Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENELITIAN

Gangguan Berbicara

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikolinguistik


Dosen : H.R. Herdiana, Drs. M.M

Disusun Oleh:
Defitasari (2108170072)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada
keluarga, para sahabatnya tabiin dan tabiat hingga sampai kepada kita sebagai umatnya.
Alhamdulillah pada kesempatan ini penyusun telah menyelesaikan tugas karya tulis
ilmiah yang berjudul “Gangguan Berbicara”. Sebagai salah satu tugas mata kuliah
Psikolinguistik Pada kesempatan ini penyusun sampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Psikolinguistik yang telah memberikan arahan sehingga tugas ini terselesaikan
dengan baik. Tidak lupa kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberikan dorongan
semangat dan motivasi kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini bisa dijadikan sebagai bahan kajian
dan informasi kepada pihak-pihak yang akan mengembangkan lebih jauh untuk
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Ciamis, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
Abstrak......................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2
A. Latar Belakang............................................................................................2
B. Pembatasan Masalah...................................................................................3
C. Perumusan Masalah....................................................................................3
D. Tujuan Penelitian........................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................5


A. Pengertian Psikolinguistik...........................................................................5
B. Gangguan Berbicara....................................................................................6
C. Bicara Gagap...............................................................................................8
D. Gejala dan Krakteristik Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap) ..........10
E. Penyebab Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap).................................11

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................12


BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................13
A. Identitas Subjek..........................................................................................13
B. Proses Terjadinya Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap)....................13
C. Kebahasaan................................................................................................14
D. Penyebab Gangguan Kelancaran Berbicara...............................................14

BAB IV PENUTUP.................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................16

Daftar Pustaka

iii
Abstrak

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini, yaitu pertama, bagaimana proses terjadinya
gangguan berbicara gagap, kedua bagaimana kebahasaan yang diujarkan oleh penderita, dan
ketiga apa saja yang menyebabkan penderita menjadi berbicara gagap . Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan bagaimana proses terjadinya gangguan berbicara gagap, bagaimana
kebahasaan yang diujarkan, dan apa saja penyebab berbicara gagap.Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori psikolinguistik dari Abdul Chaer. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan
dari hasil wawancara dan pengamatan secara langsung dan sumber datanya berupa
wawancara dan pengamatan secara langsung. Hasil penelitian ini adalah pertama penderita
mengalami gangguan berbicara (gagap) semenjak SD dan gangguan yang dialaminya
dikarenakan faktor lingkungan, kedua kebahasaan yang diujarkan penderita berupa
pengulangan huruf dimana pengulangan hurufnya berupa pengulangan huruf yang diujarkan
adalah 2 s/d 3 huruf awalnya saja setelah itu senyap tidak ada suara keluar sedikitpun lalu ia
mengulang 1 s/d 2 huruf awal baru melanjutkan berbicara, dan ketiga penyebab gangguan
berbicara yang dialami penderita ada tiga, pertama ketika terburu-buru, kedua ketika ingin
bicara cepat dan ketiga ketika ia berbicara normal lalu ketika akan berbicara gagap kembali.

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan
pemiliknya. Karena itulah bahasa sering bahkan selalu muncul dalam segala aspek dan
kegiatan manusia. Kemudian munculah berbagai pengertian tentang bahasa. Bahasa adalah
alat untuk menyampaikan isi pikiran, bahasa adalah alat untuk berinteraksi, bahasa adalah
alat untuk mengekpresikan diri, dan bahasa adalah alat untuk menampung hasil kebudayaan,
dan semua pengertian tersebut dapat diterima.
Bahasa dijadikan sebagai objek kajian linguistik yang pendekatannya dilakukan
dengan cara bahasa dipandang sebagai bahasa saja bukan sebagai sesuatu yang lain. Sebagai
objek kajian linguistik bahasa berbeda dengan berbahasa. Karena berbahasa merupakan
kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa dimulai dari enkode semantik
dalam otak pembicara dan berujung pada dekode semantik dalam otak pendengar.
Kalau bahasa adalah objek kajian linguistik, maka kegiatan berbahasa ini objek kajian
psikolinguistik yakni bidang ilmu antardisiplin antara psikologi dan linguistik. Hasil kajian
psikolinguistik banyak dimanfaatkan dalam memahami pemerolehan bahasa pertama maupun
dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing termasuk didalamnya permasalahan atau
gangguan-gangguan yang terjadi pada hal-hal yang berkait dengan bahasa maupun berbahasa.
Gangguan berbahasa, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua. Pertama, gangguan
akibat faktor medis; dan kedua, akibat faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud faktor medis
adalah gangguan, baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat bicara.
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor lingkungan sosial adalah lingkungan kehidupan
yang tidak alamiah manusia, seperti tersisih atau terisolasi dari lingkungan kehidupan
masyarakat manusia yang sewajarnya.
Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas
tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan berbahasa, dan (3) gangguan
berpikir.
Fenomena kebahasaan yang berada di sekitar kita sudah cukup kompleks. Salah
satunya tergambar pada peristiwa gagap. Gagap adalah peristiwa perhentian (penjedaan)
bahasa karena keraguan dalam pelafalan atau karena takut salah (slip lidah) baik pada anak-
anak atau orang dewasa sebagai akibat tekanan psikologis pada saat mereka masih kecil atau

2
pada saat awal mereka memperoleh bahasa dalam masa perkembangannya. Dengan ini
penulis melakukan penelitian pada seorang anak yang dalam berbicaranya gagap, dengan
jelas bahwa gagap bias terjadi dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja.
Penelitian ini akan membahas dan mendeskripsikan salah satu gangguan kelancaran
berbicara atau gagap yang terjadi pada anak dari penyebab terjadinya, karakteristik atau
gejala, serta penanganan pada anak yang mengalaminya. Gangguan kelancaran berbicara
menarik untuk dikaji karena gangguan kelancaran berbicara dapat menghambat anak dalam
berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis anak
yang dapat berakibat fatal dan membuat anak terisolir dari lingkungan sosial dan
pendidikannya.
Pada kesempatan kali ini, peneliti bermaksud untuk meneliti gangguan berbicara pada
Junaedi seorang anak laki-laki yang sedang menempuh jenjang perkuliahan yang memiliki
gangguan berbicara yakni gagap. Gagap termasuk dalam kategori gangguan berbicara yakni
gangguan psikogenik. Gangguan berbicara psikogenik ini sebenarnya tidak bisa disebut
sebagai suatu gangguan berbicara. Mungkin akan lebih tepatnya disebut sebagai variasi cara
berbicara yang normal, tetapi yang merupakan ungkapan dari gangguan dibidang mental.
Modalitas mental yang terungkap oleh cara berbicara sebagian besar ditentukan oleh nada,
intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata. Ujaran yang tersendat-sendat dapat juga
mencerminkan sikap mental si pembicara.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian mengenai gangguan berbicara pada Junaedi ini akan dianalisis dengan
mengunakan pendekatan psikolinguistik. Agar tidak meluas, maka aspek psikolinguistik yang
di bahas dalam penelitian ini terbatas pada bentuk gangguan berbicara (gagap) pada objek
tersebut.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah di atas, maka permasalahan


yang di angkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses terjadinya gangguan berbicara gagap yang dialami Junaedi?
2. Bagaimana kebahasaan yang diujarkan oleh Junaedi?
3. Apa saja yang menyebabkan Junaedi menjadi berbicara gagap?

3
D. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan gangguan berbicara gagap yang dialami oleh Junaedi, meliputi:
1. Mendeskripsikan proses terjadinya gangguan berbicara yang dialami Junaedi
2. Mendeskripsikan kebahasaan yang diujarkan oleh Junaedi.
3. Menjelaskan apa saja yang menjadi penyebab Junaedi berbicara gagap.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Psikolinguistik

Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang


memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa (wikipedia).
Selain itu, Garnham (1985:1) menyatakan bahwa psikolinguistik adalah kajian tentang
mekanisme- mekanisme mental yang menjadikan manusia menggunakan bahasa. Di sisi lain,
Aitchison(1998:1) berpendapat psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda. Tidak
hanya itu, Harley (2001:1) menyebut psikolinguistik sebagai suatu studi tentang proses-
proses mental dalam pemakaian bahasa. Dilanjutkan dengan pernyataan Clark dan Clark
(1977:4) yang menyatakan psikolinguistik berkaitan dengan tiga hal utama yaitu
komprehensi, produksi dan pemerolehan bahasa. Kemudian, psikolinguistik juga dapat
dikatakan sebagai proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan
kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan
bahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller, 1964; Slama Cazahu, 1973). Levelt
(Marat, 1983: 1) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai
penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia. Seirama dengan hal itu, Aitchison
(Dardjowidojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan
minda. Sejalan dengan pendapat di atas, Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics
explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas
hubungan antara otak manusia dengan bahasa’. Kridalaksana (1982:140) pun berpendapat
sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat
diperoleh. Jadi, dapat disimpulkan psikolinguistik adalah suatu cabang ilmu linguistik
interdisipliner yang mengkaji proses-proses mental manusia dikaitkan dengan perilaku
bahasa seseorang.
Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan
mengkomunikasikan ujaran dan dalam akuisisi bahasa Hal yang penting adalah bagaimana
memproses dan menghasilkan ujaran dan bagaimana akui sisi bahasa itu berlangsung. Proses
bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak diketahui yang
pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud satuan-satuan yang
bermakna dan bagaimana proses pengolahan satuan ujaran yang dikirim oleh pembicara

5
sehingga dapat dimengerti pendengar. Yang pasti segala sesuatu berada dalambatabatas
kesadaran ( Hartley), Psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses kode dan
mengkode seperti orang berkomukasi (Carles Osgood dan Thomas Sabeok ), Psikolinguistik
adalah gabungan melalui psikologi dan linguistik. Bagaimana telaah atau studi pengetahuan
bahasa, bahasa dalam pemakaian , dan perubahan bahasa. Menurut Lado psikologi hanya
merupakan pendekatan. Pendekatan untuk menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa
dan perubahan bahasa (Robert Lado ), Psikolinguistik adalah ilmu yang meneliti bagaimana
sebenarnya pembicara membentuk dan membangun suatu atau mengerti kalimat tersebut.
Hal ini mengacu pada domain kognitif, yakni bagaimana bahasa berproses dalam otak kita.
Bahasa yang diwujudkan dalam kalimat dihasilkan oleh pebicara yang kemudian diusahakan
untuk dimengerti oleh pendengar.

B. Gangguan Berbicara

Berbicara merupakan aktifitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh


karena itu, gangguan berbicara ini dapat tiga kategori. Pertama, gangguan mekanisme
berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik. Kedua, gangguan berbicara psikogenik,
dan ketiga gangguan akibat multifaktorial. Gangguan Mekanisme Berbicara.
Proses berbicara adalah suatu proses produksi ucapan (percakapan) oleh kegiatan
terpadu dari pita suara, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan
paru-paru.
Maka gangguan berbicara berdasarkan mekanismenya ini dapat dirinci menjadi
gangguan berbicara disebabkan kelainan pada paru-paru (pulmonal), pada pita suara
(laringal) pada lidah (lingual), pada rongga mulut dan kerongkongan (resonantal).
1) Gangguan akibar faktor pulmonal : Gangguan ini dialami oleh para penderita
paru-paru. Para penderita penyakit paru-paru ini kekuatan bernafasnya sangat
kurang sehingga bicaranya diwarnai oleh nada yang monoton, volume suara
kecil, dan terputus-putus.
2) Gangguan Akibat Faktor Laringal : Gangguan pada pita suara sehingga suara
menjadi serak atau hilang sama sekali.
3) Gangguan Akibat Faktor Lingual : Lidah yang terluka akan terasa perih jika di
gerakan. Untuk mencegah timbulnya rasa pedih aktifitas lidah di kurangi. Dalam
keadaan ini maka pengucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna.

6
4) Gangguan akibat factor resonansi : Menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi
bersengau. Hal ini terjadi juga pada orang yang mengalami kelumpuhan pada
langit-langit lunak (velum), rongga langit-langit itu tidak memberikan resonansi
yang seharusnya, sehingga suaranya menjadi bersengau.
1. Gangguan Berbicara Psikogenik.
Gangguan ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai gangguan berbicara. Mungkin lebih
tepatnya disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi merupakan ungkapan
dari gangguan di bidang mental. Modalitas mental yang tertangkap oleh cara berbicara
sebagian besar ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan
kata. Ujaran yang berirama lancar atau tersendat-sendat dapat juga mencerminkan sikap
mental si pembicara. Gangguan ini antara lain:
a. Berbicara manja : Disebut berbicara manja karena cara bicaranya seperti anak kecil.
Jadi ada kesan anak (orang) yang melakukannya meminta perhatian untuk dimanja.
Umpamanya, anak-anak yang baru terjatuh, terluka, atau mendapat kecelakaan,
terdengar adanya perubahan pada cara berbicaranya. Fonem bunyi [s] dilafalkan
menjadi [c] sehingga kalimat ”Saya sakit, jadi tidak mau minum susu atau makan”
akan diucapkan menjadi ”Caya cakit, tidak mau minum cucu atau makan”. Dengan
berbicara demikian dia mengungkapkan keinginan untuk dimanja. Gejala seperti ini
kita dapati juga pada orangtua pikun atau jompo (biasanya wanita).
b. Berbicara kemayu : Berbicara kemayu berkaitan dengan perangai kewanitaan yang
berlebihan. Jika seorang pria bersifat atau bertingkah laku kemayu jelas sekali
gambaran yang dimaksudkan oleh istilah tersebut. Berbicara kemayu dicirikan oleh
gerak bibir dan lidah yang menonjol atau lemah gemulai. Meskipun berbicara seperti
ini bukan suatu gangguan ekspresi bahasa, tetapi dapat dipandang sebagai sindrom
fonologik yang mengungkapkan gangguan identitas kelamin terutama yang dilanda
adalah kaum pria.
c. Berbicara gagap : Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-
sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata
berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat
diselesaikan. Apa yang menyebabkan terjadinya gagap ini masih belum diketahui
secara pasti, tetapi hal-hal berikut dianggap mempunyai peranan penting penyebab
terjadinya gagap diantaranya :
1) Faktor stres dalam kehidupan berkeluarga
2) Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan membentak

7
3) bentak; serta tidak mengizinkan anak berargumentasi dan membantah.
4) Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan.
5) Faktor neurotik famial.
d. Berbicara latah : Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo,
atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah adalah suatu
sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang bersifat jorok (koprolalla) dan
gangguan lokomotorik yang dapat dipancing. Koprolalla pada latah ini berorientasi
pada alat kelamin laki-laki. Yang sering dihinggapi penyakit latah ini adalah orang
perempuan berumur 40 tahun ke atas. Awal mula timbulnya latah ini, menurut
mereka yang terserang latah, adalah ketika bermimpi melihat banyak sekali penis
lelaki yang sebesar dan sepanjang belut. Latah ini punya korelasi dengan
kepribadian histeris. Kelatahan ini merupakan ”excuse” atau alasan untuk dapat
berbicara dan bertingkahlaku porno, yang pada hakikatnya berimplikasi invitasi
seksual.

C. Bicara Gagap

Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk kelainan bicara yang ditandai
dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap,
penutur mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994: 262).
Wujudnya secara umum, tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin
dia ungkapkan sehingga suara yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti ”i-i-
ibu....”, sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk beberapa lama.
Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma yang disebabkan oleh
tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila ketegangan sudah berlaku, akan
meluncur serentetan kata-kata sampai ada kekejangan otot lagi.
Menurut Tri Gunardi, S.Psi., gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana aliran
bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku
kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya
produksi suara. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama
kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa gagap adalah masalah gangguan bicara yang
mempengaruhi kefasihan bicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan
bagian pertama dari kata yang hendak diucapkannya (seperti mmmmakan), atau menahan

8
bunyi tunggal ditengah kata (misal begggggini). Sebagian orang yang gagap malah lebih
parah, tidak ada satu suara pun yang keluar, tertahan semua di kerongkongan.
Kemampuan berkomunikasi seorang anak dianggap terlambat apabila kemampuan
berbicara dan penguasaan bahasa jauh di bawah kemampuan anak-anak seusianya. Salah satu
gangguan berbicara adalah gagap. Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang
terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk
kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Sebelum mengetahui gejala gagap lebih lanjut, perlu diketahui bahwa terdapat tiga
tipe gagap berdasarkan berat atau ringannya gangguan, yaitu :
 Gagap Perkembangan
Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun dan remaja
yang sedang memasuki masa pubertas. Kondisi gagap pada periode usia 2-4
tahun merupakan keadaan yang masih wajar terjadi, karena hanya sebagai bagian
dari proses perkembangan bicara anak. Gagap ini biasanya muncul disebabkan
karena kontrol emosi penderita yang masih relatif rendah, serta antusiasme anak
untuk mengemukakan ide-idenya belum disertai dengan kematangan alat
bicaranya. Sementara pada anak remaja biasanya disebabkan karena rasa kurang
percaya diri dan kecemasan akibat perubahan fisik, mental dan sosial yang
sedang dialaminya. Jadi, gagap pada fase perkembangan merupakan gagap yang
masih dalam tahap biasa dan wajar-wajar saja.
 Gagap Sementara/Gagap Ringan
Anak-anak usia 6-8 tahun sering mengalami gagap sementara, hal ini biasanya
hanya berlangsung sebentar. Umumnya disebabkan oleh faktor psikologis,
misalnya anak mulai memasuki lingkungan baru yang lebih luas, seperti
lingkungan sekolah dan pergaulan, sehingga anak memerlukan waktu untuk
menyesuaikan diri baik secara mental maupun sosial.
 Gagap Menetap
Gagap ini dapat terjadi pada anak usia 3-8 tahun. Biasanya lebih banyak
disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara dan akan terus berlangsung,
sebagian kata yang akan dituturkan oleh penderita gagap akan terasa lenyap,
meskipun penutur mengetahui akan kata-kata yang ingin dituturkannya, namun ia
tidak mampu untuk menghasilkan kata-kata tersebut dengan sempurna. Anak
yang menderita gagap menetap, alternatif penanganannya adalah dengan
melakukan terapi wicara (speech therapy).

9
D. Gejala Dan Karakteristik Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap)

Gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa
disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta
jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Dalam
komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam
tatanan ujaran.
Gagap atau tidaknya seorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech (bicara
benar) di usia 18 bulan. Kegagapan ini akan tampak jelas di usia 4 - 5 tahun, karena pada usia
ini seharusnya perkembangan bahasa anak sudah baik, pemahamannya sudah bagus,
pembentukan kalimat, bahasa ekspresif, kelancaran bicaranya juga sudah bagus, serta
sosialisasi anak pun sudah lebih luas.
Kondisi gagap pada anak bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada gagap yang
berat, selain sulit atau bahkan tak mampu mengucapkan kata dengan huruf awal b, d, s, dan t,
juga sering kali diikuti oleh gerakan berulang pada bagian tubuh yang tak bisa dia
kendalikan. Namanya tics, yang terjadi pada wajah atau gerak-gerak kecil pada bagian
punggung yang berulang dan tak terkendali. Gerakan ini merupakan representasi perjuangan
dari dalam dirinya (internal) yang berat untuk dapat berbicara lancar. Napasnya pun relatif
lebih cepat. Serangan gagap ini dapat terjadi setiap saat dan pada situasi-siatuasi tertentu
seperti harus berbicara di hadapan orang-orang yang dianggapnya memiliki kelebihan
daripada dirinya.
Sementara pada gagap yang ringan, anak dalam keadaan tertentu dapat bicara normal
dan lancar saat sedang sendiri, berbisik, menyanyi, dan di antara orang-orang yang dia
anggap lebih rendah posisi atau usianya dibanding dirinya. Namun, gagap akan dialami jika
ia merasa malu, rendah diri atau terlampau menyadari kondisi dirinya.
Gagap tidak akan berlanjut sampai dewasa bila anak diterapi dengan baik dan segera.
Selain itu juga dibutuhkan dukungan dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. Namun jika
penyebabnya adalah herediter (keturunan), ada kemungkinan agak sulit untuk disembuhkan.
Begitu juga, meski jika tingkat keparahannya ringan namun tidak ditangani dengan baik.
Langkah yang dapat dilakukan adalah hendaknya anak Segera dikonsultasikan pada ahlinya,
yaitu untuk masalah kecemasannya bisa dikonsultasikan ke psikolog, sedangkan masalah
wicaranya ke terapis wicara, dan masalah performance/kinerjanya ke terapis okupasi.

10
Menurut Dr. Ehud Yairi, Ph.D. dari Department of Speech and Hearing Science,
Universitas Illinois, Amerika Serikat, tanda-tanda anak yang mengalami gagap adalah
sebagai berikut :
1. Anak terlihat mengulang-ulang bunyi lebih dari dua kali, seperti i-i-i-ini.
2. Anak tampak tegang dan berjuang untuk bicara, hal ini dapat dilihat dari otot-otot
wajah anak, terutama di sekitar mulut.
3. Nada suara yang tidak stabil, mungkin naik seiring pengulangan.
4. Terkadang pula suara anak terdengar seperti tercekat, udara atau suara tertahan
selama beberapa detik.

Jika telah diamati dan ternyata anak mengalami kegagapan dalam 10% lebih pada
pembicaraannya, maka kegagapan yang dialaminya dianggap cukup parah.

E. Penyebab Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap)

Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologis. Faktor fisik kemungkinan
berasal dari keturunan yang menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik, seperti gangguan
pada syaraf bicara, gangguan alat bicara, keterbatasan lidah. Sedangkan faktor psikologis
yaitu ketegangan yang berasal dari reaksi seseorang terhadap lingkungannya, di antaranya
adalah stress mental karena sesuatu yang dirasakan, namun tidak mampu untuk dilakukan.
Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding
fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan
seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering
bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara
yang gagap ketika menangis bisa menjadi kebiasaan sampai ia dewasa.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

Setiap penelitian ilmiah selalu menggunakan metode tertentu dan tepat sesuai dengan
objek penelitian, karena validitas dari penelitian tersebut tidak mungkin dilepaskan dari segi
metode yang nantinya akan digunakan untuk memecahkan persoalan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Edi Soebroto menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau
dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik (1992:5). Dalam kajiannya, penelitian
kualitatif menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menjelaskan data atau objek
secara natural (alamiah), objektif (keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan), dan
faktual (apa adanya) (Sudaryanto, 1992:62). Oleh karena itu, data-data yang diteliti
didapatkan melalui wawancara dengan Junaedi dan pengamatan secara langsung dicatat dan
diteliti dengan cermat sehingga metode ini bersifat deskriptif.
Penelitian ini dibuat melalui beberapa tahapan. Pertama, pengumpulan data berupa
wawancara dan pengamatan secara langsung. Kedua dari hasil pengamatan dan wawancara
tersebut lalu diteliti dan disimpulkan.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Identitas Subjek
Nama Anak : Junaedi
Umur : 19 tahun
Anak ke- : 1 dari 4 bersaudara
Nama Ibu : Martini
Nama Ayah : Usep
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah : Wira Swasta

B. Proses Terjadinya Gangguan Berbicara (gagap)

Untuk memudahkan penelitiaan subjek penelitian diberi inisial Junaedi dan peneliti
dengan inisial P serta dialog wawancara ditulis dan dianalisis untuk memudahkan penelitian.
Kutipan 1
P : “Sejak kapan anda mengalami gangguan berbicara (gagap)?”
“Apakah gangguan berbicara (gagap) yang anda alami adalah faktor
keturunan?”
Junaedi : “saya mengalami gagap sejak kelas dua SD”.
“Gagap yang saya alami bukan faktor keturunan, dan tidak ada keanehan
sewaktu saya dalam kandungan.”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas Junaedi mengalami gangguan berbicara saat
kelas dua SD yaitu sekitar usia 8 tahun dan gangguan yang dialaminya bukan faktor
keturunan dan tidak ada keanehan saat ia dalam kandungan.
Kutipan 2
P : “apakah gangguan berbicara yang anda alami itu terjadi terus menerus
sampai sekarang?”
“Bisa diceritakan awal mula terjadinya gangguan berbicara yang anda
alami?”
Junaedi : “iya, gagap yang saya alami itu dari kelas 2 SD sampai sekarang.”
“ asalnya kaya gini, waktu saya kelas dua SD saya melihat teman saya yang gagap,
lalu setelah itu saya bilang ke orang tua saya ‘mah aku pengen kaya L ngomongnya.’

13
Lalu orang tua saya memarahi saya, dan entah kenapa setelah kejadian itu terjadi saya
jadi gagap seperti ini. Saya sangat menyesal setelah saya kelas 6 SD. Karena saya
malu saya berbicara latah.”

Berdasarkan kutipan 2 di atas Junaedi mengalami gangguan berbicara (gagap) dari


kelas dua SD sampai sekarang. Selanjutnya Junaedi. menceritakan bahwa gangguan berbicara
yang dialaminya ketika dia melihat temannya yang berbicara gagap lalu dia ingin sama
dengan temannya. Berdasarkan pernyataan tersebut kemungkinan besar gangguan berbicara
yang dialami Junaedi terjadi karena faktor lingkungan. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat
para ahli di atas bahwa gangguan berbicara (gagap) disebabkan oleh gangguan psikis maupun
psiologinya (LAD). Karena LAD yang dimiliki Junaedi normal seperti pada umumnya dan ia
tidak pernah mengalami gangguan psikologi.

C. Kebahasaan

Kutipan 3
Junaedi : Www.....wwa arek kamana?
Berdasarkan kutipan ketiga di atas pengulangan yang Junaedi adalah berupa huruf,
seperti pendapat Cahyono bahwa Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur
mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya. Wujudnya secara umum, tiba-
tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan sehingga suara
yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti ”i-i-ibu....”, sampai tidak mampu
mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk beberapa lama. Tetapi ada sedikit perbedaan
dengan teori ini karena pengulangan kata yang diujarkan Junaedi adalah 2 s/d 3huruf awalnya
saja setelah itu senyap tidak ada suara keluar sedikitpun lalu ia mengulang 1 s/d 2 huruf awal
baru melanjutkan berbicara.

D. Penyebab Gangguan Berbicara

Kutipan 4
P : “Apa saja yang menyebabkan anda mengalami gangguan
berbicara?”
Junaedi :”Setau saya dan yang saya rasakan, yang menyebabkan gangguan
berbicara yang saya alami pertama saat terburu-buru, kedua ketika

14
berbicara ingin cepat, ketiga ketika berbicara lancar seperti biasa, ketika akan
berbicara gagap kembali”

Berdasarkan kutipan 4 di atas ada tiga hal yang menyebabkan Junaedi gagap ketika
berbicara pertama ketika terburu-buru, kedua ketika ingin bicara cepat dan ketiga ketika ia
berbicara normal lalu ketika akan berbicara gagap kembali.

15
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pemaparan di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan yaitu pertama


Junaedi mengalami gangguan berbicara (gagap) semenjak kelas 2 SD dan gangguan yang
dialaminya dikarenakan faktor lingkungan, kedua kebahasaan yang diujarkan Junaedi berupa
pengulangan huruf dimana pengulangan hurufnya berupa pengulangan huruf yang Junaedi
adalah 2 s/d 3 huruf awalnya saja setelah itu senyap tidak ada suara keluar sedikitpun lalu ia
mengulang 1 s/d 2 huruf awal baru melanjutkan berbicara, dan ketiga penyebab gangguan
berbicara yang dialami Junaedi ada tiga, pertama ketika terburu-buru, kedua ketika ingin
bicara cepat dan ketiga ketika ia berbicara normal lalu ketika akan berbicara gagap kembali.

B. Saran

Penelitian ini perlu disempurnakan untuk memberikan peningkatan mutu penelitin,


karena masih banyak hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut yang bisa memberikan keterngn
yng lebih rinci lagimengenai gangguan dalam berbicara

16
DAFTAR PUSTAKA

http://lughotudhod.blogspot.com/2013/04/gangguan-berbahasa.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikolinguistik
http://nurulizzati04.blogspot.com/2016/12/psikolinguistik-gangguan-berbicara.html
http://niethazakia.blogspot.com/2012/10/gangguan-kelancaran-berbicara-gagap.html
https://www.halodoc.com/kesehatan/gagap

17

Anda mungkin juga menyukai