikit dan konsep. Sedangkan ada anak kembar, yang berhungan
sangat dekat satu sama lain sehingga memiliki sedikit kontak dengan orang
lain. Terkadang hubungan yang sangat dekat ini membuat meeting
Sosialreka jarang bicara untuk mengetahui isi masing-masing. Beberapa

6
anak kembar memiliki „bahasa aneh‟ diantara mereka (Papilia, 2009) c.
Kondisi Ekonomi Anak-anak yang berasal dari kelas ekonomi menengah
dikatakan memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan
dengan anak-anak dari keluarga kelas ekonomi rendah (Berk, 2009). Orang
tua dari keluarga menengah ke atasdiperkirakan memiliki taraf pendidikan
yang cukup untuk dapat memfasilitasi perkembangan bahasa pada anak,
mereka dapat menyediakan berbagai alat bantu, seperti buku dan alat tulis
untuk pengembangan bahasa. Hal ini menyebabkan anak memiliki kosakata
yang lebih banyak (Hoff, 2004, 2006, dalam Berk, 2009). Biasanya dengan
kondisi ekonomi menengah ke atas, orang tua akan memberikan perhatian
lebih kepada anaknya dibandingkan dengan kondisi ekonomi menengah ke
bawah. Perhatian itu berupa „cara bicara‟ anak dan menuntun anak untuk
„bicara‟ secara baik dan benar.

b. Setting Sosial/Lingkungan-Budaya Indonesia


Indonesia dikenal dengan budaya yang berneka ragam. Adanya perbedaan
budaya berpengaruh pada perkembangan bahasa anak, khususnya bahasa
nasional atau bahasa Indonesia. Anak yang bertempat tinggal di suatu
daerah maka akan aktif menggunakan bahasa daerah dimana anak itu tinggal
sehingga dalam pengucapan bahasa Indonesia akan agak sulit karena
jarangnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh lain, adanya
tuntutan budaya yang menyebabkan anak merasa kesulitan dalam
mengembangkan bahasanya. Pada budaya Jawa, anak dianggap baik dan
patuh jika memiki karakter tidak „membantah‟ kepada orang tuanya.
Kurangnya latihan dalam mengeluarkan ide dan pendapatnya membuat anak
menjadi sulit dalam hal tersebut. Anak-anak yang tinggal di Jakarta, banyak
menggunakan bahasa- „slank‟ atau „bahasa gaul‟ yang bukan bahasa
Indonesia sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam penggunaan
bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan kaidah yang
sesungguhnya di lingkungan formal.

c. Bilingualism (2 bahasa)
Penguasaan dua bahasa merupakan hal yang paling populrr dan menjadi
trend belakangan ini. Orang tua khususnya di perkotaan besar mulai
berbondong-bondong memasukkan anaknya pada lembaga sekolah yang
menggunakan dua bahasa atau lebih dengan alasan agar anaknya tidak
ketinggalan zaman. Yang menjadi maslah ialah apabila anak harus
berbahasa dua pada usia yang masih tergolong muda (kurang dari 2 tahun)
pada saat perkembangan bahasa ibu belum sepenuhnya mantap. Hal ini akan
menyebabkan anak mengalami kesulitan pada pengucapan kata
(pronounciation) dan penguasaan kata (Papalia, 2009). Penelitian Hoff
(2006, dalam Papalia, 2009) menyatakan bahwa bayi akan lebih cepat
mengalami penambahan kosakata ketika orang tua sering mengulang suara
yang keluar dari bayi dan mengajak mereka bicara. Apabila anak mulai
memasuki sekolah pada usia 4-6 tahun, tahap perkembangan bahasa harus
memperoleh dukungan dari guru yang diharapkan dapat mengakomodasi

7
perbedaan-perbedaan pada penguasaan/penggunaan bahasa pada setiap
anak didiknya. Seorang guru harus mengetahui perkembangan bahasa
sesuai dengan rata-rata usia anak didiknya.

E. Mean Length of Utterance (MLU)

MLU adalah rata-rata jumlah morfem yang dihasilkan anak untuk setiap
tuturannya. MLU digunakan untuk mengukur perkembangan sintaktik anak. Semakin
tinggi perkembangan pemerolehan bahasanya, semakin besar pula jumlah morfem yang
bisa dihasilkan anak dalam satu kali ujaran. Hal ini sejalan dengan perkembangan
sintaktik anak yang terjadi secara bertahap (gradual), dari yang tadinya hanya terdiri
dari dua kata (telegraphic speech), terus hingga semakin mendekati kompetensi yang
dimiliki orang dewasa.
MLU merupakan pengukur untuk perkembangan sintaksis anak. Menurut
Brown (dalam Dardjowidjojo, 2000:241) cara menghitung MLU dapat dilakukan
dengan beberapa langkah, pertama mengambil sampel sebanyak 100 ujaran. Kedua,
menghitung jumlah morfemnya. Ketiga, membagi jumlah morfem dengan jumlah
ujaran, seperti pada rumus berikut.

Jumlah Morfem
MLU = Jumlah Ujaran

Brown (dalam Kridalaksana, 2005) membagi tahap pemerolehan bahasa anak


berdasarkan MLU anak menjadi sepuluh tahap, yaitu :
1. Tahap I MLU (1—1,5) pada usia 12—22 bulan
2. Tahap II MLU (1,5—2,0) pada usia 22—28 bulan
3. Tahap III MLU (2,0—2,25) pada usia 27-28 bulan
4. Tahap IV MLU (2,25—2,5) pada usia 28—30 bulan
5. Tahap V MLU (2,5—2,75) pada usia 31—32 bulan
6. Tahap VI MLU (2,75—30,0) pada bulan biasa 33—34 tahun
7. Tahap VII MLU (3,0—3,5) pada usai 35—39 bulan
8. Tahap VIII MLU (3,5—3,45) pada usia 38—40 bulan
9. Tahap IX MLU (3,5—3,45) pada usia 41-46 duluan
10. Tahap X MLU (45+) pada usia +47 bulan

Setiap anak mengalami perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Namun pada


dasarnya setiap anak yang normal mulai berbicara antara umur 20 sampai 28 bulan. Hal
tersebut terjadi karena organ-organ bicara yang dimiliki setiap anak sudah mulai
berkembang dan terprogram untuk memperoleh bahasa. Salah satu bidang pemerolehan
bahasa pada anak menyangkut bidang semantik. Bidang semantik meliputi kemampuan
anak dalam memahami ujaran mitra tuturnya, seperti kemampuan memahami kata yang
diucapkan oleh mitra tuturnya. Salah satu golongan kosa kata yang dikuasai oleh anak
adalah golongan kelas kata nomina terutama yang akrab dengan tempat tinggalnya.

8
F. Jenis-jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia

Berikut adalah beberapa jenis kata dalam bahasa Indonesia :


1. Kata Benda
Jenis kata yang pertama adalah kata benda yang nanti akan di bahas mendetail lagi di bagian
bawah. Nama lain dari jenis kata ini adalah nomina, yang mengacu pada suatu benda baik
konkret maupun abstrak. Penggunaannya lumrah ditambahkan pada setiap kalimat.
2. Kata Kerja
Berikutnya adalah kata kerja yang juga disebut dengan istilah verba, yakni jenis kata yang
menunjukan suatu perbuatan atau tindakan. Biasanya akan disandingkan dengan nomina
tadi dan juga jenis kata lainnya. Fungsi kata kerja dalam kalimat adalah sebagai predikat,
sehingga dijamin selalu ada dalam kalimat.
3. Kata Sifat (Adjektiva)
Jenis kata berikutnya adalah kata sifat atau adjektiva, yakni jenis kata yang menjelaskan
sifat, karakter, atau perilaku seseorang.
4. Kata Ganti
Dalam sebuah kalimat juga umum terdapat kata ganti, yaitu jenis kata yang digunakan
untuk menggantikan sesuatu atau seseorang yang disampaikan dalam tulisan. Misalnya,
untuk kata ganti persona (orang) maka ada kata aku, saya, kamu, dia, mereka, kita, dan
sebagainya.
5. Kata Keterangan
Kalimat juga umum memakai kata keterangan, yakni jenis kata yang menjelaskan suatu
kalimat atau kata benda dan kata kerja. Misalnya penggunaan kata sangat, paling,
semaunya, seenaknya, belum pernah, dan lain-lain.
6. Kata Bilangan
Berikutnya adalah kata bilangan yang menunjukan suatu jumlah atau urutan bilangan dalam
suatu kalimat. Misalnya kata pertama, kedua, ketiga, sepertiga, seperempat, pertama-tama,
dan lain-lain.
7. Kata Sambung
Dalam kalimat juga umum ditambahkan kata sambung atau konjungsi dan sesuai namanya
berfungsi untuk menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
8. Kata Sandang
Kata sandang juga sering dijumpai, dan berfungsi untuk mengukuhkan maupun
mempertahankan dan memulai suatu kalimat.
9. Kata Depan
Selanjutnya ada kata depan dan sesuai dengan namanya jenis kata satu ini berfungsi sebagai
kata di depan jenis kata lain, baik itu kata benda maupun kata sifat dan kata lainnya

G. Pola Kalimat Bahasa Indonesia


Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah
kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita
gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu
saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar
ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami

9
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar
dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
Kalimat Dasar Berpola S P, Kalimat Dasar Berpola S P O, Kalimat Dasar Berpola S P
Pel., Kalimat Dasar Berpola S P O Pel., Kalimat Dasar Berpola S P K, Kalimat Dasar
Berpola S P O K, Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K, Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

10
BAB III
DATA OBSERVASI
A. Data Anak

Nama : Niky Anastasya Sukma Anggraini


Tempat Lahir : Sibolga
Tanggal Lahir : 17 Mei 2017
Agama : Kristen Protestan
Makanan Kesukaan : KFC
Minuman Kesukaan : Coca-cola
Warna Kesukaan : Hitam dan Kuning

Foto Anak

B. Data Ibu
Nama : Dedek Masta Anggraini
Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 17 Oktober 1999
Makanan Kesukaan : BPK dan Nasi Kuning
Minuman Kesukaan : Thai Tea
Warna Kesukaan : Hitam dan Biru

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan pada seorang anak sebagai objek penelitian. Anak
yang di teliti adalah anak yang sehat secara jasmani dan rohani, sehat secara fisik dan
psikologis. Berdasarkan hasil rekaman suara dan video tuturan objek penelitian anak
tersebut, peneliti mentranskripsikan rekaman tersebut dalam bentuk tulisan. Adapun
yang penulis transkripsikan adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Klasifikasi Tuturan

No. TUTURAN JUMLAH MORFEM

1. Hidupin 2
2. Bang 1
3. Abang 1
4. Gak mau 2
5. Mami 1
6. Mami jajan 2
7. Kue 1
8. Aku mau jajan 3
9. Mau hitung 2
10. Satu aja 2
11. Adek tadi 2
12. Adek tadi tidur tempat bunda adek 6
13. Habis itu adek pulang ambil makan 6
14. Baju 1
15. Cini 1
16. Uang jajan 2
17. Ahh 1
18. Atas 1
19. Jendela 1
20. Gak tau 2
21. Tunggu 1
22. Masker 1
23. Aku mau beli es krim 5
24. Enak 1
25. Ya enak 2
26. Sabun 1
27. Berapa 1
28. Apa nama nya 3
29. Ini apa nama nya 4
30. Ini nama nya 3
12
31. Gak enak 2
32. Aku mau yang lain 4
33. Awas 1
34. Gak lah 2
35. Gak enak 2
36. Dipotong-potong kue bolu donat 5
37. Situ ada ikan mas lo 5
38. Situ 1
39. Ayok 1
40. Kemarin aku tengok 3
41. Tapi tertutup 2
42. Dimana 1
43. Aku gendong 2
44. Aku lihat 2
45. Mana 1
46. Disitu 1
47. Awas 1
48. Ikan-ikan 2
49. Kamu bohong 2
50. Situ paling banyak 3
51. Ihh itu 2
52. Ayok foto 2
53. Ih terbuka sendiri 3
54. Ikan mas itu 3
55. Ikan mas tu lihat 4
56. Ikan mas ya panjang lah 5
57. Ya itu 2
58. Minta jajan ku 3
59. Jangan 1
60. Buka 1
61. Kau jahat 2
62. Kamu nakal 2
63. Nyebelin 1
64. Joget yok 2
65. Ketelan permen karetnya 3
66. Nanti kita makan jajan 4
67. Kak ini apa 3
68. Kepencet 1
69. Disini bang kamar mandi nya 5
70. Lo gue end 3
71. Kenapa kakak 2
72. Nyam nyam nyam 3
73. Susah banget gais 3
74. Dirumah 1
75. Malam jemput 2
76. Makan lah kak, adek makan ini, makan lah 8
77. Abang tidur disini 3
78. Adek gak ada ambal gak tidur sini 6

13
79. Gak ada susunya 2
80. Bang kemaren adek dirumah sakit yang baru tiba-tiba 11
dilemarinya ada kecoak
81. Makasih kak 2
82. Squid game yang viral kayak dulu 6
83. Mau ini 2
84. Hallo gais di kamera-kamera kak Angel ada CCTV 9
85. Tapi kameranya jelek gais 4
86. Ditempat pinggir dikolam 3
87. Tempat bunda Niki 3
88. Hai kakak adek makan permen yang pedas kayak cabai 9
89. Adek udah makan puddingnya, enak, stroberi rasa obat 3
90. Mau puyang 2
91. Ada kawan mami dipotong, iya kawan mami perutnya 9
diperiksa
92. Kakak juga nanti mau dipotong perutnya 6
93. Capek gue, emang capek gue angkat barang mulu 8
94. Ini aja cabai 3
95. Biar suara pitaku gak ada 5
96. Dah mandi dirumah 3
97. Ayok sama mami 3
98. Mana maskerku 2
99. Aku haus mau minum 4
100. Mana minumnya 2
JUMLAH MORFEM : 289

Dari data jumlah morfem yang telah peneliti amati, maka dapat di hitung jumlah
MLU dari seorang anak bernama Niki Anastasya Anggraini yang berusia 4 tahun 11 bulan
adalah sebagai berikut :

MLU = Jumlah Morfem

Jumlah Ujaran

289
MLU = = 2,89
100

Berdasarkan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pendapat Brown mengenai


tahap-tahap tersebut. Maka anak yang diteliti dimana tidak dapat kesesuaian, yakni jika
disesuaikan berdasarkan tahap teori Brown MLU Niki Anastasya Sukma Anggraini berada
pada tahapan IV MLU. Usia 59 bulan dengan jumlah panjang tuturan 2,89 kata pertuturannya.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan usianya yaitu 59 bulan semestinya berada di tahap X. Hal
tersebut diketahui bahwa pemerolehan bahasa Catrin bisa dikatakan cukup rendah jika dilihat
berdasarkan tahap teori Brown.

14
B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang saya lakukan secara rekaman suara pada anak
tersebut. Kelas kata merupakan bagian perkembangan dari sintaksis. Semakin tinggi
MLU seorang anak, maka dapat dikatakan semakin tinggi penguasaan bahasanya. Hal
ini terlihat dari data yang telah dapat memproduksi sepuluh jenis kata yang dianalisis
dan hanya satu jenis kata yang tidak dapat diproduksi yaitu kelas kata artikula.
Berikut ini merupakan jenis kata yang dihasilkan oleh anak tersebut.

Tabel. 2 Jumlah Kata Yang Dihasilkan

No. Jenis Kata Tuturan

1. Verba Minum
Makan
2. Adjektiva Putih
Biru
3. Nomina Sabun
Baju

4. Pronomina Ini
Itu
Nya
5. Numeralia Satu
6. Adverbia Sudah
7. Interogative Mana
Apa
8. Demonstrativa Disana
9. Preposisi Ke
Di
10. Konjungsi Dan

Kelas kata yang telah dapat dihasilkan dari anak tersebut adalah verba, adjektiva,
nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, preposisi, dan
konjungsi. Untuk jenis kata artikula tidak dapat dihasilkan oleh anak tersebut.
Penguasaan jenis kata akan mempengaruhi pola kalimat dan jenis kalimat yang dapat
dihasilkan oleh anak. Perkembangan sintaksis anak dimulai dari penguasaan kelas kata, frasa,
dan pola kalimat. Data menunjukan dengan tahapan MLU pada tingkatan IV telah dapat
menghasilkan beberapa pola kalimat, salah satu contohnya antara lain:
1. Aku (S) mau (P) jajan (K)
2. Adek (S) udah makan (P) puddingnya (O), enak, stroberi rasa
obat (K)
Menurut data-data tersebut tampak bahwa orang tua dan lingkungan berperan sangat
penting dalam pemerolehan sintaksis anak. Orang tua, keluarga, dan lingkungan berperan aktif
dalam perkembangan bahasa anak. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara orang tua
yang mengungkapkan orang tua sering mengajak anak berkomunikasi dalam berbagai konteks,
sehingga anak menguasai fungsi-fungsi bahasa dengan baik.

15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bahasa merupakan sebuah peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Bagi


anak-anak saja pun bahasa turut andil berperan, apalagi bagi kalangan orang dewasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi dan bersosial kepada sesama manusia, dapat
mengekspresikan diri melalui bahasa, memahami pembahasan, mengutarakan
peristiwa, dan menjadi implementasi dari sarana berpikir manusia.

Masa kanak-kanak ini disebut dengan istilah The Golden Age, yaitu masa
keemasan. Pada masa kanak-kanak ini berbagai potensi yang ada dalam diri manusia
berkembang dengan pesat. Di mana perkembangan fisik, motorik, intelektual,
emosional, bahasa, dan sosial berlangsung dengan cepat. Masa kanak-kanak ini juga
merupakan masa yang menuntut perhatian ekstra. Segala kelebihan atau keistimewaan
yang dimiliki pada masa ini tidak dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya
masa kanak-kanak ini dikatakan sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu, peran orang tua sebagai guru yang pertama dalam perkembangan
bahasa anak adalah sangat penting. Semakin sering orang tua mengajak dan melatih
anak berbahasa, maka bahasa pada anak akan sempurna sesuai dengan usianya.

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan pada seorang balita berusia 59


bulan, saya mendapatkan jumlah morfem yang ia miliki dalam 100 ujaran adalah
sebanyak 288 morfem. Artinya, si anak yang saya teliti ini belum sesuai dengan MLU
pada usianya. Seharusnya yang normal, MLU pada anak usia 59 bulan adalah mulai
4,5 ke atas sesuai hitungan MLU.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan bahwa


anak yang bernama Niki Anastasya Sukma Anggraini berada pada tahap dalam IV
Mean Length of Utterance (MLU) dengan panjang tuturan 2,89. Tingkatan MLU pada
anak tidak dapat sesuai dengan usianya. Hal tersebut di ketahui bahwa pemerolehan
bahasa nya dikatakan cukup rendah jika dilihat berdasarkan tahapan teori Brown.
Jenis kata yang telah dihasilkan oleh anak tersebut adalah verba, adjektiva, nomina,
pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, preposisi, dan
konjungsi. Pola kalimat yang telah dihasilkan adalah lima pola kalimat yaitu: S + P +
Ket dan S + P + O + K . Dari pola kalimat tersebut terlihat bahwa anak telah mampu
menghasilkan pola kalimat majemuk setara.

B. Saran

Perkembangan bahasa anak sejalan dengan perkembangan kognitifya. Artinya,


seseorang yang memiliki kemampuan kognitif yang baik akan memiliki kemampuan
bahasa yang baik pula. Dalam perkembangannya, orang tua dan lingkunganya
mengambil peran besar dan penting. Orang tua terutama ibu menjadi bahasa pertama

16
pada anak. Orang tua harus sering mengajak anak berbicara dua arah, melatih
kemampuan berpikir, kemampuan berbicara, dan mengasa semangat dalam berbahasa.
Orang tua harus memberi contoh yang benar dalam berbahasa pada anak, karena anak-
anak merupakan peniru yang handal dalam segala hal. Jika berbahasa orang tua sehari-
hari buruk, maka pemerolehan dan perkembangan bahasa anak juga buruk. Sebaliknya,
jika dalam berbahasa orang tua baik, maka pemerolehan dan perkembangan bahasa
anak akan baik pula. Jadi, saran saya dalam perkembangan bahasa anak adalah orang
tua harus menjadi contoh yang tepat. Orang tua harus menjadi rumah dan tempat tinggal
yang nyaman bagi anaknya. Orang tua juga harus memiliki waktu untuk bersama
dengan anaknya agar berbahasa yang benar diterima oleh sang anak. Selain itu,
lingkungan yang harus diperhatikan oleh orang tua, orang tua harus tetap mengawasi
setiap pergerakan anaknya. Bukan mengekang, tetapi peduli dan turut menjadikan
dirinya sebagai seorang sahabat bagi anaknya. Orang tua dan lingkungan adalah
penentu tumbuh kembang bahasa anak tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas H. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi Kelima.
Kedutaan Amerika Serikat. Jakarta.
Chaer, Abdul, 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritis. Rineka Cipta, Jakarta
Crain, William. Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Hildayati, Rini dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka. Noor, Alfu Laila. 2013. Peran Lingkungan Terhadap Optimalisasi
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Studi Gender Dan Anak. Volume 1, No.
3.
Nasution, Rini Sartika. 2019. Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik
MLU (Mean Length of Utterance) Pada Anak Usia Lima Tahun. Diakses tanggal 10
April 2022.
Paul Sumarno. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta: Kanisius. 2012.

18
LAMPIRAN

https://drive.google.com/drive/folders/161PWBUWF2eMe0u_5KaNyysj0gS
eh2RD7?usp=sharing

https://drive.google.com/drive/folders/1AFH4dhNJaTqjNWNdOkX1F2cK
B2sAHZLG?usp=sharing

19

Anda mungkin juga menyukai