Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERKEMBANGAN KONDISI FISIK

Dosen Pengampu:

Dr. Nuraini, M.S

DISUSUN

OLEH:

NAMA: FAHMY ZIDHAN KURNIAWAN

AZRIEL MANALU

JAN VALDY ALFRIDO HASIBUAN

HUNAFA SHIDQI PRAWIRA

KELAS: PKO 1E

MATA KULIAH: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perkembangan
peserta didik dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Perkembangan peserta


didik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
perkembangan peserta didik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nuraini, M.S selaku Dosen
pengampuh mata kuliah Perkembangan peserta didik. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,13 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I..........................................................................................................

 Perkembangan Bahasa Individu......................................................................


 Bentuk Bahasa Individu..................................................................................
 Ciri-Ciri Bahasa Individu..................................................................................
 Perubahan dan Konteks Sosiokultural Bahasa................................................
 Dukungan Sosial Perkembangan Bahasa Anak ...............................................

BAB II PERMASALAHAN..............................................................................

 Gagap..............................................................................................................
 Gangguan Suara Bicara...................................................................................

BAB III Metodologi penelitian.....................................................................

 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................


 Sumber Data dan Data Penelitian...................................................................
 Metode Penelitian..........................................................................................
 Variabel Penelitian..........................................................................................
 Defenisi Operasional Variabel.........................................................................
 Instrumen Penelitian......................................................................................
 Teknik Analisis Data........................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN KASUS.....................................................................

 Kasus 1............................................................................................................
 Kasus 2............................................................................................................

BAB V KESIMPULAN....................................................................................

 Perkembangan Bahasa...................................................................................
 Kasus...............................................................................................................
 Gangguan Suara Bicara...................................................................................
 Rekayasa Ide dan Saran..................................................................................
BAB I

perkembangan bahasa individu.(FAHMI)

Perkembangan bahasa adalah proses berkembangnya kemampuan seseorang untuk memahami dan
mengucapkan kata. Seiring berjalannya waktu dan interaksi, kosa kata atau kemampuan bahasa
seseorang juga ikut berkembang.

Sesuai dengan fungsinya,bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena
itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan
orang lain. Bahasa diperlukan sejak manusia bayi dan mulai berkomunikasi dengan orang lain.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang bebrarti faktor intelek sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi
oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi)
belajar bahasa seperti halnya belajar hal lain, meniru dan mengulang kata yang diucapkan oleh
orang lain yang merupakan cara belajar bahasa awal pada bayi. Manusia dewasa (terutama ibunya)
di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas kata-kata yang salah. Belajar bahasa yang
sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6 - 7 tahun, di saat anak mulai bersekolah.

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari
lingkungan. Dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkunga remaja
encakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulanteman sebaya dan lingkungan
sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa
ibu.

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak(remaja) mengikuti
proses belajar di sekolah. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat terkadang sangat menonjol,
sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di
dalam kelompok teman sebaya.

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan
bahasa akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan
dengan pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari
masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf akan banyak menggunakan bahasa pasar,
bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat yang terdidik yang pada
umumnya memiliki status sosial yang baik, akan menggunakan istilah-istilah yang lebih efektif, dan
pada umunya anak-anak remajanya juga juga berbahasa secara lebih baik.

BENTUK BAHASA INDIVIDU(HUNAFA)


1. Bahasa Perbandingan

Majas perbandingan adalah majas yang gaya bahasanya diungkapan dengan cara menyandingkan
atau membandingkan suatu objek dengan objek lainnya, bisa berupa penyamaan, pelebihan, atau
penggantian.

2. Bahasa Pertentangan

Majas pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata kiasan di
mana maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya.

3.  Bahasa Sindiran

Majas sindiran adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dengan tujuan untuk
memberikan ejekan atau sindiran bagi seseorang, perilaku, dan suatu kondisi.

4. Bahasa Penegasan

Majas ini adalah gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan
pemahaman dan kesan kepada pembaca atau pendengar.

CIRI CIRI BAHASA INDIVIDU( HUNAFA)

1. Bahasa manusia memiliki sistem terpisah, namun saling terkait, baik pada tata bunyi, tata
bahasa maupun isyarat.
2. bahasa manusia memungkinkan terkomunikasinya hal-hal baru. Beda dengan atuan
komunikasi yang dimiliki binatang yang bersifat tetap.
3. manusia membedakan antara isi pesan yang dikomunikasikan dan label yang mewakili isi
pesan.
4. dalam komunikasi manusia, bahasa lisan dapat dipertukarkan dengan makna yang didengar.
Bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bebahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu, perkembangannya dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Pada perkembangan bahasa terdapat 2 faktor yang mempengaruhinya yaitu
faktor biologis dan faktor lingkungan .

1. Faktor Biologis

Ada beberapa komponen dalam membahas faktor biologis di perkembangan bahasa, di


antaranya:Evolusi biologis, Ikatan biologis, Peranan otak, Bahasa binatang, dan Masa kritis belajar
bahasa.

Evolusi Biologis

Para ahli percaya bahwa evolusi biologis membentuk manusia ke dalam makhluk linguistik.
Berkenaan dengan evolusi biologis,otak, sistem syaraf dan sistem vokal berubah selama beratus-
ratus ribu tahun. Diperkirakan manusia mendapat bahasa bervariasi selama beribu tahun yang lalu.

Ikatan Bilogis
Anak-anak dilahirkan di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa
(languageacquisitiondevice=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak mendeteksi bahasa
tertentu. LAD adalah suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang mendasari semua
bahasa manusia.

Peranan Otak dalam Perkembangan Bahasa

Berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry ( Santrock&Yussen) bahwa proses bahasa itu
dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri.Jadi apabila ada seseorang yang mengalami gangguan otak
terutama otak kiri,pasti dia akan sulit untuk melakukan perkembangan bahasa. Karena pada otak kiri
terdapat suatu area yang bernama " wernick's area" yang berfungsi untuk pemahaman bahasa.Dan
apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini sering terjadi pembicaraan yang tak
berarti atau mengoceh.

Apakah Binatang Memiliki Bahasa?

Pada kenyataannya tidaklah diragukan bahwa beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi
yang menakjubkan dan sederhana, serta komunikasinya yaitu adaptif dalam memberikan tanda
bahaya, ada makanan dan kebutuhan seksual.

Periode Kritis Belajar Bahasa

Masa yang sangat penting untuk mengembangkan dialek bahasa anak yaitu pada usia sebelum 12
tahun. Untuk memahami periode kritis belajar bahasa kita dapat melihat contoh yaitu dimana ada
seorang anak yang dari kecil dibesarkan di lingkungan yang salah. Dia dibesarkan oleh keluarga
dengan cara kekerasan dan tidak diajarkan bahasa sama sekali, sehingga dia tidak dapat berbicara
hingga umur 12 tahun lebih. Dan ketika ditemukan dan anak itu diberi latihan untuk bicara, dia
hanya mampu mengucapkan beberapa kata saja.

Dengan kejadian ini kita tahu bahwa mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini, dan tidak
hanya melihat dari faktor biologis saja, tetapi harus melihat faktor lingkungan, karena merupakan
faktor penting dalam pengembangan bahasa.

2. Faktor Lingkungan

Seperti kita tahu bahwa dalam belajar bahasa kita tidak dapat melakukan dalam keadaan sepi tetapi
kita membutuhkan interaksi dengan orang lain. Terdapat beberapa hal yang penting dalam
perkembangan bahasa yaitu perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan
terhadap bahasa dan pandangan behavioral.

Perubahan Kultural dan Konteks Sosiokultural Bahasa(AZRIEL)

Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang
lain.Konteks sosiokultural terus menerus memainkan suatu peranan yang penting dalam
perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky mengemukakan bahwa peranan orang dewasa
sangat penting untuk membantu perkembangan bahasa anak. Serta psikologi lain yaitu Brunner juga
menekankan bahwa orang dewasa atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan
komunikasi anak . Jadi begitu besar peranan orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa
anak, agar anak mencapai perkembangan yang optimal.Dukungan Sosial untuk Perkembangan
Bahasa

Terdapat dukungan sosial dalam perkembangan bahasa anak yaitu(JAN VALDY)

a) Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta dengan kata-kata dan
kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan tanpa adanya bayi, tetapi motherese mempunyai
peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.

b) Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda, mungkin
dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan,

c) Echoing yaitu mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, terutama jika kata-kata tersebut
belum benar.

d) Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik
yang lebih baik.

Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa anak,karena
peranannya sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak. Jadi apabila orang tua dan
guru dapat berperan aktif , maka anak akan mengalami perkembangan bahasa yang positif.

Perkembangan bahasa yeng menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun
tertulis dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa
anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak
memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas.Selain itu, sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain hendaknyadisediakan
di sekolah maupun di rumah.

BAB 2

Gagap

Salah satu gangguan bicara paling umum adalah gagap. Ini adalah gangguan kelancaran
umum yang memengaruhi tiga juta orang Amerika.

Gagap bisa berarti mengulang kata-kata atau suara seperti “uh” dan “um” atau disebut pula
ketidaklancaran tanpa disengaja. Gagap dapat diintensifkan oleh emosi yang kuat atau
stres.

Ini biasanya memengaruhi anak kecil yang baru belajar berbicara, tetapi dapat berlanjut
hingga dewasa.

Gangguan bicara dan bahasa adalah dua kata yang sering digunakan secara bergantian,
tetapi mereka adalah dua jenis masalah yang sangat berbeda.
Berbicara adalah aktivitas yang menggunakan otot rahang, lidah, bibir, dan pita suara.
Bahasa adalah seperangkat kata dan simbol yang dibuat untuk mengkomunikasikan pesan.

Gangguan bahasa dan bicara dapat memengaruhi orang secara terpisah, atau keduanya
dapat terjadi secara bersamaan.Sedang, gangguan suara juga memiliki pengertian berbeda.

Gangguan suara bisa berarti kehilangan suara karena terlalu banyak menggunakannya
seperti berteriak-teriak. Ini juga bisa disebabkan batuk kronis atau kelumpuhan pita suara.

Gangguan Suara Bicara

Bagi anak-anak, berjuang mengucapkan suara-suara tertentu saat mereka belajar berbicara
adalah sesuatu yang normal. Namun, setelah usia empat atau lima, salah pengucapan yang
terus-menerus mungkin menandakan adanya masalah.

“Ini dapat berlanjut hingga dewasa, atau beberapa orang mendapatkannya setelah stroke,”
kata Dan mengutip Webmd.com, Rabu (26/1/2022)

BAB 3

Metodologi penelitian

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 067777 di Jl. Young Panah Hijau Kel. Labuhan Deli.
Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama (6) enam bulan, yang terhitung dari bulan November 2017
sampai dengan bulan Maret 2018.

B. Sumber Data dan Data Penelitian

a. Sumber Data Penelitian

Arikunto (2016: 172), Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara

dalam pengumpulan datanya dengan menggunakan sebanyak tiga orang informan

(narasumber) yang mengalami gangguan kelancaran berbicara (gagap). Peneliti

juga mengumpulkan data menggunakan sumber pendukung lainnya, seperti buku,

artikel dan jurnal untuk melengkapi hasil penelitiannya.

b. Data Penelitian

Arikunto (2016: 161), Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa

angka ataupun fakta. Berikut dibawah ini data penelitian dari responden yang

hendak diteliti:
I. Data Penderita Gagap Pertama

Nama : RIMA SARI

Umur : 10 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelas : 5 SD

II. Data Penderita Gagap Kedua

Nama : MARCELINO RACHEL

Umur : 9 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kelas : 4 SD

III.Data Penderita Gagap Ketiga

Nama : ASNITA SAPUTRA

Umur : 9 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelas : 5 SD

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian metode sangat penting karena berhasil tidaknya

suatu penelitian ditentukan oleh metode yang digunakan. Arikunto ( 2016: 192),

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya adalah metode

deskriptif dengan teknik analisis data kualitatif yaitu teknik yang mengungkap

fakta yang jelas tentang gejala-gejala yang ada pada suatu objek penelitian tanpa

adanya manipulasi sesuai dengan keadaan dari objek yang diteliti.

D. Variabel Penelitian

Sugiyono (2008: 38), Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

ini peneliti hanya menggunakan satu variabel tunggal yakni "Bahasa Anak Yang

Mengalami Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap)".

E. Defenisi Operasional Variabel

Untuk membuat penelitian menjadi lebih jelas permasalahan yang dibahas

serta menghindari terjadinya kesalahpahaman, maka dibuat defenisi operasional

variabel penelitian yaitu:

1. Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti

mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan

dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari

kaitannya dan ditafsirkan maknanya.

2. Bahasa adalah sarana komunikasi antarmanusia dalam bentuk bunyi

yang teratur yang dengan penguasaannya manusia dapat bertukar

pikiran satu sama lainnya.

3. Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau

belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan

kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang

dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah

dewasa.

4. Gagap adalah gangguan kelancaran berbicara yang terjadi akibat dari

perasaan kekhawatiran/kecemasan yang sangat tinggi saat hendak

berbicara dengan lawan bicaranya, sehingga orang tersebut merasa

kesulitan untuk mengungkapkan apa yang hendak ia bicarakan kepada

lawan bicaranya, akibatnya ia berbicara dengan tersendat-sendat,

mengulang-ulang ucapanya, dan mendadak berhenti untuk

menyelesaikan apa yang hendak ia ucapkan.

F. Instrumen Penelitian

Arikunto (2016: 203), Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Berdasarkan pemaparan di atas, maka instrumen penelitian

yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya adalah pedoman dokumentasi.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2008: 244), Analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan

pemaparan diatas, maka dapt disimpulkan bahwa dalam penelitian ini teknik

analisis data yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan buku-buku, jurnal ,dan sumber pendukung lainnya yang

dibutuhkan dalam penelitian.

2. Melakukan pengamatan terhadap anak yang mengalami gangguan

kelancaran berbicara (gagap) di sekolah secara random (acak).

3. Mengumpulkan semua data peneliti yang telah di dapat.

4. Merevisi kembali data-data yang ada didalam penelitian.

5. Menyimpulkan hasil penelitian yang dibuat.

BAB 4

PEMBAHASAN KASUS

1. GAGAP
KASUS 1

3 Orang penderita gagap di SD Negeri 067777

Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 067777 di Jl. Young Panah Hijau Kel.
Labuhan Deli, pada hari selasa 6 Februari 2018. Dalam pelaksanaan penelitian ini melibatkan
tiga orang anak yang mengalami gangguan kelancaran berbicara (gagap). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk bahasa anak yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap). Penelitian ini dilakukan denga menerapkan metode deskriptif dengan
teknik analisis data kualitatif, yakni memaparkan atau menggambarkan hasil penelitian yang
telah didapatkan oleh peneliti sesuai dengan keadaan yang sebenarnya objek yang berada
dilapang. Setelah ditemukan tiga orang anak yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap), selanjutnya dilakukan observasi atau pengamatan terhdap anak yang
mengalami gangguan kelancaran berbicara (gagap), dengan menggunakan handphone
sebagai alat bantu untuk perekaman audio dari percakapan yang dilakukan oleh anak yang
mengalami gangguan kelancaran berbicara (gagap) dengan teman-temannya yang berada di
Sekolah. 70 Dari hasil analisis data bentuk bahasa yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap) , maka dapat diperoleh data dari ketiga anak yang mengalami gangguan
kelancaran berbicara (gagap). Pengulangan kata yang paling banyak dilakukan oleh anak
berinisial MR sebanyak 29 kali, yang kedua RS sebanyak 25 kali, dan yang ketiga AS sebanyak
19 kali. Perpanjangan kata yang paling banyak dilakukan oleh anak berinisial MR sebanyak
16 kali, yang kedua RS sebanyak 12 kali, dan yang ketiga AS sebanyak 8 kali. Penyisipan kata
yang paling banyak dilakukan oleh anak berinisial MR sebanyak 9 kali, yang kedua RS
sebanyak 9 kali, dan yang ketiga AS sebanyak 8 kali. Penjedaan kata yang paling banyak
dilakukan oleh anak berinisial MR sebanyak 17 kali, yang kedua RS sebanyak 14 kali, dan
yang ketiga AS sebanyak 6 kali. Menahan bunyi tunggal yang paling banyak dilakukan oleh
anak berinisial AS sebanyak 11 kali, yang kedua MR sebanyak 9 kali, dan yang ketiga RS
sebanyak 2 kali. Bentuk bahasa yang rentan atau paling sering terjadi terhadap anak yang
mengalami gangguan kelancaran berbicara (gagap) adalah pengulangan kata, penjedaan,
perpanjangan, penjedaan, dan menahan bunyi tunggal. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti ketiga anak yang diamati yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap) ini termasuk kedalam jenis anak gagap primary stuttering dan gagap
sementara yang masih dapat di sembuhkan seiring dengan bertambah dewasanya anak
tersebut karena ketiga anak yang diamati ini masih dalam masa perkembangan, maka
penyakit gagap tersebut masih dapat disembuhkan. Akan tetapi, disisi lain juga perlu
dilakukan terapi wicara jika kondisi tersebut masih terus berlangsung hingga 71 anak
dewasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bentuk bahasa anak yang mengalami
gangguan kelancaran berbicara (gagap) adalah bentuk bahasa pengulangan (repetisi).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1.
Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan mengenai bentuk bahasa anak yang mengalami
gangguan kelancaran berbicara (gagap), dan juga sebagai 73 bahan acuan ketika
menemukan kondisi siswa yang serupa saat menjadi seorang pendidik. 2. Bagi Orang Tua
Dapat menambah pengetahuan mengenai anak yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap), sehingga orang tua bisa selalu mengajak anak untuk berkomunikasi, dan
tidak memaksanya untuk berbicara dengan baik dan jelas. 3. Bagi Guru Dapat memberikan
pembelajaran yang baik untuk anak, tidak memarahinya ketika salah berbicara, dan
membantunya untuk dapat berbicara dengan baik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat
menjadi bahan rujukan yang baik dengan menambahkan berbagai hal lainnya yang
diperlukan untuk menyempurnakan hasil penelitiannya.
2. GANGGUAN SUARA BICARA

Gangguan Berbicara Handoko, SS, M.HumUniversitas Dharma


Andalasbahasa sebagai instrumen komunikasi berperan dalam menyampaikan pesan
daripenuturan kepadapendengar. kompetensikebahasaan yangberada padamental
tatarankemudian diartikulasikan melalusayaorganbicara. Proses
artikulasibahasamelibatkansistemyang sangat kompleks danmelibatkan berbagai
organ pada tubuh manusia.Terganggu atau kerusakan pada organ bicara dapat
menyebabkan terganggunyakomunikasi biasa.Dalam makalahini, akandipaparkan
beberapagangguan bicarayang umum ditemukan, penyebabnya, dan
perawatannya.Proses Produksi BunyiSebelummemaparkanlebihjauh
tentanggangguanbicara,perlu sedikitdisinggungmengenai proses produksi bunyi.
bunyi dihasilkan dari udara pada-paru yangmelewati Trakea dan melewati pita suara
pada tenggorokan. Jika otot pitasuara tidakdigerakkan, maka udara yang melewatinya
langsung menuju faringdankeluar menuju mulut. Namun jika otot pita suara
digerakkan, maka udara akandihambat dan menghasilkan bunyi bersuara atau bunyi
tak bersuara. Udara daritenggorokankemudian dapatketinggalan melalui
hidung( hidung ) atau mulut (lisan ).Organ bicara yang berfungsisebagai
pembenghasil bunyi disebutdengan artikulator.Udara yang melewati mulut kemudian
dihambat oleh artikulator atau dlangsungkeluar dari mulut. Variasi bunyi yang
dihasilkan dari variasi organ-organ bicarayangterlibat dalam produksibunyi, yang
meliputi tempatartikulasi ( tempat artikulasi ),titik artikulasi ( titik artikulasi ), dan
cara artikulasi (cara artikulasi)

Gangguan bicara merujuk pada beberapa kondisi di mana seseorang


mengalami kesulitan berkomunikasi melalui mulut. Berbicara adalah salah satu cara
kita berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. Berbicara juga salah cara yang
efektif untuk memantau pertumbuhan normal dan pengembangan serta untuk
mengidentifikasi potensi masalah pada anak.

Gangguan bicara itu antara lain gagap atau pengucapan (artikulasi) yang tidak
pas. Bisa juga berupa gangguan suara di mana ada kelainan pada kualitas dan
kenyaringan dari suara.

Ada banyak potensi penyebab gangguan bicara. Penyebab paling umum


adalah keterbelakangan mental.Sedangkan penyebab lain meliputi:

* Attention deficit disorder (ADD)

* Autis

* Cerebral palsy
* Bibir sumbing

* Gangguan pada langit-langit mulut

* Gangguan pendengaran

* Skizofrenia

* Cedera pita suara

KASUS 2

Gangguan suara bicara penderita platoskisis (Lusi Wahyuni)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya gangguan suara berbicara penderita


palatoskisis (studi kasus pada Lusi Wahyuni) yang dihasilkan kajian psikolinguistik
yang mengakibatkan suara yang menjadi bersengau sebab rusaknya anatomi pada
langit-langit lunak Lusi Wahyuni. Lusi mengalami gangguan berbicara akibat
palatoskisis sejak lahir. Bunyi yang dihasilkan alat ucap Lusi tidak sempurna, karena
menghasilkan bunyi sengau. Bunyi-bunyi sengau yang dihasilkan Lusi akibat
rusaknya langit-langit lunak sehingga pada saat pembuatan bunyi menjadi tidak
sempurna. Permasalahan dalam penelitian ini berupa bentuk ujaran yang dihasilkan
oleh penderita palatoskisis dan bunyi-bunyi bahasa yang terkendala penderita
palatoskisis (studi kasus pada Lusi Wahyuni) kajian psikolinguistik serta
mendeskripsikan bentuk ujaran yang dihasilkan oleh penderita palatoskisis dan
mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa yang terkendala penderita palatoskisis ( studi
kasus pada Lusi Wahyuni) kajian psikolinguistik. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dan menggunakan metode analisis deskriptif. Data penelitian ini berupa
ujaran dalam bentuk kata yang mengenai gangguan berbicara penderita palatoskisis
(Studi Kasus Pada Lusi Wahyuni) Kajian Psikolinguistik. Sumber data pada
penelitian ini adalah Lusi Wahyuni yang berusia 23 tahun yang beralamatkan di
Ketaping Selatan jalan Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Data yang
didapatkan langsung dari informan sendiri melalui observasi yang dilakukan peneliti.
Informan ini memiliki fisik yang seperti orang normal lainnya yang tidak sumbing
tetapi suara yang dihasilkan bersengau akibat lsngit-lsngit lunsk ysng berlobang.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil penelitian ini adalah Pertama,
bentuk ujaran yang dihasilkan penderita palatoskisis (studi kasus pada Lusi Wahyuni)
kajian psikolinguistik. Bentuk ujaran yang dihasilkan penderita palatoskisis beruba
bunyi ujaran yang diakibatkan oleh kerusakan langit-langit lunak (palatoskisis) bunyi-
bunyi bahasa yang terkendala penderita palatoskisis (pada Lusi Wahyuni) kajian
psikolinguistik adalah bunyi [r]. Bentuk ujaran yang dihasilkan penderita palatoskisis
beruba bunyi ujaran yang diakibatkan oleh kerusakan langit-langit lunak (palatoskisis)
bunyi-bunyi bahasa yang terkendala penderita palatoskisis (studi kasus pada Lusi
Wahyuni) kajian psikolinguistik adalah bunyi [r]. Bentuk ujaran yang dihasilkan
penderita palatoskisis beruba bunyi ujaran yang diakibatkan oleh kerusakan langit-
langit lunak (palatoskisis)

BAB 5

1.KESIMPULAN

A.Perkembangan bahasa adalah proses berkembangnya kemampuan seseorang untuk memahami


dan mengucapkan kata. Seiring berjalannya waktu dan interaksi, kosa kata atau kemampuan bahasa
seseorang juga ikut berkembang. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat,
dan sekolah dalam perkembangan bahasa akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan
tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf
akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar.
Masyarakat yang terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial yang baik, akan menggunakan
istilah-istilah yang lebih efektif, dan pada umunya anak-anak remajanya juga juga berbahasa secara
lebih baik. BENTUK BAHASA INDIVIDU,1.Bahasa Perbandingan,2.Bahasa Pertentangan,3.Bahasa
Sindiran,4.Bahasa Penegasan. CIRI CIRI BAHASA INDIVIDU Bahasa manusia memiliki sistem terpisah,
namun saling terkait, baik pada tata bunyi, tata bahasa maupun isyarat.bahasa manusia
memungkinkan terkomunikasinya hal-hal baru. Beda dengan atuan komunikasi yang dimiliki
binatang yang bersifat tetap.manusia membedakan antara isi pesan yang dikomunikasikan dan label
yang mewakili isi pesan.dalam komunikasi manusia, bahasa lisan dapat dipertukarkan dengan makna
yang didengar. Bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

B.KASUS 1,GAGAP3 Orang penderita gagap di SD Negeri 067777,Penelitian yang dilaksanakan di SD


Negeri 067777 di Jl. Young Panah Hijau Kel. Labuhan Deli, pada hari selasa 6 Februari 2018. Dalam
pelaksanaan penelitian ini melibatkan tiga orang anak yang mengalami gangguan kelancaran
berbicara (gagap). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk bahasa anak yang mengalami
gangguan kelancaran berbicara (gagap).

C.GANGGUAN SUARA BICARA,Gangguan Berbicara Handoko, SS, M.HumUniversitas Dharma


Andalasbahasa sebagai instrumen komunikasi berperan dalam menyampaikan pesan
daripenuturan kepadapendengar. kompetensikebahasaan yangberada padamental
tatarankemudian diartikulasikan melalusayaorganbicara. Proses
artikulasibahasamelibatkansistemyang sangat kompleks danmelibatkan berbagai organ pada
tubuh manusia.Terganggu atau kerusakan pada organ bicara dapat menyebabkan
terganggunyakomunikasi biasa.

REKAYASA IDE

A.SARANBerdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Bagi
Peneliti Dapat menambah pengetahuan mengenai bentuk bahasa anak yang mengalami gangguan
kelancaran berbicara (gagap), dan juga sebagai 73 bahan acuan ketika menemukan kondisi siswa
yang serupa saat menjadi seorang pendidik. 2. Bagi Orang Tua Dapat menambah pengetahuan
mengenai anak yang mengalami gangguan kelancaran berbicara (gagap), sehingga orang tua bisa
selalu mengajak anak untuk berkomunikasi, dan tidak memaksanya untuk berbicara dengan baik dan
jelas. 3. Bagi Guru Dapat memberikan pembelajaran yang baik untuk anak, tidak memarahinya ketika
salah berbicara, dan membantunya untuk dapat berbicara dengan baik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan rujukan yang baik dengan menambahkan berbagai hal lainnya yang diperlukan
untuk menyempurnakan hasil penelitiannya

Anda mungkin juga menyukai